Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA I
KARBOHIDRAT

Disusun Oleh :

Kelompok IX

Ariya Dwi Nugrahanto PT/06621


Elyda Febriana PT/06436
Elly Albert Ardiansyah PT/06498
Nicko Yuta Dwi Putra PT/06543
Asisten : Shifatul Latiefah

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI


BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA I
KARBOHIDRAT

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui gugus reduksi pada
karbohidrat, pengaruh asam pada karbohidrat, adanya gugus keton pada
hasil hidrolisis sakrosa, identifikasi karbohidrat berdasarkan bentuk fisik,
dan hasil hidrolisis amilum.

Tinjauan Pustaka
Makhluk hidup memerlukan karbohidrat karena karbohidrat
berfungsi sebagai asupan energi untuk melakukan aktivitas sehari–hari.
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari unsur Karbon
(C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O), dengan perbandingan 1 atom C, 2
atom H, 1 atom O. Karbohidrat juga merupakan sakarida. Selain itu,
karbohidrat juga merupakan turunan dari aldehid atau keton dari alkohol
polihidrik atau sebagai senyawa yang menghasilkan turunan tersebut
apabila dihidrolisa (Moore, 2008).
Menurut Lehninger (1998), karbohidrat memiliki empat sifat yaitu
daya mereduksi, pengaruh asam, pengaruh basa, dan pembentukan
osazon. Sifat yang pertama yaitu daya mereduksi. Sifat ini menjelaskan
bahwa gugus reduktif terdapat pada atom C pada nomor 1 dan 2.
Kemudian pengaruh asam, sifat ini menyebabkan terjadinya dehidrasi
menjadi furfural dan yang ketiga adalah pengaruh basa, larutan basa
encer pada suhu kamar akan mengubah sakarida pada atom C anomerik
dan atom C tetangganya tanpa mempengaruhi atom-atom C lainnya. Lalu
yang terakhir adalah pembentukan osazon dalam keadaan sedikit asam
dengan pemanasan 1000 akan membentuk osazon dan apabila bereaksi
dengan fenilhidrazina akan membentuk fenilosazon.
Menurut Kovac (2011), karbohidrat digolongkan menjadi tiga yaitu
monosakarrida, oligosakarida, dan polisakarida.Monosakarida merupakan
jenis yang paling sederhana karena tersusun dari rantai karbon perikatan
tunggal yang tidak bercabang, contohnya adalah glukosa, fruktosa, dan
galaktosa. Kemudian oligosakarida merupakan sakarida yang terdiri dari 2
sampai 10 satuan dasar, contohnya sukrosa, laktosa,, maltosa, dan
rafinosa. Polisakarida mengandung lebih dari 10 satuan dasar, contohnya
amilum, glikogen, dan selulosa.
Karbohidrat dapat ditemukan pada tumbuhan dan hewan.
Umumnya tumbuhan yang memproduksi karbohidrat. Pada tumbuhan,
karohidrat diproduksi melalui jalur fotointesis di mana klorofil pada
tanaman dengan bantuan sinar matahari dan air dari dalam tanah akan
membentuk persenyawaaan karbohidrat dan oksigen. Berikut reaksi
fotosintesis :
C6H12O6 + 6CO2+ sinar matahari +klorofil →C 6H12O6 + 6CO2 + Energi
(Solomon, 2005).
Di alam sumber karbohidrat dapat ditemukan pada makanan seperti
beras, umbi-umbian, kentang, jagung, gandum (Farida, 2009). Pada
hewan, karbohidrat didapatkan dari aliran energi dari rantai makanan pada
trofik tertentu (Jorgensen, 2009).
Proses terjadinya didalam tubuh tepatnya pada bagian usus,
karbohidrat setelah dicerna akan diserap oleh dinding usus halus dalam
bentuk monosakarida. Monosakarida dibawa oleh aliran darah sebagian
besar menuju hati dan sebagian lainnya dibawa ke sel jaringan tertentu
(Kuchel, 2002). Didalam organ hati, monosakarida disintesis menghasilkan
hidrogen dan dioksidasi menjadi CO 2 dan H2O atau dilepaskan untuk
dibawa oleh α aliran dari bagian tubuh yang memerlukan. Dari pencernaan
dan penyerapan karbohidrat menyebabkan glukosa dalam darah
meningkat sehingga sintesis glikogen dari glukosa dari hati kadarnya akan
naik dengan bantuan hormon insulin yang dikeluarkan oleh pankreas, yang
sebelumnya kadar glukosanya diatur oleh hormon (Fried, 1999).
Proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh dimulai saat
karbohidrat yang terdapat dalam darah, praktis dalam bentuk glukosa,
oleh karena fruktosa dan galaktosa akan diubah terlebih dahulu sebelum
memasuki pembuluh darah. Apabila jumlah karbohidrat yang dimakan
melebihi kebutuhan tubuh, sebagian besar 2/3 akan disimpan di dalam
otot dan selebihnya di dalam hati sebagai glikogen (Hutagalung, 2004).
Menurut Marks (2000), karbohidrat berperan sebagai penghemat
protein, jika karbohidrat tidak mencukupi, protein dapat menggantikan
fungsi utama karbohidrat sebagai sumber energi. Karbohidrat berperan
sebagai cadangan makanan pada tumbuhan hasil dari fotosintesis yang
disimpan dalam tumbuhan pada bagian tertentu, seperti bagian akar,
batang, dan buah sedangkan pada hewan disimpan pada tubuh dalam
bentuk lemak.
Peran selanjutnya sebagai pengatur metabolisme lemak,
karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna
sehingga hasilnya adalah keton berupa asam asetat, aseton, dan asam
beta-hidroksi-butirat. Selain itu, karbohidrat membantu mengatur gerakan
peristaltik khusus dan memberi bentuk pada feses dari selulosanya saat
pengeluaran feses (Boons,1998).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis
karbohidrat sangat nyata (p<0,01) mempengaruhi kecernaan ransum.
Kecernaan ransum untuk semua jenis karbohidrat (glukosa, maltosa, dan
sukrosa) sangat baik. Hal ini didukung jenis hewan yaitu mencit sebagai
hewan monogastrik yang tidak memerlukan serat dalam ransumnya, maka
semi purified diet dengan kandungan serat rendah karbohidrat murni
dapat dicerna dengan baik. Semakin banyak jumlah pakan yang masuk
akan menurunkan waktu retensi dalam usus sehingga pakan lebih cepat
terdorong keluar sebelum mengalami pencernaan yang optimal.
Persentase kecernaan pati yang rendah dibanding glukosa, maltosa, dan
sukrosa juga diikuti oleh jumlah konsumsi yang tinggi. Rendahnya
kecernaan pati dipengaruhi oleh sifat pati sebagai polisakarida yang sulit
dipecah. Pada umumnya makanan yang mengandung pati diolah terlebih
dahulu dengan air atau dengan pemanasan yang menyebabkan pati
mengalami gelatinisasi. Gelatinisasi tersebut merupakan suatu proses
yang meliputi hidrasi dan pelarutan granula pati (Syahrir., dkk, 2009).
Hasil uji membuktikan bahwa perlakuan tipe NSP menghasilkan
lemak abdomen dan persentasi lemak abdomen yang rendah.
Sehubungan dengan efisiensi energi dalam pembentukan lemak
abdomennya yang sangat tidak efisien, maka energi tersebut
kemungkinan lebih efektif menjurus pada pembentukan karkas. Jadi jelas
bahwa komposisi ransum dan komposisi karbohidrat sangat
mempengaruhi pembentukan lemak abdomen. Karbohidrat-karbohidrat
dalam bentuk pati mempunyai modifikasi pembentukan lemak abdomen
yang lebih besar dibandingkan polisakarida bukan pati (Suhendra., dkk,
2007).
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung
reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, pengaduk gelas, pipet tetes, corong
kaca, mikroskop, drope plate, pemanas spritus, penangas air, stopwatch,
dan penyaring kertas.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
larutan benedict, glukosa (0,01 M, 0,02 M, dan 0,04 M ), fruktosa 0,02 M,
laktosa 0,02 M, sakarosa 0,02 M, amilum 1 %, larutan Luff encer, fruktosa
0,01 M, laktosa 0,03 M, sakarosa 0,01 M, sakarosa 0,03 M, selulosa 0,01
M, furfural 0,01 M, naftol 5 %, asam sulfat pekat, HCL 5 N, larutan
selliwanoff 0,5 %, sakarida 0,01 M, Na 2CO3, arabinosa 0,1 M, asam asetat
glasial, fenilhidrazina padat, timol blue, HCL encer, HCL pekat, larutan
amilum, larutan yod, dan larutan Na2CO3 2 %.

Metode

Daya Mereduksi
Uji Benedict. Tabung 1 diisi dengan 3 ml larutan benedict,
kemudian ditambahkan 1 ml larutan glukosa 0,01 M, lalu dididihkan
selama 10 menit. Tabung 2 diisi dengan 3 ml larutan benedict, kemudian
ditambahkan 1 ml glukosa 0,02 M, lalu dididihkan selama 10 menit.
Tabung 3 diisi dengan 3 ml larutan benedict, kemudian ditambahkan 1 ml
glukosa 0,04 M, lalu dididihkan selama 10 menit. Ketiga tabung tersebut
diamati perubahannya dan dibandingkan kecepatan perubahannya.
Uji Luff. Tabung 1 diisi 2 ml fruktosa 0,02 M, kemudian
ditambahkan 1 ml larutan luff, lalu dididihkan selama 15 menit. Tabung 2
diisi 2 ml glukosa 0,02 M, kemudian ditambahkan 1 ml larutan luff, lalu
dididihkan selama 15 menit. Tabung 3 diisi 2 ml laktosa 0,02 M, kemudian
ditambahkan 1 ml larutan luff, lalu dididihkan selama 15 menit. Tabung 4
diisi 2 ml sakarosa 0,02 M, kemudian ditambahkan 1 ml larutan luff, lalu
dididihkan selama 15 menit. Tabung 5 diisi 2 ml amilum 1%, kemudian
ditambahkan 1 ml larutan luff, lalu dididihkan selama 15 menit. Kelima
tabung tersebut diamati perubahan dan kecepatan perubahannya.

Pengaruh Asam (Dehidrasi)


Uji Molisch. Tabung 1 diisi larutan 1 ml glukosa 0,02 M, kemudian
ditambahkan 2 tetes larutan Molisch 5%, lalu ditambahkan 3 ml H 2SO4
pekat melalui dinding tabung sehingga terjadi 2 lapisan. Tabung 2 diisi
larutan 1 ml selulosa 0,01 M, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan
Molisch 5%, lalu ditambahkan 3 ml H 2SO4 pekat melalui dinding tabung
sehingga terjadi 2 lapisan. Tabung 3 diisi larutan amilum 1%, kemudian
ditambahkan 2 tetes larutan Molisch 5%, lalu ditambahkan 3 ml H 2SO4
pekat melalui dinding tabung sehingga terjadi 2 lapisan. Tabung 4 diisi
larutan 1 ml furfural 0,01 M, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan
Molisch 5%, lalu ditambahkan 3 ml H 2SO4 pekat melalui dinding tabung
sehingga terjadi 2 lapisan. Warna yang timbul diamati pada perbatasan
kedua lapisan tersebut.
Uji Seliwanoff. Tabung 1 diisi 2 ml glukosa 0,01 M, ditambahkan 2
ml HCl pekat, kemudian dididihkan selama 30 menit, lalu ditambahkan 0,5
ml larutan selliwanoff 0,5%. Tabung 2 diisi 2 ml fruktosa 0,01 M
,ditambahkan 2 ml HCl pekat, kemudian dididihkan selama 30 menit
kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan selliwanoff 0,5%. Perubahan warna
dan kecepatan perubahan pada kedua tabung tersebut diamati.

Pembentukan Osazon
Uji Fenilhidrazina. Tiga tabung reaksi masing-masing diisi dengan
5 ml 0,01 M glukosa; 5 ml 0,1 M fruktosa; 5 ml 0,1 M arabinosa, kemudian
ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrida, sedikit fenilhidrazina dan
Na-asetat padat. Ketiga larutan tersebut dipanaskan selama 5 menit.
Masing-masing larutan disaring kedalam 3 tabung yang masih kosong.
Larutan yang telah disaring dipanaskan dalam penangas air mendidih
selama 30 menit. Kristal yang terbentuk dilihat dibawah mikroskop dan
masing-masing kristal digambar.

Hasil Hidrolisis
Uji Benedict. Tabung 1 diisi dengan 5 ml larutan maltosa 0,02 M,
ditambahkan 1 tetes timol biru dan 1-2 tetes HCl encer sampai warna biru
berubah menjadi merah muda. Larutan pada tabung 1 dibagi menjadi 2
tabung, pada tabung yang pertama dididihkan selama 30 menit, kemudian
ditambahkan Na2CO3 2%, lalu diuji benedict, sedangkan pada tabung yang
kedua ditetesi 5 tetes Na2CO3 2%, lalu diuji benedict. Tabung 2 diisi 5 ml
larutan laktosa 0,02 M, ditambah 1 tetes timol biru, dan 1-2 tetes HCl,
kemudian larutan dibagi menjadi 2 tabung, tabung yang pertama
dididihkan selama 30 menit, lalu ditambah 5 tetes Na 2CO3 2%, dan diuji
benedict, sedangkan pada tabung kedua ditambah 5 tetes Na 2CO3 2%,
dan diuji benedict. Perubahan yang terjadi pada semua tabung reaksi
diamati.
Uji Seliwanoff. Tabung reaksi pertama diisi dengan 2 ml larutan
sakarosa 0,02 M, ditambahkan 2 ml HCl pekat, lalu larutan dididihkan
selama 30 menit dan segera didinginkan dengan menggunakan air
mengalir, kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan selliwanoff 0,5%. Tabung
reaksi kedua diisi dengan 2 ml maltosa 0,02 M, dan 2 ml HCl pekat, lalu
dididihkan selama 30 menit, dan segera didinginkan dengan air mengalir,
kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan selliwanoff 0,5%. Pada tabung
reaksi yang ketiga diisi 2 ml laktosa 0,02 M, dan 2 ml HCl pekat, lalu
larutan dididihkan selama 30 menit dan segera didinginkan dengan
menggunakan air mengalir, kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan
selliwanoff 0,5%. Perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung reaksi
diamati .

Polisakarida
Uji Hidrolisis Amilum. Tabung reaksi diisi 10 ml larutan amilum
1%, ditambah dengan 3 ml larutan HCl 3 M. Tabung yang berisi campuran
ditempatkan diatas penangas air mendidih dan tiap 3 menit larutan diambil
setetes untuk diuji dengan yod. Jika uji yod sudah negatif pengambilan
dihentikan. Waktu dan perubahan warna yang terjadi dicatat. Larutan
tersebut dinetralkan dengan Na2CO3 dan larutan diuji dengan uji benedict.
Hasil dan Pembahasan
Daya Mereduksi
Uji Benedict.
Tabel 1. Uji Benedict pada Daya Mereduksi
Tabung Endapan
Glukosa 0,01 +
Glukosa 0,01 ++
Glukosa 0,01 +++
Keterangan : (+) ada endapan merah bata
Pengujian daya mereduksi dalam uji Benedict dihasilkan hasil yang
berbeda-beda mulai dari segi perubahan warna, banyaknya endapan dan
kecepatan perubahan. Molaritas glukosa yang digunakan yaitu 0,01 M,
0,02 M, dan 0,04 M. Endapan merah bata yang terdapat pada tabung
ketiga lebih banyak dibandingkan tabung dengan tabung pertama dan
kedua karena konsentrasi glukosa yang terdapat pada tabung ketiga lebih
besar dibanding dua tabung lainnya. Tabung 1 yang berisi glukosa 0,01
M terjadi endapan merah bata sedikit karena konsentrasi glukosa paling
kecil dengan waktu paling lama, dan warna larutannya biru kehitaman .
Glukosa pada tabung 2 yang berisi 0,02 M terjadi endapan merah bata
yang terlihat jelas dan waktu pembentukan endapan lebih cepat daripada
tabung 1 serta warna larutannya biru tua. Tabung 3 yang berisi glukosa
0,04 M terdapat endapan merah bata yang lebih banyak dari tabung yang
lain, dengan waktu perubahan sangat cepat dan warna larutan yang
dihasilkan biru. Percobaan di atas membuktikan bahwa glukosa adalah
gula reduksi yang memiliki kemampuan mereduksi ion Cu2+ yang
mengendap menjadi Cu2O, endapan yang diperoleh berupa endapan
merah bata. Banyak sedikitnya endapan merah bata dipengaruhi oleh
konsentrasi glukosa.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sesuai dengan literatur
yang mengatakan bahwa pemanasan karbohidrat pereduksi dengan
pereaksi Benedict akan terjadi perubahan warna biru → hijau → kuning →
kemerah-merahan → dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro
oksida apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi (Sumadjo,
2006).
Uji Luff
Tabel 2. Uji Luff pada Daya Mereduksi
Tabung Endapan
Fruktosa 0,02 M ++
Glukosa 0,02 M ++
Laktosa 0,02 M ++
Sakarosa 0,02 M +
0,7% lar. Pati 0,02 M -
Keterangan : (+) ada endapan merah bata
(-) tidak ada endapan merah bata
Pengujian daya mereduksi khususnya uji Luff dihasilkan pada
tabung 1 yang diisi larutan Fruktosa 0,02 M, dan tabung 2 yang berisi
glukosa 0,02 M terjadi endapan merah bata yang banyak. Tabung 3 yang
diisi larutan laktosa 0,02 M terjadi endapan merah bata. Tabung 4 yang
berisi 0,02 M larutan sakarosa tidak terjadi endapan. Tabung 5 yang berisi
larutan amilum 1 % tidak terjadi endapan merah bata.
Tabung 1 terdapat endapan merah bata karena fruktosa (ketosa)
dan glukosa (aldosa) mempunyai gugus reduksi bebas yang dapat
mereduksi Cu++ menjadi Cu+ membentuk Cu2O. Laktosa merupakan
gabungan antara glukosa dan galaktosa (1-4)-α-glikosidik, laktosa masih
mempunyai gugus reduksi bebas (aldehid) sehingga dapat mereduksi Cu +
+
menjadi Cu+ membentuk Cu2O. Sakarosa merupakan gabungan antara
glukosa dan fruktosa dengan ikatan 1-2-α-glikosidik sehingga tidak
mempunyai gugus reduksi bebas. amilum baru bisa muncul endapan
merah bata jika menjadi disakarida atau monosakarida terlebih dahulu
baru menjadi furfural baru bisa menjadi endapan merah bata. Warna
endapan terjadi karena kemampuan mereduksi sakarida terhadap ion
fruktosa, glukosa, laktosa dan sakarosa mempunyai 1 gugus reduksi
bebas sehingga dapat mereduksi Cu ++ menjadi Cu+ membentuk Cu2O
yang berupa endapan merah (Martoharsono, 1998)

Anda mungkin juga menyukai