POHON
Teori Graf - Pohon
Fitri Nur Aini (18301241035)
Dalam materi sebelumnya, kita telah mempelajari tentang graf terhubung tanpa sikel, seperti
model graf untuk senyawa kimia, administrasi suatu organisasi, dan silsilah keluarga. Graf semacam ini
dikenal sebagai pohon. Dalam bab ini, kita akan mempelajari konsep pohon secara umum, dengan
penekanan khusus pada pohon yang membentang di dalam sebuah graf terhubung, dan pada teorema
Cayley yang terkenal mengenai enumerasi pohon-pohon berlabel.
Sifat-Sifat Pohon
DEFINISI
Pohon merupakan salah satu bentuk khusus dari suatu graf. Misalkan A merupakan sebuah
himpunan berhingga simpul pada suatu graf G yang terhubung. Suatu graf terhubung yang setiap
pasangan simpulnya hanya dapat dihubungkan oleh suatu lintasan tertentu, maka graf tersebut
dinamakan pohon. Dengan kata lain, pohon merupakan sebuah graf tak berarah terhubung yang tidak
memuat siklus. Pohon merupakan graf sederhana. Perhatikan pohon pada gambar di bawah ini.
Pohon
Pohon merupakan jenis graf non-trivial yang paling sederhana. Pohon mempunyai beberapa sifat
yang “indah”. Beberapa sifat pohon lainnya akan diuraikan dalam teorema berikut ini.
TEOREMA 3.1 Bila T adalah sebuah graf dengan n simpul. Maka, pernyataan-pernyataan
berikut semuanya setara:
i. T adalah sebuah pohon
ii. T tidak memuat siklus, dan memiliki n−1 rusuk
iii. T terhubung dan memiliki n−1 rusuk
iv. T terhubung, dan setiap rusuknya adalah sebuah jembatan
v. Setiap dua simpul dalam T dihubungkan oleh persis satu buah lintasan
vi. T tidak memuat siklus, namun penambahan setiap rusuk baru akan membentuk persis satu
buah siklus.
Pembuktian
Jika n=1, maka seluruh keenam butir teorema di atas akan menjadi tak bermakna (trivial); oleh
sebab itu, kita mengambil asumsi bahwa n ≥ 2
(i) ⟹ (ii). Karena T tidak memuat siklus, menghilangkan sembarang rusuknya pastilah akan
memutuskan T menjadi dua graf yang terpisah, yang masing-masingnya adalah sebuah pohon.
Dengan demikian, melalui induksi, jumlah rusuk di dalam masing-masing dari kedua pohon ini
Hasil dari teorema di atas dapat dikatakan sebagai definisi lain dari pohon.
Perhatikan bahwa, berdasarkan lemma jabat-tangan, jumlah derajat dari seluruh n smpul pada
sebuah pohon sama dengan dua kali jumlah rusuknya [dalam pohon itu] (¿ 2 n−2). Dengan demikian,
Jika n ≥ 2, setiap pohon dengan n simpul akan memiliki sedikitnya dua simpul ujung.
Dari beberapa contoh graf di bawah ini, manakah yang merupakan pohon dan mana
yang bukan merupakan pohon?
Pembahasan :
Graf G1 dan G 2 merupakan pohon, sedangkan G 3 dan G 4 bukan pohon
Selanjutnya, kita akan membuktikan sebuah teorema sederhana mengenai pohon terentang.
Dalam teorema ini, komplemen dari pohon terentang T pada graf terhubung, G, merupakan sebuah graf
yang dihasilkan dari G dengan cara menghapus semua rusuk dalam T .
TEOREMA 3.2 Jika T adalah sembarang pohon pada sebuah graf terhubung G, maka
(i) setiap himpunan potong dalam G memiliki sebuah rusuk bersama dengan T ;
(ii) setiap siklus dalam G memiliki sebuah rusuk bersama dengan komplemen T .
Pembuktian
(i) Misalkan C ¿ adalah sebuah himpunan potong dalam G, yang bilamana dihapus akan membelah
sebuah komponen Gmenjadi dua subgraf H dan K. Karena T adalah sebuah pohon terentang, T
harus memuat sebuah rusuk yang menyambungkan sebuah simpul dalam H ke sebuah simpul dalam
K, dan inilah rusuk yang kita cari.
(ii) Misalkan C adalah sebuah siklus dalam G, yang tidak memiliki rusuk bersama dengan komplemen T .
maka C harus berada di dalam T , yang merupakan sebuah kontradiksi.
Dalam hal ini, erat kaitannya dengan konsep pohon terentang T dalam sebuah graf terhubung G.
Kita tahu pula adanya himpunan dasar siklus yang terkait dengan T . Himpunan dasar berikut dibentuk
dengan cara apabila kita menambahkan sembarang rusuk dalam G yang belum berada di T ke dalam T ,
maka berdasarkan teorema 3.1 bagian (vi) kita akan mendapatkan sebuah siklus yang unik. Himpunan
semua siklus yang dibentuk dengan car aini disebut himpunan dasar dari siklus yang berkaitan dengan
T . Jumlah siklus dalam sembarang himpunan dasar harus sama dengan rank siklus dari G . Gambar 3.3
memperlihatkan himpunan dasar siklus dari graf yang diperlihatkan dalam gambar 3.2.
Pembahasan :
Misalkan kita mempunyai graf G seperti pada di bawah ini. Terdapat 3 pohon rentang
dari graf G, yaitu graf A , B , dan C. Tampak jelas bahwa graf A , B , dan C masing-
masing memuat semua simpul dari graph Gserta mengandung sisi-sisi dari G
demikian sehingga tidak terbentuk sikel.
Disini kita akan menentukan rank siklus, rank himpunan potong, beserta himpunan
dasar dari himpunan potong pada gambar 3.2
Diagram kimia di atas dapat digambar Kembali sebagai graf yang diilustrasikan pada
gambar di bawah ini.
1
n+ ( 2 n+2 ) =3 n+2 simpul dan {4 n+ ( 2 n+2 ) }=3 n+1 rusuk
2
4!
baru, jumlah cara untuk memberi label lintasan ini adalah =12
2
Demikian juga cara untuk memberi label pada gambar 3.10 adalah 4, karena simpul
pusatnya dapat diberi label dengan empat cara yang berbeda dan masing-masingnya
menentukanlabel apa yang diberikan pada tiap-tiap simpul.
Jumlah total pohon berlabel non-isomorfis dengan empat simpul adalah 12 + 4 = 16.
Kita sekarang akan membuktikan teorema Cayley, yang memperluas hasil di atas secara
umum bagi pohon berlabel dengan n simpul.
Hitung dan tentukanlah banyaknya graf berlabel yang tidak isomorfik untuk graf
dengan tiga titik simpul!
Pembahasan :
TEOREMA 3.3 (Cayley, 1889) Terdapat n n−2 pohon berlabel yang berbeda dengan n simpul.
BUKTI PERTAMA
Kita menetapkan sebuah hubungan korespondensi satu-satu di antara himpunan
pohon berlabel yang memiliki n simpul, dengan himpunan baris (a , ... , an−2), di mana tiap-
tiap a i adalah sebuah bilangan bulat yang memenuhi 1 ≤a i ≤ n. Karena terdapat persis
sebanyak n n−2 baris semacam ini, kita mendapatkan bukti yang diinginkan. Kita
mengasumsikan n ≥ 3, karena hasil ini akan tak bermakna (trivial) bila n=1 atau 2.
Untuk menetapkan hubungan korespondensi satu-satu tersebut, kita pertama-tama
mengambil sebuah pohon berlabel berderajat n , T , dan menunjukkan bagaimana baris
Teori Graf - Pohon
tersebut dapat ditentukan. Jika b 1 adalah label (bilangan) terkecil yang diberikan bagi
sebuah simpul ujung, maka kita memberikan label a 1, bagi simpul yang bertetangga dengan
simpul b 1; sebagai contoh, jika T adalah sebuah pohon berlabel dalam Gambar 3.11, maka
b 1=2 dan a 1=6. Kita kemudian menghapus simpul b 1, beserta rusuk persinggungannya,
yang menyisakan sebuah pohon berlabel dengan derajat n−1. Kita kemudian memberikan
label b 2 sebagai label terkecil untuk simpul ujung dalam pohon baru kita, dan memberikan
label a 2 bagi simpul tetangga b 2 dalam contoh ini, b 2=3 dan a 2=5. Kita kemudian
menghapus simpul b 2 beserta rusuk persinggungannya, seperti sebelumnya. Kita terus
melanjutkan prosedur ini sampai hanya tersisa dua buah simpul saja, dengan demikian,
baris yang dicari adalah (a 1 , a2 , … , an−1); dalam contoh ini, b 3=4 dan a 3=6, b 4=6 dan a 4=5 ,
b 5=5 dan a 5=1, dan baris yang diinginkan adalah (6 , 5 , 6 ,5 ,1).
BUKTI KEDUA
Apabila T (n , k ) adalah jumlah pohon berlabel dengan n simpul, di mana sebuah
simpul v memiliki derajat k. Kita akan mencoba menurunkan sebuah persamaan untuk
T (n , k ) dan pembuktian ini dapat diselesaikan dengan menjumlahkan T (n , k ) mulai dari
k =1 hingga k =n−1.
Apabila A adalah pohon berlabel yang di dalamnya deg (v )=k−1. Penghapusan
setiap rusuk wz yang tidak bersinggungan dengan v dari dalam A akan
menghasilkan/menyisakan dua buah sub-pohon, yang satu memuat v dan salah satu di
antara w atau z (misalnya, w), sedangkan yang lainnya memuat z. Jika kita sekarang
menyambungkan simpul v dan z, kita akan memperoleh sebuah pohon berlabel, B. yang di
dalamnya deg (v )=k (lihat Gambar 3.12). Kita menyebut pasangan pohon berlabel ( A , B)
sebagai pertalian (linkage) bila B dapat diperoleh dari A dengan cara yang baru saja
diuraikan. Sasaran kita di sini adalah menghitung jumlah pertalian ( A , B) yang mungkin ada.
Karena A dapat dipilih dengan T (n , k−1) cara yang berbeda, dan karena B
didefinisikan secara unik oleh rusuk wz yang dapat dipilih dengan (n−1)−( k−1)=n−k cara
yang berbeda. jumlah total pertalian ( A , B) adalah ( n−k )∗T ( n , k−1).
Di sisi lain, bila B adalah sebuah pohon berlabel yang di dalamnya deg (v )=k, dan
bila T 1 , T 2, ... , T k adalah subpohon-subpohon yang diperoleh dari B dengan cara menghapus
Karena B dapat dipilih dengan T (n , k ) cara, dan jumlah cara untuk menyambungkan
w i ke simpul-simpul di dalam sembarang subpohon lainnya, T j adalah sebanyak (n−1)−n,
[cara), di manani adalah jumlah simpul di dalam T i maka jumlah total pertalian ( A , B)
adalah
k=1
( )
k=1 k−1
Hasil di atas dapat pula diinterpretasikan dalam konteks pohon terentang dari graf
K n.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Muntaha. Graf Pohon dan Implementasinya dalam Beberapa Persoalan. [PDF] tersedia
dalam laman https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2006-
2007/Makalah/Makalah0607-6.pdf diakses pada 13 Maret 2021.
Hasmawati. 2015. Bahan Ajar Teori Graf. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.