Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PEMULIAAN TERNAK


ACARA I
STANDARISASI

Disusun oleh :
Kelompok XIX
Annisa Erlina Y PT/07114
MS Adin C PT/07140
Shinta Maharani PT/07194
Yoga Hadi F PT/07315
Laksa Ersa A PT/07146
Aviva Nito N P PT/07329
Siti Aisyah PT/07378

Asisten Pendamping : Novia Indriani

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Standarisasi digunakan untuk menyeragamkan data, sehingga dapat


mempermudah dalam analisis data yang diperoleh. Konstanta standarisasi
atau faktor koreksi sendiri dapat bersifat perkalian (multiplikatif) dan
penambahan (aditif). Kedua macam faktor secara efektif menyetarakan
rataan, akan tetapi faktor koreksi perkalian merubah ragam dengan proporsi
kuadrat dari faktor, sebaliknya faktor koreksi penambahan tidak merubah
ragam. Sementara itu, nilai faktor koreksi sangat tergantung pada besarnya
pengaruh lingkungan internal atau fisiologis yang mempengaruhi
performans produksi, tingkat akurasi penaksiran, banyak data yang
tersedia, serta kelengkapan informasi pendukung lainnya (genetik dan
lingkungan). Manfaat standarisasi adalah mengurangi efek dari eksternal
atau lingkungan sehingga dapat menurunkan error data percobaan
(Anggraeni, 2003)
Faktor koreksi merupakan data ukuran statistik yang diperoleh untuk
standar koreksi suatu data berdasarkan jenis kelamin, umur induk dan tipe
kelahiran untuk memperkecil ragam. Berat lahir, berat sapih, dan umur
sapih dikoreksi terhadap jenis kelamin. Faktor koreksi (Correction Factor)
disimbolkan dengan FK atau CF atau C (Hardjosubroto, 1994).
Julian Date atau disebut juga kalender Julian atau biasa disamakan
dengan kalender Georgian merupakan kalender paling awal yang diusulkan
oleh astronom Sosigenes. Kalender Julian dan Kalender Gregorian
mempunyai aturan penanggalan sesuai dengan acuan revolusi Bumi
terhadap Matahari. Penanggalan kalender Julian menggunakan
perhitungan bahwa lamanya revolusi Bumi terhadap Matahari adalah
365,25 hari (Willy, 2013).
BAB II
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum standarisasi antara lain
kalkulator scientific dan alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum standarisasi adalah
data recording yang terdiri dari tanggal lahir, berat lahir, jenis kelamin, umur
induk, tipe kelahiran, tanggal sapih, berat sapih dan tabel julian date.

Metode
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
metode yang dilakukan pada praktikum standarisasi adalah dengan
menghitung menggunakan rumus sebagai berikut:
BLterkoreksi = BL x FKUI x FKJK x FKTK
BS−BL
BS100 =( x 100 + BL) (FKUI) x (FKTK) x (FKJK)
umur
BS−BL
BS terkoreksi = ( umur x rerata umur sapih + BL) (FKUI) x (FKTK) x (FKJK)

FK = x̄ optimal
x̄ (i)
Keterangan :
BS100 = Berat sapih terkoreksi pada umur 100 hari
BS terkoreksi = Berat sapih terkoreksi pada rata-rata umur sapih populasi
FKUI = Faktor Koreksi Umur Induk
FKTK = Faktor Koreksi Tipe Kelahiran
FKJK = Faktor Koreksi Jenis Kelamin
x̄ optimal = Rata-rata optimal
x̄ (i) = Rata-rata yang dicari
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Standarisasi adalah suatu metode yang digunakan untuk


menyeragamkan data (homogenisasi data). Fungsi standarisasi adalah
mengurangi efek dari eksternal atau lingkungan sehingga dapat
menurunkan error data percobaan. Data perlu dilakukan standarisasi untuk
menurunkan error data percobaan dan untuk menyeragamkan data,
sehingga dapat mempermudah dalam analisis data yang diperoleh.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data hasil
standarisasi berat lahir terkoreksi (BLterkoreksi), berat sapih umur 100 hari
(BS100) dan berat sapih terkoreksi (BSterkoreksi) kambing PE seperti pada
Tabel 1. berikut:
Tabel 1. Hasil Perhitungan Standarisasi
No. BLterkoreksi BS100 BSterkoreksi
1 2,6 12,81 12,3
2 2,5 12,39 11,90
3 3,2 12,98 12,47
4 2,83 13,14 12,60
5 3,35 13 12,47
6 2,98 13,27 12,72
7 2,72 12,12 11,60
8 3,04 13,69 13,09
9 2,81 13,76 13,15
10 2,97 13,85 13,25

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa berat lahir


distandarkan pada jenis kelamin jantan, umur induk 4 dan tipe kelahiran 1.
Berat sapih distandarkan pada jenis kelamin jantan, umur induk 4 dan tipe
kelahiran 1. Rata-rata nilai berat lahir terkoreksi (BLterkoreksi), berat sapih
(BS100) dan berat sapih terkoreksi (BSterkoreksi) yang diperoleh adalah 2,9 kg,
13 kg dan 12,56 kg. Kaunang et al. (2014) menyatakan bahwa rataan berat
lahir anak kambing PE lebih tinggi daripada hasil yang didapat saat
praktikum yaitu 3,71 dan rataan berat sapih anak kambing PE lebih rendah
daripada hasil yang didapat saat praktikum yaitu 11,06. Kaswati et al.
(2013) yang menyatakan bahwa perbedaan rata-rata berat sapih
disebabkan karena adanya variasi berat lahir dan umur sapih, dimana berat
sapih berkorelasi positif dengan berat lahir, sehingga cempe yang
mempunyai berat lahir tinggi akan tumbuh lebih cepat sehingga mencapai
berat sapih yang relatif tinggi.
Faktor koreksi yang digunakan dalam praktikum acara standarisasi
ada tiga, yaitu faktor koreksi jenis kelamin, faktor koreksi umur induk dan
faktor koreksi tipe kelahiran. Sulastri et al. (2012) menyatakan bahwa
koreksi data performans pertumbuhan untuk penyesuaian dilakukan
terhadap jenis kelamin jantan melalui faktor koreksi jenis kelamin, terhadap
tipe kelahiran tunggal melalui faktor koreksi tipe kelahiran dan umur induk
dengan melalui faktor koreksi umur induk. Hasil yang dilakukan pada saat
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Berat lahir dan berat sapih dikoreksi terhadap tipe kelahiran tunggal
dan umur induk 4 tahun. Koreksi terhadap tipe kelahiran tunggal dilakukan
dengan asumsi bahwa tipe kelahiran tunggal umumnya memiliki bobot yang
lebih besar dibanding kambing kelahiran kembar dan bobot badan anak
yang dilahirkan dari induk tua lebih besar dibandingkan induk muda. Basuki
et al. (1998) menyatakan bahwa banyak faktor yang berpengaruh terhadap
berat sapih, namun pertumbuhan sebelum sapih lebih didominasi oleh
faktor nutrisi yang sepenuhnya berasal dari air susu induk. Hal ini berarti
induk yang memiliki produksi susu tinggi, maka anaknya cenderung akan
memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Produksi susu induk dipengaruhi
oleh umur dan pakan yang diberikan.
Rata-rata berat sapih umur 100 hari lebih besar yaitu 13 kg
dibandingkan dengan rata-rata berat sapih terkoreksi yaitu 12,56 kg. Hal
tersebut dapat terjadi disebabkan karena perhitungan berat sapih pada
umur 100 hari dikalikan 100 dan berat sapih terkoreksi dikalikan dengan
rerata berat sapih yaitu 95 hari. Sulastri et al. (2012) menyatakan bahwa
rata-rata berat sapih terkoreksi pada umur 100 cempe PE adalah berkisar
10,56±1,78 kg. Hasil tersebut menunjukan bahwa hasil perhitungan berat
sapih terkoreksi pada umur 100 cempe PE lebih rendah dibandigkan
dengan literatur. Faktor yang mempengaruhi berat sapih adalah
disebabkan karena adanya variasi berat lahir dan umur sapih, dimana berat
sapih berkorelasi positif dengan berat lahir. Kaswati et al. (2013)
menjelaskan bahwa adanya variasi umur induk dan faktor lingkungan
mempengaruhi berat lahir dan berat sapih, dimana berat lahir cempe
cenderung meningkat sampai kelahiran ke 4 dan ke 5 setelah itu akan
menurun, sedangkan lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan dan
suplai pakan berupa nutrien pakan.
Perbedaan antara berat lahir dan bobot sapih menunjukkan bahwa
sifat tersebut juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Bobot sapih memiliki
hubungan yang erat dengan bobot lahir, keduanya berkorelasi positif
sehingga bobot lahir dapat ditekankan dalam program seleksi tidak
langsung, yaitu respon seleksi bobot sapih berdasarkan bobot lahir
(Prajoga, 2009). Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya diduga
heritabilitas dan respon seleksi pada bobot sapih. Ditinjau dari jenis
kelaminnya dapat diketahui perbandingan bobot sapih jantan lebih tinggi
dari pada bobot sapih betina, dengan tingkat perbedaan yang sangat nyata
secara statistik melalui data pada tabel diatas. Perbedaan ini sesuai dengan
pendapat Hauck (2007) yang menyatakan bahwa bobot sapih anak jantan
lebih berat dibandingkan dengan yang betina.
Kaswati et al., (2013) menyatakan bahwa perbedaan rata-rata berat
sapih disebabkan karena adanya variasi berat lahir dan umur sapih. Berat
sapih berkorelasi positif dengan berat lahir. Anak kambing yang mempunyai
berat lahir tinggi akan tumbuh lebih cepat sehingga mencapai berat sapih
yang tinggi. Perbedaan rata-rata berat satu tahun diduga karena adanya
faktor pejantan dan faktor lingkungan. Pengaruh pejantan lebih penting
pada semua perbedaan bangsa karena akan menunjukkan perbedaan
genetik untuk tumbuh dan disebabkan oleh produksi susu.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan praktikum yang dilakukan dapat diketahui


bahwa standarisasi adalah proses penyeragaman data untuk meminimalisir
eror dengan menghitung faktor koreksi. Hasil praktikum standarisasi
didapatkan bahwa rata-rata nilai berat lahir terkoreksi (BLterkoreksi), berat
sapih (BS100) dan berat sapih terkoreksi (BSterkoreksi) yang diperoleh adalah
2,9 kg, 13 kg dan 12,56 kg. Faktor yang mempengaruhi berat sapih antara
lain umur induk, tipe kelahiran dan jenis kelamin.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A. 2003. Keragaman Produksi Susu Sapi Perah Kajian pada


Faktor Koreksi Pengaruh Lingkungan Internal. Jurnal Wartazoa
13(1) : 1-9.
Basuki, P., N. Ngadiyono dan G. Murdjito. 1998. Dasar Ilmu Potong dan
Kerja. Laboratorium Ternak Potong dan Kerja. Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan.
Grassindo. Jakarta
Hauck, A. M. 2007. Genetic Improvement Define Breeding Goals. Ram H
Breeders Ltd. Canada.
Kaunang, D., Suyadi dan S. Wahyuningsih. 2014. Analisis litter size, bobot
lahir dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi
buatan kambing Boer dan Peranakan Etawah(PE). Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan 23(3) : 41-46
Kaswati, Sumadi dan N. Ngadiyono. 2013. Estimasi nilai heritabilitas berat
lahir, sapih, dan umur satu tahun pada Sapi Bali di Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali. Buletin Peternakan.
Yogyakarta. 37(2): 74-78.
Prajoga, S.B.K. 2009. Pengaruh silang dalam pada estimasi respon seleksi
bobot sapih Kambing Peranakan Ettawa (PE) dalam populasi
terbatas. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.
Bandung.
Sulastri, Sumadi, T. Hartatik dan N. Ngadiyono. 2012. Estimasi parameter
genetik dan kemampuan berproduksi performans pertumbuhan
kambing Rambon. Jurnal Agrisains 3(5) : 1-16
Willy. 2013. Menetukan 1 Syawal pada Kalender Masehi berdasarkan
Algoritma Brute Force. Artikel Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika Institut Teknologi Bandung. Bandung
Lembar Perhitungan
Tabel 1. Standarisasi berat sapih kambing PE
No Tanggal Berat Jenis Umur Tipe Tanggal Berat Umur
Lahir Lahir Kelamin Induk Kelahiran Sapih Sapih Sapih
(kg) (JK) (UI) (TK) (kg) (Hari)
1. 15-Feb 2,6 J 4 1 21-May 12,3 95
2. 16-Feb 2,5 J 4 1 20-May 11,7 93
3. 25-Feb 2,3 B 3 1 30-May 10,8 94
4. 3-Mar 2,0 J 2 2 6-Jun 10,9 95
5. 12-Mar 1,9 B 3 2 21-Jun 10,7 101
6. 10-Apr 1,8 B 2 2 22-Jul 11,0 103
7. 14-Apr 1,7 J 4 3 22-Jul 11,9 99
8. 10-May 1,4 B 3 3 9-Aug 10,9 91
9. 11-May 1,5 B 4 3 8-Aug 11,5 89
10. 15-May 1,6 J 3 3 13-Aug 11,7 90
Rumus:
BLterkoreksi = BL x FKUI x FKJK x FKTK
BS100 = (BS-BL/ umur sapih x 100 +BL) (FKUI) (FKJK) (FKTK)
BS terkoreksi = (BS-BL/umur sapih x rerata umur sapih +BL) (FKUI)
(FKJK) (FKTK)
Diketahui:
Jumlah data = 10
Rerata umur sapih = Jumlah umur sapih/ jumlah data
= 95+93+94+95+101+103+99+91+89+90/10
= 950/10 = 95
 Perhitungan Faktor Koreksi jenis kelamin
a. Berat Lahir
𝟐,𝟔+𝟐,𝟓+𝟐,𝟎+𝟏,𝟕+𝟏,𝟔
- Rata-rata BL jantan = = 2,08
𝟓
𝟐,𝟑+𝟏,𝟗+𝟏,𝟖+𝟏,𝟒+𝟏,𝟓
- Rata-rata BL betina = = 1,78
𝟓

- FKBL Jantan = 2,08/2,08 =1


- FKBL Betina = 2,08/1,78 = 1,17
b. Berat Sapih
𝟏𝟐,𝟑+𝟏𝟏,𝟕+𝟏𝟎,𝟗+𝟏𝟏,𝟗+𝟏𝟏,𝟕
- Rata-rata BS jantan = = 11,7
𝟓
𝟏𝟎,𝟖+𝟏𝟎,𝟕+𝟏𝟏+𝟏𝟎,𝟗+𝟏𝟏,𝟓
- Rata-rata BS betina = = 10,98
𝟓

- FKBS Jantan = 11,7/11,7 =1


- FKBS Betina = 11,7/10,98 = 1,07

 Perhitungan Faktor Koreksi Umur Induk


c. Berat Lahir
𝟐,𝟎+𝟏,𝟖
- Rata-rata BL UI 2 = = 1,9
𝟐
𝟐,𝟑+𝟏,𝟗+𝟏,𝟒+𝟏,𝟔
- Rata-rata BL UI 3 = = 1,8
𝟒
𝟐,𝟔+𝟐,𝟓+𝟏,𝟕+𝟏,𝟓
- Rata-rata BL UI 4 = = 2,08
𝟒

- FKBL UI 2 = 2,08/1,9 ` = 1,09


- FKBL UI 3 = 2,08/1,8 = 1,16
- FKBL UI 4 = 2,08/2,08 =1
d. Berat Sapih
𝟏𝟎,𝟗+𝟏𝟏
- Rata-rata BS UI 2 = = 10,95
𝟐
𝟏𝟎,𝟖+𝟏𝟎,𝟕+𝟏𝟎,𝟗+𝟏𝟏,𝟕
- Rata-rataBS UI 3 = = 11,03
𝟒
𝟏𝟐,𝟑+𝟏𝟏,𝟕+𝟏𝟏,𝟗+𝟏𝟏,𝟓
- Rata-rataBS UI 4 = = 11,85
𝟒

- FKBS UI 2 =11,85/10,95 = 1,08


- FKBS UI 3 = 11,85/11,03 = 1,07
- FKBS UI 4 = 11,85/11,85 =1
 Perhitungan Faktor Koreksi Tipe Kelahiran
e. Berat Lahir
𝟐,𝟔+𝟐,𝟓+𝟐,𝟑
- Rata-rata BL TK1 = = 2,47
𝟑
𝟐,𝟎+𝟏,𝟗+𝟏,𝟖
- Rata-rata BLTK 2 = = 1,9
𝟑
𝟏,𝟕+𝟏,𝟒+𝟏,𝟓+𝟏,𝟔
- Rata-rata BL TK3 = 𝟒
= 1,55
- FKBL TK 1 =2,47/2,47 =1
- FKBL TK 2 = 2,47/1,9 = 1,3
- FKBL TK 3 = 2,47/1,55 = 1,6
f. Berat Sapih
𝟏𝟐,𝟑+𝟏𝟏,𝟕+𝟏𝟎,𝟖
- Rata-rata BS TK 1 = = 11,6
𝟑
𝟏𝟎,𝟗+𝟏𝟎,𝟕+𝟏𝟏
- Rata-rata BS TK 2 = = 10,87
𝟑
𝟏𝟏,𝟗+𝟏𝟎,𝟗+𝟏𝟏,𝟓+𝟏𝟏,𝟕
- Rata-rata BS TK 3 = = 11,5
𝟒

- FKBS TK 1 = 11,6/11,6 =1
- FKBS TK 2 = 11,6/10,87 = 1,07
- FKBS TK 3 = 11,6/11,5 = 1,01
FKJK
Jenis Kelamin
Jantan Betina
Berat Lahir 1 1,17
Berat Sapih 1 1,07

FKUI
Umur Induk
2 3 4
Berat Lahir 1,09 1,16 1
Berat Sapih 1,09 1,07 1

FKTK
Tipe Kelahiran
1 2 3
Berat Lahir 1 1,3 1,6
Berat Sapih 1 1,07 1,01

1. BLterkoreksi = 2,6 X 1 X 1 X 1 = 2,6


12,3−2,6
BS100 =[ × 100 + 2,6] 1.1.1 = 12,81
95
12,3−2,6
BSterkoreksi =[ × 95 + 2.6] 1.1.1 = 7.47
95

2. BLterkoreksi = 2,5 X 1 X 1 X 1 = 2,5


11,7−25
BS100 = [ × 100 + 2.5] 1.1.1 = 12,39
93
11,7−2.5
BSterkoreksi =[ × 95 + 2.5] 1.1.1 = 11,90
93

3. BLterkoreksi = 2,3 X 1,16 X 1,17 X 1 = 3,12


10,8−2,3
BS100 =[ × 100 + 2.3] (1,07)(1,07)(1) = 12,98
94
10,8−2.3
BSterkoreksi =[ × 95 + 2.3] (1,07)(1,07)(1) = 12,47
94

4. BLterkoreksi = 2,0 X 1,09 X 1 X 1,3 = 2,83


10,9−2,0
BS100 =[ × 100 + 2.0] (1,08)(1)(1,07) = 13,14
95
10,9−2,0
BSterkoreksi =[ × 95 + 2.0] (1,08)(1)(1,07) = 12,60
95

5. BLterkoreksi = 1,9 X 1,16 X 1,17 X 1,3 = 3,35


10,7−1,9
BS100 =[ × 100 + 1,9] (1,07)(1,07)(1,07) = 13
101
10,7−1,9
BSterkoreksi =[ × 95 + 1,9] (1,07)(1,07)(1,07) = 12,47
101

6. BLterkoreksi = 1,8 X 1,09 X 1,17 X 1,3 = 2,98


11−1,8
BS100 =[ × 100 + 1,8] (1,08)(1,07)(1,07) = 13,27
103
11−1,8
BSterkoreksi = [ × 95 + 1,8] (1,08)(1,07)(1,07) = 12,72
103

7. BLterkoreksi = 1,7 X 1 X 1 X 1,6 = 2,72


11,9−1,7
BS100 =[ × 100 + 1,7] (1)(1)(1,01) = 12,12
99
11,9−1,7
BSterkoreksi =[ 𝑥 96 + 1,7] (1)(1)(1,01) = 11,60
99

8. BLterkoreksi = 1,4 X 1,16 X 1,17 X 1,6 = 3,04


10,9−1,4
BS100 =[ × 100 + 14] (1,07)(1,07)(1.01) = 13,69
91
10,9−1,4
BSterkoreksi = [ × 100 + 14] (1,07)(1,07)(1.01)= 13,09
91

9. BLterkoreksi = 1,5 X 1 X 1,17 X 1,6 = 2,81


11,5−1,5
BS100 =[ × 100 + 1.5] (1 x 1,07 x1,01) = 13,76
89
11,5−1,5
BSterkoreksi = [ × 100 + 1.5] (1 x 1,07 x1,01) = 13,15
89

10. BLterkoreksi = 1,6 X 1,16 X 1 X 1,6 = 2,97


4.39−2.06
BS100 =[ × 100 + 1,6] (1,07 x 1 x 1,01) = 13,85
90
4.39−2.06
BSterkoreksi =[ × 100 + 1,6] (1,07 x 1 x 1,01) = 13,25
90

Anda mungkin juga menyukai