Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOLOGI SEL

DOSEN PENGAMPU : SEPTA PRATAMA, A.Md.Li, S.Farm, M.PH.Env.Ri., Apt

DISUSUN OLEH:

Ajeng Febylianti (1748201003)

Fery Lidiya Assyifa (1748201030)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

PROGRAM STUDI FARMASI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KOMUNIKASI ANTAR SEL, TRANSFOR AKTIF DAN TRANSFOR PASIF

 Komunikasi Antar Sel

Komunikasi sel terjadi diantara dua sel, yaitu sel komunikator dan sel target,
menggunakan sinyal kimia (chemical signaling). Sel komunikator mensintesis dan
melepas signal kimia. Sel target mengenali, menerima dan merespon sinyal kimia
untuk mestimulasi aktivitas selulernya. Semua sel penyusun organisme multiseluler
mempunyai kemampuan sebagai sel komunikator maupun sel target. Sinyal kimia
merupakan bahasa, informasi atau pesan yang disampaikan. Sinyal kimia terutama
berupa protein seperti hormon, growt faktor, sitokin, asetilkolin atau histamin. Sinyal
kimia juga dapat berupa spesies oksigen aktif seperti hidrogen peroksida. Sinyal ini
dinamakan sebagai sinyal ekstrakulikuler atau ligan. ( Sutiman, dkk 2017)

Sel target mempunyai reseptor sebagai penerima sinyal kimia dari sel
komunikator. Reseptor ini berupa glikoprotein transmembran dengan konformasi
yang sesuai dengan bentuk molekul ligan yang diterima. Ikatan dan kecocokan antara
enzim dan substrat yaitu bersifat spesifik dan khas. Reseptor mempunyai domain
ekstrakulikuler yang berfungsi sebagai pengikat ligan, dan domain sitoplasmik yang
menghadap ke sitopasma. Sesudah mengikat ligan, reseptor mengalami perubahan
konformasi dan aktif menstimulasi sinyal transduksi intraseluler untuk menghasilkan
aktifitas atau respon seluler seperti sekresi metabolisme, kontraksi otot, pembelahan
sel, sintesis protein, diferensiasi, dan lain lain. ( Sutiman, dkk 2017)

Sinyal transduksi berupa reaksi cascade (reaksi berantai) yang terjadi dalam
sitoplasma. Reaksi cascade terdiri dari serangkaian hirarki protein yang diaktifkan
oleh protein sebelumnya (upstream). Mekanisme pengaktifan ini melalui proses yang
dinamakan fosforilasi yaitu penambahan gugus fosfat pada protein targetnya. Gugus
fosfat ini berasal dari ATP atau GTP. Sinyal transduksi inilah yang menerjemahkan
atau mentransduksi sinyal ekstrasel menjadi sinyal intrasel yaitu sinyal yang
dimengerti oleh sel. Sinyal intrasel ini dinamakan juga second messenger, sedangkan
sinyal ekstrasel dinamakan juga first messenger. Second messenger yang sampai
sekarang dikenal ada dua yaitu cAMP (cylic AMP) dan ion kalsium (Ca2+). Kedua
second messenger ini selanjutnya akan mengikat protein targetnya masing-masing.(
Sutiman, dkk 2017)

Second messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau


ion kecil nonprotein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal ekstraseluler
yang mengikat reseptor membran merupakan jalur first messenger. Second
messenger lebih kecil dan terlarut dalam air, sehingga dapat segera menyebar
keseluruh sel dengan berdifusi . Second messenger berperan serta dalam jalur yang
diinisiasi reseptor terkait protein-G maupun reseptor tirosin-kinase. Dua contoh
second messenger yang paling banyak digunakan ialah: (Subowo (2012)

 AMP siklik
Second messenger ini yang membawa sinyal yang diinisiasi epinefrin dari membrane
plasma sel hati atau otot ke bagian dalam sel, dimana sinyal itu menyebabkan
pemecahan glikogen. Pengikatan epinefrin pada membrane plasma sel hati akan
meningkatkan senyawa adenosine monofosfatsiklik, yang disingkat AMP siklik atau
cAMP. Camp ini diaktifkan oleh adenilat siklase yang mengkatalisa perombakan
ATP. cAMP atau aliran ion tadi dapat membuat perubahan pada perilaku sel, dan
mereka disebut messenger sekunder atau mediator intraseluler yang mana akan
merangsang metabolisme sel lewat aktivitas protein kinase. (Subowo (2012)
 Ion kalsium
Banyak molekul sinyal pada hewan, termasuk neurotransmitter, faktor pertumbuhan
dan sejumlah hormon menginduksi respon pada sel targetnya melalui jalur transduksi
sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium sitosolik. Peningkatan konsentrasi
ion kalsium sitosolik menyebabkan banyak respon pada sel hewan. Sel menggunakan
ion kalsium sebagai second messenger dalam jalur protein-G dan jalur reseptor tirosin
kinase. Dalam merespon sinyal yang direlai oleh jalur transduksi sinyal, kadar
kalsium sitosolik mungkin meningkat, biasanya oleh suatu mekanisme yang melepas
ion kalsium dari RE biasanya jauh lebih tinggi daripada konsentrasi dalam sitisol.
Karena kadar kalsium sitosol terendah, perubahan kecil pada jumlah absolute ion akan
menggambarkan persentase perubahan yang relative tinggi pada konsentrasi kalsium.
(Subowo (2012)

 Tahapan komunikasi dalam sel


Dilihat dari perspektif sel yang menerima pesan, pensinyalan sel dibagi menjadi
tahapan yaitu:
1. Tahap penerimaan (reception)
Pada tahapan ini sel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar
sel. Sinyal kimiawi terdeteksi ketika molekul sinyal berikatan dengan protein
reseptor yang terletak dipermukaan atau didalam sel.
2. Tahap pengikatan molekul (transduction)
Pada tahap ini molekul sinyal memiliki bentuk yang komplamenter dengan
situs reseptor yang melekat disitu seperti anak kunci dalam gembok atau
substrat dalam situs katalitik suatu enzim. Molekul sinyal berprilaku seperti
ligan, istilah molekul yang berikatan secara spesifik dengan molekul lain,
seringkali yang berukurakan besar. Pengikatan ligan menyebabkan protein
reseptor mengalami perubahan bentuk. Umumnya efek pengikatan ligan
menjadi agregasi kedua atau lebih mengaktivasi reseptor lain berinteraksi
dengan molekul lain.
3. Tahap responsif (response)
Pada tahapan ini sinyal yang ditrandusikan menyebabkan aktivitas selular
seperti glikogen fospolirase, penyusunan ulang sitoskeleton ataupun aktivasi
gen-gen spesifik dalam nukleus. (Campbell Dan Reece.(2008)
Tipe penyampaian molekul sel dalam komunikasi sel:

1. Endokrin adalah sel target jauh dengan media hormon yang dibawa oleh pembuluh
darah.
2. Parakrin adalah sel penyekresi bekerja pada sel-sel target yang berdekatan
dengan melepas molekul regulator lokal (misalnya faktor pertumbuhan) kedalam
cairan luar sel
3. Autokrin adalah sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu sendiri
atau dengankata lain sel penghasil mediator berperan juga sebagai sel sasaran
4. S i n a p t i k adalah tipe pensinyalan jarak jauh melalui sistem persarafan. Sel saraf
melepaskan molekul neurotransmiter kedalam sinapsis sehingga merangsang sel
target. (Campbell Dan Reece.(2008)

Metoda penyampaian sinyal


1. Komunikasi langsung yaitu komunikasi antar sel yang sangat berdekatan karena
mentransfer sinyal listrik (ion-ion)
2. Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang
dilepaskan kecairan ekstrasel yang berdekatan ataupun kepada sel-sel yang berada
jauh letaknya.
3. Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi yang berlangsung melalui sinyal listrik
yang dihantarkan sel syaraf dan atau sinyal kimia (hormon dan neurohormon)
4. Dengan membentuk gap junction sehingga terjadi hubungan sitoplasma dari kedua sel
yang berkomunikasi tersebut. (Campbell Dan Reece.(2008)

Jenis-jenis reseptor dan pengaruhnya terhadap aktivitas sitoplasma


 Reseptor dalam membran sel
Sebagian besar molekul sinyal larut-air berikatan pada protein reseptor dalam
membran sel. Reseptor ini mentransmisikan informasi dari lingkungan ekstraseluler
ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk saat berikatan dengan ligan.

1. Reseptor saluran/gerbang ion; misalnya pada molekul neurotransmitter yang


dilepaskan sinapsis antara dua sel saraf berikatan dengan saluran ion sehingga
menyebabkan saluran membuka dan memicu timbulnya sinyal listrik yang
merambat ke sel penerima.

2. Reseptor terikat enzim seperti tirosin kinase


Kinase adalah enzim yang mengkatalis transfer gugus fospat dari ATP ke asam
amino tirosin

3. Reseptor terkopel protein G


Reseptor terkopel protein G adalah reseptor membran plasma yang bekerja dengan
bantuan protein G, protein yang mengikat molekul GDP/ GTP yang kaya energi.
Banyak molekul sinyal yang berbeda menggunakan reseptor terkopel protein G.
Struktur molekulnya terdiri dari 7 heliks α, β danγ transmembran. Dalam keadaan
tidak aktif protein G mengikat GDP (guanosin diposfat) melalui subunit α
dipermukaan dalam dinding sel. Saat molekul sinyal berikatan dengan sisi
ekstraseluler maka protein G akan bergeser melepaskan GDP dan diganti oleh
molekul GTP. GTP kemudian mengaktivasi sub unit α untuk melepaskan diri.
dan berikatan dengan efektor lain yaitu adenilil siklase. Saat itulah memicu
langkahnya pada respon seluler. Perubahan pada enzim dan protein G juga
bersufat sementara karena protein G juga berfungsi sebagai enzim GTP-ase maka
sub unit α akan menghidrolisis GTP menjadi GDP. Karena kini tidak aktif lagi
protein G meninggalkan enzim dan kembali ke kondisi awal. (Maman, 2007)

 Reseptor dalam intraseluler


Reseptor ini terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk mencapai
reseptor ini pembawa pesan kimiawi menembus membran plasma sel target. Molekul
sinyal yang dapat melakukan hal ini adalah hormon steroid dan tiroid karena
termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Reseptor intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada membran sel
melainkan pada sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus melewati membran plasma
terlebih dahulu sebelum bertemu dengan reseptor jenis ini (karena ukuran molekul
kecil dapat melewati membran atau merupakan lipid sehingga terlarut dalam
membran). Sinyal kimiawi dengan reseptor intraseluler misalnya hormon steroid
(testosteron) dan tiroid hewan yang berupa lipid serta molekul gas kecil oksida nitrat.
Mekanisme jalur transduksi sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor ke respon
seluler) seperti berikut:
1. Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon disebut molekul relay
(sebagian besar merupakan protein).
2. Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan jalur pensinyalan (molekul
sinyal bahkan tidak pernah masuk sel).Sinyal direlai sepanjang suatu jalur,
artinya informasi tertentu dilewatkan. Pada tiap tahap sinyal ditransduksi
menjadi bentuk berbeda yaitu berupa perubahan konformasi suatu protein
yang disebabkan oleh fosforilasi. (Makruf, Anwar (2016)

Jalur pensinyalan bermula ketika molekul sinyal terikat pada reseptor eseptor ini
kemudian mengaktifkan satu molekul relai, yang mengaktifkan protein kinase 1.
Protein kinase 1 aktif ini mentransfer satu fosfat dari ATP ke molekul protein kinase 2
yang inaktif, sehingga akan mengaktifkan kinase kedua ini. Akibatnya, protein kinase
2 yang aktif ini mengkatalisis fosforilasi (dan aktivasi) protein kinase 3. Akhirnya
protein kinase 3 aktif ini memfosforilasi protein yang menghasilkan respons akhir sel
atas sinyal tadi. Enzim fosfatase mengkatalisis pengeluaran gugus fosfat.

Molekul kecil dan ion kecil tertentu merupakan komponen utama jalur pensinyalan
(second messenger), seperti AMP siklik (cAMP) dan Ca2+, berdifusi melalui sitosol
sehingga membantu memancarkan sinyal ke seluruh sel secara cepat. (Makruf,
Anwar (2016)

Respon akhir sel terhadap sinyal ekstraseluler disebut respon keluaran. Respon sel
terhadap sinyal berfungsi untuk mengatur aktivitas dalam sitoplasma atau transkripsi
dalam nukleus.
Kekhususan pensinyalan sel menentukan molekul sinyal apa yang akan diresponnya
dan sifat responnya. Keempat sel dalam diagram merespon molekul sinyal dengan
cara yang berbeda karena masing-masing memiliki kumpulan protein yang berbeda.
Diagram sel A merupakan diagram jalur pensinyalan dengan satu respon tunggal.
Diagram sel B merupakan diagram jalur pensinyalan dengan jalur bercabang
sehingga memunculkan dua respon yang berbeda. Diagram sel C merupakan diagram
jalur pensinyalan dengan reaksi saling-sapa di antara kedua jalur yang membuat sel
dapat memadukan informasi dari kedua sinyal yang berbeda. Diagram sel D
merupakan diagram jalur pensinyalan dengan reseptor yang berbeda dengan reseptor
pada sel A, B dan C. (Makruf, Anwar (2016)
 Transfor Aktif
Transpor aktif Merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan.
Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif
membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Transport aktif terbagi atas transport
aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga terdiri atas co-transport dan
counter transport (exchange). Transport aktif primer memakai energi langsung dari
ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca pump. Pada Na-K pump, 3 Na akan dipompa
keluar sel sedang 2 K akan dipompa kedalam sel. Pada Ca pump, ca akan dipompa
keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah. (winatassamita, 1994)

1). Pompa Na-K


Pompa Na-K adalah salah satu proses yang ada dalam tranpor transmembran
yaitu transpor aktif, pompa Na-Kmasuk kedalam jenis transpor aktif karena
membutuhkan energi dalam pekerjaannya. Dalam sel hewan terdapat ion Natrium dan
Kalium yang cukup penting dalam menjaga proses fisiologis didalam sel dan
membantu menyeimbangkan volume sel. Natrium juga berfungsi untuk mengatur
keseimbangan cairan sel di dalam tubuh. (winatassamita, 1994)
Mekanisme kerja Pompa Na-K
1) Na+ pada sitoplasma berikatan dengan pompa Natrium-Kalium. Afinitas terhadap
Na+ tinggi saat protein berbentuk seperti ini.
2) Pengikatan Na+ merangsang fosforilasi (penambahan gugus fosfat) protein oleh
ATP.
3) Fosforilasi menyebabkan protein berubah bentuk, sehingga afinitasnya terhadap
Na+ menurun, dan dilepaskan ke sebelah luar.
4) Bentuk baru protein memiliki afinitas tinggi terhadap K+, yang berikatan ke sisi
ekstraselualer, dan memicu pelepasan gugus pospat.
5) Hilangnya fosfat mengembalikan bentuk awal protein, yang memiliki afinitas lebih
rendah terhadap K+
6) K+ dilepaskan;afinitas terhadap Na+ tinggi lagi, dan siklus ini berulang.
(winatassamita, 1994)

Na+ (sodium) berfungsi menjaga permeabilitas membran, keseimbangan air dan pH


sel.
K+ (sodium) berfungsi sebagai unsur pembentuk sel.

2). Pompa Proton H+


Merupakan pompa elektrogenik pada sel tumbuhan, bakteri dan jamur.

Perpindahan H+ menggunakan energi menghasilkan voltase, menyediakan cadangan


energi untuk proses seluler, contoh: untuk sintesis ATP selama respirasi seluler.
3). Co Transport

Protein carrier Co transfor sukrosa H+ dapat digunakan untuk difusi H+ masuk


kedalam sel secara gradien elektrokimia bersama molekul sukrosa (asam amino, gula
dan zat lain).

 Transfor Pasif
Transpor pasif adalah proses perpindahan zat melalui suatu membrane dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah tanpa memerlukan energi. Ada beberapa
jenis transpor pasif:
Difusi
Air, karbondioksida, oksigen merupakan molekul yang dapat melalui membran sel
dengan cara difusi. Membran sel bersifat permeable terhadap molekul-molekul
tersebut. Difusi merupakan salah satu proses pergerakan molekul atau ion melalui
membran sel, di mana molekul atau ion tersebut bergerak dari daerah yang
mempunyai konsentrasi tinggi ke daerah yang mempunyai konsentrasi rendah dan
tidak memerlukan energi. Pertukaran gas O2 dengan CO2 melalui membran sel yang
merupakan dasar fisiologi pernapasan terjadi melalui proses difusi. Karbon dioksida
diproduksi di dalam sel melalui proses respirasi sel sehingga konsentrasinya di dalam
sel jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di luar sel. Dengan demikian CO2 akan
bergerak ke luar melalui membran sel secara difusi. Keadaan yang sebaliknya terjadi
pada pergerakan molekul O2, di mana O2 dibutuhkan dalam proses pernapasan sel,
dengan demikian konsentrasi O2 di dalam sel jauh lebih rendah dibandingkan di
lingkungannya sehingga O2 akan bergerak masuk melalui membran sel juga secara
difusi. Arti difusi secara umum, tidak terbatas pada pergerakan molekul atau ion
melalui membran yang permeabel, melainkan setiap pergerakan molekul atau ion dari
daerah yang mempunyai konsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah.
Sebut saja pergerakan molekul kristal zat warna yang dimasukkan ke dalam gelas
berisi air. Mula-mula molekul-molekul zat warna tersebut terkonsentrasi di sekitar
kristal zat warna yang melarut dalam air, selanjutnya penyebaran molekul zat warna
tersebut akan terus berlangsung hingga zat warna tersebut tersebar merata di seluruh
bagian air yang terdapat di dalam gelas tersebut. Setelah seluruh zat warna tersebut
tersebar merata, dapat dikatakan proses difusi telah berakhir, namun pergerakan zat
warna tidak pernah berhenti. Bedanya setelah berakhirnya proses difusi pergerakan
molekul-molekul tersebut terjadi secara seimbang sehingga larutan tetap homogen.
(winatassamita, 1994)
 Difusi dibagi 2:
 Difusi sederhana

 Difusi terfasilitasi

2). Osmosis
Osmosis merupakan proses difusi khusus yang hanya melibatkan air sehingga
biasanya disebut sebagai difusi air, jadi osmosis adalah perpindahan molekul zat
pelarut yang berkonsentrasi tinggi mengandung banyak air ke larutan yang memiliki
konsentrasi zat pelarut yang rendah melalui membran semipermeable.
.
Mekanisme terjadinya osmosis pada sel hewan dapat dipengaruhi oleh konsentrasi zat
pelarut didalam sel. Jika dalam keadaan isotonis yaitu konsentrasi zat pelarut didalam
sel dan diluar sel seimbang tidak akan ada aktivitas osmosis didalamnya. Sedangkan
jika dalam keadaan hipertonis atau konsentrasi zat pelarut didalam sel lebih tinggi dari
konsentrasi zat pelarut diluar sel akan menyebabkan terjadinya osmosis. Aktivitas
osmosis ini dapat dilihat dengan adanya krenasi ataau penyusutan yang terjadi pada
sel hewan. Mekanisme osmosis yang terjadi pada sel hewan juga dapat dilihat Jika
konsentrasi zat pelarut didalam sel lebih rendah dari konsentrasi zat pelarut diluar sel
atau sel dalam keadaan hipotonis. Kegiatan osmosis ini dapat dilihat dengan adanya
perpindahan molekul zat pelarut diluar sel yang masuk kedalam sel sehingga
menyebabkan terjadinya hemolisis atau pecahnya membran plasma yang dimiliki sel
hewan. (winatassamita, 1994)

Mekanisme terjadinya osmosis juga dapat dilihat dari sel tumbuhan .Jika sel
tumbuhan dalam keadaan hipotonis atau molekul zat pelarut didalam sel lebih rendah
daripada di luar sel ,mekanisme osmosis yang terjadi adalah masuknya molekul zat
pelarut dari luar sel tunmbuhan memenuhi sel tumbuhan sehingga terlihat adanya
kenaikan volume dari sel tumbuhan yang dinamakan turgid.Sel tumbuhan tidak pecah
karena adanya dinding sel selulosa untuk menjaga bentuk sel. Jika Sel tumbuhan
dalam keadaan hipertonis atau konsentrasi zat pelarut didalam sel lebih tinggi dari
konsentrasi zat pelarut di luar sel akan terlihat terjadinya osmosis dengan keluarnya
molekul zat pelarut didalam sel dan membuat mengekerutnya sel tumbuhan dan
terlepasnya protoplasma dari dinding sel, keadaan ini disebut plasmolisis.
(winatassamita, 1994)
DAFTAR PUSTAKA

Subowo (2012),Biologi Sel, Bandung,CVAngkasa


Campbell Dan Reece.(2008), Biology edisi 8, Jakarta, Erlangga
Winatassamita Dj. (1994) Fisisologi Hewan dan Tumbuhan. Jakarta: Univeristas Terbuka
Sutiman, dkk (2017) Biologi Sel. Malang: Tim UB Press.
Makruf, Anwar (2016) Inovasi Pengendalian Penyakit dan Peningkatan Produksi Ternak
Melalui Komunikasi Sel Secara Fisiologi Veteriner. Surabaya: Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai