Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI ANALGETIK INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata),


DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia), DAN DAUN KELOR
(Moringa oleifera) PADA MENCIT PUTIH YANG DI INDUKSI
ASAM ASETAT

Disusun oleh :
Ilyas Rasyid Alfattah (15307141003)
Renita Dessy Rahmawati (15307141016)
Roni Saifudin (15307141023)
Asri Nur Innayati (15307141024)
Intan Fitriana Sari (15307141029)
Isnaini Miftakhul Khasanah (15307141038)
Cici Nurhidayati (15307141040)
Indri Dwi Astuti (15307141044)
Yulifah Kusuma Wardani (15307141046)
Salwa Kamilia (15307141051)

Jurusan Pendidikan Kimia


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
Tahun 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati terbesar kedua di
dunia setelah Brazil, terdapat kurang lebih 25.000 spesies tanaman berbunga, 10%
dari spesies tanaman tersebut diduga memiliki khasiat obat. Indonesia adalah rumah
bagi 90% spesies tanaman obat yang ada di Asia (Handa et al., 2006).
Terdapat beberapa alasan terapi obat tradisional menjadi pilihan pengobatan,
selain karena biaya pengobatan yang semakin mahal, terapi herbal telah lama
dipercaya menjadi obat dengan harga murah, bahan mudah di dapat, pembuatan yang
sederhana, dan tidak membahayakan karena memakai bahan alami. Penggunaan obat
tradisional dinilai lebih aman dari pada obat modern, karena obat tradisional memiliki
efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern.
Setiap orang pasti pernah merasakan nyeri, dimana nyeri biasanya disebabkan
oleh trauma mekanik, fisika, kimia, ataupun trauma lain yang mengakibatkan
rangsangan pada reseptor nyeri. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang
tidak menyenangkan dan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Nyeri menjadi salah satu alasan utama seseorang datang untuk mencari
pertolongan medis karena sebagian besar penyakit pada tubuh menimbulkan rasa
nyeri (Price, 2006). Pada dasarnya nyeri merupakan keadaan yang mengganggu dan
tidak nyaman bagi penderitanya, namun nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya
kerusakan jaringan, diantaranya nyeri kutan yang bersifat membakar dan lambat
hilang dengan pembebasan prostaglandin sebagai mediator spesifik untuk nyeri yang
belangsung lama (Satyanegara, 1978). Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan
mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada
jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut
mediator nyeri, antara lain: histamin, bradikidin, leukotrien dan prostaglandin (Tjay
dan Rahardja, 2002).
Daya analgetik merupakan perbandingan antara jumlah geliat rata-rata
kelompok perlakuan dengan jumlah geliat rata-rata kelompok kontrol. Daya analgetik
untuk mengetahui besarnya kemampuan bahan uji tersebut dalam mengurangi rasa
nyeri kelompok kontrol. Dari daya analgetik dapat dijadikan dasaruntuk perhitungan
efektifitas analgetik yang dibandingkan dengan pembanding analgetik untuk
mengetahui keefektifan bahan uji yang diduga berfungsi sebagai analgetik (Pudjiastuti
dkk., 2000).
Rasa nyeri setelah induksi nyeri cara kimiawi pada hewan uji ditunjukkan
dalam bentuk gerakan geliat, frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan
derajat nyeri yang dirasakannya, sedangkan rasa nyeri setelah induksi nyeri cara
termik pada hewan uji ditunjukkan dengan menjilat kaki belakang atau meloncat saat
diletakkan di atas hot plate. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri yang
berupa panas sampai terjadinya respon disebut waktu reaksi. Obat-obat analgetik
dapat memperpanjang waktu reaksi ini (Sirait dkk., 1993).
Obat analgetik merupakan kelompok obat yang memiliki aktivitas mengurangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Pengujian aktivitas analgetik dilakukan
dengan dua metode yaitu induksi nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri cara termik.
Daya kerja analgetik dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan
stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu
ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri (Sirait dkk., 1993).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh variasi dosis terhadap efek analgetik?
2. Bagaimana efek analgetik dari infusa daun sirsak, daun binahong, dan daun kelor
terhadap mencit putih?
3. Berapa jumlah geliat berkurang (% potensi) pada mencit putih yang diberi infusa
daun sirsak, daun binahong, dan daun kelor?
4. Berapa % efektivitas dari infusa daun sirsak, daun binahong, dan daun kelor?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui variasi dosis terhadap efek analgetik.
2. Untuk mengetahui efek analgetik dari infusa daun sirsak, daun binahong, dan daun
kelor terhadap mencit putih.
3. Untuk menentukan jumlah geliat berkurang (% potensi) pada mencit putih yang
diberi infusa daun sirsak, daun binahong, dan daun kelor.
4. Untuk menentukan % efektivitas dari infusa daun sirsak, daun binahong, dan daun
kelor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Obat analgetik merupakan kelompok obat yang memiliki aktivitas mengurangi rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Pengujian aktivitas analgetik digunakan dengan
dua metode yaitu induksi nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri cara termik. Daya kerja
analgetik dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri
yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan
terhadap stimulus nyeri (Sirait dkk., 1993).
Rasa nyeri setelah induksi nyeri cara kimiawi pada hewan uji ditunjukan dalam
bentuk gerakan geliat. Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat
nyeri yang dirasakannya, sedangkan rasa nyeri setelah induksi nyeri cara termik hewan
uji ditunjukan dengan menjilat kaki belakang ayau meloncat saat diletakan di atas hot
plate. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri yang berupa panas sampai
terjadinya respon disebut waktu reaksi. Obat-obat analgetik dapat memperpanjang waktu
reaksi ini (Sirait dkk., 1993; Sumardiyanta, 1999)
Nyeri merupakan mekanisme untuk melindungi tubuh terhadap suatu gangguan dan
kerusakan di jaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik dan kejang otot dengan
pembebasan mediator nyeri yang meliputi prostaglandin, bradikinin, serotonin, histamin,
ion kalium dan asetilkolin (Mutschler, 1991; Guyton, 1995; Tjay dan Rahardja, 2002).
Reseptor nyeri di dalam kulit dan jaringan lainnya merupakan ujung saraf bebas.
Reseptor ini tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan juga di jaringan-jaringan
dalam tertentu (Guyton, 1994). Reseptor lainnya yang sensitif terhadap panas atau dingin
yang ekstrim disebut disebut nyeri termosensitif yang meneruskan nyeri kedua melalui
serabut C yang tidak bermielin. Reseptor ini mempunyai respo terhadap suhu dari 30ºC-
45ºC dan pada suhu diatas 45ºC, mulai terjadi kerusakan jaringan dan sensasinya
berubah menjadi nyeri(Mutschler, 1991; Guyton, 1994; Tjay dan Rahardja, 2002).
Pengujian aktifitas analgetik suatu bahan uji pada induksi nyeri cara kimiawi yang
responnya berupa geliat harus ditentukan daya analgetiknya. Daya analgetik merupakan
perbandingan antara jumlah geliat rata-rata kelompok perakuan dengan jumlah geliat
rata-rata kelompok kontrol. Daya analgetik untuk mengetahui besarnya kemampuan
bahan uji tersebut dalam mengurangi rasa nyeri kelompok kontrol. Dari daya analgetik
dapat dijadikan dasar untuk perhitungan efektifitas analgetik yang dibandingkan dengan
pembanding analgetik untuk mengetahui efektifitas bahan uji yang diduga berfungsi
sebagai analgetik (Turner, 1965; Kardoko dan Eleison, 1999; Pudjiastuti dkk., 2000).
Metode-metode pengujian analgetik dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji
untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan
yang meliputi insuksi secara mekanik, termik, elektrik dan secara kimia. Pada metode
geliat, obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri
yang diinduksi secara (pemberian asam asetat secara intraperitonial) pada hewan
percobaan (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). Manifestasi nyeri akibat pemberian
perangsang nyeri asam asetat intraporitonium akan menimbulkan efek respon geliat
(writhing) yang berupa tarikan kaki ke belakang, penarikan kembali abdomen (retraksi)
dan kejang tetani dengan membengkokan kepala dan kaki ke belakang. Metode ini
dikenal sebagai Writhing reflex Test atau Abdominal Contriction Test (Wuryaningsih,
1996). Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang
dirasakanmya (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993).
Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanamanobat potensial
yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran Cina
dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, dikenal dengan sebutan Madeira Vine.
(Manoi, 2009). Rachmawati (2007) telah melakukan skrining fitokimia daun Binahong
(Anredera Cordifolia (Ten ) Steenis dengan melakukan maserasi terhadap serbuk kering
daun dengan menggunakan pelarut n-heksana dan metanol didapatkan kandungan kimia
berupa Saponintriterpenoid, flavanoid dan minyak atsiri. Rochani (2009), melakukan
ekstraksi dengan cara maserasi daun binahong dengan menggunakan pelarut petroleum
eter, etil asetat danetanol, setelah dilakukan uji tabung ditemukan kandungan alkaloid,
saponin dan flavanoid, sedangkan pada analisis secara KLT ditemukan senyawa alkaloid,
saponin dan flavanoid. Setiaji (2009) telah melakukan ekstraksi pada rhizome binahong
dengan pelarut etil asetat, petroleum eter, dan etanol 70% di dapatkan senyawa alkaloid,
saponin flavonoid dan polifenol
Sirsak (Annona Muricata L) merupakan salah satu tanaman Karabia, Amerika Tengah
dan Amerika Timur. Kegunaan sirsak sebagai antibakteri, antivirus, antiparasit,
kardiotonik, dekongestan, menurunkan panas, penenang,membasmi kutu, dan sebagai
obat cacing.Daun sirsakmengandung saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid, yang mana
senyawa ini dapat berfungsi sebagai desinfektan. antiseptik, sehingga dapat
dimungkinkan bahwa tanaman yang mengandung senyawa ini dapat digunakan sebagai
antibakteri khususnya untuk mengobati penyakit diare.
Kelor juga disebut sebagai Moringa oleifera dan merupakan tumbuhan dari jenis suku
Moringaceae. Daunnya berbentuk bulat lonjong dan ukurannya yang kecil tersusun rapi
pada sebuah tangkai, biasanya dimasak sebagai sayur untuk pengobatan maupun untuk
menjaga kesehatan.
Tanaman kelor (Moringa oleifera Lam) telah dikenal selama berabad-abad sebagai
tanaman multiguna padat nutrisi dan berkhasiat obat. Kelor dikenal sebagai The Miracle
Tree atau pohon ajaib karena terbukti secara alamiah merupakan sumber gizi berkhasiat
obat yang kandungannya di luar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya. Kelor
diketahui mengandung lebih dari 90 jenis nutrisi berupa vitamin esensial, mineral, asam
amino, antipenuaan, dan antiinflamasi.memiliki antitumor, antipiretik, antiepilepsi,
antiinflamasi, antiulcer, diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan,
antidiabetik, antibakteri dan antijamur.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu memberikan perlakuan
terhadap hewan percobaan (mencit putih) dan melakukan pengamatan dampak
perlakuan terhadap hewan percobaan (mencit putih).

B. SUBJEK DAN OBJEK PENELITAN


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah geliat dari hewan percobaan mencit putih yang
dihasilkan dari perlakuan pemberian obat perangsag nyeri (asam asetat) dan zat
analgetik pada berbagai kelompok perlakuan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah hasil jumlah kumulatif geliat pada masing-masing
kelompok perlakuan serta efektivitas dari zat analgetik dalam menurunkan rasa
nyeri.

C. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis infusa dari daun
sirsak, daun kelor dan daun binahong yang digunakan yaitu, Infusa daun sirsak
(2g/Kg BB), Infusa daun sirsak (3g/Kg BB), Infusa daun kelor (2g/Kg BB), Infusa
daun kelor (4g/Kg BB), Infusa daun binahong (1g/Kg BB), dan Infusa daun
Binahong (2g/Kg BB).
2. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah hewan uji mencit putih dengan
berat badan 10-15 gram dengan kondisi yang sehat.
3. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah geliat dari mencit.

D. PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2017. Sedangkan untuk
tempat pelaksanaan dilakukan di Laboratorium Biologi (Kebun Biologi) FMIPA
UNY.
2. Instrumen Penelitian
a. Alat yang digunakan
- Jarum peroral
- Spuit Injeksi
- Sarung tangan
- Masker
- Timbangan mencit
- Stopwatch
- Kandang pengamatan
- Gelas beker,

b. Bahan yang digunakan


- Mencit putih
- Akuades
- Asetosal
- Asam asetat
- Infusa daun sirsak (2g/Kg BB)
- Infusa daun sirsak (3g/Kg BB)
- Infusa daun kelor (2g/Kg BB)
- Infusa daun kelor (4g/Kg BB)
- Infusa daun binahong (1g/Kg BB)
- Infusa daun Binahong (2g/Kg BB)

E. PROSEDUR PENELITIAN
1. Uji Pendahuluan
Empat ekor mencit putih dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 2 ekor.
Kelompok I : kontrol negatif (0,2 ml akuades)
Kelompok II : kontrol positif (0,09 ml dan 0,12ml asetosal)
Setelah diberi perlakuan secara peroral, 5 menit kemudian mencit diberi
perangsang nyeri, yaitu asam asetat g/Kg BB secara intraperitoneal. Dicatat
jumlah geliatnya, dihitung setelah pemberian asam asetat dan dilakukan tiap 5
menit selama 1 jam.
2. Uji Daya Analgetik
Penelitian ini terdiri dari 8 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol
positif, dan 6 infusa dari daun sirsak, daun kelor dan daun binahong.
Kelompok I : kontrol negatif (0,2 ml akuades)
Kelompok II : kontrol positif (0,09 ml dan 0,12ml asetosal)
Kelompok III : Infusa daun sirsak (2g/Kg BB)
Kelompok IV : Infusa daun sirsak (3g/Kg BB)
Kelompok V : Infusa daun kelor (2g/Kg BB)
Kelompok VI : Infusa daun kelor (4g/Kg BB)
Kelompok VII : Infusa daun binahong (1g/Kg BB)
Kelompok VIII : Infusa daun binahong (2g/Kg BB)
Masing-masing kelompok diberikan sediaan uji secara peroral, 5 menit
kemudian mencit diberi perangsang nyeri, yaitu asam asetat g/Kg BB secara
intraperitoneal. Dicatat jumlah geliatnya, dihitung setelah pemberian asam asetat
dan dilakukan tiap 5 menit selama 1 jam.Nyeri ditandai dengan timbulnya
writhing (geliat), yaitu abdomen menyentuh dasar tempat berpijak dan kedua
pasang kaki ditarik ke belakang (Domer,et al.,1971). Pengujian efek analgetik
dengan metode geliat ditetapkan dengan menghitung jumlah kumulatif selama 60
menit (Turner, 1965).

F. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA


Data yang diperoleh adalah jumlah kumulatif geliat pada masing-masing
kelompok perlakuan. Dari data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung daya
analgetik yang dinyatakan dalam % proteksi atau % daya analgetik dengan rumus:
P
% proteksi=100−( x 100 %)
K
Dengan : P = Jumlah geliat kelompok perlakuan
K = jumlah geliat kontrol negative
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah tanaman daun sirsak, daun
kelor, dan daun binahong. Obat asetosal sebagai kontrol positif dan aquades sebagai
kontrol negatif. Sebelum diberikan zat uji, terlebih dahulu diamati jumlah respon hewan
uji terhadap rangsang nyeri (menggeliat), supaya dapat dilihat perbandingan antara
sebelum dan sesudah pemberian zat uji.
Pemberian asam asetat pada hewan percobaan yang digunakan sebagai
penginduksi nyeri karena menyebabkan rasa sakit akibat iritasi yang berat pada mukosa
membran rongga perut sehingga kaki tertarik ke belakang, meregang dan abdomen
menyentuh dasar plate form. Nyeri seperti ini termasuk nyeri dalaman (viseral) atau nyeri
perut mirip sifat menekan dan disertai reaksi vegetatif. Nyeri ini disebabkan oleh adanya
rangsang yang merangsang syaraf nyeri di daerah visceral terutama dalam rongga dada
dan perut.
Pada kontrol diberikan larutan asam asetat untuk melihat pemulihan geliatan
tanpa diberi obat sedangkan pembanding diberikan suspensi 0,09 dan 0,12 asetosal
merupakan obat yang lazim digunakan sebagai anti inflamasi dan analgetik pada
masyarakat dan sudah dikonversikan untuk pemberian pada mencit.
Pada penelitian ini pemberian sediaan dilakukan 5 menit sebelum diberi
penginduksi. Hal ini bertujuan untuk melihat kerja dari ekstrak dalam memberikan efek
proteksi terhadap rasa nyeri yang akan ditimbulkan oleh penginduksi, dan untuk
menyembuhkan nyeri dengan menurunkan jumlah geliatan sampai sembuh dan
menyesuaikan dengan pemakaian yang biasa dipakai oleh manusia.
Suatu bahan uji dikatakan memiliki daya analgetik jika pada hewan uji yang diuji
mengalami pengurangan geliatan hingga 50% atau lebih. Jumlah geliat berguna untuk
mengetahui keefektifan infusa daun sirsak, daun kelor, dan daun binahong yang
bermanfaat sebagai analgetik dan dibandingkan dengan asetosal.
Pada kelompok yang diberi infusa daun sirsak dosis 2 g/kgBB menunjukkan
jumlah geliatan mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 15 mengalami
peningkatan yang disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek dan pada
menit ke 20 mengalami penurunan, menit ke 25 sampai menit 35 mengalami penurunan ,
menit ke 40 mengalami kenaikan, menit ke 45-50 mengalami penurunan, menit ke 55
mengalami kenaikan dan menit ke 60 mengalami penurunan jumlah geliatan. Total
jumlah geliat dalam 60 menit pada mencit yang di infusa 2 g/kgBB adalah 127.
Pada mencit yang diberi infusa daun sirsak dosis 3 g/kgBB menunjukkan jumlah
geliatan mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 20 mengalami peningkatan
yang disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek dan pada menit ke 20
sampai menit ke 60 jumlah geliatan terus menurun kecuali pada menit 55 yang
menunjukkan ekstrak etanol daun sirsak memberikan efek proteksi terhadap
penghambatan rasa nyeri. Total jumlah geliat dalam 60 menit pada mencit yang di infusa
3 g/kgBB adalah 180.
Pada mencit yang diberi infusa daun kelor dosis 2 g/kgBB menunjukkan jumlah
geliatan mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 20 mengalami peningkatan
yang disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek dan pada menit ke 20
sampai menit ke 60 jumlah geliatan terus menurun kecuali pada menit 45 dan menit 55
yang menunjukkan infusa daun kelor memberikan efek proteksi terhadap penghambatan
rasa nyeri. Total jumlah geliat dalam 60 menit pada mencit yang di infusa 3 g/kgBB
adalah 69.
Pada mencit yang diberi infusa daun kelor dosis 4 g/kgBB menunjukkan jumlah
geliatan mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 20 mengalami peningkatan
yang disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek dan pada menit ke 20
sampai menit ke 60 jumlah geliatan terus menurun kecuali pada menit 35 yang
menunjukkan infusa daun kelor memberikan efek proteksi terhadap penghambatan rasa
nyeri hingga geliatan pada mencit percobaan hilang. Total jumlah geliat dalam 60 menit
pada mencit yang di infusa daun kelor 4 g/kgBB adalah 27.
Pada mencit yang diberi infusa daun binahong dosis 1 g/kgBB menunjukkan
jumlah geliatan mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 20 mengalami
peningkatan yang disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek dan pada
menit ke 20 sampai menit ke 40 jumlah geliatan tidak konstan, setalah menit ke 40
hingga menit ke 60 jumlah geliat terus menurun yang menunjukkan infusa daun kelor
memberikan efek proteksi terhadap penghambatan rasa nyeri. Total jumlah geliat dalam
60 menit pada mencit yang di infusa daun binahong 1 g/kgBB adalah 142.
Pada mencit yang diberi infusa daun binahong dosis 2 g/kgBB menunjukkan
jumlah geliatan mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 20 mengalami
peningkatan yang disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek dan pada
menit ke 20 sampai menit ke 60 jumlah geliat tidak konstan. Hal ini menunjukan
menunjukkan infusa daun kelor kurang memberikan efek proteksi terhadap
penghambatan rasa nyeri. Total jumlah geliat dalam 60 menit pada mencit yang di infusa
daun binahong 2 g/kgBB adalah 174.
Pada uji kontrol positif 1 pembanding 0,09 asetosal menunjukkan jumlah geliatan
mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 25 mengalami peningkatan yang
disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek dan pada menit ke 25 sampai
menit ke 60 jumlah geliatan terus menurun yang menunjukkan asetosal memberikan efek
penghilangan rasa nyeri. Total jumlah geliat dalam 60 menit pada mencit yang diuji
kontrol positif 1 pembanding 0,09 asetosal adalah 64.
Pada uji kontrol positif 2 pembanding 0,12 asetosal menunjukkan jumlah geliatan
mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 35 mengalami peningkatan yang
disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek dan pada menit ke 35 sampai
menit ke 60 jumlah geliatan terus menurun yang menunjukkan asetosal memberikan efek
penghilangan rasa nyeri. Total jumlah geliat dalam 60 menit pada mencit yang diuji
kontrol positif 2 pembanding 0,12 asetosal adalah 44.
Sedangkan pada uji kontrol negatif 1 dan 2 pembanding 0,2 Aquades
menunjukkan jumlah geliatan mencit percobaan dari menit ke 5 sampai menit ke 35
mengalami peningkatan yang disebabkan asam asetat terus mengalami peningkatan efek
dan pada menit ke 35 sampai menit ke 60 jumlah geliatan terus menurun yang
menunjukkan asetosal memberikan efek penghilangan rasa nyeri. Total jumlah geliat
dalam 60 menit pada mencit yang diuji kontrol negatif 1 dan 2 pembanding 0,2 Aquades
adalah didapat rata-rata 128,5.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa infusa daun
kelor dosis 4 g/kgBB paling efektif untuk meredakan nyeri pada mencit yang dibuktikan
dengan jumlah geliat dalam waktu 60 menit yaitu 27 dan lebih sedikit dibanding dengan
kontrol positif ,berdasarkan perhitungan diperoleh persen efektifitas pada mencit yang
diberi infusa daun kelor dosis 4 g/kgBB yaitu sebesar 146,275%.
BAB V
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai