Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN PASTURA
Produksi Visual

Disusun oleh:
Kelompok XIII

Anom Yusuf Tri Bambang Susilo PT/07115


Arnita Dewi Nurasri PT/07116
Laksa Ersa A PT/07146
Septinda Lintang Libriani PT/07173
Danawira Dipta PT/07222
Rifqi Hasan Laksono PT/07296

Asisten Pendamping: Ardha Adi Krisna Putra

LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
TINJAUAN PUSTAKA
Pastura adalah suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi hijauan
dengan kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak
ruminansia (Parakkasi, 1999). Reksohadiprodjo (1995) menambahkan
bahwa pastura terdiri dari beberapa macam, yaitu pastura alam, pastura
alam yang sudah ditingkatkan, pastura buatan (temporer), dan pastura
dengan irigasi. Pastura alam terdiri dari tanaman dominan yang berupa
rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed),
tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak
ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, tetapi hanya
mengawasi ternak yang digembalakan. Pastura alam yang sudah
ditingkatkan terdiri dari spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam
padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah
komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan
menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi). Pastura
buatan (temporer) terdiri dari tanaman makanan ternak dalam padangan
telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat
menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman
pertanian. Pastura dengan irigasi, biasanya terdapat di daerah sepanjang
sungai atau dekat sumber air.
Metode yang digunakan untuk menduga produksi biomassa rumput
antara lain adalah metode Nested Frequency. Metode tersebut berguna
untuk mengambil sampel yang di dalamnya terdapat beberapa spesies
yang sedang diamati. Penggunaan satu petak ukuran biasanya tidak cukup
untuk mengumpulkan data frekuensi semua spesies dalam satu luasan.
Ukuran petak yang sesuai untuk satu spesies mungkin tidak sesuai untuk
spesies lain, untuk mengukur suatu spesies tunggal akan lebih efisien
menggunakan ukuran kuadrat tunggal yang dirancang khusus untuk density
dan distribusi spesies itu (Colson dan Kark, 2011).
Luas sampel yang digunakan diukur dengan menggunakan frame
atau ubinan. Ubinan secara acak diposisikan dan dilempar untuk
mendapatkan luasan lahan sampel yang akan digunakan. Ubinan yang
digunakan merupakan unit sampling. Ubinan tidak direkomendasikan
karena tidak efisien untuk mengukur luas sampel hijauan yang diukur dalam
kebanyakan jenis vegetasi. Presisi sampel vegetasi dapat dipengaruhi oleh
pengamat yang berbeda dan jenis metode sampling digunakan. Efek dari
pengamat yang berbeda umumnya diyakini menjadi kontributor penting
terhadap variabilitias dalam data (Elzinga et al., 2004).
Produksi visual merupakan sampling suatu area lahan hijauan yang
diambil dari sebuah ubinan ukuran 1 m 2. Sampling tersebut melibatkan
penilaian sebagian dari populasi. Tujuan sampling menentukan informasi
seperti tingkat keakuratan target, kekuatan, perubahan tingkat kesalahan
yang diterima, dan besarnya perubahan perubahan yang diharapkan untuk
mendeteksi suatu produksi tertentu (Elzinga et al., 2004).
Sampling area merupakan metode yang digunakan dalam
pengukuran minimal sampling area. Minimal sampling area adalah area
terkecil dimana komposisi spesies alam suatu komunitas cukup terwakili.
Minimal sampling area diharapkan telah berisi semua jenis spesies yang
ada dalam satu komunitas. Tujuan dari penggunaan metode sampling area
adalah mengetahui luas sampel yang diperlukan dalam sampling dan dapat
dijadikan sebagai indikasi berapa luas lahan yang dibutuhkan. Metode
sampling area bertujuan untuk menentukan informasi seperti tingkat
keakuratan target, kekuatan, perubahan tingkat kesalahan yang diterima
dan besarnya perubahan (Kercher, 2003). Anungraja (2012) menyatakan
tujuan dari pengukuran produksi lahan secara visual memiliki tujuan
mempermudah mudah pengukuran dan identifikai dalam satu lahan dengan
mengambil sampel dalam satu luasan ubinan. Hasil dalam satu luasan
ubinan mewakili seluruh vegetasi lahan hijauan. Kekurangan dari
penggunaan metode ini adalah tidak seluruh tanah akan memiliki kerapatan
tanam, jenis vegetasi yang sama, serta masing – masing individu memiliki
perkiraan yang beda – beda.
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum acara Produksi Visual
adalah kolom sampling (ubinan) ukuran 1x1 m, sabit, dan timbangan.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum acara Produksi
Visual adalah rumput Brachiaria ruziziensis.

Metode
Metode yang digunakan pada praktikum pengamatan produksi visual
adalah penafsiran produk rumput padang penggembalaan atau fodder.
Cara penafsiran yang dilakukan adalah dengan memperkirakan produksi
hijauan per m2 dengan menggunakan kolom sampling (kolom ubinan).
Penaksiran yang dilakukan kemudian dibandingkan dengan pengukuran
sebenarnya. Metode yang digunakan untuk pengukuran produksi visual
yaitu dengan metode ubinan. Ubinan seluas 1 m x 1 m dilempar secara
acak pada padang hijauan. Hijauan yang berada dalam ubinan dipotong
dengan sabit lalu ditimbang. Kemudian rumput dipisahkan dari legum dan
gulma lalu ditimbang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis produksi lahan secara visual memiliki tujuan untuk
mempermudah pengukuran dan identifikai dalam satu lahan dengan
mengambil sampel dalam satu luasan ubinan. Hasil dalam satu luasan
ubinan nantinya dianggap mewakili seluruh vegetasi lahan hijauan tersebut.
Data hasil pengukuran produksi visual pada saat praktikum dapat dilihat
pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil perkiraan produksi visual rumput Brachiaria ruziziensis
Spesies
Rumput Legum Gulma
Nama
Berat Berat Berat
Praktikan Error Error
Taksiran Taksir Taksiran Error (%)
(%) (%)
(g) an (g) (g)
Arnita 2450 9,42 - - - -
Lintang 2545 5,91 - - - -
Rifqi Hasan 2150 20,51 - - - -
Anom Yusuf 3000 10,9 - - - -
Dipta 2775 2,58 - - - -
Wildan 2800 3,51
Berat
2705 gram - -
Sebenarnya
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa taksiran
masing – masing praktikan yaitu 2450 gram, 2545 gram, 2150 gram, 3000
gram, 2775 gram, dan 2800 gram. Error dari masing – masing praktikan
antara lain adalah 9,42%, 5,91%, 20,51%, 10,9%, 2,58%, dan 3,51%. Error
paling tinggi pada taksiran praktikan adalah 20,51%, sedangkan error paling
rendah pada taksiran praktikan adalah 2,58%. Perbedaan penafsiran dari
tiap individu dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk menafsirkan berat
sampel dengan cara pengamatan sampel secara visual. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa pengukuran
dengan metode visual sangat ditentukan oleh kemampuan masing-masing
individu. Kemampuan dalam menafirkan berat hijauan sangat
mempengaruhi hasil dari pengukuran visual. Perhitungan kepadatan
tanaman ini diekspresikan dalam bentuk perhitungan kepadatan tanaman
per unit luasan tanah dan persentase imbangan dari satu spesies dari
semua spesies. Hasil praktikum jika dibandingkan dengan literatur yang ada
maka sudah sesuai.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa komposisi di dalam ubinan
hanya rumput yaitu rumput ruzi yang memiliki nama latin Brachiaria
ruziziensis. Berat gulma dan berat legum pada saat praktikum tidak dihitung
jadi data tidak diketahui. Reksohadiprodjo (1995) menyatakan bahwa
perbandingan hijauan dengan gulma yang ideal dalam suatu padang
penggembalaan adalah 50 : 50. Hasil praktikum jika dibandingkan dengan
literatur yang ada maka tidak sesuai karena data gulma dan legum tidak
ada.
Produktivitas padang penggembalaan dapat ditentukan dengan
mengukur daya tampung padangan. Adapun cara menentukan daya
tampung menurut Susetyo et al (1998), adalah menggunakan cuplikan
ubinan, dipilih dengan pengacakan, stratifikasi dan sistematik. Cuplikan I
ditentukan secara acak dengan melempar ubinan seluas 1 m 2 bujur sangkar
atau lingkaran dengan garis tengah 1 meter. Semua petak cuplikan semua
hijauan yang ada diambil dan dipotong bagian-bagian tumbuhan yang
mungkin dimakan ternak. Hasil ubinan kemudian ditimbang sebagai berat
segar, disimpan dalam kantong untuk selanjutnya dianalisis berat kering
dan bahan keringnya. Catatan berat segar hijauan diketahui hasil 1 m 2.
Cara menjamin kembali pertumbuhan hijauan pada pelaksanaan
penggembalaan harus disisakan sebagian, jadi harus dipertimbangkan
adanya proper use yang besarnya tergantung keadaan lapangan, jenis
ternak, jenis tanaman padangan, tipe iklim dan musim. Proper use 25
sampai 30% untuk penyenggutan ringan, 40 sampai 50% untuk
penyenggutan sedang dan untuk penyenggutan berat 60 sampai 70%.
Ubinan tidak direkomendasikan karena tidak efisien untuk mengukur luas
sampel hijauan yang diukur dalam kebanyakan jenis vegetasi. Presisi
sampel vegetasi dapat dipengaruhi oleh pengamat yang berbeda dan jenis
metode sampling digunakan. Efek dari pengamat yang berbeda umumnya
diyakini menjadi kontributor penting terhadap variabilitias dalam data.
Kelebihan dari penggunaan ubinan adalah lebih efektif waktu dan tenaga
(Elzinga et al., 2004).
Beberapa metode yang digunakan untuk menduga produksi
biomassa rumput, yaitu metode destruktif dan metode non-destruktif.
Metode destruktif memerlukan input yang tinggi berupa tenaga kerja dan
peralatan. Metode ini juga membutuhkan biaya yang besar dan jumlah
sampel yang tidak sedikit (Diaz et al., 2003). Pemotongan dan
penimbangan berat hijauan dari suatu area merupakan metode paling
akurat tetapi membutuhkan waktu, pengeringan dan penimbangan berat
dari hijauan yang dipotong kemudian telah dikembangkan metode
nondestruktif yang terdiri atas tiga cara, yaitu estimasi secara visual,
pengukuran ketinggian dan kepadatan rumput, dan pengukuran faktor-
faktor non-vegetatif yang berhubungan dengan jumlah produksi bahan
kering. Jumlah bahan kering dari setiap spesies hijauan mempunyai
korelasi dengan tinggi tanaman, diameter basal dan diameter kanopi
(Cosgrove dan Undersander, 2001).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa persentase kesalahan yang berbeda-beda dari masing-masing
praktikan. Persentase kesalahan terkecil adalah Dipta dengan persentase
kesalahan 2,58% , sedangkan persentase kesalahan terbesar adalah Rifqi
Hasan dengan persentase kesalahan 20,51%. Komposisi spesies tanaman
dalam ubinan hanya satu yaitu rumput ruzi, Hal ini tidak sesuai dengan
literatur karena faktor pelemparan yang tidak tepat. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan hasil produksi visual antara lain adalah
kemampuan praktikan dalam menafsirkan berat sampel secara visual,
kerapatan pertumbuhan, jarak tumbuh masing-masing tanaman, kondisi
vegetasi tanah, dan kelembaban lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anungraja. 2012. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Tim Laboratorium.
Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
Cosgrove, D. and Undersander. 2001. Evaluation of Simple Method for
Measuring Pasture Yield. University of Wisconsin, Madison, US.
Diaz, L. and G. Rodriguez. 2003. Measuring Grass Yield by Non
Destructive Methods: A Review. CIAM, Apdo, Spain.
Elzinga, C L., D. W. Salzer, and J. W.Willoughby. 2004. Measuring and
Monitoring Plant Populations. U.S. Department of the Interior Bureau
of Land Management.
Kercher, S.M, C. B.Frieswyk & J.B.Zedler. 2003. Effects of sampling teams
and estimation methods on the assessment of plant cover. Opulus
Press Uppsala.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan pertama.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Reksohadiprojo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik Edisi 2. BPFE.
Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 2005. Rumput Unggul Hijau Makanan Ternak. Kanisius.
Yogyakarta
Suryanah, S., Dudi, dan Mansyur. 2013. Pendugaan produksi biomassa
hijauan rumput Brachiaria decumbens berdasarkan metode non-
destruktif dengan menggunakan piringan akrilik. Jurnal Pastura. Vol
3(1).
Susetyo, S. I., Kismino, B. Suwardi, Soedarmadi, A.Parakkasi dan S.I.
Suwoko. 1998. Laporan survey potensi padang penggembalaan
alam di beberapa kabupaten Propinsi Sulawesi Selatan. Fakultas
Peternakan IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai