Anda di halaman 1dari 17

KAPITALISASI PENDIDIKAN ISLAM

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

ALI GUSTAN HASIBUAN

2250100033

RUANG C

SEMESTER : II

MATA KULIAH : POLITIK PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU: Dr. ERAWADI, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
            Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita
semua sehingga penyusunan makalah dengan judul “Kapitalisasi Pendidikan Islam” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam ditujukan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam berilmu
pengetahuan yang kita rasakan saat ini.

            Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sangat berterima
kasih kepada dosen pengampu Dr. Erawadi, M.Ag dan teman-teman yang telah mendukung
dalam pembuatan makalah ini.

            Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari kami apabila makalah ini dapat terpakai
sesuai fungsinya, dan pembacanya dapat mengerti dengan jelas apa yang dibahas di
dalamnya. Tidak lupa juga kami menerima kritikan dan saran yang membangun. Semoga
diharapkan demi memperbaiki pembuatan makalah dikemudian hari. Untuk  itu diharapkan
saran dari pembaca, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Padangsidimpuan, 28 Maret
2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Kapitalisasi Pendidikan.................................................................................3
B. Pengertian Pendidikan Islam...........................................................................................5
C. Kapitalisasi Pendidikan Dalam Islam.............................................................................6
D. Dampak Positif dan Negatif Kapitalisasi Bagi Pendidikan Islam...................................7
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A. Kesimpulan....................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kapitalisme sepanjang sejarahnya telah mengoreksi dirinya sendiri demi efisiensi
kapital. Pertumbuhan terakhir dari ekspansi kapitalisme adalah privatisasi sebanyak-
banyaknya dan konversi institusi-institusi publik menjadi badan usaha swasta berorientasi
profit. kapitalisme juga merupakan ancaman bagi peradaban (Islam) umat manusia, yang
merusak segala bangunan nilai kemanusiaan. Kapitalisme sebagai sistem besar telah
mengancam ke wilayah-wilayah ideologi, politik, ekonomi maupun budaya yang ada di
masyarakat sekarang. Budaya konsumtif, materialistik, individualistik, eksploitatif sangat
kentara dengan munculnya arus kapitalisme saat ini.
Kapitalis atau yang lebih akrab di sebut kapitalisme sebagai sebuah budaya sekaligus
sebagai ideologi masyarakat barat, mulai sejak lahirnya sampai saat ini telah memberi
pengaruh yang cukup besar terhadap segi kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal ini
segi pendidikan. Kapitalisme dan materialisme adalah anak kandung dari modernisasi,
sehingga ketika modernisasi menjamah seluruh lapisan masyarakat, maka mau tidak mau,
kapitalisme dan materialisme juga ikut mempengaruhi pola pikir masyarakat. Akibat
perubahan pola pikir ini terjadi perubahan yang sangat radikal atas cara pandang
masyarakat terhadap pendidikan saat ini.
Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai proses pendewasaan sosial manusia
menuju pada tataran ideal. Makna yang terkandung di dalamnya menyangkut tujuan
memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi atau sumber daya insani menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). Praktik pendidikan kita belakangan ini, di
sadari atau tidak telah terjebak dalam dunia kapitalisme. Penyelenggaraan pendidikan
adalah bagaimana sekolah dapat menjual kharisma dan kebanggaan sebesar-besarnya
sehingga banyak calon siswa membelinya. Penilaian atas kharisma dan kebanggaan
sebuah sekolah sifatnya kapital sehingga pendidikan berbiaya mahal dapat dibenarkan.
Mahalnya biaya pendidikan di sekolah-sekolah kita belakangan ini termasuk sekolah
negeri, kini menjadi momok yang menakutkan. Mahalnya pendidikan tersebut
mengakibatkan semakin jauhnya layanan pendidikan yang bermutu dari jangkauan kaum
miskin. Dampaknya akan menciptakan kelas-kelas sosial dan ketidakadilan sosial.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kapitalisasi pendidikan ?
2. Apa pengertian pendidikan islam ?
3. Bagaimana kapitalisasi pendidikan dalam Islam?
4. Apa dampak positif dan negatif kapitalisasi bagi pendidikan islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kapitalisasi pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan islam
3. Untuk mengetahui kapitalisasi pendidikan dalam Islam
4. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif kapitalisasi bagi pendidikan islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kapitalisasi Pendidikan


Secara etimologi kapitalisme berasal dari kata kapital. Kapital berasal dari
bahasa latin yaitu capitalis yang sebenarnya diambil dari kata kaput (bahasa proto-
indo-eropa) berarti ”kepala”. Kapitalisme secara terminologi berarti suatu paham yang
meyakini bahwa pemilik modal dapat melakukan usahanya dengan bebas untuk
meraih keuntungan sebesar-besarnya. Kapitalisme menyatakan bahwa tidak ada
pembatasan dari negara bagi warganya guna memiliki property atau asset pribadi,
sehingga dimungkinkan terjadinya akumulasi modal pada perorangan (individu atau
korporasi). Mekanisme seperti ini membuat kesejahteraan orang tersebut dapat
meningkat.
Kapitalis berasal dari asal kata capital yaitu berarti modal, yang diartikan
sebagai alat produksi semisal tanah dan uang. Sedangkan kata isme berati paham atau
ajaran. Kapitalisme merupakan sistem ekonomi politik yang cenderung ke arah
pengumpulan kekayaan secara individu tanpa gangguan kerajaan. Dengan kata lain
kapitalisme adalah suatu paham ataupun ajaran mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan modal atau uang. Dengan kata lain diartikan sebagai suatu
sistem yang mampu memberikan kebebasan yang besar untuk setiap pelaku ekonomi
guna melakukan berbagai kegiatan yang terbaik untuk kepentingan pribadi atas
sumber daya ekonomi ataupun berbagai faktor produksi lain1.
Kapitalisme pendidikan merupakan istilah yang sudah banyak digunakan dan
bermuara pada pemahaman bahwa pendidikan tidak lebih dari sekedar sarana mencari
uang. Dalam kapitalisme pendidikan, segala sesuatunya diukur dan dinilai dengan
sejumlah uang. Paradigma yang dipakai dalam model itu amat berbeda dengan
paradigma dalam pendidikan Islam yang menganggap bahwa pendidikan merupakan
instrument ”pemanusiaan manusia”2.
Kapitalisme pendidikan kadang diistilahkan dengan “komodifikasi
pendidikan” sebagaimana Mansour Fakih menyebutnya, istilah tersebut memiliki

1
Muhammad Akbar Mukti, ‘Melawan Kapitalisme Pendidikan’, Jurnal At-Tazakki, 4.2 (2020), 232–45.
2
Mukti.

3
muara yang sama dengan istilah kapitalisme pendidikan yaitu pendidikan menjadi
sarana akumulasi kapital3.
Kapitalisme dalam pendidikan maksudnya adalah kapitalisasi pendidikan,
yaitu proses pengkapitalan terhadap pendidikan. Pendidikan dijadikan sebagai alat
pencapaian modal yang sebanyak-banyaknya. Hal ini dilakukan dengan merombak
segala dimensi pokok dari pendidikan itu sendiri. Seperti terhadap pandangan atas
hakekat manusianya (pihak pengkonsumsi pendidikan) yang kemudian berlanjut pada
kurikulum maupun pola pembelajaran yang dibangun dan tujuan pendidikan itu
sendiri. Desain yang dibangun tidak lain hanyalah untuk memikat para konsumen
(masyarakat) sehingga mau dan akan selalu menggunakannya (kecanduan), tentu
dengan berbagai cara yang digunakan. Yang jelas pendidikan menjadi ajang bisnis
berorientasi laba yang siap diperjual belikan.
Kapitalisasi berasal dari kata capital dalam bahasa Inggris yang berarti modal.
Dalam bahasa Indonesia kemudian disebut kapital yang disandarkan kepada
kapitalisme sebagai suatu ideologi dalam bidang ekonomi. Menurut Kamus Besar
Bahas Indonesia (KBBI) online, kapitalisme merupakan sistem dan paham ekonomi
(perekonomian) yang modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya)
bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan
dalam pasaran bebas. Sementara itu, pendidikan merupakan upaya untuk mendidik
manusia agar menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan4.
Dalam konteks Islam, Ahmad D. Marimba mengemukakan, bahwa pendidikan
Islam adalah bimbingan atau pemimpin secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya
yang utama (insan kamil).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kapitalisasi pendidikan
adalah proses atau upaya untuk menjadikan prinsip-prinsip kapitalisme digunakan di
dalam sektor pendidikan dimana negara tidak membatasi kepemilikan perorangan di
dalam sektor pendidikan. Artinya satuan penyelenggara pendidikan atau lembaga

3
Mansour Fakih, Sebuah Pengantar Komodifikasi Pendidikan Sebagai Ancaman Kemanusiaan, Dalam
Francis X. Wahono, Kapitalisme Pendidikan; Antara Kompetisi Dan Keadilan (Yogyakarta: Insist Press,
Cindelaras, Pustaka Pelajar, 2001).
4
Teuku Zulkhairi, ‘Kapitalisasi Pendidikan Dan Pengaruhnya Di Aceh’, Jurnal Agama Dan Sosial
Humaniora, 4.2 (2016), 119–32.

4
sekolah dapat dikuasai oleh perorangan baik swasta ataupun korporasi, sehingga
segala kebijakannya diatur oleh sektor swasta tersebut. Pengelola sektor pendidikan
ini, mulai bersaing antara satu dengan lainnya. Bagi pihak pengelola pendidikan yang
memenangkan persaingan akan mendapatkan pengguna jasa pendidikan lebih banyak.
Kapitalisasi pendidikan di Indonesia mulai begitu terasa setelah disahkannya
Rancangan Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (RUU) pada tanggal 17
Desember 2008. Cukup mengherankan memang, sebuah UU yang berpotensi
menyusahkan masyarakat kelas bawah namun lolos begitu saja tanpa adanya
penolakan yang berarti, kecuali sejumlah demonstrasi mahasiswa yang kemudian
hilang begitu saja5.

B. Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan berasal dari kata ”didik”, lalu kata ini mendapat awalan ’’pe” dan
akhiran “an” sehingga menjadi ”pendidikan”, yang artinya “Proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia,
melalui upaya pengajaran dan pelatihan ; atau proses perbuatan, cara mendidik”6.
Dalam bahasa inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate
(mendidik) artinya memberi peringatan (to elicit, to give rise to ) , dan
mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education
atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan.
Menurut Abdul Munir Mulkhan, pendidikan Islam merupakan suatu kegiatan
insaniah, memberi atau menciptakan peluang untuk teraktualnya akal potensial
menjadi akal aktual, atau diperolehnya pengetahuan yang baru. Sementara itu, Hasan
Langsung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya
diakhirat7.
Abdul Mudjib dan Yusuf Mudzakir mengartikan pendidikan Islam adalah:
“Proses trans internalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui
upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan
pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di
5
Zulkhairi.
6
Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).
7
Muhammad Haris, ‘Pendidikan Islam Dalam Perspektif Prof. H.M Arifin’, Ummul Quro, 6.2 (2015),
1–19.

5
dunia dan akhirat. Dengan demikian, maka pendidikan Islam adalah proses
transformasi pengetahuan, budaya, dan nilai serta mengembangkan potensi peserta
didik, agar mereka memiliki kepribadian yang utuh untuk mencapai bahagia hidup di
dunia dan akhirat sesuai dengan ajaran Islam8.

C. Kapitalisasi Pendidikan Dalam Islam


Kapitalisasi pendidikan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Islam tidak
membeda-bedakan hak dan kewajiban seseorang berdasarkan harta atau suku
bangsanya, namun berdasarkan taqwa. Mengingat pendidikan adalah faktor penting
dalam memperoleh ilmu, maka Islam menghendaki bahwa hak memperoleh
pendidikan bisa terakses oleh semua individu baik itu dalam bentuk perintah
memberikan pendidikan ataupun perintah mencarinya. Paham kapitalisme ini secara
jelas dicela dalam Islam dimana Islam memandang hak untuk mendapatkan
pendidikan adalah sama bagi setiap umat. Tujuan akhir dari pendidikan Islam pada
hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri yang membawa misi
bagi kesejahteraan umat manusia di dunia dan akhirat. Dalam Islam, manusia sama
sekali tidak dibeda-bedakan yang menandakan bahwa hak memperoleh pendidikan
adalah juga berlaku bagi siapa saja. Lebih dari itu, materialisme sebagai akar ideologi
kapitalisme telah sangat jelas mendapat justifikasi dan penentangan dari ajaran Islam.

Allah Swt berfirman:

ً‫ض ِزینَةً لَھَا لِنَ ْبلُ َوھُ ْم َأیُّھُ ْم َأحْ َسنُ َع َمال‬
ِ ْ‫ِإنَّا َج َع ْلنَا َما َعلَى األر‬
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik
perbuatannya.” (QS. al-Kahfi: 7)
Di ayat lain, Allah Swt juga menegaskan bahwa balasan terbaik adalah dari
Allah Swt, bukan dari apa yang disebut atau dinilai sebagai materi.

َ ‫ال الَّ ِذینَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َو ْیلَ ُك ْم ثَ َوابُ هللاَّ ِ َخ ْی ٌر لِ َم ْن آ َمنَ َو َع ِم َل‬
َ‫صالِحًا َوال یُلَقَّاھَا ِإال الصَّابِرُون‬ َ َ‫َوق‬
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang
sabar". (QS Al-Qashshash ayat 80).

8
Imam Syafe’i, ‘Tujuan Pendidikan Islam Imam Syafe’I’, Jurnal Pendidikan Islam, 6 (2015), 151–66.

6
D. Dampak Positif dan Negatif Kapitalisasi Bagi Pendidikan Islam
1. Dampak Positif Kapitalisasi
Adapun menurut Azyumardi Azra, beberapa dampak positif sebagai peluang di
antara tantangan kapitalisasi pendidikan adalah9:
a. Potensial “membebaskan‟. Kecenderungan globalisasi yang memunculkan
gejala otonomisasi, devolusi dan desentralisasi sesungguhnya potensial untuk
“membebaskan‟ sekolah dari macam-macam belenggu, seperti sentralisme,
uniformisme, monolitisme, dan desentralisasi. Pada tingkat pendidikan dasar
dan menengah, pemerintah lokal dan masyarakat lokal semakin memainkan
peranan lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan pendidikan.
Pada pendidikan tingkat tinggi, terjadi peningkatan otonomisasi dan
privatisasi, di mana peranan pemerintah semakin mengecil, dan peranan stake
holders semakin besar.
b. Dengan demikian, pendidikan dapat menjawab berbagai tantangan yang
dihadapi masyarakat masing-masing. Pada sisi lain, sebagaimana diidealkan
oleh Paulo Freire dan Ivan Illich, peserta didik juga ‘bebas‟ dari sekedar
sebagai objek dari apa yang yang disebut sebagai banking concept of
education, di mana peserta didik diposisikan sebagai orang yang tidak tahu
apaapa sama sekali, dan karena itu harus dijejali para guru sesuai
kemampuannya sendiri.
c. Peningkatan demokratisasi dan equity dalam pendidikan Pembelajaran yang
berlangsung dengan memberikan peluang lebih besar kepada peserta didik
untuk mengekspresikan diri mereka, pada gilirannya menumbuhkan iklim
demokratis di lingkungan pendidikan. Dengan demikian, maka sekolah
menjadi sarana penting bagi penanaman nilai demokrasi itu sendiri dalam diri
peserta didik. Guru pada saat yang sama, tidak lagi satu-satunya pemegang
monopoli dalam proses belajar. Guru seharusnya lebih siap mendengar dan
memberi kesempatan “berbicara kritis‟ kepada peserta didik.
d. Akselerasi Ilmu Pengetahuan Global Brain memungkinkan akselerasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. Dunia penelitian,
bisnis, industri dimungkinkan untuk menggunakan sumber daya manusia
maupun fasilitas lainnya tanpa terikat pada dimensi-dimensi ruang dan batas-

9
Emawati, ‘Dampak Kapitalisme Global Terhadap Pendidikan Islam’, Jurnal Penelitian Keislaman,
14.2 (2018), 136–52 <https://doi.org/10.20414/jpk.v14i2.699>.

7
batas negara. Kecanggihan sarana telekomunikasi dan teknologi informasi
yang terus berkembang mendukung kemudahan akses referensi ilmiah yang
dibutuhkan dalam dunia akademik.
e. Penyederhanaan kurikulum Subyek yang dipandang tidak terlalu penting dan
tidak relevan dengan kebutuhan global dihilangkan dari kurikulum.
Sebaliknya, subyek-subyek yang urgen dan instrumental bagi peserta didik
dalam menghadapi realitas globalisasi, semakin mendapat penekanan penting
atau bahkan diprioritaskan. Dengan demikian maka kurikulum menjadi lebih
sederhana.
f. Dampak Positif yaitu beban pemerintah membiayai pendidikan semakin
berkurang sebab banyaknya pungutan-pungutan yang ditarik lembaga-
lembaga pendidikan, baik pungutan wajib maupun tidak wajib, menambah
keuntungan dan pemasukan kas lembaga pendidikan karena biaya pendidikan
mahal serta banyaknya pungutan-pungutan sehingga secara tidak langsung
lembaga pendidikan memperoleh profit (keuntungan). Lembaga pendidikan
semakin kompetitif meningkatkan fasilitas dan mutu pendidikan untuk
menarik peminat yang banyak sehingga biaya pendidikan semakin mahal.
2. Dampak Negatif Kapitalisasi
Dampak negatif dari kapitalisasi bagi pendidikan Islam ialah pendidikan
semakin mahal tidak mengenal jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan
tertinggi maupun terendah serta semakin banyaknya pungutan-pungutan yang
dilakukan lembaga pendidikan, Pendidikan sebagai ladang bisnis menjadi trend di
dunia pendidikan, pendidikan diibaratkan pasar atau supermarket yang
menyediakan berbagai barang untuk para pelanggan, sedangkan pendidik (guru
atau dosen) sebagai kasir yang selalu melayani pelanggan yaitu peserta didik,
Gejala stigmatisasi dan diskriminasi antara kaya dan miskin berdampak bagi yang
kurang mampu untuk memperoleh pendidikan layak, Rantai kemiskinan sulit
diputuskan melalui pendidikan, Tercipta privatisasi pendidikan sehingga
memberikan hak otonomi kepada lembaga pendidikan untuk mengurus anggaran
lembaga pendidikan yang dikelola, perubahan misi pendidikan dari budaya
akademik menjadi budaya ekonomi10.

10
Asmirawati, Sulfasyah, and Jamaluddin Arifin, ‘Komersialisasi Pendidikan Asmirawanti’, Jurnal
Equilibrium Jurnal, IV.2 (2016), 174–83.

8
Dampak lainnya mahasiswa menjadi hedonisme, hanya senang mencari
hiburan, misalnya nongkrong-nongkrong yang tidak produktif, pergi ke Mall, ini
semua akibat dari praktik komersialisasi pendidikan yang juga di amini oleh
kampus. Sehingga, yang perlu dilakukan sekarang adalah bagaimana mahasiswa
memasukkan nilai-nilai kesadaran peran dan fungsi mahasiswa yang sebenarnya
dalam konteks sebagai masyarakat kampus11.
Menurut Emawati, beberapa dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya
kapitalisme pendidikan ini. Kebanyakan dampak yang ditimbulkan adalah dampak
negatif akibat adanya sistem kapitalisme pendidikan ini, berikut dampak
negatifnya12 :
a. Hilangnya peran negara dalam pendidikan, akan berdampak semakin
banyaknya kemiskinan yang ada di negeri ini. Hal ini terjadi dikarenakan
banyak anak yang gagal dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya.
b. Masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial ekonomi. Hal
ini terjadi karena pendidikan yang berkualitas hanya bisa dinikmati oleh
sekelompok masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas, dan untuk
masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah tidak bisa mengakses
pendidikan tersebut.
c. Indonesia juga akan tetap berada dalam kapitalisme global. Indonesia akan
tetap berada dalam kapitalis global pada berbagai sektor kehidupan terutama
dalam sistem perekonomiannya. Kapitalisme global (global capitalism) dapat
didefinisikan sebagai bentuk kapitalisme yang berskala global, yang terutama
didukung oleh berbagai mekanisme-mekanisme struktural dan lembaga-
lembaga multinasional.
d. Dalam sistem kapitalis negara hanya sebagai regulator/fasilator. Pada sistem
kapitalis ini, peran negara hanya sebagai regulator/fasilator. Yang berperan
aktif dalam sistem pendidikan adalah pihak swasta, sehingga muncul
otonomi-otonomi kampus atau sekolah yang intinya semakin membuat negara
tidak ikut campur tang terhadap sekolah pendidikan. Hal tersebut berakibat
bahwa sekolah harus kreatif dalam mencari dana bila ingin tetap bertahan.

11
Moh. Taufik and M. Arif Affandi, ‘Resistensi Gerakan Mahasiswa Terhadap Kapitalisasi Pendidikan
(Studi Organisasi Eksternal Kampus UNESA)’, Paradigma, 2.3 (2014), 1–13.
12
Samrin, ‘Kapitalisme Dan Pendidikan Liberal-Kapitalistik Samrin’, Shautut Tarbiyah, 33.November
(2015), 130–46.

9
e. Pendidikan hanya bisa diakses oleh golongan menengah ke atas. Biaya
pendidikan yang semakin mahal mengakibatkan pendidikan hanya
diperuntukkan bagi masyarakat yang mampu sedangkan bagi warga yang
kurang mampu merasa kesulitan dalam memperoleh pendidikan.
f. Praktik KKN semakin merajalela. Biaya pendidikan yang semakin mahal
membuat para orang tua yang memiliki penghasilan tinggi akan memasukkan
anaknya dengan memberikan sumbangan uang pendidikan dengan jumlah
yang sangat besar meskipun kecerdasan dari peserta didik tersebut sangatlah
kurang. Sehingga nantinya, uang akan menjadi patokan lulus atau tidaknya
calon siswa baru diterima di sebuah lembaga pendidikan.
g. Kapitalisme pendidikan bertentangan dengan tradisi manusia. Sistem kapitalis
ini berkaitan dalam hal visi yang meletakkan pendidikan sebagai komoditi.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kapitalisme adalah paham yang menyatakan bahwa tidak ada pembatasan dari
negara bagi warga negaranya guna memiliki property pribadi sehingga dimungkinkan
terjadinya akumulasi modal pada perorangan. Watak dasar kapitalisme adalah
persaingan bebas dan keuntungan material. Kapitalisme bersumber dari liberalisme.
Liberalisme adalah paham yang menyatakan bahwa negara tidak boleh ikut campur
tangan dalam berbagai sendi kehidupan warga negaranya, sehingga negara hanya
dibatasi kepada menjaga ketertiban umum dan penegakan hukum. Kapitalisme
mempengaruhi dunia pendidikan karena prinsip kapitalisme digunakan sebagai
paradigma pendidikan. Masuk dan berkembangnya kapitalisme di dunia pendidikan
ditandai dengan semakin maraknya pembangunan sekolah-sekolah swasta dengan
memberlakukan perilaku pasar bebas dan dunia bisnis di dunia pendidikan (sekolah).
Penerapan sistem kapitalis dalam dunia pendidikan ini banyak menimbulkan dampak
yang tidak baik bagi suatu negara. Salah satu dampak yang paling mendasar adalah
biaya pendidikan semakin mahal yang menyebabkan tidak semua masyarakat bisa
mengakses pendidikan, sehingga akan semakin sedikit kesempatan bagi warga yang
kurang mampu dalam memperoleh pendidikan. Akibatnya, pemerataan pendidikan
tidak akan bisa berjalan, karena masih banyak warga yang tidak mendapatkan
kesempatan untuk menempuh jenjang pendidikan.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kapitalisasi pendidikan
sangat membahayakan tujuan dari pendidikan itu sendiri, apalagi jika dikaitkan
dengan pendidikan Islam sebagai agama yang dianut mayoritas umat Islam di
Indonesia. Kapitalisasi pendidikan menyebabkan orang-orang miskin sangat sulit
mendapatkan akses ke pendidikan yang berkualitas, di samping itu juga menyebabkan
negara tidak lagi mampu berperan sebagai penjamin bagi kebutuhan hak-hak
warganya.

B. Saran
Kapitalisasi Pendidikan telah mengubah wajah pendidikan hingga beberapa
masyarakat memandang tujuan pendidikan adalah untuk memperkaya diri agar
memiliki kehidupan yang terjamin. Hal tersebut tidak sesuai dengan hakikat
pendidikan yang mengembangkan akal dan potensi manusia yang telah diberikan oleh

11
Tuhan. Sudut pandang diatas layaknya dirubah dengan kehadiran Tuhan sebagai
tujuan pendidikan yang mengorientasikan proses hidup sebagai bentuk penghambaan
kepada-Nya. perlu disadari kembali, pendidikan merupakan transportasi menuju insan
kamil, agar orientasi pendidikan tetap berada pada jalurnya yakni perubahan dari yang
tidak tahu menjadi tahu. Bukan dari yang miskin menjadi kaya ataupun kaya menjadi
semakin kaya.
Adapun saran penulis adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka memperbaiki sistem pendidikan Indonesia dan pemerataan
pendidikan , maka perlu adanya kerja sama antara elemen-elemen
pendidikan; guru, siswa, mahasiswa, masyarakat untuk menuntut
pemerintah agar merealisasikan amanat konstitisi terutama dalam bidang
pendidikan; realisasikan anggaran 20 persen.
2. Pendidikan sebagai kebutuhan yang sangat penting bagi keberlangsungan
hidup manusia dan menentukan eksistensi bangsa indonesia, maka
pendidikan untu semua adalah keniscayaan untuk direalisasikan.
3. Setiap pendidik dalam pendidikan islam diharapkan untuk merealisasikan
pendidikan yang membebaskan sehingga terwujud kader-kader bangsa
yang tercerahkan, sadar terhadap realitas yang ada sehingga muncul
keperpihakan siswa terhadap masyarakat miskin untuk melawan
penindasan kapitalisme global.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmirawati, Sulfasyah, and Jamaluddin Arifin, ‘Komersialisasi Pendidikan Asmirawanti’,


Jurnal Equilibrium Jurnal, IV.2 (2016), 174–83

Diknas, Departemen, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994)

Emawati, ‘Dampak Kapitalisme Global Terhadap Pendidikan Islam’, Jurnal Penelitian


Keislaman, 14.2 (2018), 136–52 <https://doi.org/10.20414/jpk.v14i2.699>

Fakih, Mansour, Sebuah Pengantar Komodifikasi Pendidikan Sebagai Ancaman


Kemanusiaan, Dalam Francis X. Wahono, Kapitalisme Pendidikan; Antara Kompetisi
Dan Keadilan (Yogyakarta: Insist Press, Cindelaras, Pustaka Pelajar, 2001)

Muhammad Haris, ‘Pendidikan Islam Dalam Perspektif Prof. H.M Arifin’, Ummul Quro, 6.2
(2015), 1–19 <http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/qura/issue/view/531>

Mukti, Muhammad Akbar, ‘Melawan Kapitalisme Pendidikan’, Jurnal At-Tazakki, 4.2


(2020), 232–45

Samrin, ‘Kapitalisme Dan Pendidikan Liberal-Kapitalistik Samrin’, Shautut Tarbiyah,


33.November (2015), 130–46

Syafe’i, Imam, ‘Tujuan Pendidikan Islam Imam Syafe’I’, Jurnal Pendidikan Islam, 6 (2015),
151–66

Taufik, Moh., and M. Arif Affandi, ‘Resistensi Gerakan Mahasiswa Terhadap Kapitalisasi
Pendidikan (Studi Organisasi Eksternal Kampus UNESA)’, Paradigma, 2.3 (2014), 1–
13

Zulkhairi, Teuku, ‘Kapitalisasi Pendidikan Dan Pengaruhnya Di Aceh’, Jurnal Agama Dan
Sosial Humaniora, 4.2 (2016), 119–32

13

Anda mungkin juga menyukai