Anda di halaman 1dari 29

Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Praktik Tari Bentuk

“Tari Condong Legong Keraton”

Oleh :

Putu Gde Chaksu Raditya Uttama


(202009041)

Pendidikan Seni Pertunjukan


Institut Seni Indonesia Denpasar
Tahun Ajaran 2020/2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................iv
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................v
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................v
PEMBAHASAN......................................................................................................................................vi
2.1 Sejarah Tari Condong Legong Keraton........................................................................................vi
2.2 Fungsi Tari Condong Legong Keraton.........................................................................................vii
2.3 Ragam Gerak dan Pembabakan Tari Condong Legong Keraton..................................................ix
2.4 Tata Rias dan Tata Busana Tari Condong Legong Keraton......................................................xviii
2.5 Musik Pengiring Tari Condong Legong Keraton.......................................................................xviii
PENUTUP............................................................................................................................................xix
3.1 Simpulan....................................................................................................................................xix
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................xx

ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberagaman tari di Indonesia memunculkan beragam gaya dan ciri khas yang
menunjukkan suatu kebiasaan tari tertentu, yang membedakannya dengan perkembangan
tradisi dan kebiasaan tari tertentu. Hal tersebut mengisyaratkan, bahwa di dalam gaya tari ada
posisi-posisi tertentu semacam ekspresi-ekspresi tertentu yang membedakan satu tarian
dengan tarian yang lain. Ada semacam kriteria-kriteria khusus atau rambu-rambu, yang
merupakan tuntutan karakter dari sebuah tarian yang hendaknya dikuasai seorang penari, agar
dapat membawakannya dengan penuh totalitas, utamanya dalam tari klasik.

Prof. Dr. I Wayan Dibia mengatakan bahwa, Tari klasik atau tradisional adalah tari-
tarian yang telah memiliki perjalanan yang cukup lama, ada juga yang memiliki polapola dan
perbendaharaan gerak yang sudah baku. Tari klasik juga disebut sebagai tari istana karena
muncul dan berkembang pada zaman kerajaan di lingkungan masyarakat feodal. Dahulu
seniman tari yang memiliki keterampilan tinggi menciptakan karya-karya adiluhung di istana,
dimana semua kegiatan seni tersebut didanai oleh raja. Tari-tarian yang diciptakan pada masa
tersebut seringkali dipentaskan untuk menghibur para raja, kaum bangsawan atau pun tamu-
tamu kerajaan. Raja memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga keberlangsung
(eksistensi) tari klasik. Berkaitan dengan itu, pada zaman dahulu seni tari di Bali juga banyak
muncul dan diayomi di Puri atau lingkungan kerajaan.

Salah satu jenis tari klasik di Bali yang hingga kini tetap eksis dan patut dijaga
kelestariannya adalah tari Legong. Tari Legong yang lazim disebut dengan Legong Keraton
(tari istana) adalah kesenian klasik yang merupakan salah satu hasil pencapaian puncak
kreativitas seni pertunjukan Bali di awal abad XIX. Penjelasan tersebut menegaskan bahwa,
Legong telah mengalami kristalisasi artistik yang tinggi dan perbendaharaan geraknya telah
memiliki standar gerak yang baku.

Maka dari itu, diperlukan keseriusan, fokus, dan latihan yang rutin dalam mempelajari
tari Legong. Penari tidak cukup hanya mempelajari bentuk tarinya saja, tetapi secara
mendalam juga harus mampu mempelajari dan menguasai takeh tarinya dengan baik agar
dapat membangkitkan emosi estetis atau roh/jiwa dari tarian tersebut.

iii
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah yang
terkait tari condong legong keraton sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah tari condong legong keraton?


2. Apa fungsi tari condong legong keraton?
3. Bagaimana pembabakan dan urutan ragam gerak tari condong legong keraton?
4. Bagaimana tata rias tari condong legong keraton?
5. Apasaja tata busana yang digunakan pada tari condong legong keraton?
6. Gamelan apa yang mengiringi tari condong legong keraton?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :

1. Untuk memenuhi kegiatan ujian tengah semester dalam matakuliah praktik tari bentuk
2. Mengetahui sejarah tari condong legong keraton
3. Mengetahui fungsi tari condong legong keraton
4. Mengetahui pembabakan dan urutan ragam gerak tari condong legong keraton
5. Mengetahui tata busana dan tata rias tari condong legong keraton
6. Mengetahui jenis gamelan yang mengiringi tari condong legong keraton

iv
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tari Condong Legong Keraton

Tari condong berasal dari istana di Bali pada pertengahan abad ke-19. Penciptanya
tidak diketahui, tetapi sejarah rakyat mengacu bahwa ada pangeran dari Sukawati sakit parah
mendapat penglihatan dua gadis cantik menari dengan anggun ditemani musik gamelan;
setelah sehat kembali, pangeran ini mereka ulang tarian yang dia pernah lihat. Tarian ini
awalnya menceritakan kisah dua bidadari bernama Supraba dan Wilotama. Semenjak dekade
1930-an, cerita diubah menjadi seorang raja atau ratu.

Pada pertunjukan modern, penari condong memainkan peran subjek. Koreografer Ni


Ketut Arini menggambarkan penari condong sebagai potret seorang pelayan istana yang
melayani raja, serta kagum akan kuasanya dan kecantikan putri sang raja. Banyak gerakan
yang merupakan versi sderhana dari tari legong yang beraneka ragam dan memang condong
dimasukkan ke dalam tari Bali dasar, juga dipelajari oleh anak-anak.

Ada beberapa usaha untuk mempertahankan tari condong di Bali. Salah satu usahanya
adalah penyelanggaraan kompetisi untuk anak-anak yang melakukan tarian untuk nilai.
Gerakan-gerakan tari condong telah diadaptasi menjadi kreasi seni yang lebih kekinian,
termasuk panyembrama, yang juga termasuk gerakan-gerakan legong.

Condong umumnya digunakan sebagai pendahuluan dari tari legong sehingga


ditampilkan sebelumnya.Tari ini juga bisa ditampilkan sebelum tari gambuh atau arja;
karakter condong cukup khas dibanding karakter yang lain. Karakter condong juga konsisten
di seluruh cerita yang berbeda, sebagai representasi klasik dari pelayan wanita yang telah
mengenalkan berbagai macam karakter putri, baik dari Bali atau pun bukan, termasuk
Rangkesari, Ophelia, dan Miranda.

Dalam tarian yang menjadi awalan pertunjukan legong, penari condong memasuki
panggung lebih dulu, menampilkan gilirannya. Penari condong umumnya gadis muda, dan
gerakan-gerakannya merupakan, seperti istilah yang dikemukakan etnomusikologis Michael
Tenzer, karakter yang “tajam dan intens”. Ketika pertunjukan legong mulai, penari condong
bisa menari bersama dengan penari legong menghadirkan tiap-tiap penari legong dengan
kipas sebelum keluar panggung. Durasi rata-rata pertunjukan condong adalah sekitar 8-10
menit. Dalam bentuk legong lasem, penari condong kembali dengan mengenakan sayap
garuda untuk menyerang Raja Lasem.

1
2.2 Fungsi Tari Condong Legong Keraton

2.2.1 Berfungsi Sebagai Seni Pertunjukan


Tari sebagai pertunjukan, yaitu tari yang bertujuan untuk memberi pengalaman estetis
kepada penonton. Tari Condong ini dapat disajikan agar dapat memperoleh tanggapan
apresiasi sebagai suatu hasil seni yang dapat memberi kepuasan pada mata dan hati
penontonnya, oleh karena itu, tari sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang
lebih serius dari pada sekedar untuk hiburan.

2.2.2 Berfungsi Sebagai Sarana Upacara Agama


Tari sebagai sarana upacara merupakan media persembahan atau pemujaan terhadap
kekuatan gaib yang banyak digunakan oleh masyarakat yang memiliki kepeercayaan
animisme (roh-roh gaib), dinamisme (benda-benda yang mempunyai kekuatan), dan
totemisme (binatang-binatang yang dapat mempengaruhi kehidupan) yang disajikan dalam
upacara sakral ini mempunyai maksud untuk mendapatkan keselamatan atau kebahagiaan.

Maka tak jarang orang Bali menjadikan tari condong sebagai tarian sakral yang
digunakan di Pura, karena tergantung dari sebabnya, ada yang menggunakan tarian ini untuk
Ngayah biasa atau tergantung dari sejarahnya yang terkadang keadaan dari masyarakat disana
yang kemungkinan megalami suatu musibah, maka dari itu terkadang diturunkan sesuhunan
atau roh leluhur dari pura itu untuk mendapatkan petunjuk dari beliau dalam bentuk kesenian
tari condong supaya terhindar dari bahaya musibah.

Dan adapun kemungkinan lain juga yaitu memang ada sesuhunan tari condong yang
melinggih dipura itu dan yang sudah lama dipendam pratima atau gelungannya dan sebagai
masyarakat yang jarang mengetahui hal itu maka di bangkitkanlah gelungan itu dan ditarikan
kembali oleh penari disana. Yang biasanya penari yang menarikan gelungan condong
sesuhunan ini harus mengikuti syarat-syarat tertentu dan tidak sembarang orang boleh
menarikan gelungan itu. Syarat-syarat tersebut secara umumnya, (1) penari ini belum
mengalami menstruasi yang pada umumnya adalah anak-anak; (2) penari ini tidak boleh
makan makanan berkaki empat seperti babi, sapi, dan lainnya; (3) penari ini harus melakukan
prosesi pawintenan (pembersihan) sebelum menggunakan gelungan ini agar terhindar dari
bahaya. Lain dari pada itu, syarat-syarat ini tidak belaku di semua Pura, tergantung dari
permintaan beliau dan kesepakatan masyarakat disana.

2
2.2.3 Berfungsi Sebagai Standarisasi Pelestarian Budaya
Tari sebagai standarisasi pelestarian budaya merupakan wadah untuk melestarikan
kebudayaan itu melalui pelatihan atau workshop, melalui event-event kesenian dan juga
melalui apresiasi budaya.

Pelestarian dan Pengembangan Tari Condong Legong Keraton ini sudah banyak
buatkan pelatihan atau workshop melalui sanggar-sanggar kesenian yang banyak terdapat di
Bali, yang pada umumnya mayoritas penari-penari dasar atau yang baru belajar menari
menggunakan tari condong sebagai dasar tari Bali putri pada umumnya. Maka tak jarang
orang-orang beranggapan bahwa Tari Condong dan Legong Keraton ini merupakan Ibunya
tari Bali.

Selain itu, untuk menunjang program pemerintah seperti Pesta Kesenian Bali (PKB),
Bali Mandara Mahalango, Denpasar Festival, dan event kesenian lainnya yang sekaligus
terbuka untuk masyarakat sebagai wadah mengapresiasi budaya, Tari Condong Legong
Keraton ini seringkali dipentaskan dalam acara acara tersebut. Selain untuk event besar
tersebut, tak jarang Tari Condong Legong Keraton ini dibuatkan perlombaan oleh masyarakat
sebagai wadah untuk mencari pengalaman dan juga juara pastinya, sekaligus mencari
generasi atau bibit-bibit penari baru yang berkualitas, sehingga generasi-generasi muda yang
memiliki bakat terpendam dalam menari Condong bisa menunjukannya lewat lomba Tari
Condong ini.

3
2.3 Ragam Gerak dan Pembabakan Tari Condong Legong Keraton

2.3.1 Ragam Gerak, Ekspresi dan Pengertiannya


Secara umum, ragam gerak dan posisi yang terdapat dalam Tari Condong Legong
Keraton adalah sebagai berikut :

Nama Gerakan, Posisi, Ekspresi Pengertian


Agem Kiri dan Kanan Tetap dengan dasar tapak sirang pada
dimana, Kaki kanan dimajukan sejajar
dengan mata kaki dan berjarak setengah
kepal tangan, Diikuti gerak badan ngaed
dan cengked dan perut di kempeskan serta
berat badan berada di kiri, Diikuti gerakan
tangan kiri sirang mata (direbahkan kekiri)
dan tangan kanan sirang susu. Begitupun
sebaliknya dengan agem kanan hanya saja
posisi tangan sirang mata tidak direbahkan
kesamping.
Ngunda Gerakan yang di awali dengan agem kanan,
kemudian tangan kiri mengambil lamak,
sejajar di depan dada dengan jari tangan
kebawah dan posisi tangan kanan agem,
posisi badan cengked dan ngeed. Begitupun
sebaliknya
Ngisi Lamak/Nyambir Gerakan memegang lamak yang di awali
dengan agem kanan, kemudian tangan kiri
mengambil lamak, sejajar di depan dada
dengan jari tangan kebawah dan posisi
tangan kanan agem, posisi badan cengked
dan ngeed, begitupun sebaliknya

Ngocok Langse Gerakan diawali dengan kaki tapak sirang

4
pada, dengan posisi badan ngaed, kedua
tangan lurus kedepan sejajar dengan susu,
telapak tangan hadap depan diikuti ibu jari
ditekuk ke dalam, kedua pergelangan
tangan dan jari tangan digetarkan kekanan
dan kekiri ke arah yang sama dengan tempo
cepat, diikuti posisi badan ngaed, perut
dikempeskan dan cengked, lakukan ngocok
langse tengah 1x8, kekanan 1x8, dank e kiri
1x8 bersamaan dengan gerakan badan
ngelo sesuai arah tangan, dengan
pandangan mata nyerere.
Mungkah Lawang Gerakan yang diawali dengan posisi agem
kanan, Bersamaan kedua tangan dengan
posisi agem sejajar (bukan sirang mata dan
sirang susu) dengan merapatkan kedua
tangan didepan wajah. Dilanjutkan dengan
gerak transisi tangan menuju agem sirang
mata sirang susu dengan menggetarkan jari
tangan dan seolah-olah menggambarkan
seseorang membuka tirai atau langse
Ulap-Ulap Gerakan yang diawali dengan agem kanan,
tangan kanan posisi agem, tangan kiri
ditarik sejajar tangan kanan bersamaan
dengan naiknya badan sedikit atau setengah
ngaed. Kemudian tangan kiri diayunkan ke
pojok kiri atas seperti membuka jendela dan
tidak melewati kepala, bersamaan dengan
gerak badan naik dan di dorong ke kiri,
posisi badan berdiri. Kemudian kedua kedua
jari telunjuk tangan di pertemukan dengan
tidak menurunkan siku (seolah-olah melihat
sesuatu) diikuti gerak badan agem kanan
ngaed bersamaan dengan kepala digerakan

5
rebah ke kanan. Dilanjutkan menengok
dengan posisi badan tegak lurus dan berat
badan berada di kiri bersamaan dengan
gerakan tangan kanan ngagem, tangan kiri
posisi menyamping dan sejajar tangan
kanan. Begitupun sebaliknya.
Nyeregseg Gerakan kaki yang diawali dengan posisi
kaki kembang pada, lutut di tekuk dan
posisi kaki jinjit dan kedua tangan berada
di pinggang, gerakan lah kaki kanan dan
kiri secara bergantian dengan tetap
mempertahankan posisi jinjit dengan tempo
cepat tanpa menyilang kaki saat
menggerakkan nyeregseg kanan ataupun
kiri
Ngeregah Ngumad Ngeregah diawali dengan agem kanan.
Dilanjutkan dengan posisi tangan miles
diikuti transisi kaki ke posisi sirang pada
bersamaan dengan gerak tangan. Lalu
posisi kedua kaki jinjit keatas tanpa
menekuk lutut, bersamaan dengan gerakan
tangan kanan agem dan sedikit lebih tinggi
tanpa surun siku dan tangan kiri posisi
sirang susu hanya saja telapak tangan
hadap depan dan jari tangan hadap bawah.
Ngumad melanjutkan posisi ngeregah
dengan nyeregseg ke kiri bersamaan
dengan transisi tangan sama seperti
ngeregah hanya saja posisi tangan kiri yang
lebih tinggi dan tangan kanan rendah,
bersamaan dengan miles kanan. Begitupun
sebaliknya
Ngumbang Ombak Segara Tangan Panjang Gerakan yang di awali dengan badan
menghadap kesamping, Agem kanan, piles

6
kanan bersamaan dengan gerak tangan kiri
mentang dan tangan kanan agem lebih
rendah dan telapak tangan kedepan lalu jari
tangan hadap kebawah, Kemudian berjalan
kearah pojok kanan belakang kemudian
belok kedepan dan transisi kepojok kiri
belakang dengan transisi tangan sebaliknya
namun kedua tangan ngagem seperti biasa,
Sebelum berjalan ke pojok belakang kiri,
lakukan gerakan mejalan sambil ngeed dan
transisi ke kanannya kembali lagi level
tinggi sehingga seolah-olah gerakan ini
mengalun seperti ombak dipantai,
Bersamaan gerakan kepala ngontel
mengikuti gerak kaki, Lakukan dengan
hitungan 2x8 dengan hitungan ke 8 badan
ngaed sambil berjalan ngegol.
Lasan Megat Yeh Gerakan yang diawali dengan kembang
pada, dilanjutkan dengan gerak kaki
nyeregseg ke pojok kiri dengan posisi badan
ngaed, dengan posisi tangan kiri mapah biu
dan tangan kanan ngelung dan jeriring,
diikuti gerak kepala ngotang atau ileg-ileg
sesuai dengan kecepatan nyerigsig kaki.
Begitupun sebaliknya, hanya saja transisi
dari kanan ke kirinya dengan menaikan
kedua tangan ke atas lalu berganti ke gerak
tangan sebaliknya dengan posisi kaki
nyerigsig tinggi, dan jika transisi tangan
sudah sempurna barulah nyerigsig ngaed
Angsel Ngeseh Ngeseh diawali dengan posisi agem kanan,
Kemudian miles kiri bersamaan dengan
posisi tangan kiri dan kanan sirang susu
dengan siku tinggi dengan pergelangan

7
tangan kiri posisi agem kebawah atau
dibalik, Dilanjutkan ke transisi kaki sirang
pada lalu ngaed dengan posisi kedua tangan
sirang susu lalu bahu digetarkan kedepan
dan kebelakang dengan tempo cepat tanpa
menurunkan siku tangan.
Miles/Piles Miles diawali dengan posisi kaki tapak
sirang pada, dilanjutkan dengan agem
kanan, Memutar tumit kaki kedepan diikuti
gerak badan ngaed dan berat badan
disebelah kiri, Bersamaan dengan posisi
tangan kiri rebah kekiri tanpa menurunkan
siku dan tangan kanan posisi agem.
Begitupun sebaliknya.
Ngegol Gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri
mengikuti gerakan kaki yang berjalan.
Ngontel Ngepik Atas Gerakan yang diawali dengan posisi agem
kiri kemudian miles kanan dengan posisi
tangan kiri rendah dan tangan kanan tinggi.
Kemudian gerakan kaki mejalan ngegol dan
mencincingan secara bergantian, Diikuti
gerakan kepala ngontel dan bersamaan
dengan gerak kaki dengan tempo sesuai
gerak kaki yaitu sedang. Bersamaan dengan
gerakan tangan yang bergerak seperti
digeleng-gelengkan kesamping dengan
tempo yang sama dengan kaki dan kepala,
Tangan kanan posisi agem, tangan kiri
posisi agem miring dan pergelangan tangan
digerakkan ke samping kanan dan kiri
Ngepik Bawah Gerakan yang diawali dengan posisi kaki
agem kanan, dilanjutkan miles kiri lalu
miles kanan kemudian dimulai
melangkahkan kaki dari kiri. Dengan tetap
mempertahankan bentuk agem pada kaki,

8
seperti gerakan ke kanan, posisi kaki agem
kanan dan kaki kanan melangkah ke kanan
diikuti kaki kiri (tidak sampai menyilangkan
kaki). Posisi kedua tangan di depan dada
kemudian digerakkan ke atas dan kebawah
secara bergantian, diikuti gerakan kepala
ngontel mengikuti arah gerak tangan dan
juga kaki. Pandangan ke pojok kiri.
Begitupun sebaliknya.
Masidakep Gerakan menyilangkan kedua tangan di
depan dada diikuti gerakan kaki mejalan
ngegol
Ombak Angkel Gerakan menggerakkan badan ke kiri dan
ke kanan diikuti gerakan tangan dengan
posisi kedua tangan sirang susu. Jika badan
digerakkan ke kanan maka tangan kanan
agem dengan jarinya dinaikkan sedangkan
jari tangan kiri hadap kebawah. Begitupun
sebaliknya dan diulang sebanyak 2 kali, ke
kanan dan ke kiri.
Ngejat Pala Gerakan yang berfokus pada bahu yang
sama hal nya dengan ngeseh hanya saja
tangan dari gerakan ini tidak ngagem
melainkan dengan posisi tangan lurus
kebelakang diikuti posisi badan cengked
dan ngaed.

Ngelo Gerakan yang berfokus pada tangan, badan,


dan kepala yang mana, badan digerakkan
dari atas ke bawah dengan posisi kaki
sirang pada yang diikuti gerakan tangan
ngagem dan kepala mengalun mengikuti
badan dan dilakukan berulang-ulang
Ngelus pegangan kipas yang ditekan kedada ,
posisi tangan sirang susu.

9
Kidang Rebut Muring Gerakan yang seolah-olah mengusir
serangga dengan tangan ngucek didepan
wajah.
Gerakan Durga Gerakan agem kanan atau kiri sangat ngaed
dengan kaki dan jari tangan digetarkan dan
mata nelik.
Luk Nerudut Gerakan ini dibagi menjadi dua, yaitu
haluan tanagn berputar ke dalam yang
disebut luk nagastru, serta gerakan haluan
tangan seiring yang disebut luk nerudut.
Milpil Gerakan yang berfokus pada kaki yang
mana kedua kaki nyeregseg namun salah
satu kaki kanan atau kiri berada di depan
diikuti gerakan badan rebah ke kanan atau
ke kiri kemudian di angkat kaki yang di
depan dan lakukan sebaliknya dengan hal
yang sama secara berulang.
Melingser Gerakan transisi dengan memputarkan
tubuh secara full kebelakang dan kembali
kedepan dan tetap dengan posisi menari.
Ngukel/Ukel
Gerakan memutarkan pergelangan tangan
dengan posisi tangan agem serta siku yang
tidak boleh menurun saat menari.
Tapak Sirang Pada Sikap pokok kaki dalam tari Bali putra
maupun putri dimana, kaki kanan dan kiri
diserongkan dengan jarak segenggam
tangan.
Cengked Posisi tubuh dalam tari yang berfokus pada
badan bagian belakang yang di dorong
kedepan kemudian tulang punggung di
satukan dan tidak membungkuk.
Ngaed Posisi tubuh level rendah dimana, badan
diturunkan serta kaki ditekuk dan ditahan
selama menari.
Kembang Pada Sikap pokok kaki dalam tari Bali putri

10
dimana, kaki kanan dan kiri dirapatkan
serta ujung jari kaki menghadap kedepan.
Nyelier Gerakan mengerlingkan salah satu mata
kemudian diputar ke kanan atau ke kiri
tergantung agem dan diikuti gerakan kepala
dan dikembalikan ke arah pandangan
depan.
Nelik Ekspresi dalam tari bali berfokus pada mata
yang dibuka sebesar mungkin yang
biasanya menggambarkan suasana
kemarahan atau kegagahan.
Seledet Ekspresi dalam tari bali berfokus pada mata
dengan menggerakkan mata ke kiri atau ke
kanan kemudian kembali ke tengah
mengikuti agem yang di peragakan dan
dilakukan dengan keadaan mata nelik.
Ngotag Gerakan menggerakkan dagu yang sama
halnya seperti ngileg-ileg namun dengan
tempo yang stakato atau patah-patah.

Seledet Ngurat Daun Ekspresi pada tari bali yang berfokus pada
mata dengan awalan seledet kemudian
kembali ketengah dan langsung kipek ke
pojok yang biasanya dikatakan “seledet
tengah pojok”.
Nyerere Ekspresi pada tari bali yang berfokus pada
mata yang biasanya sama istilahnya dengan
melirik sesuatu. Yang dilakukan dengan
pandangan ke pojok tetapi matanya
kesamping.
Tayung Ngotes Gerakan mengayunkan tangan kanan dan
kiri secara bergantian diikuti gerakan kaki
mejalan kearah samping kanan atau kiri
Nyalud Gerakan tangan yang dialunkan dengan
telapak tangan menghadap ke atas terlebih

11
dahulu disambung ke telapak tangan
menghadap ke bawah lalu menghadap
keatas lagi dan dilakukan dengan mengalun
diikuti gerakan kaki miles kanan atau kiri.

Nangkil Bagian tari yang menggambarkan seorang


emban atau abdi menghadap tuannya.
Dalam Tari Legong Keraton (Lasem),
Condong nangkil kepada Legong. Dengan
posisi metimpuh dan tangan masidakep
sekaligus melambangkan emban yang setia.
Mentang Laras Gerakan tangan diluruskan mentang ke
samping kanan atau kiri sesuai dengan
agem pokok dan tangan satunya dalam
posisi ngagem diikuti gerakan badan agak
condong ke samping kiri atau kanan.

Ngengsog Gerakan pada tari legong dan condong


yang berfokus pada bahu yang digerakkan
ke kanan dan kekiri secara bergantian
diikuti gerakan pinggang dengan posisi
badan ngaed.
Ngelung Ngelung diawali dengan sikap agem kanan,
Dilanjutkan dengan transisi ngelung kanan
dengan posisi badan agem kiri rendah hanya
saja lutut kaki kiri menghadap kedepan
diikuti kaki bagian bawah jinjit dan
digetarkan (gerakan durga), Bersamaan
dengan gerak tangan kiri mapah biu
sedangkan tangan kanan mentang dan
pergelangan tangan di tekuk kebelakang,
diikuti jari tangan kebelakang dan jeriring.
Begitupun sebaliknya
Ngosok Bunga Gerakan pada tari condong yang seolah-olah
melihat bunga yang jatuh ke bawah dengan

12
posisi badan agak condong ke kiri atau ke
kanan sesuai arah agem semula kemudian
kedua tangan dengan posisi sipat pala dan
sipat dada diikuti posisi kaki ngaed hingga
setengah jongkok dengan salah satu kaki
mundur kebelakang.
Ngutek Menghentakkan kaki sebanyak dua kali
diikuti gerak kepala dan tangan.

2.3.2 Urutan Ragam Gerak dan Struktur Tari Condong Legong Keraton
Struktuk Pngawit Gerak Pokok Tangkep
Tari Condong (Agem, Tandang Tangkis) Keseluruhan
(Ekspresi)
Bagian Pengawit -Ngisi lamak/Nyambir, Ngunda 4 langkah -Kenyem manis
Pertama -Nyalud, Ngocok langse ke kanan dan kiri
(Pepeson) -Miles, Dorong kanan, Agem kanan
-Mungkah lawang, Seledet tengah
-Luk Nerudut, Sogok kanan
-Ukel, Agem kanan, Seledet tengah
-Ngaed turun, Nyelier, Nelik, Seledet tengah -Nelik, Kenyem
-Luk Nerudut, Sogok kanan manis
-Ukel, Nyelier, Nelik, Seledet ngurat daun kiri
-Ngileg kepojok kiri, Tutup kaki, Ngeseh
-Ulap-ulap kiri, Ngeseh, Nengok kiri, Ngeseh
-Angkat kiri, Ngeseh
-Miles kiri, Dorong kiri, Agem kiri, Seledet kiri
-Seledet nuwun pelan, Ukel tangan
-Seledet menek pelan, Ngileg nuwun cepat

13
-Agem kiri tinggi, Ngileg nuwun pelan
-Ukel tangan, Ngileg menek pelan
-Ukel tangan, Ngileg pojok kanan, Tutup kaki
-Ombak angkel, Angsel ngeseh
-Miles kanan, Dorong kanan angkat
-Dorong kiri, Ngepik atas 2x8
-Masidakep sambil ngegol 2x8, Ngepik atas
-Tutup kaki, Ombak angkel
-Miles kiri, Angsel ngeseh
-Miles kanan, Dorong Kanan, Agem kanan, Seledet
tengah
-Miles kanan, Metimpuh
-Nyelier, Nelik, Seledet tengah
-Ngelo kanan kiri (setiap gong turun)
-Ngelo ketengah, Ngenjet kanan kiri 2x8 habis
-Nyalud, Ngejat pala tengah, kanan, kiri 2x8
-Ngeregah ngumad kiri, Silang kaki 3 langkah
-Nyeregseg kanan kiri seledet, Posisi tangan ngembat
-Ngeregah ngumad kanan
-Mejalan ngegol pojok kanan belakang ditempat 1x8
-Mejalan ngumbang ombak segara 4x8
Bagian Pengawit Kedua -Angsel ngeseh, Melingser kiri -Nelik
(Durga) -Durga agem kanan, Kidang rebut muring kanan
-Miles kanan, Dorong kanan, Durga agem kanan
-Seledet tengah, Ngeseh
-Miles kiri, Tangan ngulap, Ngosok bunga kanan -Kenyem manis
-Seledet tengah, Ngeseh
-Miles kanan, Dorong kanan, Agem kanan tinggi
-Ngileg nuwun 1x8, Ukel, Ngileg menek 1x8
-Ngeregah ngumad kanan, Nyeregseg kiri
-Miles kiri, Dorong kiri, Durga agem kiri -Nelik
-Kidang rebut muring kiri, Miles kiri
-Durga agem kiri, Seledet tengah, Ngeseh
-Miles kanan, Tangan ngulap, Ngosok bunga kiri

14
-Seledet tengah, Ngeseh
-Miles kiri, Dorong kiri, Agem kiri tinggi -Kenyem manis
-Ngileg nuwun 1x8, Ukel, Ngileg menek 1x8
-Ngeregah ngumad kanan, Nyeregseg kiri
-Mejalan ngegol ditempat 1x8
-Mejalan ngumbang ombak segara 1x8
Bagian Pengawit Ketiga -Angsel ngeseh, Miles kanan, Dorong, Agem -Kenyem manis
(Ngigelang Kipas) -Milpil ngambil kipas,
-Miles kanan, Dorong kanan, Agem kanan
-Milpil kanan, Ngelus kipas agem kanan
-Nyelier, Nelik, Seledet dua kanan
-Milpil kiri, Ngelus kipas agem kiri
-Nyelier, Nelik, Seledet dua kiri
-Lasan megat yeh kanan 1x8 kiri 1x8 ulang 2 kali
sambil Ngileg
-Angsel ngeseh, Miles kanan, Miles kiri
-Kipek kanan, Ngepik bawah kanan 1x8 kiri 1x8
-Ngeregah ngumad, Nyerigsig kiri
-Mejalan ngegol pojok kanan belakang ditempat 1x8
-Melajan ngumbang ombak segara 4x8
Bagian Pengawit -Angsel ngeseh, Melingser hadap belakang -Kenyem manis
Keempat -Miles kanan, Dorong kanan,
(Penangkilan) -Agem kanan nangkil, Masidakep
-Ulap-ulap kiri, Masidakep, Seledet tengah
-Metimpuh bersamaan Luk nerudut masidakep
-Nyelier, Nelik, Seledet tengah, Menek tuwun
-Nyelier, Nelik, Seledet tengah
-Luk nerudut, Angsel kanan ngileg, Ngelus kipas
-Seledet tengah, Cegut
-Uluwangsul sambil bangun, Luk nerudut kiri
-Ngeseh, Ombak angkel
-Tayung ngotes kiri, Nyalud, Mentang laras kiri
-Nyalud, Masidakep, Metimpuh mundur 1 kaki
-Nyelier, Nelik, Seledet tengah

15
-Luk nerudut kiri, Angsel ngileg, Ngelus kipas
-Seledet tengah, Cegut
-Uluwangsul sambil bangun, Luk nerudut kanan
-Ngeseh, Ombak angkel
-Tayung ngotes kanan, Nyalud, Mentang laras kanan
-Nyalud, Masidakep, Metimpuh mundur 1 kaki
-Nyelier, Nelik, Seledet tengah
-Luk nerudut kanan, Angsel ngileg, Ngelus kipas
-Seledet tengah, Cegut
-Uluwangsul sambil bangun, Luk nerudut kiri
-Ngeseh, Ombak angkel
-Tayung ngotes tengah, Nyalud, Mentang laras kanan
-Dorong kanan, Ngepik atas 2x8
-Masidakep 2x8, Ngepik atas 1x4, Tutup kaki
-Ombak angkel, Angsel ngeseh
-Nyalud, Mentang laras kanan
-Miles kanan tutup, Ngenjet ditempat kanan kiri 2x8
-Ngeregah ngumad, Nyerigsig kiri
-Mejalan ngegol pojok kanan belakang ditempat 1x8
-Mejalan ngumbang ombak segara 4x8
-Angsel ngeseh, Miles kanan, Dorong, Agem kanan
-Milpil kanan, Maju kanan, Ngelus kipas
-Seledet tengah empat kali turun
-Miles kanan, Dorong kanan, Nyerahin kipas

16
2.4 Tata Rias dan Tata Busana Tari Condong Legong Keraton

2.4.1 Tata Rias Tari Condong Legong Keraton


Tari Condong Legong Keraton ini menggunakan rias wajah yaitu rias putri halus yang
mana, riasan ini biasanya terdapat pada tari Bali putri pada umumnya. Dalam tata rias putri
halus ini biasanya menggunakan warna eyeshadow merah/pink tua, kuning, biru karena ini
merupakan warna-warna pokok yang bisa di gradasi menjadi warna lain dan juga berdampak
pada pencahayaan lampu yang kurang agar bisa mencolok dengan warna eyeshadow ini.
Kemudian, bentuk alis dari tata rias putri halus ini sama seperti bentuk alis pada umumnya
yaitu alis melengkung. Dan bedanya rias tari putri halus ini dengan putri halus tari
penyambutan adalah dibagian cundang, gecek dan kalesnya. Cundang dan gecek ini
digunakan pada tari putri keras maupun putri halus yang melambangkan penyucian dan
penetralisir dan diyakini bisa terbebas dari segala ikatan status sosial dan cuntaka. Dan
terdapat kales dalam tari putri keras maupun putri halus yang bermakna sebagai penyambung
rambut bagian samping kiri dan kanan dan dibentuk sedemikian rupa agar tampak rapi dan
tidak terlihat berhamburan. Berikut adalah gambar tata rias tari condong.

17
2.4.2 Tata Busana Tari Condong Legong Keraton
No Foto Nama Busana dan Pengertian
.
1
Kain Prada : kain yang digunakan pada bagian bawah
penari wanita dan Penuh dengan ornamen-ornamen
yang dibuat dari bahan prada (cat emas) dan warna
yang biasa digunakan untuk tari Condong pada
umumnya merah muda

2
Baju prada : baju yang bentuknya seperti kemeja
setengah badan dan berlengan panjang yang dipulas
dengan cat prada. Warna yang dipakai adalah sama
dengan warna kainnya yaitu warna merah muda

3 Sabuk Stagen : kain berbentuk seperti selendang


berbahan dasar benang tenunan yang ukurannya lebih
panjang yang digunakan untuk mengeratkan tubuh
bagian tengah penari dari pinggang hingga ke dada
yang dililitkan sehingga memberikan kesan kencang
pada penari.
4 Sabuk Lilit Poleng : kain berbentuk seperti sabuk
18
stagen yang berbahan dasar kain katun dengan
ukuran yang panjang dan dihiasi dengan cat prada
yang berfungsi sebagai penambah kesan keindahan
setelah sabuk stagen digunakan.
5 Lamak : satu bagian jenis pakian tari yang dipasang
didepan dada sehingga menutupi bagian depan (dada)
penari. Bentuknya memanjang kebawah sampai
diatas lutut dan bahannya dari kulit sapi yang ditatah
(ukir) serta dipulas dengan cat emas
6 Tutup Dada : hiasan dada yang biasanya dibuat dari
kain beludru dengan reaksi mote-mote (klip) dan
dipasang melingkar diatas payudara. Tutup dada ini
berfungsi untuk merapikan ujung sabuk prada,
disamping juga menambah keharmonisan antara
pemasangan sabuk prada, lamak, dan simping
7 Badong tanpa pala : hiasan pada pundak dan leher
yang berfungsi sebagai penutup bagian baju dan
tutup dada yang kurang rapi dan juga memberikan
kesan kencang saat penari menggerakkan gerak bahu
dihiasi dengan jebug sebagai penambah estetikanya.
Badong condong ini dibuat tanpa hiasan pala atau
pundak dikarenaka n menambah kesan kerendahan
hati seorang emban atau pengikut raja.
Gelang kana dan gelang lengan : hiasan tangan yang
dibuat dari kulit sapi yang diukir dan dipoles dengan
cat prada serta dipakai pada lengan atas bagian, dan
pada pergelangan tangan yang melambangkan upaya
pengekangan diri.

Ampok-ampok : satu jenis pakian tari yang


menghiasi bagian pinggang, dan dibuat dari bahan
kulit yang ditatah (diukir) kemudian dipulas dengan
prada

19
Subeng : Hiasan pada telinga wanita. Rumbing-
Subeng memiliki arti untuk menyeimbangkan
pengetahuan dan perbuatan.

Gelungan pusung gonjer: hiasan kepala pada tari


condong dan yang paling utama karena tanpa
gelungan tarian ini tidak dapat dikatakan sebagai tari
condong karena gelungan condong juga sudah saja
sejak zaman feodal atau zaman kerajaan sehingga
penari kerajaan terdahulu menggunakan gelungan
untuk menari supaya menambah kesan kesopanan
dalam menampilkan tarian dihadapan sang raja dan
juga menambah kesan kewibawaan dari penari itu
sendiri.

Bancangan : hiasan pada gelungan berupa bunga


yang dirangkai di kawat sehingga menambah kesan
estetika dan wibawa dari pada gelungan

Kipas : merupakan properti pada tari condong dan


legong keraton yang terbuat dari kain dipoles dengan
cat emas yang dapat memberikan keindahan gerak
tari pada pose ngepel, ngiluk, ngubit, ngekes, dan
ngeliput.

2.4.3 Pemasangan Busana Tari Condong Legong Keraton


Proses pemakaian Busana tari Condong Legong Kraton dari pemakaian kamen,
pemakaian baju lengan panjang, pemakaian steples, pemakaian sabuk stagen dan sabuk lilit,

20
pemakaian ampok-ampok, pemakaian lamak, pemakaian tutup dada, pemakaian badong
manis, pemakaian gelang kana, pemakaian subeng, dan terakhir pemakaian gelungan pusung
gonjer.

2.5 Musik Pengiring Tari Condong Legong Keraton


2.5.1 Gamelan Palegongan

Tari-tari legong yang ada di Bali pada awalnya diiringi oleh gamelan yang disebut
Gamelan Pelegongan. Perangkat gamelan ini terdiri dari dua pasang gender rambat, gangsa
jongkok, sebuah gong, kemong, kempluk, klenang, sepasang kendang krumpungan, suling,
rebab, jublag, jegog, gentorang. Sebagai tambahan, terdapat seorang juru tandak untuk
mempertegas karakter maupun sebagai narrator cerita melalui tembang. Namun, seiring
populernya gamelan gong kebyar di Bali, akhirnya tari-tari palegongan ini pun bisa diiringi
oleh gamelan Gong Kebyar, karena tingkat fleksibilitasnya. Ibarat sayur tanpa garam, begitu
halnya dengan penampilan sebuah tari akan terasa kurang semangat dan kurang penjiwaan
jika tanpa musik pengiring. Musik iringan untuk tari Legong kraton adalah Gong Kebyar.
Menurut Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Tingkat I Bali, gambelan atau Bagian-bagian dari
Gong Kebyar sebagai berikut

a. Dua buah gong besar

b. Satu buah kempul

c. Satu buah kenong

d. Satu buah kejar/tawa-tawa

e. Sepangkon gecek

f. Tujuh cakep ceng-ceng kopyak

g. Satu buah kempli

h. Satu buah bebende

i. Dua pasang kempyung

j. Atungguh reong

k. Atungguh terompong

21
l. Dua buah jegogan

m. Dua buah jublag

n. Dua buah penyacah

o. Dua buah ugal

p. Empat buah pemade

q. Empat buah kantilan

r. Dua buah kendang

s. Satu buah rebab

t. Satu atau lebih suling

Gambelan palegongan yaitu : salah barungan gambelan bali yang biasanya dipakai
untuk mengiringi tarian legong kraton. Kesatuan barongan ini terdiri dari pada alat2 yang
mempunyai nama2 tersendiri dan fungsinya terhadap kesatuan barungannya. Jenis alat yang
pernah dipakai atau sampai kini masih dipergunakan untuk menjadikan barungannya
gambelan palegongan itu antara lain :

1. Gender rambat berbilah 13/14/15 dua tunguh.

2. Gender barangan berbilah sma dengan diatas

3. Jegogan berbilah 5 dua tungug

4. Penyacah berbilah 5 duan tungguh

5. Jublag berbilah 5 dua tungguh

6. Gangsa jongkok berbilah 5 empat tunnguh

7. Cengceng satu pangkon

8. Kajar satu buah

9. Klenong satu buah

10. Kemong satu buah

11. Kendang krumpangan dua buah

22
12. Suling besar dua buah

13. Rebab satu buah

14. Gentorang

15. Gong satu buah

Gambelan palegongan itu kalau dilihat bangun intrumennya kemudian bentuk-bentuk


lagunya yang menunjukkan ciri-ciri keasliannya, makan dapatlah diyakinkan bahwa gamelan
palegongan itu tidak termasuk ke dalam kelompok gamelan-gamelan jaman kuno (gamelan
tua) di bali. Gamelan palegongan itu baru ada setelah adanya gamelan setelah semar
pagulingan yang berlaras pelog tujuh nada.

Dengan majunya perkembangan yang diiringi dengan gong kebyar menyebabkan


gamelan pelegongan itu terdesak sehinnga banyak yang di lebur di jadikan gamelan gong
kebyar. Tari tarian yang dengan lagu-lagu gong kebyar sebagain besar tari tariannya di ambil
dari legong yang sudah ada sebelumnya pada mulanya tari-tarian gong kebyar itu ikut
memakai nama lagu iringannya, misalnya : tari kebyar dang, tari kebayar dung, tari kebyar
deng, tari kebyar dong, dan kebyar ding.

Kemudian oleh bapak nyoman kaler (Alm) dan bapak i wayan lotering, kedua-duanya
tokoh seniman yang dikenal paling banyak pengabdiannya dalam pembinaan seni palegongan
dan gong kebyar (sesudah Id Bagus Budha dll). Beliau itu mulai menciptakan nama2 tari
beserta lagu2nya masing-masing. Dengan demikian muncullah nama-nama panji semerang,
tari candra metu, tari margapati, tari demang mirang, tari puspa warna, tari bayan nginte, tari
wiranata, dll. Selanjutnya jejak beliau-beliau itu diikuti oleh pencipta tari-tari tani, tari tenun,
tari nelayan, tari trunajaya, dan oleg tamulilingan. Secara keseluruhan, tari2an jenis putri
yang diiringi lagu-lagu gong kebyar disebut legong kebyar. Sedangkan tari legong yang
sudah ada sebelumnya yang diiringi lagunya mempergunakan gamelan palegongan sekarang
disebut legong kraton. Demikian pula gamelannya dinamakan gamelan legong kraton.

23
PENUTUP

3.1 Simpulan

Tari Legong Keraton merupakan tarian klasik khas bali yang dapat dikatakan sebagai
ibunya tari bali, dikarenakan tarian ini bisa sebagai tarian pemula atau tari dasar bagi penari
putri. Tarian ini sudah ada sejak zaman feodal atau zaman kerajaan. Diduga tarian ini
merupakan hasil mimpi dan tapabrata dari salah seorang Raja dari Desa Sukawati Gianyar
yang bermimpi melihat dua orang bidadari cantik yang menari lemah gemulai mengikuti
alunan musik yang sangat indah, yang awalnya dituangkan kedalam tari sakral yaitu tari
sanghyang dedari sebelum dikembangkan menjadi tarian Legong. Berkaitan dengan asal
katanya sendiri yaitu “leg” yang berarti lemah gemulai dan “gong” yang berarti musik atau
gamelan. Dan legong sendiri berarti penari yang menarikan dengan lemah gemulai yang
terikat dengan alunan gong yang sangat indah.

Tari Condong Legong Keraton merupakan salah satu tarian trio yang mana, tarian ini
mengambil cerita kisah percintaan Prabhu Lasem dan Putri Rangkesari, dan peran Condong
disini adalah sebagai emban atau pengabdi dari mereka berdua yang merupakan raja dan
ratunya. Secara garis besar, fungsi dari tarian condong ini meliputi tiga hal yakni sebagai
standarisasi pelestarian budaya, sebagai tarian sakral, dan juga sebagai seni pertunjukan.
Tarian ini menggunakan kipas sebagai properti utamanya dan Ciri khas gerakannya, seperti
ngocok langse, durga, kidang rebut muring, tayung ngotes, kipekan telu, dan sidekep, yang
menunjukan keseriusan dan kecerdasan. Iringan tari Condong Legong Kraton biasanya
menggunakan gamelan pelegongan, laras pelog 5 nada, dengan tempo sedang, cepat dan
lambat. Seiring berjalannya waktu, musik iringan tari legong keraton ini tidak hanya gamelan
pelegongan saja, tetapi gamelan gong kebyar, semarapagulingan, semarandana bisa juga
untuk mengiringi tari condong legong keraton ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arini, Ni Ketut.2012, Buku Teknik Tari Bali. Denpasar, Yayasan Tari Bali Warini.

Arini, N. K., & Kesuma, A. A. (2011). Legong Peliatan. Denpasar: Swasta Nulus.
Djelantik, A. B. (2015). Tari Legong, Dari Kajian Lontar Ke Panggung Masa Kini.
Denpasar: Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.
I Wayan Adi Gunarta, I. A. (2017). Takeh Dalam Tari Condong Legong Saba. Jurnal Segara
Widya, 32-41.
Loka, B. J. (2016). PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI CONDONG
LEGONG KERATON. Artikel Kesenian Bali, hal. 1-9.
Maharani, N. L. (2018). The Dance of Condong Legong Keraton in Yogyakarta: Transfer the
Character Education to. Advances in Social Science, Education and Humanities
Research, 159-164.
Pratama, P. A. (2019). DESKRIPSI & ANALISIS TARI LEGONG KERATON
LASEMGAYA PELIATAN. Paper Tugas.
Putro, M. (2014). PEMOGRAMAN ROBOT PENARI LEGONG KERATON BALI PADA
KRSI (KONTES ROBOT SENI INDONESIA). E-journal Teknik Informatika, 2-6.
Riyanti, E. (2014). PERUBAHAN TARI LEGONG KERATON KE TARI LEGONG
KERATON KREASI DI KOTA DENPASAR. Jurnal Pengkajian dan Penciptaan
Seni, 109-123.
Sancayaanca. (t.thn.). PAPER TARI LEGONG KRATON. Diambil kembali dari sancayaanca:
http://sancayaanca.blogspot.com/2012/07/paper-tari-legong-kraton_7062.html?m=1
Wikipedia. (2021, Januari 22). Condong. Diambil kembali dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Condong

25

Anda mungkin juga menyukai