Anda di halaman 1dari 29

AMALIAH TQN

Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah yang diajarkan oleh Abah Anom sebagai Syaikh
Mursyid TQN PP Suryalaya ada dua inti utama yaitu dzikir Jahr dan Khafi.

27 JUNI 2019
TQN – PONDOK PINANG
Masjid Nurul Yaqin
Daftar Isi

Pentingya Menempuh Jalan Ruhani Dengan Pembimbing ...................................................... 2


Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya ...................................................................................... 4
Amaliah TQN ............................................................................................................................ 7
1. TANBIH ............................................................................................................................. 7
A. Tanbih Bahasa Sunda ................................................................................................... 7
B. Tanbih Bahasa Indonesia ............................................................................................. 9
2. AMALIAH HARIAN (DZIKIR HARIAN) ............................................................................... 12
A. Transliterasi Bahasa Indonesia................................................................................... 12
B. Bahasa Arab ............................................................................................................... 14
3. DZIKIR MINGGUAN (Khatam-an).................................................................................... 16
A. Transliterasi Bahasa Indonesia................................................................................... 16
B. Bahasa Arab ............................................................................................................... 23
4. DZIKIR BULANAN (Manaqib-an) ..................................................................................... 28
Pentingya Menempuh Jalan Ruhani Dengan Pembimbing
Sumber: https://www.tqnnews.com/pentingya-menempuh-jalan-ruhani-dengan-
pembimbing/

“Bukankah telah datang atas insan suatu masa dari waktu yang – pada masa itu
– ia belum menjadi sesuatu yang dapat dikenali? (QS Al-Insan Ayat 1, 76:1).

Manusia sejatinya adalah makhluk ruhaniah. Tubuh hanyalah casing atau


cangkang yang didesain untuk menopang ruh melakukan tugas di muka bumi.
Sebelum alam semesta dicipta oleh Allah SWT, kita sudah lebih dulu dicipta di
alam ruh. Belum bisa disebut karena masih berwujud ruhaniah.

Setelah basyar (tubuh


biologis) telah sempurna
maka ruh “diturunkan”
masuk ke dalam basyar untuk
menjalankan perannya
sebagai khalifatullah. Dalam
perjalanannya di muka bumi
manusia pada dasarnya
selalu merindukan Tuhannya.
Maka banyak ragam olah
spiritual yang dilakukan. Hal ini wajar karena memang hakikat diri manusia
adalah mahkluk spiritual.

“We are not human beings having a spiritual experience, we are spiritual beings
having a human experience”. Teilhard de Chardin.

Pentingnya Olah Ruhani

Orang yang tekun berolah raga akan mendapatkan kekuatan-kekuatan raga,


yang tidak dimiliki oleh orang yang tidak berolah raga. Wajar bukan?

Begitu juga dengan orang-orang yang tekun melakukan olah ruhani juga akan
mendapatkan kekuatan-kekuatan ruhani. Adapun olah ruhani seperti
memperbanyak puasa, shalat malam, sedekah, dzikir, meditasi dan sebagainya.
Kekuatan ruhani membuat kesadaran seseorang tembus ke alam ruhani,
membuat orang itu mengalami pengalaman mistik. Di alam ruhani selain ada
malaikat, juga ada jin/setan.

Bagaimana membedakan keduanya? Seringkali tipuan setan disangka


“karamah” dari malaikat.
Pentingnya Pembimbing Ruhani (Mursyid)

Belajar matematika perlu pembimbing, belajar renang perlu pembimbing,


belajar musik perlu pembimbing. Bagi penempuh jalan ruhani, pembimbing
mutlak diperlukan. Mengapa? Karena pembimbing adalah orang-orang yang
telah lebih dulu paham/sampai kepada Tuhannya. Mereka tahu jalan kembali
kepadaNya. Dalam dunia tasawuf seringkali disebut mursyid.

Mursyid yang berkualifikasi waliyullah adalah ulama pewaris nabi. Ada 3 tugas
utama nabi dalam Surat al-Jum’ah / 67:2.

1. Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah. Memperkenalkan kepada orang-


orang tentang adanya petunjuk ‘langit’, dan meyakinkan mereka tentang
kebanaran ayat-ayat ‘langit’ itu.
2. Tazkiyah, mensucikan jiwa pengikutnya. Tanpa kesucian jiwa maka
makna ayat-ayat yang dibacakan tak akan terpahami dengan baik, tak
juga ayat-ayat itu terasakan sebagai penggerak yang memotivasi orang
untuk mengamalkannya.
3. Taklim, mengajarkan ketentuan-ketentuan Allah (hukum, kitab) juga
tujuan dan manfaat dari ketentuan-ketentuan tersebut (hikmah).

Beruntunglah kita yang telah memiliki mursyid berkualifikasi waliyullah seperti


Syekh. Ahmad Shahibul Wafa Tajul Arifin (qs).

Terima kasih Abah, terima kasih… terima kasih.

Disarikan dari kajian Kyai Wahfiudin Sakam dengan tema, “Wali Mursyid,
Pewaris Nabi.” (Idn)
Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya
Sumber: https://www.tqnnews.com/sejarah-pondok-pesantren-suryalaya/

Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad
atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa perintisannya
banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial
Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam (geografis)
yang cukup menyulitkan.

Namun Alhamdullilah, dengan izin


Allah SWT dan juga atas restu dari
guru beliau, Syaikh Tholhah bin
Talabudin Kalisapu Cirebon semua
itu dapat dilalui dengan selamat.
Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H
atau 5 September 1905, Syaikh
Abdullah bin Nur Muhammad dapat
mendirikan sebuah pesantren
walaupun dengan modal awal sebuah
mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok
Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya =
Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti
tempat matahari terbit.

Pada awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan
tetapi guru beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan
dorongan juga bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal
beberapa hari sebagai wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga
tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh
mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh
Tholhah bin Talabudin.

Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang


dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun
semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut
ikhwan.

Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah
semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan
Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk
kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan orang wakil talqin, dan beliau
meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan dan
persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH.
Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tahun
1956 di usia yang ke-120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidannya
dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul
Arifin yang akbrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa awal
kepemimpinan Abah Anom juga banyak mengalami kendala yang cukup
mengganggu, diantaranya pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok
Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung lebih
dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII. Juga pada masa pemberontakan
PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu pemerintah untuk
menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali ke jalan yang benar
menurut agama Islam dan Negara.

Perkembangan Pondok
Pesantren Suryalaya semakin
pesat dan maju, membaiknya
situasi keamanan pasca
pemberontakan DI/TII
membuat masyarakat yang
ingin belajar Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah
semakin banyak dan mereka
datang dari berbagai daerah di
Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqin dan
para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang
tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih.
Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai
dengan tuntutan zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H.
Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Mentri
Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri (Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah
Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Yayasan ini dibentuk dengan
tujuan untuk membantu tugas Abah Anom dalam penyebaran Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.

Setelah itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok


Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam,
dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan
demikian ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas
perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang
tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar
negeri seperti yang disebutkan di atas.

Setelah itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok


Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam,
dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan
demikian ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas
perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang
tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar
negeri seperti yang disebutkan di atas.

Pada masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan


aktif dalam kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan,
Lingkungan Hidup, dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang
diperoleh baik dari presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan
dari dunia internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian
eksistensi atau keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan
semakin dibutuhkan oleh segenap umat manusia.

Sumber suryalaya.org
Amaliah TQN
Sumber: http://www.tqnnews.com

Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah yang diajarkan oleh Abah Anom sebagai Syaikh
Mursyid TQN PP Suryalaya ada dua inti utama yaitu dzikir Jahr dan Khafi. Adapun
pelaksanaan dan metode pengamalannya melalui beberapa cara berikut ini yang diambil
dari kitab Uquudul Jumaan susunan Beliau sendiri, yaitu:

1. Tanbih
2. Dzikir Harian
3. Dzikir Mingguan (Khatam-an)
4. Dzikir Bulanan (Manaqib-an)

1. TANBIH

A. Tanbih Bahasa Sunda


Ieu pangéling-ngéling ti Pangersa Guru Almarhum, Syaikh Abdullah Mubarok bin
Nur Muhammad, panglinggihan di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniah.
Dawuhanana khusus kanggé ka sadaya murid-murid pameget, istri, sepuh, anom,
muga-muga sing ginanjar kawilujengan, masing-masing rahayu sapapanjangna, ulah
aya kebengkahan jeung sadayana.

Ogé nu jadi Papayung Nagara sina tambih kamulyaanana, kaagunganana tiasa


nangtayungan ka sadaya abdi-abdina, ngauban ka sadaya rakyatna dipaparin
karaharjaan, kajembaran, kani’matan ku Gusti Nu Maha Suci dlohir bathin.

Jeungna sim kuring nu jadi pananyaan Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah,


ngahaturkeun kagegelan wasiat ka sadaya murid-murid poma sing hadé-hadé dina
sagala laku lampah, ulah aya carékeun agama jeung nagara.

Eta dua-duanana kawulaan sapantesna samistina, kudu kitu manusa anu tetep
cicing dina kaimanan, tegesna tiasa ngawujudkeun karumasaan terhadep agama
jeung nagara ta’at ka Hadorot Ilahi nu ngabuktikeun paréntah dina agama jeung
nagara.

Inget sakabéh murid-murid, ulah kabaud ku pangwujuk napsu, kagendam ku


panggoda syétan, sina awas kana jalan anu matak méngparkeun kana paréntah
agama jeung nagara sina telik kana diri bisi katarik ku iblis anu nyelipkeun dina
bathin urang saréréa.
Anggurmah buktikeun kahadéan sina medal tina kasucian:

Kahiji: Ka saluhureun ulah nanduk boh saluhureun harkatna atawa darajatna, boh
dina kabogana, éstu kudu luyu akur jeung batur-batur.

Kadua: Ka sasama tegesna ka papantaran urang dina sagala-galana ulah rék paséa,
sabalikna kudu rendah babarengan dina enggoning ngalakukeun paréntah agama
jeung nagara, ulah jadi pacogrégan pacéngkadan, bisi kaasup kana pangandika
“ADZAABUN ALIIM”, anu hartina jadi pilara salawasna, ti dunya nepi ka akhérat
(badan payah ati susah).

Katilu: Ka sahandapeun ulah hayang ngahina atawa nyieun deleka culika, henteu
daék ngajénan, sabalikna kudu héman, kalawan karidloan malar senang rasana
gumbira atina, ulah sina ngarasa reuwas jeung giras, rasa kapapas mamaras, anggur
ditungtun dituyun ku naséhat anu lemah lembut, nu matak nimbulkeun nurut, bisa
napak dina jalan kahadéan.

Kaopat: Kanu pakir jeung miskin kudu welas asih soméah, tur budi beresih, sarta
daék méré mawéh, nganyatakeun haté urang saréh. Geura rasakeun awak urang
sorangan kacida ngerikna ati ari dina kakurangan. Anu matak ulah rék kajongjonan
ngeunah déwék henteu lian, da pakir miskin téh lain kahayangna sorangan, éstu
kadaring Pangéran.

Tah kitu pigeusaneun manusa anu pinuh karumasaan, sanajan jeung séjén bangsa,
sabab tungal turunan ti Nabi Adam as. Numutkeun ayat 70 surat Isro anu
pisundaeunana kieu:

“Kacida ngamulyakeunana Kami ka turunan Adam, jeung Kami nyebarkeun sakabéh


daratan ogé lautan, jeung ngarizkian Kami ka maranéhanana, anu aya di darat jeung
lautan, jeung Kami ngutamakeun ka maranéhanana, malah leuwih utama ti mahkluk
anu séjénna.”

Jadi harti ieu ayat nyaéta akur jeung batur-batur ulah aya kuciwana, nurutkeun ayat
tina surat Almaidah anu Sundan “Kudu silih tulungan jeung batur dina enggoning
kahadéan jeung katakwaan terhadep agama jeung nagara, soson-soson
ngalampahkeunana, sabalikna ulah silsih tulungan kana jalan perdosaan jeung
permusuhan terhadep parentah agama jeung nagara.”

Ari sebagai agama, saagamana-saagamana, nurutkeun surat Al-Kafirun ayat 6:


“agama anjeun keur anjeun, agama kuring keur kuring”. Surahna ulah jadi
papaséaan kudu akur jeung batur-batur tapi ulah campur baur. Geuning dawuhan
sepuh baheula “Sina logor dina liang jarum, ulah sereg di buana”.
Lamun urangna henteu kitu tangtu hanjakal di akhirna. Karana anu matak tugeunah
terhadep badan urang masing-masing éta téh tapak amal perbuatanana. Dina surat
Annahli ayat 112 diunggelkeun anu kieu:

“Gusti Allah geus maparin conto pirang-pirang tempat, boh kampungna atawa
desana atawa nagarana, anu dina éta tempat nuju aman sentosa, gemah ripah loh
jinawi, kaki-kari pendudukna (nu nyicinganana) teu narima kana ni’mat ti Pangéran,
maka tuluy baé dina éta tempat kalaparan, loba kasusah, loba karisi jeung sajabana,
kitu téh samata-mata pagawéan maranéhanana”.

Ku lantaran kitu sakabéh murid-murid kudu arapik tilik jeung pamilih, dina nyiar
jalan kahadéan lahir bathin dunya akhérat sangkan ngeunah nyawa betah jasad,
ulah jadi kabengkahan anu disuprih “CAGEUR BAGEUR”.

Teu aya lian pagawéan urang saréréa Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah amalkeun
kalawan enya-enya keur ngahontal sagala kahadéan dlohir bathin, keur nyingkahan
sagala kagoréngan dlohir bathin, anu ngeunaan ka jasad utama nyawa, anu
dirungrung ku pangwujuk napsu, digoda ku dayana sétan. Ieu wasiat kudu
dilaksanakaeun ku sadaya murid-murid, supaya jadi kasalametan dunya rawuh
akhérat.

B. Tanbih Bahasa Indonesia


Inilah peringatan dari Guru Yang Mulia, Almarhum Syaikh Abdullah Mubarok bin
Nur Muhammad, yang bermukim di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.
Titah beliau khususnya kepada segenap murid-murid, pria maupun wanita, tua
maupun muda: “Semoga selalu berada dalam kebahagiaan dan keselamatan,
masing-masing dikaruniai kesejahteraan, jangan ada keretakan diantara kita”.

Juga Pemimpin Negara, semoga bertambah kemuliaan dan keagungannya, agar


dapat membimbing segenap aparatnya, melindungi seluruh rakyatnya, dilimpahkan
rasa aman, kelapangan, kenikmatan, oleh Tuhan Yang Maha Suci, zhahir maupun
bathin.

Adapun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah,


menghaturkan wasiat dengan tulus ikhlas kepada segenap murid-murid, berhati-
hatilah dalam segala perilaku, jangan ada pelanggaran terhadap agama dan negara.

Terhadap keduanya ta’atilah sepantasnya dan semestinya, begitulah seharusnya


manusia yang tetap dalam keimanan, jelasnya dapat mewujudkan kerelaan
terhadap agama dan negara, taat ke Hadirat Ilahi, dengan membuktikan ketaatan
terhadap perintah agama dan negara.
Ingatlah wahai murid-murid sekalian, jangan terpengaruh bujukan hawa nafsu,
termakan godaan setan, waspadalah terhadap jalan yang menyimpang dari
perintah agama dan negara, harus mawas diri jangan sampai terseret oleh iblis yang
menyelinap di dalam bathin kita semua.

Lebih baik tunjukkan kebajikan sebagai bukti dari kesucian:

Pertama: Terhadap orang-orang yang lebih mulia, baik harkat atau derajatnya,
maupun hartanya, jangan melangkahi, semestinyalah kita menghormati, rukun
terhadap sesama.

Kedua: Terhadap sesama, jelasnya yang sederajat dengan kita dalam segala hal,
jangan bersengketa. Sebaliknya harus bersikap rendah hati, bersama-sama dalam
melaksanakan perintah agama dan negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan
persengketaan, dikhawatirkan akan terkena firman-Nya “’ADZAABUN ALIIM”, yang
artinya duka-nestapa selamanya, dari dunia sampai ke akhirat (badan payah jiwa
susah).

Ketiga: Terhadap orang-orang yang di bawah kita, janganlah menghinakannya atau


berbuat semena-mena, tidak mau menghargai, sebaliknya harus berkasih sayang
dengan keridhaan, agar merasa senang dan gembira hatinya. Jangan sampai
mereka merasa gentar dan menjauh, serasa tersayat perasaannya. Sebaiknya
dituntun dan dibimbing dengan nasehat yang lemah-lembut, sehingga menjadi taat
dan mau menempuh jalan kebajikan.

Keempat: Terhadap fakir dan miskin, harus berkasih sayang, ramah tamah bermanis
budi, serta bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa kita memiliki kesadaran.
Coba rasakan pada diri kita sendiri, betapa pedihnya perasaan jika hidup dalam
kekurangan. Oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendiri yang
senang, karena mereka jadi fakir-miskin bukan kehendak sendiri, namun itulah
takdir Tuhan.

Begitulah cerminan sikap manusia yang penuh kesadaran, meskipun terhadap


orang yang berkebangsaan lain, karena semuanya adalah keturunan Nabi Adam as.
Hal ini berdasarkan ayat 70 surat al-Isra yang artinya:

“Sungguh telah Kami muliakan keturunan Adam dan telah Kami perjalankan mereka
di daratan dan di lautan, dan telah Kami beri mereka rizki yang baik-baik, dan telah
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami cipta.”

Kesimpulan dari ayat ini adalah, hiduplah rukun dengan sesama, jangan timbul
kekecewaan, sebagaimana dapat dipahami dari Surat Al-Maidah ayat 2: “Tolong
menolonglah kamu dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan
(terhadap agama dan negara, sungguh-sungguhlah dalam melaksanakannya).
Sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan
(terhadap perintah agama maupun negara)”.

Adapun soal keagamaan, terserah agamanya masing-masing, mengingat Surat Al-


Kafirun ayat 6: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” Maksudnya jangan terjadi
perselisihan, hiduplah dengan akur tapi jangan campur baur. Cobalah renungkan
pepatah leluhur kita: “Merasa leluasa di lubang jarum, tidak merasa sesak di alam
semesta”. (Merasa lapang dalam kesempitan, tidak merasa sempit dalam
kelapangan).

Kalaulah kita tidak begitu tentu menyesal di kemudian hari. Karena yang
memunculkan kegundahan pada diri kita masing-masing adalah hasil perbuatan
kita. Dalam surat an-Nahl ayat 112 diterangkan bahwa:

“Allah telah memaparkan contoh, adanya suatu negeri yang dahulunya aman
tenteram, mengalir kedalamnya rizki yang berlimpah dari segala arah, namun
penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka Allah menimpakan kepada
mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan oleh perbuatan mereka
sendiri”.

Oleh karena itu, segenap murid-murid hendaklah berhati-hati, teliti dan cermat
dalam mencari jalan kebajikan, lahir-batin, dunia akhirat, supaya tenteram jiwa
nyaman jasad, tidak muncul persengketaan, sebagaimana dimaksud “JASAD
SEMPURNA – BUDI UTAMA” (CAGEUR BAGEUR).

Tiada lain amalan kita semua, Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah, amalkan dengan
sebaik-baiknya agar tercapai segala kebajikan zhahir bathin, tersingkir segala
keburukan zhahir bathin, yang berkenaan dengan jasmani, terutama ruhani, yang
selalu dirongrong bujukan hawa nafsu, digoda oleh perdaya setan. Wasiat ini harus
dilaksanakan oleh segenap murid-murid, agar tercapai keselamatan dunia dan
akhirat.
2. AMALIAH HARIAN (DZIKIR HARIAN)

A. Transliterasi Bahasa Indonesia


1. Ilâ hadlratin nabiyyil mushthofâ Muhammadin shallallâhu alayhi wasallam wa `alâ
âlihî wa ash-hâ bihî wa az wâ jihî wadzurriyyâtihî wa ahli baytihî ajma`în syay ul
lillâhi lahumul, Al-fâtihah.

Tertuju ke hadirat Nabi al-Musthafa Muhammad Saw, juga keluarga, sahabat, istri-
istri, segenap keturunan dan ahlul baitnya – segala hal milik Allah untuk mereka, Al-
faatihah.

2. Astaghfirullâhal ghafû rar rahîm. 3x.

Aku memohon ampun kepada Allah yang maha pengampun lagi maha penyayang.
3x.

3. Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadiwwa ‘alâ âlihî washahbihî wa sallim.


3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada pemimpin kami


Muhammad SAW beserta keluarga serta sahabat-sahabat beliau.

4. Ilâhî anta maqshûdî waridlâka mathlûbî a’thinî mahabbataka wama’ rifatak.

Tuhanku hanya Engkaulah yang kumaksud dan hanya keridhaan-Mu lah yang kucari,
berilah daku kemampuan untuk mencintai-Mu dan ma’rifat kepada-Mu.

5. Lâ Ilâha Illallâh. 165x.

Tiada Tuhan selain Allah.

6. Sayyidunâ Muhammadur Rasûlullâhi shallallâhu ‘alayhi wasallam.

Pemimpin kami Muhammad Rosulullah Saw.

7. Bismillâhir Rahmânir Rahîm

Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad


shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’il ahwali wal âfât wataqdlî lanâ bihâ jamî’al hâjât
watuthahhiru nâ bihâ min jamî’is sayyi-ât wa tar fa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajât
watuballighunâ bihâ aqshal ghâ yâ ti min jamî’il khayrâti filhayâti waba’dal mamât
innalladzîna yubâ yi ‘û naka innamâ yubâ yi ‘û nallâh yadullâhi fawqa aydîhim
faman nakatsa fainnamâ yangkutsu ‘alâ nafsih waman aw fâ bimâ ‘â hada
‘alayhullâha fasayu’ tîhi ajran ‘azhîmâ.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan
kepada keluarganya, yang dengan rahmat itu Engkau akan menyelamatkan kami
dari semua keadaan yang mendebarkan dan dari semua cobaan, yang dengan
rahmat itu Engkau akan membersihkan kami dari semua keburukan / kesalahan,
yang dengan rahmat itu Engkau akan mengangkat kami kepada setinggi-2 nya
derajat, yang dengan rahmat itu pula Engkau akan menyampaikan kepada kami
semua maksud yang termulya dari semua kebaikan pada waktu hidup dan setelah
mati. Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya
mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka
barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan
menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka
Allah akan memberinya pahala yang besar… (boleh ditambah do’a pribadi).

8. Ilâ hadlratin nabiyyil mushthofâ Muhammadin shallallâhu alayhi wasallam wa `alâ


âlihî wa ash-hâ bihî wa az wâ jihî wadzurriyyâtihî wa ahli baytihî ajma`în syay ul
lillâhi lahumul, Fâtihah.

Tertuju ke hadirat Nabi al-Musthafa Muhammad Saw, juga keluarga, sahabat, istri-
istri, segenap keturunan dan ahlul baitnya – segala hal milik Allah untuk mereka, Al-
faatihah.

9. Tsumma ilâ arwâhi ahlissilsilatil qâdiriyyah wan naqsybandiyyah wajamî’i ahlith


thuruqi khusûshan ilâ hadlrati sulthânil awliyâ ghawtsil a’zhami quthbil ‘âlamîn
assayyidisy Syaykh ‘Abdul Qâdir al-Jaylânî qaddasallâhu sirrahu, wassayyidisy
Syaykh Abil Qâsim Junaydil Baghdâdî, wassayyidisy Syaykh Ahmad Khatib Syambâs
ibni ‘Abdil Ghaffar, wassayyidisy Syaykh Thalhah Kali Sapu Cirebon, wassayyidisy
Syaykh Abdullah Mubârok bin Nûr Muhammad, wahadlrati syaykhinal mukarrom
Ahmad Shohibul Wafa Tâjul Arifin RA. Wa ushûlihim wa furû’ihim wa ahli
silsilatihim wal âkhidzîna ‘anhum syay ul lillâhi lahumul, Fâtihah.

Kemudian untuk arwah guru-guru dalam silsilah Thariqah Qadiriyyah dan


Naqsyabandiyah dan seluruh ahli thariqah, khususnya untuk yang mulia pemimpin
agung para wali, penolong besar, kutub alam semesta, Tuan Syaikh Abdul Qodir Al-
Jaylani, semoga Allah mensucikan ruh beliau, dan Tuan Syaikh Abil Qosim Junaydi
al-Baghdadi, dan Tuan Syaikh Ahmad Khatib as-Sambasi bin Abdul Ghoffar, dan
Tuan Syaikh Thalhah Kalisapu Cirebon, dan Tuan Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur
Muhammad. Semoga disampaikan kepada guru kami yang mulia, Syaikh Ahmad
Shohibul Wafa Tajul Arifin Dan kepada ayah-2nya dan putra-2nya dan ahli silsilah
dan kepada yang bertabaruk Kepadanya. Segala perkara kepunyaan Allah, Al-
faatihah.
10. Tsumma ilâ arwâhi âbâ inâ wa ummahâ tinâ walikâf fatil muslimîna walmuslimâti
wal muminîna wal muminâtil ahyâ i minhum wal amwât syay ‘ullillâhi lahumul,
Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada ruh dari ayah-2 kami dan ibu-2 kami dan semua orang
Islam laki-2 dan perempuan dan semua orang Mukmin laki-2 dan perempuan yang
hidup dan yang mati. Segala perkara kepunyaan Allah, Al-faatihah.

11. Astaghfirullâha rabbî min kulli dzanbiw wa atûbu ilayh. 3x.

Aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa dan aku bertaubat kepada-Nya.
3x.

12. Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadiw wa ‘alâ âli Muhammad kamâ shallayta ‘alâ
Ibrâhîm wa ‘alâ âli Ibrâhîm wa bârik ‘alâ Muhammadiw wa ‘alâ âli Muhammad
kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdum majîd.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarganya.


Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarganya. Dan limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan kepada
keluarganya. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada Nabi Ibrahim
dan kepada keluarganya. Diseluruh sekalian alam, sesungguhnya Engkau Zat yang
Maha terpuji lagi Maha Agung.

13. Ilâhî anta maqshûdî waridlâka mathlûbî a’thinî mahabbataka wama’ rifatak

Tuhanku hanya Engkaulah yang kumaksud dan hanya keridhaan-Mu lah yang kucari,
berilah daku kemampuan untuk mencintai-Mu dan ma’rifat kepada-Mu.

Tawajjuh.

Dzikir Khafiy.

B. Bahasa Arab
ُ‫َي ٌء ِ ِ لَ ُه ُم ْالفَاتِ َحة‬
ْ ‫اج ِه َوذُ ِ ّر يﱠاتِ ِه َوأَ ْه ِل َب ْيتِ ِه أَجْ َمعِينَ ش‬ َ ‫سلﱠ َم َو َعلَى آ ِل ِه َو‬
ِ ‫صحْ بِ ِه َوأ َ ْز َو‬ َ ُ ‫صلﱠى ﷲ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ْ ‫ي ْال ُم‬
َ ‫ص‬
َ ‫طفَى ُم َح ﱠم ٍد‬ ِّ ِ‫إِلَى َحض َْرةِ ال ﱠنب‬
‫أ ْس َت ْـغ ِف ُرﷲ َال َغ ُف ْو َر ﱠ‬
3x ‫الر ِح ْ َم‬
َ َ َ
3x ‫الل ُه ﱠم َص ﱢﻞ ع َس ﱢ ِﺪنا ُﻣ َح ﱠﻤ ٍﺪ َوع ِآل ِه َو َص ْح ِ ِه َو َسل ْم‬

ْ ‫ضاكَ َم‬
َ‫طلُوبِي أَعْطِ نِ ْي َم َحبﱠـتَكَ َو َم ْع ِر َفتَك‬ ُ ‫ِإلَ ِهي أ َ ْنتَ َم ْق‬
َ ‫صودِي َو ِر‬
ُ ‫َ إل َه ﱠ‬
165x ‫ﷲ‬ ‫ِ ِإ‬
‫سلﱠ َم‬ ‫صلﱠى ﷲ ُ َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫سو ُل ﷲِ َ‬
‫سيِّدُنَا ُم َح ﱠمدٌ ﱠر ُ‬
‫َ‬

‫الرحِ ي ِْم‬
‫الرحْ َم ِن ﱠ‬
‫بِس ِْم ﷲِ ﱠ‬

‫ت َو‬ ‫ضى َلنَا ِب َها َجمِ ي َع ْال َحا َجا ِ‬ ‫ت َو ت َ ْق ِ‬‫صﻼَةً ت ُ ْن ِجينَا ِب َها مِ ْن َجمِ يعِ ْاﻷ َ ْه َوا ِل َو ْاﻷ َ َفا ِ‬ ‫اللﱠ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِدنَا ُم َح ﱠم ٍد َو َعلَى آ ِل َس ِّي ِدنَا ُم َح ﱠم ٍد َ‬
‫ت َوبَ ْعدَ‬ ‫ْ‬
‫ت فِي ال َحيَا ِ‬ ‫ْ‬
‫ت مِ ْن َج ِميْعِ ال َخي َْرا ِ‬ ‫ْ‬
‫صى الغَايَا ِ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬
‫ت َوتُبَ ِلغُـنَا بِ َها أق َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ت َو ت َْرفَعُنَا ِب َها ِع ْندَكَ أ ْعلى الد َﱠر َجا ِ‬ ‫َ‬
‫ط ِ ّه ُرنَا بِ َها مِ ْن َجمِ يعِ السﱠـ ِّيأ ِ‬‫تُ َ‬
‫سيُؤْ ِت ْي ِه أ َ ْج ًرا‬‫ع َل ْيهُ ﷲَ فَ َ‬
‫عا َهدَ َ‬‫علَى نَ ْف ِس ِه َو َم ْن أ َ ْوفَى بِ َما َ‬ ‫ث َ‬ ‫ت إِ ﱠن الﱠ ِذيْنَ يُبَايِعُونَكَ ِإنﱠ َما ُيبَايِعُونَ ﷲَ يَدُ ﷲِ فَ ْوقَ أ َ ْيدِي ِه ْم فَ َم ْن نَكَثَ فَإِنﱠ َما يَ ْن ُك ُ‬ ‫ْال َم َما ِ‬
‫عظِ ي ًما‬ ‫َ‬

‫َي ٌء ِ ِ لَ ُه ُم ْالفَاتِ َحةُ‬


‫اج ِه َوذُ ِ ّر يﱠاتِ ِه َوأَ ْه ِل َب ْيتِ ِه أَجْ َمعِينَ ش ْ‬ ‫علَ ْي ِه َو َسلﱠ َم َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬
‫صحْ ِب ِه َوأ َ ْز َو ِ‬ ‫صلﱠى ﷲ ُ َ‬ ‫ي ْال ُم ْ‬
‫ص َ‬
‫طفَى ُم َح ﱠم ٍد َ‬ ‫ِإلَى َحض َْرةِ النﱠ ِب ِّ‬

‫ب‬
‫ط ِ‬ ‫ظ ِم قُ ْ‬
‫ث اْﻷ َ ْع َ‬ ‫ان اْﻷ َ ْو ِليَاءِ غ َْو ِ‬ ‫ط ِ‬ ‫س ْل َ‬
‫صا إِ َلى َحض َْرةِ ُ‬ ‫صو ً‬‫ق ُخ ُ‬ ‫ثُـ ﱠم إِلَى أ َ ْر َواحِ أَ ْه ِل ال ِس ّْل ِس َل ِة ْال َقاد ِِريﱠ ِة َو ال ﱠن ْق ْشبَ ْن ِديﱠ ِة َو َجمِ يْع أ َ ْه ِل ﱡ‬
‫الط ُر ِ‬ ‫ِ‬
‫شيْخِ أَحْ َم ْد خَاطِ بْ ال ﱠ‬
‫ش ْم َباسِى‬ ‫شيْخِ أَ ِبى ْالقَاس ِِم ُجنَ ْي ِد ْال َب ْغدَادِي َو السﱠـ ِّي ِد ال ﱠ‬ ‫ﱠس ﷲ ُس ﱠِره ُ َو السﱠـ ِّي ِد ال ﱠ‬ ‫شيْخِ َع ْب ِد ْالقَاد ِِر ْال َجي َْﻼنِي قَد َ‬ ‫ْال َعالَمِ يْنَ السﱠـ ِّي ِد ال ﱠ‬
‫شيْخِ نَا ْال ُمك ﱠَر ِم أَحْ َمدْ‬ ‫ْ‬
‫ور ُم َح ﱠمد َو َحض َْرةِ َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ارك بِن ن ْ‬ ‫ْ‬ ‫ﱠ‬
‫ُون َو السﱠـيِّ ِد الشيْخِ َع ْبدُ ﷲِ ُمبَ َ‬ ‫سافو ش ِْرب ِ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬
‫ار َو السﱠـيِّ ِد الشيْخِ طل َحة كَا ِل َ‬ ‫اب ِْن َع ْب ِد ْالغَفﱠ ِ‬
‫ش ْي ٌء ِ ِ لَ ُه ُم ْالفَاتِ َحةُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫صو ِل ِه ْم َو فُ ُرو ِع ِه ْم َو أ ْه ِل سِل ِس َلتِ ِه ْم َواﻵخِ ِذيْنَ َع ْن ُه ْم َ‬ ‫ُ‬
‫ِين َو أ ُ‬ ‫ارف ْ‬ ‫ْ‬
‫الوفَاء ت َا ُج العَ ِ‬ ‫صاحِ بُ َ‬ ‫َ‬

‫ش ْي ٌء ِ ِ لَ ُه ُم ْالفَاتِ َحةُ‬ ‫ثُـ ﱠم إِلَى أ َ ْر َواحِ آبَائِنَا َوأ ُ ﱠم َها ِتنَا َو ِلكَافﱠ ِة ْال ُم ْسلِمِ يْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما ِ‬
‫ت َو ْال ُمؤْ مِ ِنيْنَ َو ْال ُمؤْ مِ نَاتِ ْاﻷَحْ يَاءِ مِ ْن ُه ْم َو ْاﻷ َ ْم َوا ِ‬
‫ت َ‬
‫ُ‬ ‫َْ‬ ‫أ ْس َت ْغف ُر َ‬
‫ﷲ َر ﱢ ْ ِﻣ ْﻦ ﱢﻞ ذن ٍب َوأت ْو ُب ِإل ْ ِه ‪3x‬‬ ‫ِ‬

‫ار ْكتَ َ‬
‫علَى‬ ‫علَى ُم َح ﱠم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح ﱠم ٍد َك َما بَ َ‬
‫ار ْك َ‬ ‫صلﱠيْتَ َعلَى ِإب َْراه َ‬
‫ِيم َو َعلَى آل إِب َْراه َ‬
‫ِيم َوبَ ِ‬ ‫علَى آ ِل ُم َح ﱠم ٍد َك َما َ‬ ‫علَى ُم َح ﱠم ٍد َو َ‬ ‫اللﱠ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬
‫ِيم فِى ْال َعالَمِ ينَ ِإ ﱠنكَ َح ِميدٌ َم ِجيدٌ‬
‫علَى آ ِل ِإب َْراه َ‬
‫ِإب َْرا ِهي َْم ِو َ‬
‫ضاكَ َم ْ‬
‫طلُوبِي أَعْطِ نِ ْي َم َحبﱠـتَكَ َو َم ْع ِر َفتَكَ‬ ‫إِلَ ِهي أ َ ْنتَ َم ْق ُ‬
‫صودِي َو ِر َ‬
3. DZIKIR MINGGUAN (Khatam-an)

A. Transliterasi Bahasa Indonesia


1. Ilâ hadlratin nabiyyil mushthofâ Muhammadin shallallâhu alayhi wasallam wa `alâ
âlihî wa ash-hâ bihî wa az wâ jihî wadzurriyyâtihî wa ahli baytihî ajma`în syay ul
lillâhi lahumul, Fâtihah.

Tertuju ke hadirat Nabi al-Musthafa Muhammad Saw, juga keluarga, sahabat, istri-
istri, segenap keturunan dan ahlul baitnya – segala perkara milik Allah untuk
mereka, Al-faatihah.

2. Tsumma ilâ arwâhi âbâ ihî wa ikhwâ nihî minal anbiyâ I wal mursalîna wal malâ ikatil
muqarrabîna wal karû byyîna wasy syuhadâ i wash shâlihîna wa âli kulliwwa ash
hâbi kulliwwa ilâ rûhi abînâ âdama waumminâ hawwa wama tanâ salabaynahumâ
ilâ yawmil qiyâmati syai ul lillâhi lahumul, Fâtihah

Semoga disampaikan kepada ruh dari ayah-ayahnya saudara-saudaranya dari para


Nabi, juga kepada para utusan dan malaikat muqarrabin dan karubiyin dan mereka
yang mati syahid dan kepada para shalihin dan keluarganya dan para sahabatnya
dan kepada ruh bapak dan ibu kita semua yakni Nabi Adam dan Siti Hawa dan
keturunan dari keduanya hingga hari kiamat. Segala perkara milik Allah untuk
mereka, Al-Faatihah.

3. Tsumma ilâ arwâhi sâdâtinâ wama wâlînâ wa aimmatinâ abî bakri wa ‘umara wa
‘utsmâna wa ‘alî wa ilâ baqiyyatish shahâbati wal qarâbati wat tâ bi’îna watâ bi’it
tâbi’îna lahum bi ihsânin ilâ yawmiddîn syay ul lillâhi lahumul, Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada ruh para pembesar Islam, pengurus serta imam kita
yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan kepada semua sahabat dan kerabat dan
para tabi’in serta yang mengikuti tabi’in dengan kebaikan. segala perkara milik
Allah untuk mereka, Al-Faatihah.

4. Tsumma ilâ arwâhi aimmatil mujtahidîna wamuqallidîhim fiddîni wal ‘ulamâ


irrasyidîna walqurrâ il mukhlisîna wa ahlit tafsîri wal muhadditsîna wasâ iri sâdâ tish
shûfiyyatil muhaqqiqîna wa ilâ arwâhi kulli waliyyin wawaliyyatin wa muslimin wa
muslimatin mim masyariqil ardli ilâ maghâribihâ wamin yamînihâ ilâ syimâ lihâ syay
ul lillâhi lahumul, Fâtihah.
Semoga disampaikan kepada ruh para imam mujtahid dan pengikut mereka dan
para ulama yang mendapat petunjuk dan para pembaca Qur’an yang ikhlas serta
para ahli tafsir dan ahli hadits serta para pembesar sufi yang benar dan kepada ruh
seluruh wali baik pria maupun wanita, muslim maupun muslimat, baik yang berada
di sebelah timur, barat, kanan maupun kiri bumi. Segala perkara milik Allah untuk
mereka, Al-Faatihah.

5. Tsumma ilâ arwâhil ahlissilsilatil qâdiriyyah wan naqsyabandiyyah wajamî’I ahlith


thuruqi khusûshan ilâ hadlrati sulthânil awliyâ ghawtsil a’zhami quthbil ‘âlimîna
assayyidisy Syaykh ‘Abdul Qâdir al-Jaylânî qaddasallâhu sirrahu, wassayyidisy
Syaykh Abil Qâsim Junaydil Baghdâdî, wassayyidisy Syaykh Ma’rufil Karkhi,
wassayyidisy Syaykh Sarris Saqathi, wassayyidisy Syaykh Habibil ‘Ajamî
wassayyidisy Syaykh Hasanil Bashri, wassayyidisy Syaykh Ja’faris Shadiq,
wassayyidisy Syaykh Yusufil Hamdâni, wassayyidisy Syaykh Abi Yazidil Busthami,
wassayyidisy Syaykh Bahâuddin an Naqsyabandî, wahadlrati Imâmir Rabbanî,
wassayyidisy Syaykh Abdullah Mubârok bin Nur Muhammad, wahadlrati syaykhinal
mukarrom Syaykh Ahmad Shâhibul Wafâ Tâjul ‘Ârifin Radliyallâhu ‘anh.Wa
ushûlihim wa furû’ihim wa ahlis silsilatihim wal âkhidzîna ‘anhum syayul lillâhi
lahumul, Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada ruh para guru Thariqah Qadiriyyah Naqsyyabandiyah


dan kepada seluruh ahli Thariqah, khususnya kepada ruhnya pemimpin para wali,
wali ghauts tertinggi, patok alam, tuan guru yang menghidupkan agama, yakni
Syaikh Abdul Qodir Al-Jaylani, dan tuan syaikh Abil Qosim Junaydi Al Baghdadi dan
tuan syaikh Ma’ruf Al-Karkhi dan tuan syaikh Sarri Saqathi dan tuan syaikh Habibil
‘Ajami dan tuan syaikh Hasan Bashri dan tuan syaikh Ja’far Shodiq dan tuan syaikh
Yusuf Al-Hamdani dan tuan syaikh Abu Yazid Al-Busthomi dan tuan syaikh Syah
Bahauddin An-Naqsyabandi dan kepada Imam Robbani dan kepada tuan Syaikh
‘Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad dan kepada guru kita yang mulia Syaikh
Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin dan kepada para ayahnya terus ke atas dan para
putranya terus ke bawah dan para rantai silsilahnya dan orang-orang yang
bertabarruk dari mereka. Segala perkara milik Allah untuk mereka, Al-Faatihah.

6. Tsumma ilâ arwâhi wâlidînâ wawalidîkum wamasyâ yikhinâ wamasyâ yikhikum wa


amwâtinâ wa amwâ tikum waliman ahsana ilaynâ walimal lahû haqqun ‘alaynâ
waliman awshânâ wastaw shânâ waqalladanâ ‘indaka bidu’â il khayr syay ul lillâhi
lahumul, Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada para arwah orang tua kami dan orang tua anda, para
guru kami dan guru anda, kepada mereka yang telah meninggal dunia dari pihak
kami dan pihak anda, dan orang-orang yang menjadi tanggungan kita, dan kepada
mereka yang telah berwasiat kepada kita dan juga yang meminta wasiat dari kita,
dan mereka yang mengikuti kita di jalan Tuhan dengan do’a yang baik. Segala
perkara milik Allah untuk mereka, Al-Faatihah.

7. Tsumma ilâ arwâhi jamî’il mu’ minîna wal mu’ minâti wal muslimîna walmuslimâtil
ahyâ i minhum wal amwâti min masyâriqil ardli ilâ maghâ ribihâ wamiy yamînihâ ilâ
syimâ lihâ waming qâfin ilâ qâfim miw waladi âdama ilâ yawmil qiyâ mati syay ul
lillâhi lahumul, Fâtihah

Semoga disampaikan kepada saudara kami yang seiman baik pria maupun wanita
seluruh umat Islam baik pria maupun wanita, baik yang masih hidup maupun yang
telah meninggal dunia dari belahan timur bumi maupun belahan baratnya, dari
kanan ke kiri, dari gunung Qof ke gunung Qof sejak putra Nabi Adam sampai hari
kiamat. Segala perkara milik Allah untuk mereka, Al-Faatihah.

8. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî


washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

9. Surat Alam Nasyrah (80/3x).


10. Surat Al Ikhlas (500/3x).

11. Ilâ hadlratisy syaykh Ahmad Bâqir. Al-Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada Syaikh Ahmad Baqir, Al-Faatihah.

12. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

13. Allahumma yâ qâ dliyal hâjât. (3x / 100x)


14. Allahumma yâ kâfiyal muhimmât. (3x / 100x)
15. Allahumma yâ dâfi‘al baliyyât. (3x / 100x)
16. Allahumma yâ râfi‘ad darajât. (3x / 100x)
17. Allahumma yâ syâfiyal amrâdl. (3x / 100x)
18. Allahumma yâ mujîbad da‘awât. (3x / 100x)
19. Allahumma yâa arhamar râhimîn. (3x / 100x)
20. Ya Allah yang menunaikan segala kebutuhan. (3x / 100x)
21. Ya Allah yang yang memenuhi segala kepentingan. (3x / 100x)
22. Ya Allah yang menolak segala mushibah. (3x / 100x)
23. Ya Allah yang menaikkan segala derajat. (3x / 100x)
24. Ya Allah yang menyembuhkan segala penyakit. (3x / 100x)
25. Ya Allah yang mengabulkan segala do’a. (3x / 100x)
26. Ya Allah yang paling pengasih lagi penyayang. (3x / 100x)

27. Ilâ hadratil Imâm hawajikân. Al-Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada Imam Hawajikan, Al-Faatihah.

28. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

29. Lâ hawla walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm. (3x / 500x).

Tiada daya dan kekuatan kecuali milik Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

30. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

31. Ilâ hadlratil Imâm Rabbâniy. Al-Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada Imam Robbani, Al-Faatihah.

32. Surat Al-Falaq (1x).

33. Astaghfirullâhal ‘azhîm alladzî lâa ilâha illâ huwal hayyul qayyûm wa atûbu ilaiyh.
(3x / 100x).

Aku memohon ampun kepada Allah yang maha Agung dimana tiada Tuhan kecuali
Dia yang maha hidup dan maha tegak, dan aku bertobat kepada-Nya.
34. Surat An-Naas (1x).

35. Ilâ hadlrati sayyidinâ Muzhohhir. Al-Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada tuan Mudzhohir, Al-Faatihah.

36. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

37. Hasbunallâhu wani‘mal wakîl. (15x / 500x).

Yang mencukupi kami adalah Allah, dan Dia lah sebaik-baik yang menanggung
kebutuhan.

38. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

39. Ilâ hadlratisy Syaykh ‘Abdul Qâdir Al-Jaylâniy. Al-Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada Syaikh Abdul Qodir Jaylani, Al-Faatihah.

40. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

41. Ni‘mal mawlâ wani‘man nashîr. (15x / 500x).

Dia lah sebaik-baik pemelihara dan sebaik-baik penolong.

42. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.
Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi
Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

43. Ilâ hadlrati syaykhinal mukarram Ahmad Shohibul Wafâ Tâjul ‘Ârifin RA. Al Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada guru kami yang mulia Syaikh Ahmad Shohibul Wafa
Tajul ‘Arifin Ra, Al-Faatihah.

44. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

45. Yâ khafiyal luthfi adriknî biluthfikal khafîy. (15x / 500x).

Wahai Tuhan yang samar kelembutannya, sampaikanlah aku dengan kelembutan-


Mu yang samar.

46. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

47. Ilâ hadlrati Imâm Khawâjah An-Naqsyabandiy. Al-Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada Syaikh Khawajah Naqsyabandy, Al-Faatihah.

48. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

49. Lâ ilâha illa anta subhânaka innî kuntu minazh zhalimîn. (15x / 500x).

Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang dzhalim.
50. Allahumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî
washahbihî wasallim. 100/3x.

Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi


Muhammad Saw, Nabi yang ummiy, dan juga kepada keluarganya dan para
sahabatnya.

51. Ilâ hadlrati sayyidinâ Ma‘shûm. Al-Fâtihah.

Semoga disampaikan kepada tuan Ma’shum, Al-Faatihah.

52. Tawajjuh 129x.

53. Ilâhî anta maqshûdî waridlâka mathlûbî (3x), a’thinî mahabbataka wama’ rifatak.

Wahai Tuhanku hanya Engkaulah tujuanku dan hanya keridhaan-Mu lah yang
kucari, berikanlah kepadaku kemampuan untuk mencintai-Mu dan ma’rifat kepada-
Mu.

54. Yâ Lathîf. (129x / 16.641x).

Wahai yang Maha Lembut.

55. Bismillâhir Rahmânir Rahîm. Yâ Lathîf 3x. Yâ maw wasi‘a luthfuhû ahlas samâwâti
wal ardl. Nas ’aluka bikhafiyyi khafiyyi luthfikal khafîyi an tukhfiyanâ fiy khafiyyi
khafiyyi luthfikal khafiyy.

56. Innaka qulta waqawlukalhaq. Allâhu latîfum bi ‘ibâdihi yarzuqu may yasyâ u wa
huwal qawiyyul ‘azîz, Allâhumma inna nas ’aluka yâ qawiyyu yâ ‘azîzu ya mu‘în
biquw watika wa ‘izzatika yâ matîn, an takûna lanâ ‘aw naw wamu ‘înan fî jamî‘il
aqwâli wal ahwâli wal af ‘âl li wa jamî ‘i mâ nahnu fîhi min fi‘lil khayrât, wa an tad
fa‘a ‘anna kulla syarriwwaniqmatiw wamihnatin qadistahqaynâ hâ min ghaflatinâ
wadzunûbinâ, fainnaka antal ghafûrur Rahîm waqad qulta waqawlukal haqqu waya‘
fû ‘an katsîr, Allahumma bihaqqi man lathafta bihî wawajjah tahû ‘indaka
waja‘altal luthfal khafiyya tâ bi‘allahû haytsu tawajjaha, Nas ’aluka an tuwajjihanâ
‘indaka wa an tukhfiyanâ biluthfika innaka ‘alâ kulli syay ’ing qadîr, Washallallâhu
‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihî washahbihî wa sallam. Walhamdulillâhi
Rabbil ‘âlamîn. Al-Fâtihah.

Wahai yang maha lembut 3x, Wahai Dzat yang kasih sayangnya meliputi langit dan
bumi. Kami memohon kepada-Mu ya Allah dengan samarnya kelembutan-Mu yang
tersembunyi, untuk menyembunyikan kami dalam kelembutan-Mu yang
tersembunyi.
Sesungguhnya Engkau telah berfirman dan firman-Mu benar “Allah itu maha
lembut kepada hamba-hambanya Dia melimpahkan kepada siapa saja yang Dia
kehendaki. Dan Dia maha kuat lagi maha perkasa.

Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada-Mu wahai Dzat yang maha kuat,
wahai Dzat yang maha perkasa, wahai Dzat yang maha penolong, dengan kekuatan-
Mu dan keperkasan-Mu wahai Dzat yang maha kokoh,

Kiranya Engkau menjadi pertolongan dan penolong bagi kami dalam segala ucapan,
keadaan dan perbuatan kami, serta dalam semua kebaikan yang kami lakukan.

Ya Allah, semoga Engkau menjauhkan kami dari semua kejahatan, dendam dan
malapetaka yang sungguh pantas kami terima karena kelalaian dan dosa-dosa kami.

Sesungguhnya Engkau maha pengampun dan maha penyayang. Sungguh Engkau


telah berfirman dan firman-Mu benar, “Allah memaafkan orang-orang yang banyak
berbuat dosa”.

Ya Allah demi hak orang yang Engkau berikan kasih sayang dan kelembutan
kepadanya, demi hak orang yang Engkau posisikan di dekat-Mu dan Engkau telah
menjadikan kelembutan yang tersembunyi senantiasa menyertainya (kekasih-Mu)
dimana saja dia menghadap-Mu.

Kami memohon kiranya Engkau posisikan kami di dekat-Mu dan Engkau


menyelimuti kami dengan kelembutan-Mu. Sungguh Engkau berkuasa atas segala
sesuatu.

Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kesejahteraan kepada Muhammad SAW


dan juga kepada para keluarga dan sahabatnya.Dan segala puji hanya milik Allah
Tuhan semesta alam. Al-Faatihah.

B. Bahasa Arab
ُ‫َي ٌء ِ ِ لَ ُه ُم ْالفَاتِ َحة‬
ْ ‫اج ِه َوذُ ِ ّر يﱠاتِ ِه َوأَ ْه ِل َب ْيتِ ِه أَجْ َمعِينَ ش‬ َ ‫سلﱠ َم َو َعلَى آ ِل ِه َو‬
ِ ‫صحْ بِ ِه َوأ َ ْز َو‬ َ ُ ‫صلﱠى ﷲ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ْ ‫ي ْال ُم‬
َ ‫ص‬
َ ‫طفَى ُم َح ﱠم ٍد‬ ِّ ِ‫إِلَى َحض َْرةِ ال ﱠنب‬

‫ب‬ ْ َ ‫صالِـحِ ينَ َو آ ِل ُك ٍّل َو أ‬


ِ ‫ص َحا‬ ‫سـلِينَ َو ْال َم َﻼئِ َك ِة ْال ُمـ َق ﱠر ِبينَ َو ْالك َُرو ِب ِيّـينَ َو ال ﱡ‬
‫شـ َهدَاءِ َو ال ﱠ‬ َ ‫ثُـ ﱠم ِإ َلى أ َ ْر َواحِ آ َبائِ ِه َو ِإ ْخ َوانِ ِه مِ نَ ْاﻷ َ ْن ِبيَاءِ َو ْال ُم ْر‬
ُ‫ش ْي ٌء ِ ِ لَـ ُه ُم ْالفَاتِ َحة‬ ْ َ َ ‫ُك ٍّل َو إِلَى ُروحِ أَبِيْـنَا آدَ َم َو أ ُ ِّمـنَا َح ﱠوا ْء َو َما تَنَـا‬
َ ‫س َل َب ْينَ ُه َما إِلى يَ ْو ِم ال ِقيَـا َم ِة‬

