SEMESTER VA
SHIFT 2
KELOMPOK 2 DAN 5
NAMA KELOMPOK:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rohmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini.
Hanya kepada Allah-lah kita berharap dan menyerahkan segala sesuatunya atas hasil
dari setiap usaha kita. Praktikum yang berjudul kompleksometri Calcium Glukonat
ini bertujuan untuk menentukan kadar Ca;cium Glukonat .
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan naskah ini masih banyak
ditemukan kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu, penyusun akan menerima
dengan senang hati atas saran serta kritik yang bersifat membangun. Semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita bersama.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Titrasi bebas air merupakan suatu jenis titrasi yang tidak menggunakan pelarut air
melainkan digunakan pelarut organik. Dengan pelarut organik tertentu, kekuatan
asam atau basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu titrasi yang
tidak memuaskan dalam pelarut air. Titrasi bebas air menggunakan pelarut organik
untuk mempertajam titik akhir titrasi asam/basa lemah. Disamping itu titrasi ini juga
dilakukan untuk senyawa yang sukar larut dalam air.. Yang tidak kalah penting
adalah pengaruh konstante dialetrik pada reaksi protolisis pada pelarut bukan air
Penggunakan pelarut organik untuk tirasi asam/basa lemah ini karena air sebagai
pelarut bersifat amfoter. Pada titrasi akan terjadi kompetisi reaksi antara sampel dan
air dengan titran sehingga tidak diperoleh titik akhir yang jelas.
Sebagian besar senyawa, terutama senyawa aktif organik, tidak dapat ditentukan
dalam larutan air menurut cara titrasi protolisis, karena sifat asam dan basanya tidak
jelas. Dalam kebanyakan hal titrasi protolisis akan mungkin jika dikerjakan dalam
lingkungan bebas iar. Kemungkinan ini dapat dimengerti, jika dilhat bahwa teori
asam-basa Bronsted juga berlaku untuk pelarut bukan air.
Tujuan:
1. Mahasiswa dapat melakukan titrasi bebas air dengan baik
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar dari Chlorpheniramine Maleate
menggunakan metode Bebas air.
Prinsip:
Prinsip percobaan praktikum bebas air titrasi bebas air adalah titrasi yang menggunakan
pelarut organik sebagai pengganti air untuk mempertajam titik akhir titrasi asam/basa
lemah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi yang terjadi pada titrasi bebas air dapat diterangkan dengan konsep
dari Bronsted dan Lowry, yaitu bahwa asam adalah pemberi proton (proton donor)
sedangkan basa adalah penerima proton (Proton acceptor) (Harmita, 2006). Maka
akan terdapat konsentrasi yang lebih besar dari proton yang tersolvasi dalam pelarut
tersebut. Jadi, bisa terlihat bahwa jika HB itu asam lemah untuk dititrasi dengan layak
larutan berair, jika dapat meningkatkan “keasamannya” dan juga “titrabilitasnya”
dengan memilih pelarut yang lebih basa dari air (Underwood, 1993).
5
Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam lingkungan bebas air harus
diperhatikan pengaruh pelarut bukan air terhadap tetapan ionisasi, tetapan dissosiasi,
tetapan asam asam dan basa senyawa yang hendak dititrasi. Yang tidak kalah penting
adalah pengaruh konstanta dialetrik pada reaksi protolisis pada pelarut bukan
air (Wunas, 1986).
Titrasi bebas air atau titrasi non-Aqua adalah titrasi yang menggunakan
pelarut organik sebagai pengganti air. Dengan pelarut organik tertentu, kekuatan
asam atau basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu titrasi yang
tidak memuaskan dalam pelarut air. Dibidang farmasi teknik kini banyak dipakai
karena banyak obat bersifat asam atau basa lemah yang suka larut dalam air. Dengan
pemilih pelarut yang tepat, penetapan kadar dari komponen campuran asam atau basa
juga dimungkinkan. Teori asam-basa dari arrhenius ternyata tidak berhasil
menjelaskan sifat karakteristik dari asam dan basa dalam pelarut organik. Dalam hal
ini, teori yang umum telah dikemukakan oleh bronsted. Menurut teori ini, asam
adalah pemberi proton, sedangkan basa adalah penerima proton (Anonim, 2012).
Dalam pemilihan pelarut, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu sifat
asam-basa dari pelarut. Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut yang lebih
bersifat asam dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi basa lemah, asam
asetat lebih baik daripada air, Tetapan dan autoprotolisis serta Tetapan dielektrik.
Asam perklorat sejauh ini merupakan asam yang telah luas digunakan untuk titrasi
basa lemah, karen asam ini adalah asam yang sangat kuat yang sangat mudah didapat.
Basa lemah dititrasi paling sering dalam larutan asam asetat glasial. Normalnya
pengaruh temperatur pada volume titran teukur dapat diabaikan dengan diabaikan
dengan larutab berair pada variasi temperatur kamar basa.
6
tidak bisa diabaikan jika titran tersebut berada pada temperatur standarisasinya
(Underwood, 1993). Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil
bagian yang amat penting untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut dapat
mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang menerangkan reaksi netralisasi
dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan hidrogen, teori Lewis dan teori Bronsted.
Penggunaan pelarut aprotik pada titrasi bebas air memberikan dua keuntungan.
7
4.Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun
memberikan proton.
Misalnya : kloroform, benzen, dioksan
Digunakan pelarut organic bukan air karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam
air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam amina,
dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam
air, sari dengan pelarut organik lain dan direaksikan dengan asam baku berlebih, yang
kemudian pelarutnya diuapkan dan barulah kelebihan asam ditentukan kembali
dengan basa baku sedangkan senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen
ditentukan dengan metode Kjeldahl. (Dhanar Dani, 1998).
8
STRUKTUR Chlorpheniramine Maleate
ORGANOLEPTIS
- Klorfeniramin maleat
Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam kloroform,
Susut pengeringan : Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105° C
selama 3 jam
9
SIFAT FISIKA KIMIA CTM
CTM (Klorfeniramin maleat) berbentuk kristal putih tidak berbau. Mudah larut dalam
air; larut dalam etanol dan dalam kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam
benzena.
10
BAB III
METODE KERJA
Alat : buret, erlenmeyer, gelas beker, pipet tetes, gelas ukur,pipet gondok
Bahan : Tablet CTM, Asam perklorat, Asam asetat glical, Kristal violet,Timol
Biru, Methanol, Kalium biftalat,Logam Na metoksida, Asam benzoat.
A. Larutan pereaksi :
Pembuatan larutan HCLO4 0,1N
Pada 900 ml asam asetat glacial dalam labu ukur 1 liter + 8,5 ml asam
perklorat 70%, campur + dengan 30 ml anhidrida asam asetat,campur,
dinginkan hingga suhu kamar + asam asetat glical secukupnya hingga 1000
ml,biarkan selama 24 jam
Na metoksida 0.1 N
Indikator
1. Kristal violet 1 g dilarutkan dalam 100 ml asam asetat glacial + asam
asetat anhidrat
11
2. Timol biru
Timol biru 100 mg dilarutkan dalam 100 methanol bebas air. (
Metanol dibuat bebas air dengan penambahan CaO kering selama 24
jam. Kemudian disuling
Natrium metoksida
Asam benzoate 50 mg dilarutkan dalam 10 ml metanol + 2 tetes indikator
timol biru. Titrasi dengan natrium metoksida 0,1 N sehingga perubahan warna
dari kuning menjadi biru.
12
SIMULASI
1. Bahan baku CTM ditimbang 500 mg, kemudian ditambahakan asam asetat
glasial dan beberapa tetes kristal violet, lalu dititrasi dengan asam perklorat
0,1 N. Penentapan blanko dilakukan, kemudian dihitung kadar CTM dalam
bahan baku
Volume titran Blanko Volume akhir Volume rata-
rata
Data percobaan 4,75 ml 3,04 ml 1,71 ml
6,35 ml 3,04 ml 3,31 ml 2,51 ml
Dik:
Kesetaraan HclO4 dan CTM : 1 ml hclO4 0,1 N~ 19,54 mg CTM
Normalitas hclO4 setelah pembakuan 0,097 N
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 N x V1 = 0,097 N x 2,51 ml
V1 = 2,435 ml
2,435 𝑚𝑙 𝑥 19,54 𝑚𝑔
Massa CTM dalam bahan baku adalah = = 47,58 mg
1 𝑚𝑙
47,58 𝑚𝑔 𝑥 100%
Maka, kadar CTM dalam bahan baku adalah sebesar = 9,51 %
500 𝑚𝑔
0,68 𝑚𝑔
N asam perklorat = = 0,107 mmol
6,3 𝑚𝑙
13
B. Natrium Metoksida
Asam benzoat dilarutkan dalam labu ukur 100 ml, diambil sebanyak 10 ml
Massa asam benzoat : 500 mg
Volume natrium metoksida titrasi: 6,3 ml
Maka, normalitas natrium metoksida adalah:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Vnatrium metoksida x Nnatrium metoksida=mol asam benzoat x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
500 𝑚𝑔 10 𝑚𝑙
6,3 ml x N natrium metoksida= x
122,12 𝑔/𝑚𝑜𝑙 100 𝑚𝑙
0,409
N natrium metoksida = 6,3 𝑚𝑙
= 0,0649= 0,065
C. Penentuan kadar Kloramfeniramin maleat (CTM)
Sampel dilarutkan dalam labu takar 25 ml, diambil sebanyak 10 ml
Faktor pengenceran 2,5x
Blanko kloramfeniramin maleat sebanyak 0,85 ml dalam 10 ml asam asetat glasial
Jumlah volume peniter hclO4 yang terpakai:
6,85 𝑚𝑙 𝑥 6,8 𝑚𝑙
VhclO4= = 6,825 ml
2
Sehingga volume HclO4 untuk titrasi langsung dengan blanko tersebut adalah
V hclO4 = 6,825 ml – 0,85 ml = 6,025 ml
1 ml HclO4 0,1 N setara dengan 19,54 mg kloramfeniramin maleat
1 ml HclO4 0,097 N setara dengan 18, 9538 mg kloramfeniramin maleat
6,025 ml HclO4 0,097 N setara dengan 114, 1967 mg kloramfeniramin maleat
Jumlah CTM dalam sampel = 114,1967 mg x faktor pengenceran
= 114,11967 x 2,5
= 285,4916 mg kloramfeniramin maleat
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑇𝑀 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑇𝑀 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Galat analisis (%) = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑇𝑀 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
14
318,5 𝑚𝑔−285,4916 𝑚𝑔
= x 100%
318,5 𝑚𝑔
= 10,36%
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17