Anda di halaman 1dari 64

Analisis fisik, kimia dan biologi limbah

peternakan
Yuny Erwanto dan Mohammad Zainal Abidin
Analisis fisik, kimia dan biologi

 Analisis fisik
- Warna - Kandungan padatan
- Kekeruhan
- Jumlah limbah
 Analisis kimia
- pH
- Unsur hara dan logam beracun
 Analisis biologi
- Biokimia
- Bakteriologi
Cont’d
Analisis fisik

 Kekeruhan
 Kekeruhan di dlm air disebabkan oleh adanya
zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat
organik, plankton dll
 Merupakan sifat optis dr suatu larutan
 Tidak dpt dihub. scr lgsg antara kekeruhan dg
kadar semua jenis zat suspensi, karena trgtun
kpd ukuran dan bntk butir
Cont’d

 Metode pengukuran kekeruhan


 Nefelometrik (Ftu atau Ntu)
 Hellinge Turbidimetri (silika)
 Visual (Jackson)
Cont’d

 Warna
 Warna dlm air dpt disebabkan oleh adanya
ion-ion metal alam (besi dan mangan), humus,
plankton, tanaman air dan buangan industri
 Warna sebenarnya adl warna nyata yaitu
warna stlh kekeruhan sampel dihilangkan
 Warna nampak adl warna yg tdk hnya
disebabkan zat-zat terlarut di dlm air akan
tetapi juga zat tersuspensi
Cont’d

 Jumlah limbah
Jumlah limbah dpt dihitung dengan
mengalikan nilai limbah yang diproduksi dg
estimasi brt hidup/ timb. brt hidupnya

Berat sapi rata-rata = berat akhir+berat awal/2


Produksi normal = berat sapi rata-rata x jumlah
sapi di dalam kandang
APU
Cont’d

 Kandungan padatan

TTS = TVS + TFS

TSS = VSS + FSS

TDS = VDS + FDS

Settleable solids
Cont’d

 TTS (Total Solids)

 pengukuran atau pengujian dari padatan


tersuspensi dan terlarut dalam air
 Standar sekunder untuk air minum yang
telah ditetapkan oleh EPA (Environmental
Protection Agency) sebesar 500 mg
padatan terlarut / Liter
Cont’d
Cont’d
 TSS (Total Suspended Solids)

 padatan yang tertahan pada filter air dan mampu tetap


keluar dari kolom air ke bagian bawah sungai ketika
kecepatan aliran rendah
 padatan tersuspensi merupakan padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak
dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-
partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik
tertentu, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya
 bagian tertahan saringan
Cont’d
Cont’d
 TDS (Total Dissolved Solids)

 Padatan terlarut total (TDS) di keringkan pada 105°C


atau 180°C, sampel yang tercampur disaring melalui
fiber glass filter standar, dan filtrat diuapkan sampai
kering dalam wadah ditimbang dan dikeringkan untuk
berat konstan pada 105°C atau 180°C
 Hasilnya mungkin tidak sesuai dengan nilai teoritis
untuk padatan dihitung dari bahan kimia analisis
sampel
 1 Filtrat dari penentuan padatan total suspended
dapat digunakan untuk penentuan total padatan
terlarut
Cont’d
 Volatile solids

 Padatan yang mudah menguap atau hilang pada


pemanasan sampai 500°C
 Berguna untuk operasi instalasi perlakuan, karena
memberikan perkiraan kasar atau dasar dari
jumlah bahan organik yang ada di dalam fraksi
padatan air limbah, actived sludge dan limbah
industri
 Penurunan berat pada pengapian disebut volatile
 Tidak membedakan antara materi anorganik
dan organik karena kehilangan pada saat
pengapian tidak terbatas pada bahan organik
Cont’d
Cont’d
Cont’d
Cont’d
 Settleable solids

 untuk bahan pengendapan dari suspensi


dalam periode didefinisikan
Analisis kimia

 pH
 Teknik pengukuran ada 2 macam :

a. Kolorimetri (Kertas pH)


b. Potensiometri (pH meter)
Cont’d
 Unsur hara (makro dan mikro) dan
logam
1) Phospate
2) N total
3) Kalium
4) Chrom

5) Mikro (Cu, Mg, Mn dll)


Cont’d
 Phospate (P)
a. Metode volumetrik utk Orthophospate
b. Metode colorimetrik, Amino-Naphthol-Sulfonic Acid utk
Orthophospate
c. Metode colometrik, Stannous Chloride utk
Orthophospate
d. Metode utk Polyphospate
Cont’d
N total
 N amoniak
N total
 N organik
 N nitrit
 N nitrat
Cont’d
 Krom
 Metode spektrometrik
Analisis biologi

 Biokimia
DO, BOD dan COD
Cont’d

 DO (Disolved oxygen)
 Jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara.

 Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen )


maka kualitas air semakin baik, jika kadar oksigen
terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan
bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik
yang mungkin saja terjadi
Cont’d

Metode pengujian DO

a. Metoda titrasi dengan cara WINKLER


b. Metoda elektrokimia
Cont’d
Metoda titrasi dengan cara WINKLER
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan
larutan MnCl2 den NaOH - KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2.
Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl maka
endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga
akan membebaskan molekul iodium (I2) = oksigen terlarut.
Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi
dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan
menggunakan indikator larutan amilum (kanji)
Cont’d
Cont’d
Cont’d
Cont’d
Cont’d
Cont’d
Cont’d

 BOD (Biochemical Oxygen Demand)


 suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk
mengurai atau mendekomposisi bahan organik
dalam kondisi aerobik

Biochemical oxygen demand (BOD, also called biological oxygen demand) is the
amount of dissolved oxygen needed (i.e. demanded) by aerobic biological
organisms to break down organic material present in a given water sample at
certain temperature over a specific time period. The BOD value is most
commonly expressed in milligrams of oxygen consumed per litre of sample
during 5 days of incubation at 20 °C and is often used as a surrogate of the
degree of organic pollution of water
Cont’d
Cont’d
Cont’d

 COD (Chemical Oxygen Demand)


 jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana
pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMnO4. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik
yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air
 Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro
ammonium sulfat (FAS)

 Indikator feroin digunakan utk menentukan titik akhir titrasi


 Hijau biru berubah menjadi coklat merah
 Bakteriologi
a) Total Coliform (Citrobacter, Enterobacter, Esc dll)
b) Total Count bakteri
c) Bakteri patogen (E. Coli, Salmonell)
Total Coliform
Cont’d
Metode pengujian total coliform
 P-A (Presence-Absence)
 Membrane filter
 Multi Tube Fermentation
(MTF)
Total Count bakteri

 TPC(Total Plate Count)


 MPN (Most Probable Number)
TPC (Total Plate Count)
Cont’d
Cont’d
MPN (Most Probable Number)
 MPN berdasarkan pd aplikasi distribusi racun. MPN
merupakan estimasi scr statistik dr konsentrasi
 Standar “metode kalkulasi utk MPN adlh 10, 1 dan 0,1
ml sampel dan 100ml dilusi
 Hasil tiap dilusi dilaporkan sbgai fraksi dg # total
tabung positif
 Pengujian fecal coliform sama utk pengujian total
coliform kecuali medium yg berbeda (laktose, tryptose,
garam), tabung diinkubasi selama 3 hari 35°C dan 44°C
slm 21 jam
 Konsentrasi bakteri total atau fecal coliform dilaporkan
sbg MPN per 100 ml (MPN/100ml)
Testing for MPN

 Suatu rangkaian serial dilusi sampel limbah cair dibuat


(dilusi dg faktor 10)
 Transfer 1 ml sampel dr tiap serial dilusi ke 5 tabung uji
fermentasi dg menggunakan medium laktose dan balik
tabung koleksi
 Menginkubasi tabung slm 24 jam 35°C dlm waterbath
 Akumulasi gas (CO2) dalam tabung gas merupakan
suatu reaksi + (no gas reaksi -)
Cont’d
Cont’d
Cont’d
Baku Mutu Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit
Proses Penyamakan Proses Penyamakan
menggunakan Krom menggunakan Daun-daunan

Parameter Kadar Beban Kadar Beban


Maksimum Pencemaran Maksimum Pencemaran
(mg/1) Maksimum (g/m) (mg/1) Maksimum
(g/m )
BOD5 50 2,0 70 2,8
COD 110 4,4 180 7,2
TSS 60 2,4 50 2,0
Krom Total 0,60 0.024 0,10 0,004
(Cr)
Minyak & 5,0 0,20 5,0 0,20
Lemak
N Total (N) 10 0,40 15 0,60
Amonia Total 0,50 0,02 0,50 0,20
(N)
Sulfida (S) 0,80 0.032 0,50 0,02
pH 6,0 – 9,0
Debit limbah cair maksimum 40 m kubik per ton penggaraman kulit mentah
Baku Mutu Limbah Cair Industri Penyamakan
Kulit yang sudah Beroperasi

Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemaran


Maksimum (g/m )
BOD 150 10,50
COD 300 21,0
TSS 150 10,5
Sulfida (sebagai H2S) 1,0 0,07

Krom Total 2,0 0,14


Minyak dan Lemak 5,0 0,35
Ammonia Total 10,0 0,70
PH 6,0-9,0 Debit Limbah Cair maksimum 70m kubik per ton
BOD5 dan COD bbrp limb. ternak

Limbah ternak BOD5 (mg/g TTS) COD (mg/g TTS)

Babi 181 1409


Ayam 123 887
Sapi potong 110 1438
Domba 103 1109
Sapi perah 94 1387

BOD rendah ; COD tinggi  bahan organik yang tidak dapat


diurai secara biologis atau berupa bahan beracun
Penerapan Baku Mutu Lingkungan
Baku mutu lingkungan dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam
penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan beban
pencemaran maksimum. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut:
Beban Pencemaran Maksimum (BPM)
1.BPM = (Cm)j x Dm x A x f…………………………..(II. 1. 1)
Keterangan:
BPM = Beban Pencemaran Maksimum yang diperbolehkan, dinyatakan dalam kg
parameter per hari
(Cm)j = kadar maksimum parameter j dinyatakan dalam mg/I.
Dm = Debit limbah cair maksimum dinyatakan dalam L limbah cair per detik per hektar.
A = luas lahan kawasan yang terpakai dinyatakan dalam hektar
F = faktor konversi =
1 kg 24 x 3600 detik
——————x———————- = 0.086….(II. 1.2)
1000000 mg hari
1.Beban pencemaran sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut
BPA = (CA)j x (DA) x f …………… (II.2. 1)
Keterangan:
BPA = beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per hari
(CA)j = kadar sebenarnya parameter j, dinyatakan dalam mg/l
DA = debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam liter/detik
f = faktor konversi = 0.086
Penilaian beban pencemaran adalah:
BPA tidak boleh melewati BPM
Contoh Penerapan :
Data yang diambil dari lapangan untuk penerapan Baku Mutu Limbah Cair Kawasan
Industri adalah:
1. Luas areal kawasan industri yang terbangun (A) [hektar, ha]
2. Kadar sebenarnya (CA) untuk setiap parameter [mg/liter]
3. Debit limbah hasil pengukuran (DA) [liter/detik]

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri


Debit limbah cair maksimum: 1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai.
Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemaran
(mg/liter) Maksimum
(kg/hari/ha)

BOD5 50 4.3
COD 100 8.6
TSS 200 17.2
pH 6.0 – 9.0
1.Contoh perhitungan:
Suatu kawasan industri mempunyai luas lahan kawasan terpakai 1500 hektar. Parameter
dari tabel di atas yang akan dijadikan contoh perhitungan adalah parameter (j) BOD.
Dari tabel tersebut diketahui:
Debit maksimum yang diperbolehkan (Dm) = 1 liter/detik/ha
2.Untuk parameter BOD diketahui:
3.Kadar maksimum (Cm) = 50 mg/liter
Beban maksimum yang diperbolehkan = 4.3 kg/hari/ha
4.Data lapangan
Kadar BOD hasil pengukuran (CA) = 60 mg/liter
Debit hasil pengukuran (DA) = 1000 liter/detik
Luas lahan kawasan terpakai (A) = 1500 ha
Beban pencemaran maksimum parameter BOD yang diperbolehkan untuk
kawasan industri tersebut (persamaan II. 1.1) adalah:
BPM = Cm x Dm x f x A
= 50 x 1 x 0.086 x 1500
= (4.3 kg/hari/ha) x 1500 ha
= 6450 kg/hari
Beban pencemaran sebenarnya untuk parameter BOD kawasan industri
tersebut (persamaan II. 2.1) adalah:
BPA = CA x DA x f
= 60 x 1000 x 0.086
= 5160 kg/hari
Dari contoh di atas, BPA (5160 kg/hari) lebih kecil daripada BPM (6450
kg/hari), jadi untuk parameter BOD kawasan tersebut memenuhi Baku
Mutu Limbah Cair.
Karakteristik limbah peternakan
Variabel Unit
1. Jumlah limbah Kg/hari
2. Kelembaban persen
3. BOD5 Mg/l
4. Zat padat total Kg/hari
5. Zat padat tersuspensi Kg/hari
6. Zat padat terlarut Kg/hari
7. Nitrogen total Mg/l sebagai N
8. Amoniak Mg/l sebagai N
9. Fosfor Mg/l sebagai P
10. pH

Anda mungkin juga menyukai