َ‫ص َحـا َب ِة َو ْالقَ َرا َب ِة َو التﱠا ِبعِيـنَ َو ت َا ِبعِ التﱠا ِبعِين‬


‫ع َم َر َو عُـثْ َمانَ َو َعلِي َو ِإلَى َبـ ِق ﱠي ِة ال ﱠ‬
ُ ‫سـادَا ِتنَـا َو َم َوالِيـْنَا َو أ َ ِئ ﱠم ِتنَـا أ َ ِبى َب ْك ٍر َو‬َ ِ‫ثُـ ﱠم ِإلَى أَ ْر َواح‬
ُ‫ ْالفَاتِ َحة‬.‫ش ْي ٌء ِ ِ لَـ ُه ُم‬ َ ‫ّيـن‬ِ ‫ـان إِ َلى يَ ْو ِم ال ِد‬
ٍ ‫س‬ َ ْ‫لَ ُه ْم بِإِح‬
‫ت‬
‫سادَا ِ‬ ‫ير َو ْال ُم َح ِ ّدثِينَ َو َ‬
‫سائ ِِر َ‬ ‫الرا ِشدِينَ َو ْالقُ ﱠراءِ ْال ُم ْخل ِ‬
‫ِصينَ َوأَ ْه ِل الت ﱠ ْف ِس ِ‬ ‫ّين َو ْالعُلَ َماءِ ﱠ‬ ‫ث ُ ﱠم لَى أَ ْر َواحِ أ َ ئِ ﱠم ِة ْالـ ُمجْ ت َ ِه ِديْنَ َو ُمقَ ِلّدِي ِه ْم فِى ال ِد ِ‬
‫َار ِبـ َها َو مِ ْن يَمِ ْينِ َها ِإلَى ِش َما ِل َها َ‬
‫ش ْي ٌء ِ ِ‬ ‫ض ِإلَى َمغ ِ‬‫ق ْاﻷ َ ْر ِ‬ ‫َار ِ‬‫ي َو َو ِليﱠ ٍة َو ُم ْسل ٍِم َو ُم ْس ِل َم ٍة مِ ْن َمش ِ‬ ‫صو ِفيﱠ ِة ْال ُم َح ِّققِينَ َو ِإلَى أ َ ْر َواحِ ُك ِل َّو ِل ٍّ‬ ‫ال ﱡ‬
‫لَـ ُه ُم ْالفَا ِت َحةُ‬

‫ب‬‫ط ِ‬ ‫ظ ِم قُ ْ‬
‫ث اْﻷ َ ْع َ‬ ‫ان اْﻷ َ ْو ِليَاءِ غ َْو ِ‬ ‫ط ِ‬‫س ْل َ‬‫صا ِإلَى َحض َْرةِ ُ‬ ‫صو ً‬ ‫ق ُخ ُ‬ ‫ش َب ْن ِديﱠ ِة َو َجمِ يع أَ ْه ِل ﱡ‬
‫الط ُر ِ‬ ‫ثُـ ﱠم ِإلَى أَ ْر َواحِ أ َ ْه ِل ال ِس ّْلسِ لَ ِة ْالقَاد ِِر َي ِة َو النﱠ ْق َ‬
‫ِ‬
‫س ِّي ِد‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫سيِّ ِد الشيْخِ َم ْع ُروفِ الك ْرخِ ي َو ال ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫سيِّ ِد الشيْخِ أبِى القاس ِِم ُجنَ ْي ِد البَغدَادِي َو ال ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﱠس ﷲُ س ﱠِرهُ و ال ﱠ‬ ‫ْالعَالَمِ ينَ ال ﱠسيِّ ِد ال ﱠشيْخِ َع ْبدُ ْالقَاد ِِر ْال َجي َْﻼ ِني قَد َ‬
‫شيْخِ يُوسُفِ‬ ‫سيِّ ِد ال ﱠ‬‫ق َو ال ﱠ‬ ‫صا ِد ِ‬‫شيْخِ َج ْعف َِر ال ﱠ‬ ‫سيِّ ِد ال ﱠ‬‫ص ِري و ال ﱠ‬ ‫ْ‬
‫شيْخِ َح َس ِن البَ ْ‬ ‫ب ْالعَ َج ِمي َو ال ﱠ‬
‫سيِّ ِد ال ﱠ‬ ‫سقَطِ ي َو ال ﱠسيِّ ِد ال ﱠشيْخِ َح ِبي ِ‬ ‫س ِ ّر ال ﱠ‬
‫شيْخِ َ‬ ‫ال ﱠ‬
‫ﷲ‬
‫شيْخِ َع ْبدُ ْ‬ ‫س ِّي ِد ال ﱠ‬
‫الربﱠانِـي َو ال ﱠ‬ ‫شبَ ْندِي َو َحض َْرةِ ِإ َم ِام ﱠ‬ ‫شيْخِ شَا ْه َبـ َها ُء ال ِدّي ِْن النﱠ ْق َ‬ ‫س ِّي ِد ال ﱠ‬
‫طامِ ي َو ال ﱠ‬ ‫شيْخِ أ َ ِبـى يَ ِزي ِد ْالبُ ْس َ‬ ‫ْالـ َه ْمدَانِى َو ال ﱠ‬
‫س ِّي ِد ال ﱠ‬
‫صو ِل ِه ْم َو فُ ُرو ِع ِه ْم َو أ َ ْه ِل س ِْل ِسلَ ِت ِه ْم َو ْاﻵخِ ذِينَ َ‬
‫ع ْن ُه ْم‬ ‫ِين َو أ ُ ُ‬ ‫ارف ْ‬ ‫صاحِ بُ ْال َوفَا ْء ت َا ُج ْال َع ِ‬ ‫شيْخِ نَا ْال ُمك ﱠَر ِم أَحْ َم ْد َ‬‫ور ُم َح ﱠم ْد َو َحض َْر ِة َ‬ ‫ار ْك ِب ْن نُ ْ‬ ‫ُم َب َ‬
‫ش ْي ٌء ِ ِ َلـ ُه ُم ْالفَاتِ َحةُ‬ ‫َ‬

‫صانَا‬ ‫علَ ْينَا َو ِل َم ْن أ َ ْو َ‬


‫صانَا َوا ْست َْو َ‬ ‫ثُـ ﱠم إِلَى أ َ ْر َواحِ َواْ ِلدِينَا َو َواْ ِلدِي ُك ْم َو َمشَايِخِ نَا َو َمشَايِخِ ُك ْم َوأ َ ْم َواتِنَا َوأ َ ْم َوا ِت ُك ْم َو ِل َم ْن أَحْ َ‬
‫سنَ إِلَ ْينَا َو ِل َم ْن لَهُ َح ﱞق َ‬
‫ش ْي ٌء ِ ِ لَـ ُه ُم ْالفَاتِ َحةُ‬
‫عاءِ ْال َخي ِْر َ‬ ‫َو قَلﱠدَنَا ِع ْندَكَ ِبدُ َ‬

‫ق اْﻷ َ ْر ِ‬
‫ض ِإلَى َمغ ِ‬
‫َاربِـ َها َو مِ ْن يَمِ ْينِ َها‬ ‫ت مِ ْن َمش ِ‬
‫َار ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِمِ يْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما ِ‬
‫ت اْﻷَحْ يَاءِ مِ ْن ُه ْم َواْﻷ َ ْم َوا ِ‬ ‫ثُـ ﱠم ِإلَى أَ ْر َواحِ َجمِ يْعِ ْال ُمؤْ مِ نِيْنَ َو ْال ُمؤْ مِ نَا ِ‬
‫ْ‬
‫ش ْي ٌء ِ ِ لَـ ُه ُم الفَاتِ َحةُ‬ ‫ْ‬
‫إِلَى ِش َما ِل َها َومِ ْن قَافٍ ِإلَى قَافٍ مِ ْن َولَ ِد آدَ َم إِلَى يَ ْو ِم ال ِقيَا َم ِة َ‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫)‪Alam Nasyrah (80/3x‬‬

‫)‪Al Ikhlas (500/3x‬‬

‫شيْخِ أَحْ َم ْد باَق ِْر ْالفَاتِ َحـةُ‬


‫إِلَى َحض َْرةِ ال ﱠ‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫ي ْال َحا َجا ِ‬


‫ت ×‪100 / 3‬‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم يا َ َق ِ‬
‫اض َ‬

‫ِي ْال ُم ِه ﱠما ِ‬


‫ت ×‪100 / 3‬‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم يَا كَاف َ‬

‫اللﱠـ ُه ﱠم يَا دَافِ َع ْالبَ ِليﱠا ِ‬


‫ت ×‪100 / 3‬‬

‫اَللﱠـ ُه ﱠم يَا َرا ِف َع الد َﱠر َجا ِ‬


‫ت ×‪100 / 3‬‬

‫اللﱠـ ُه ﱠم يَا شَاف َ‬


‫ِي اْﻷ َ ْم َر ِ‬
‫اض ×‪100 / 3‬‬
‫ت ×‪100 / 3‬‬ ‫اللﱠـ ُه ﱠم يَا ُم ِجي َ‬
‫ْب الدﱠ َ‬
‫ع َوا ِ‬

‫اللﱠـ ُه ﱠم يَا ا َ ْر َح َم ﱠ‬
‫الراحِ ِميْنَ ×‪100 / 3‬‬

‫اجك َْن‪ْ .‬الفَاتِ َحـةُ‬


‫إِلَى َحض َْرةِ إِ َما ْم َح َو ِ‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫ي ْالعظِ ي ِْم × ‪100 / 3‬‬ ‫ﻻَ َح ْو َل َوﻻَ قُ ﱠوة َ ِإﻻﱠ بِا ِ ْالعَ ِل ِّ‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫الربﱠانِي ‪ْ .‬الفَاتِ َحـةُ‬ ‫إِلَى َحض َْرةِ ِ‬


‫اﻹ َم ِام ﱠ‬

‫)‪Al Falaq (1x‬‬

‫ي ْالقَيﱡو ُم َواَتُوبُ اِ َل ْي ِه ×‪100 / 3‬‬


‫يم الﱠذِي ﻻَ ِإلَهَ ِإﻻﱠ ه َُو ْال َح ﱡ‬
‫اَسْـت َ ْغف ُِر ﷲَ ْال َعظِ َ‬

‫)‪An Naas (1x‬‬

‫ظ ِ ّه ْر‪ْ .‬الفَاتِ َحـةُ‬


‫إِلَى َحض َْرةِ َسيِّ ِدنَا ُم َ‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫َحسْـبُنَا اللﱠـهُ َو نِ ْع َم ْال َوكِي ُل ×‪500 / 15‬‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬
‫إِلَى َحض َْرةِ ال ﱠشيْخِ َع ْب ِد ْالقَاد ِِر اْل َجي َْﻼنِي‪ْ .‬الفَاتِ َحـةُ‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َعلَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬

‫نِ ْع َم ْال َم ْو َ‬
‫لى َونِ ْع َم النﱠ ِ‬
‫صي ُْر ×‪500 / 15‬‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫ِين ْالفَاتِ َحـةُ‬ ‫صاحِ بُ ْال َوفَا ْء ت َا ُج ْالعَ ِ‬


‫ارف ْ‬ ‫إِلَى َحض َْرةِ َشيْخِ نَا ْال ُمك ﱠَر ِم أَحْ َم ْد َ‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫ي ×‪500 / 15‬‬ ‫طفِكَ ْال َخ ِف ِّ‬


‫طفِ اَد ِْر ْكن ِْي بِلُ ْ‬
‫ِي اللﱡ ْ‬
‫يَا َخف َ‬

‫س ِلّ ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠنبِـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫شبَ ْندِي‪ْ .‬الفَاتِ َحـةُ‬


‫إِلَى َحض َْرةِ ال ﱠشيْخِ خ ََوا َج ْه النﱠ ْق َ‬

‫س ِّل ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫ي َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫س ِّي ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠن ِبـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫س ْب َحانَكَ ِإ ِّنـي ُك ْنتُ مِ نَ ﱠ‬


‫الظا ِل ِمينَ ×‪500 / 15‬‬ ‫ﻻ َاِلَهَ ِإﻻﱠ أَ ْنتَ ُ‬

‫س ِّل ْم ×‪100 / 3‬‬ ‫علَى آ ِل ِه َو َ‬


‫صحْ ِب ِه َو َ‬ ‫ي َو َ‬ ‫ي اْﻷ ُ ِّمـ ِّ‬ ‫علَى َ‬
‫س ِّي ِدنَا ُم َح ﱠمـ ٍد ال ﱠن ِبـ ِّ‬ ‫اَللﱠـ ُه ﱠم َ‬
‫ص ِّل َ‬

‫صو ْم‪ْ .‬الفَا ِت َحـةُ‬ ‫ِإلَى َحض َْر ِة َ‬


‫س ِّي ِدنَا َم ْع ُ‬

‫)‪Tawajjuh (129x‬‬
‫َ َ ْ‬ ‫ْ َ ْ‬
‫ِإل ِ ْ انت َﻣق ُص ْو ِدي َو رضاك َﻣط ُلو ِ ‪3x‬‬

‫اَعْطِ نِي َم َحبﱠتَكَ َو َم ْع ِرفَتَكَ‬

‫لط ُ‬
‫ف ‪129x/16641x‬‬ ‫ِ‬

‫َ‬ ‫ْ ُ ْ َ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ﱠ َ َ‬ ‫َ‬


‫ات َو اﻷ ْرض \ ْسئلك ِ ﺨ ِ ﱢ خ ِ ﱢ لط ِفك الﺨ ِ ﱢ \ أن تﺨ ِف َﻴﻨا ِ خ ِ ﱢ \‬ ‫ا ل ِط ف × ‪ 3‬ا ﻣﻦ و ِسع لطفه أﻫﻞ السﻤو ِ‬
‫ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫خ ِ ﱢ لط ِفك الﺨ ِ ﱢ‬ ‫َ‬

‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ ُ‬ ‫ت َو َق ْول َك ال َح ﱡق \ ا ُلط ٌ‬


‫ف ِ ِع َ ِاد ِه َي ْرزق َﻣ ْﻦ َ ش ُء َو ﻫ َو القو ﱡي ال َع ُﺰ \‬
‫ﱠ َ ُ َ‬
‫ِإنك قل‬
‫ِ‬
‫َ‬ ‫ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ َ َ َ‬
‫الل ُه ﱠم ِإنا ْسئلك َ ا قو ﱡي َ ا ع ُﺰ َ ا ُﻣ ِع ُ ِ ق ﱠو ِتك َو ِع ﱠ ِﺰتك َ ا َﻣ ِت ُ \‬
‫َ ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫َ َ ْ ُ‬ ‫َ َ‬ ‫ََْ َ َْ َ َ ََْ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ َ َْ َ ُ‬
‫أن ت ون لﻨا عونا و ﻣ ِعﻴﻨا ِ ج ِم ِ◌يع اﻷقو ِال واﻷحو ِال واﻷﻓعال \ و ج ِﻤﻴع ﻣا نحﻦ ِﻓ ِه ِﻣﻦ ِﻓع ِﻞ الﺨ َ ِ‬
‫ات \‬
‫َ ْ َ ُُ َ‬ ‫َ َْ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬ ‫ْ َْ َ‬
‫َو أن تﺪﻓ َع َعﻨا ﱠﻞ ﱟ َو ِنق َﻤ ٍة َو ِﻣ ْحﻨ ٍة قﺪ ِا ْست ْحق ْﻴﻨاﻫا ِﻣ ْﻦ غفل ِتﻨا َوذن ْ ِﻨا \‬
‫ُ‬ ‫َْ ُ َ َ َ‬ ‫َ ﱠ َ ْ َ‬
‫ت ال َغ ُف ُ‬
‫الر ِح ُم \ َوقﺪ قلت َوق ْولك ال َح ﱡق َو َ ْعفو َع ْﻦ ك ِث \‬ ‫ور ﱠ‬ ‫ﻓ ِﺈ ِ◌نك أن‬
‫ُ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َُ َْ َ‬ ‫َ ْ َ‬
‫ف الﺨ ِ ﱠ تا ِ عا له َح ْ ث ت َو ﱠجه \‬ ‫الل ُه ﱠم ِ َح ﱢق َﻣ ْﻦ لطفت ِ ِه َو َو ﱠج ْهته ِعﻨﺪك َو َج َعلت اللط‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ َ‬ ‫َ َْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ‬ ‫َ َ َ ْ ُ‬
‫ﱢﻞ ْ ٍء ق ِﺪ ٌير \‬ ‫ْسئلك أن ت َو ﱢج َهﻨا ِعﻨﺪك َوأن تﺨ ِف َﻴﻨا ِ لط ِفك \ ِإنك َع‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َو َص ﷲ ُع َس ﱢ ِﺪنا ُﻣ َح ﱠﻤ ٍﺪ َوع ِآل ِه َو َص ْح ِ ِه َو َسل َم \‬
‫ﱢ‬ ‫َ ُ‬
‫\ ‪.‬والح ْﻤﺪ ِ ِ َرب ال َعل ِﻤ َ \ ْالفَاتِ َحـةُ \‬
4. DZIKIR BULANAN (Manaqib-an)
Manaqib adalah suatu bentuk kegiatan khidmat amaliah dan ilmiah, dan sudah melembaga
dan membudaya di tengah sebagian besar masyarakat Islam Indonesia. Terutama sekali di
kalangan ikhwan Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya.
Kegiatan khidmat itu merupakan bagian pengamalan dan pengenjawantahan dari Thariqah
Qadiriyyah Naqsyabandiyyah. Pelaksanaannya secara rutin sesuai dengan jadwal waktu
yang telah ditentukan bertempat di majlis-majlis manakiban dan khataman.

Manaqib itu sendiri berasal dari bahasa Arab, dari lafad “manqabah” yang berarti: kisah
tentang keshalihan dan keutamaan ilmu dan amal seseorang.

Syaikh Abdul Qadir Jailani pernah berkata, “Dimana saja dibacakan manaqib-ku aku hadir
padanya”. Oleh karena itu pada waktu pelaksanaannya para ikhwan Thariqah Qadiriyyah
Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya harus hadir untuk mengikuti jalannya
kegiatan tersebut.

Susunan acara manakiban sebagai berikut:

1. Pembukaan
2. Pembacaan ayat suci Al-Qur’an
3. Pembacaan Tanbih
4. Tawasul
5. Pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani
6. Da’wah/Tabliqul Islam oleh Mubaligh Pondok Pesantren Suryalaya
7. Pembacaan Shalawat Bani Hasyim 3 (tiga) kali

Demikianlah pelaksanaan manaqib, yang dapat menciptakan dan mewujudkan kondisi


dinamis, serta tata nilai yang berharga, untuk itulah perlu adanya usaha yang sungguh-
sungguh dan terus menerus dikembangkan dan dilestrarikan dari generasi yang satu ke
generasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai