Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

INDSUTRI TERNAK POTONG


SISTEM USAHA (https://youtu.be/i06M29LU7tw?
list=PL1K3JKrRDkIOl5wIdXXSdHgPaUpJDeVdu)

Disusun oleh :

Husna Damar Salsanuha


18/430670/PT/07825

Asisten Pendamping : Monita Puspawati

LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA, DAN KESAYANGAN


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Domba adalah salah satu hewan ruminansia. Domba diternakkan
untuk diambil dagingnya. Domba berperan cukup penting dalam
penyediaan sumber protein hewani berupa daging bagi masyarakat di
Indonesia. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat, akan tetapi Indonesia belum mampu memenuhinya.
Pemerintah masih harus mengimpor dari luar negeri. Perkembangan
domba di Indonesia masih kurang berkembang namun sebenarnya masih
bisa ditingkatkan sehingga secara bertahap mampu berswasembada
dalam menyediakan kebutuhan daging nasional.
Industri peternakan domba merupakan kegiatan produksi yang
mampu berkembang di era persaingan pasar global. Ternak domba dapat
digunakan sebagai usaha untuk memenuhi permintaan pasar mengenai
kebutuhan daging yang belum terpenuhi di masyarakat. Peternakan
domba mempunyai fungsi yaitu untuk memberi kesempatan untuk
peningkatan usaha agribisnis dan membuka lapangan pekerjaan. Fungsi
lain peternakan domba adalah sebagai penggerak perekonomian untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat. Manajemen pemeliharaan yang
baik harus memenuhi beberapa aspek diantaranya yaitu seleksi bibit,
pakan, kandang, sistem perkawinan, dan kesehatan ternak.
Pelaksanaan praktikum bertujuan agar praktikan dapat melakukan
manajemen dalam usaha peternakan. Sistem usaha yang baik akan
meningkatkan produktivitas ternak. Peningkatan produktivitas akan
memberikan pengaruh pada peningkatan pendapatan. Alasan dari
memilih peternakan Pak Lukman untuk saya review karena memiliki
keunggulan dalam penggemukan domba tanpa harus mengambil hijauan
di hutan sehingga tidak boros tenaga atau dengan kata lain semua pakan
diperoleh dengan membeli, tetapi hitungannya tetap untung.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Peternakan yang saya review dalam praktikum acara sistem usaha
ternak potong adalah peternakan domba milik Pak Lukman memiliki
alamat di Jalan Banjar Bopongan no.5, Bopongan, Trayeman, Tamanan,
Kecamatan Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peternakan ini didirikan sendiri oleh beliau pada tahun 2010, saat beliau
masih semester 2 di Fakultas Peternakan, UGM. Usaha peternakan ini
pertama kali dirintis oleh Bapak Lukman dengan temannya Bapak Rozaq
yang berawal hanya untuk menjual di Hari Raya Idul Qurban, kemudian
Pak Lukman bersama temannya memutuskan meneruskan usahanya
dengan diberi modal oleh kakak kelasnya, karena memang Bapak
Lukman memiliki jiwa bisnis dan juga berkecipung di dunia peternakan
juga di hewan.
Peternakan ini memiliki komoditas domba dengan jenis usaha
Fattening (penggemukan). Proses pemeliharaannya dimulai dari
pembelian bakalan dari pasar jual beli ternak di pasar hewan. Jenis usaha
di Peternakan Pak Lukman yaitu pada fattening (penggemukan) domba
dengan sistem Feedlot, yaitu ternak dikandangkan, tidak diumbarkan, dan
diberikan pakan tinggi konsentrat untuk menambah berat badan domba.
BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM

Pengadaan Ternak
Siklus Pengadaan Ternak
Siklus pengadaan ternak di Peternakan Pak Lukman disesuaikan
dengan keadaan atau momen. Pengadaan ternak dilakukan menjelang
Hari Raya Idul Adha, Hari Raya Idul Fitri, ketika harga bakalan turun, dan
ketika musim Aqiqoh. Peternakan Pak Luqman juga menyediakan secara
rutin untuk warung sate.
Pengadaan ternak merupakan salah satu hal yang harus dilakukan
dalam suatu usaha peternakan. Pengadaan ternak adalah suatu usaha
untuk menyediakan bibit ternak yang sesuai dan akan digunakan selama
proses produksi. Siklus pengadaan ternak disesuaikan dengan tujuan
usaha, misalnya usaha fattening dengan lama pemeliharaan 90 hari,
maka sebelum panen sebaiknya sudah tersedia bibit baru dan
dimasukkan setelah kandang kosong dan steril (Yulianto dan Saparinto,
2011).
Metode Pengadaan Ternak
Metode pengadaan ternak di Peternakan Pak Lukman dilakukan
dengan cara membeli di pasar hewan dan membeli di tengkulak. Pasar
hewan yang dituju biasanya pasar hewan terdekat. Pak Lukman membeli
ternak di tengkulak yang dapat dia percaya.
Cara pengadaan bibit (bakalan) ternak ruminansia merupakan unit
kompetensi yang harus dikuasai bagi seseorang yang bergerak dalam
bidang usaha peternakan khususnya ternak potong. Pengadaan bibit ini
berhubungan dengan kemampuan dalam memilih ternak mana yang
memenuhi kriteria dan memiliki performa yang bagus saat pemeliharaan.
Pengadaan bibit ini biasanya dilakukan dengan cara membeli ataupun
memelihara sendiri ternak dari masa setelah dombah sampai dapat
dijadikan bibit. Tempat-tempat yang dituju dalam pengadaan bibit ternak
antara lain pasar hewan, usaha pembibitan, peternak rakyat, dan blantik
(Yulianto dan Saparinto, 2011).
Jumlah Ternak Yang Dibeli Persiklus Pengadaan
Jumlah ternak yang dibeli oleh Peternakan Pak Lukman per
siklusnya tidak menentu. Pengadaan ternak biasanya sekitar 200 ekor
atau lebih perkandang. Hal ini disebabkan karena sebelum membeli,
Peternakan Pak Lukman akan melihat kondisi pasar terlebih dahulu dan
menyesuaikan momen. Kondisi pasar disini adalah apabila ada ternak
yang cocok untuk dipakai maka akan dibeli dan apabila di pasar tersebut
tidak ada yang cocok untuk dipakai maka tidak akan dibeli, sehingga
jumlahnya tidak menentu. Peternakan Pak Lukman akan membeli bibit
dalam jumlah banyak diomen-momen tertentu seperti idul adha dan idul
fitri.

Pemilihan dan Seleksi Ternak


Pemilihan Ternak
Kriteria Bakalan Untuk Penggemukan. Berdasarkan hasil review
bakalan untuk penggemukan adalah ternak yang dipelihara untuk tujuan
produksi berupa daging. Bakalan untuk penggemukan merupakan seekor
ternak yang sehat dan bebas dari penyakit. Ternak yang akan
digemukkan memenuhi standar dari umur dan bobot badan. Purbowati et
al. (2007) menyatakan bahwa bakalan untuk penggemukan sehat dan
tidak cacat fisik dan tipe bakalan disesuaikan dengan permintaan
masyarakat.
Kriteria domba bakalan yaitu berjenis kelamin betina, ternak sehat,
kaki-kaki kuat, dan tidak perlu gemuk-gemuk. Purbowati et al. (2007)
menyatakan bahwa bahwa kriteria bakalan untuk penggemukan sehat dan
tidak cacat fisik dan tipe bakalan disesuaikan dengan permintaan
masyarakat. Fachrulrozi (2008) menyatakan bahwa kriteria ternak untuk
penggemukan antara lain berkelamin jantan, sudah dewasa tubuh dan
dewasa kelamin, sehat dan tidak cacat, aktif, dada lebar, dan rahang yang
besar. Hasil review sudah sesuai dengan literatur.
Kriteria Calon Induk Dan/Atau Pejantan. Berdasarkan hasil review
diketahui calon induk merupakan ternak domba yang belum pernah
melahirkan dan tujuan pemeliharaanya sebagai calon indukan. Kriteria
calon induk antara lain ambing simetris, pinggul besar, kaki belakang kuat
dan siklus estrus normal. Zurahmah dan Enos (2011) menyatakan bahwa
persyaratan dalam memilih calon induk adalah ukuran badan besar tapi
tidak terlalu gemuk, keempat kakinya lurus dan kokoh, tumit tinggi, tidak
cacat, bentuk dan ukuran kelamin normal.
Kriteria calon induk ialah ukuran badan besar, tetapi tidak terlalu
gemuk, keempat kakinya lurus dan kokoh, tidak cacat, sehat, ambingnya
tidak terlalu menggantung, tidak terinfeksi, serta memiliki puting lengkap
dan simetris. Susilawati (2010) menyatakan bahwa kriteria calon induk
antara lain memiliki bobot sapih diatas rata-rata kelompoknya, bobot
badan 365 hari diatas rata-rata, dan memiliki tampilan fenotip sesuai
dengan rumpunnya.
Metode Seleksi Ternak. Berdasarkan hasil review seleksi ternak
merupakan suatu tindakan untuk memilih ternak yang memiliki kualitas
baik dan memiliki produktivitas tinggi. Seleksi bertujuan untuk
meningkatkan produktifitas ternak melalui perkawinan mutu genetik.
Palmer (2005) menyatakan bahwa seleksi ternak adalah memilih ternak
yang baik untuk digunakan sebagai bibit yang berfungsi menghasilkan
generasi yang akan datang.
Seleksi ternak berfungsi untuk memilih ternak dengan potensi
terbaik untuk dilakukan proses produksi. Palmer (2005) menjelaskan
program seleksi berfungsi dalam rangka mempertahankan kemurnian
ternak sekaligus meningkatkan performa genetik keturunannya dilakukan
perbaikan mutu genetik ternak dengan menerapkan metode pemuliaan
ternak. Metode seleksi ternak terdiri dari culling dan replacement. Culling
merupakan kegiatan menyingkirkan ternak dari peternakan dapat dijual
atau dipotong karena sakit, umur, untuk dijadikan breeding atau bakalan.
Replacement merupakan penggantian ternak seperti penggantian induk,
pejantan yang tidak memenuhi standar atau sudah tua. Setiawan dan
Tanius (2006) menyatakan bahwa ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk mendapatkan bibit yang benar bermutu. Dua teknik
tersebut adalah seleksi berdasar uji tilik ternak atas performa dan
kelengkapan data atau informasi tentang silsilah ternak tersebut atau nilai
pemuliaan dan berdasarkan kasat mata.

Proses Transaksi
Metode Pembelian Ternak
Metode pembelian ternak yang dilakukan adalah pembelian
dilakuan dari pasar hewan. Tempat lain yang bisa dijadikan tempat
pembelian adalah dari tengkulak. Kementerian Pertanian (2014)
menyatakan bahwa metode pengadaan ternak yang lazim dilakukan yaitu
dengan melihat langsung ataupun penempatan SDM (seseorang). Metode
dengan melihat langsung dapat dilakukan dengan pegamatan secara
visual tentang kriteria ternak yang akan dipilih, sedangkan metode
penempatan SDM biasanya dilakukan dengan cara menunjuk atau
meminta bantuan seseorang atau biasanya orang yang sudah dipercaya
dan berpengalaman dalam bidang pembelian dan pemasaran ternak.

Cara Pembayaran
Cara pembayaran yang dilakukan adalah cash atau tunai
berdasarkan bobot badan hidup. Zahira (2012) menyatakan bahwa sistem
pembayaran antara pemasok dengan perusahaan dapat dilakukan
dengan beberapa cara yang disesuaikan dengan hasil kesepakatan
antara pemasok dengan perusahaan. Sistem pembayaran yang dilakukan
perusahaan kepada pemasok yaitu membayar lunas ketika bakalan
diterima atau membayar uang muka terlebih dahulu dan pelunasan
pembayaran pada saat bakalan diterima atau perusahaan baru akan
melunasi pembayaran ketika bakalan terjual habis.

Transportasi
Alat transportasi
Alat transportasi yang digunakan oleh peternakan Peternakan Pak
Lukman untuk mengangkut ternaknya adalah menggunakan kendaraan
truk atau mobil pick up. Winarso (2017) menyatakan bahwa alat
transportasi yang biasanya digunakan dalam mengangkut ternak adalah
dengan menggunakan truk.
Kapasitas
Kapasitas pengangkutan yang dapat ditampung dengan kendaraan
truk adalah 20-40 ekor domba. Kapasitas pada kendaraan pick up hanya
dapat menampung 5-10 ekor domba. Winarso (2017) menyatakan bahwa
kendaraan truk dapat menampung ternak domba 20 sampai 40 ekor
dalam satu kali perjalanan.
Proses penaikan dan penurunan ternak
Proses penaikan dan penurunan yang dilakukan di peternakan
Peternakan Pak Lukman dengan bantuan loading dock yang telah ada,
namun penaikan dan penurunan di pasar dibantu oleh petugas yang ada
di pasar. Yulianto dan Saparinto (2008) menyatakan bahwa loading unit
adalah alat untuk memindahkan ternak dari dan ke kendaraan agar
memudahkan pekerjaan peternak. Alat ini dapat dipindahkan sehingga
mudah untuk dikondisikan. Bahmat (2012) menyatakan bahwa proses
menaikkan ternak menuju kedalam truk harus menggunakan alat serta
fasilitas yang memadai seperti loading chute (tempat menaikkan dan
menurunkan ternak) dengan posisi yang sesuai dengan bak truk. Ternak
kemudian digiring masuk truk dengan nyaman dan tanpa kekerasan.
Proses penurunan ternak dilakukan secara hati-hati dan tanpa kekerasan
pada loading chute yang posisinya sesuai dengan bak truk.
Penanganan ternak selama pengangkutan
Penanganan yang dilakukan selama pengangkutan ternak adalah
selama pengangkutan ternak tidak ada perlakuan khusus, namun ternak
tetap dijaga agar tidak cedera dan stres. Yulianto dan Saparinto (2011)
menyatakan bahwa ternak dapat mengalami stres selama masa
perjalanan karena ternak merasa tidak nyaman selama perjalanan, maka
perlu diberi waktu istirahat untuk ternak agar tidak stres. Fachrulozi (2008)
menyatakan bahwa kendaraan untuk mengangkut ternak harus dilengkapi
atap untuk melindungi dari panas, hujan dan menurunkan temperatur
lingkungan serta ternak harus diberi pakan dan minum.

Pendataan (Recording)
Tahapan recording
Recording merupakan kegiatan mencatat segala hal mengenai
ternak. Pendataan (recording) yang dilakukan dengan cara identifikasi dan
pencatatan. Pari (2018) menyatakan bahwa recording merupakan segala
jenis kegiatan pencatatan seperti kegiatan identifikasi, pencatatan silsilah,
pencatatan produksi dan reproduksi, pencatatan manajemen
pemeliharaan maupun pencatatan kesehatan ternak dalam populasi
tertentu. Rahmat (2010) menyatakan bahwa fungsi recording adalah
untuk perbaikan mutu genetik ternak, sangat bermanfaat dalam program
seleksi berdasarkan performan produksi individu, dan dapat membantu
manajemen beternak yang baik. Recording juga berfungsi untuk
mengetahui silsilah ternak, yang sangat bermanfaat untuk melakukan
analisis komponen ragam dan menduga nilai pemuliaan (breeding value)
seekor ternak.
Tahapan recording antara lain mengidentifikasi ternak, menimbang
bobot badan, mencatat penjual asal, pakan, tiap bulan ternak ditimbang
dan dicatat. Ternak ketika keluar, data yang dicatat antara lain bobot
ternak, tanggal, identitas pembeli, harga, dan metode pembayaran.
Rahmat (2010) menyatakan bahwa recording sederhana dilakukan
dengan cara identifikasi terutama mencatat pedigree dan catatan produksi
pada level sub inti.
Macam recording
Macam recording yang dilakukan oleh perusahaan biasanya yaitu
rekam data dan rekam medis. Rekam data meliputi tanggal beli, jenis
domba, bobot beli, bobot masuk kandang, nama domba, dan nama
pemilik domba. Rekam medis meliputi riwayat sakit dan pendataan obat
yang diberikan. Hakim dan Nurgiatiningsih (2010) menyatakan bahwa
recording merupakan pencatatan seluruh kejadian yang dialami dalam
usaha peternakan dan perfoma ternak yang bersangkutan. Susilorini et al.
(2008) menyatakan bahwa terdapat 4 macam recording antara lain
recording identitas, recording dokumentasi, recording catatan khusus, dan
sertifikat ternak. Berdasarkan hasil praktikum apabila dibandingkan
dengan literatur diketahui bahwa hasil tidak sesuai dengan literatur,
karena recording yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan produksi
yakni penggemukan bakalan ternak yang dimiliki untuk selanjutnya dijual
ke pasar-pasar.

Pemeliharaan
Penanganan ternak sebelum program pemeliharaan
Penanganan bakalan. Berdasarkan hasil review diketahui bahwa
penanganan bakalan sebelum pemeliharaan yaitu dilakukan beberapa
treatment dengan pemberian obat-obatan berupa penguat otot, vitamin,
anti biotik, anti parasit, dan obat cacing. Ngadiyono (2007) menyatakan
bahwa penanganan ternak baru yakni ditimbang. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan pakan yang akan diberikan sesuai dengan berat
badan ternak. Soeprapto dan Abidin (2006) menyatakan bahwa ternak
yang baru datang perlu diberi obat cacing, untuk selanjutnya diberikan
secara berkala. Ternak juga perlu diberi identitas dan pendataan atau
recording untuk mempermudah manajemen.
Penanganan calon induk dan pejantan. Berdasarkan hasil review
diketahui bahwa penanganan calon induk yaitu dengan pemberian pakan
yang rutin dan diberi kendang sendiri dengan space yang cukup.
Penanganan pada pejantan yaitu selalu dijaga kebersihan dan kontrol
kesehatan secara rutin. Ngadiyono (2007) menyatakan bahwa
pemeliharaan pada calon induk dengan ditempatkan dalam kandang
tersendiri berdasarkan kelompok umur dan rumpun, selain itu pemberian
pakan sesuai dengan standar. Berdasarkan Soeprapto dan Abidin (2006)
menyatakan bahwa pejantan agar ditempatkan pada paddock tersendiri
berdasarkan umur dan berat badan. Pejantan juga diberi pakan
vitamin/mineral tambahan.
Penanganan induk dan pejantan. Berdasarkan hasil review
diketahui bahwa pemeliharaan pada induk yaitu dengan pemberian pakan
yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan penambahan energi di dalam
pakan. Penanganan pada jantan yaitu dengan ditempatkan pada kendang
sendiri dan selalu dikontrol kebersihannya agar kondisinya terjaga.
Ngadiyono (2007) menyatakan bahwa induk selalu dilakukan pengawasan
secara intensif. Hijauan pakan dan konsentrat diberikan lebih dari
kebutuhan pokok. Ngadiyono (2007) juga menambahkan penanganan
pada pejantan yaitu dengan pemberian pakan dan konsentrat sesuai
dengan SNI agar dapat menghasilkan sperma dengan kualitas baik.

Perkandangan
Lokasi
Peternakan Pak Lukman terletak di Jalan Banjar Bopongan no.5,
Bopongan, Trayeman, Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi peternakan masih jarang ditemui
permukiman warga hanya berdekatan dengan tempat tinggal pemilik
usaha sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar selain itu,
ketenangan lokasi dapat menurunkan tingkat stres ternak yang dapat
mempengaruhi produksi ternak. Rianto dan Purbowati (2010) menyatakan
bahwa kandang yang baik merupakan kandang yang jauh dari pemukiman
dan jauh dari kebisingan. Rasyid dan Hartati (2007) menambahkan bahwa
persyaratan kandang meliputi tersedianya air, dekat dengan sumber
pakan, tidak mengganggu kesehatan lingkungan, tidak berdekatan
dengan bangunan lain (umum), konstruksinya harus kuat, mudah
dibersihkan, dan memiliki saluran udara yang baik.
Fasilitas, Perlengkapan dan Peralatan Kandang
Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan suatu kegiatan atau
produksi yang harus ada sebelum kegiatan tersebut dilakukan. Fasilitas
yang terdapat di Peternakan Pak Lukman adalah kandang, gudang pakan,
ruang istirahat anak kandang tempat penanganan limbah, dan ruang
chopper. Said (2014) menyatakan bahwa fasilitas adalah segala sesuatu
yang dapat memperlancar dan memudahkan pelaksanaan suatu usaha,
dapat berupa benda-benda, tempat maupun uang.
Perlengkapan kandang merupakan suatu yang dapat menunjang
kebutuhan untuk ternak yang dapat mempermudah ternak dalam
melakukan sesuatu. Perlengkapan kandang yang terdapat di Peternakan
Pak Lukman diantaranya yaitu tempat pakan, tempat minum, dan mesin
copper Sudarmono dan Sugeng (2008) menyatakan bahwa perlengkapan
adalah material penunjang didalam operasional perusahaan yang masa
manfaatnya kurang dari satu tahuan.
Peralatan adalah benda yang dibuat manusia untuk memudahkan
pekerjaan. Peralatan yang terdapat di Peternakan Pak Lukman meliputi
sekop untuk membuang kotoran dan mencampur pakan, ember untuk
mengambil air dan pakan, troli untuk mengangkut pakan, sapu untuk
membersihkan kandang dan timbangan untuk menimbang pakan. Rianto
dan Purbowati (2010) menyatakan bahwa dalam suatu peternakan,
dibutuhkan peralatan yang berfungsi sebagai keperluan tambahan.
Karakteristik Kandang
Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam usaha
peternakan. Kandang berfungsi untuk memudahkan pemeliharaan dan
sebagai tempat berlindung ternak. Kandang harus direncanakan
sedemikian rupa agar memberikan kenyamanan bagi ternak dan biaya
pembangunannya murah. Berdasarkan hasil pengamatan di peternakan
Peternakan Pak Lukman dapat diketahui bahwa jenis kandang yang
digunakan adalah kandang tambat dengan atap gable berbahan asbes.
Kandang yang digunakan termasuk semi tertutup dan panggung. Rasyid
dan Hartati (2007) menyatakan bahwa tipe kandang berdasarkan bentuk
dan fungsinya terdiri atas kandang individu dan kandang kelompok atau
koloni. Kandang individu biasanya digunakan untuk fattening dan rearing.
Anugerah et al. (2016) menyatakan bahwa bentuk atap terdiri dari monitor,
semi monitor, gable, dan shade yang penggunaannya disesuaikan dengan
daerah peternakan. Tipe dinding pada kandang domba terdiri dari terbuka,
semi terbuka, tertutup, dan semi tertutup. Kandang dengan dinding
terbuka dan semi terbuka biasanya menggunakan sistem head to head
sedangkan tipe semi tertutup biasanya menggunakan sistem freestall.
Sudarmono (2008) menyatakan bahwa floor space untuk domba berkisar
1 m2 per-ekor, namun hal tersebut bergantung pada jenis, umur, dan
ukuran tubuh.

Pakan
Bahan pakan
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan
dapat dicerna sebagian atau seluruhnya. Said (2014) menyatakan bahwa
bahan pakan merupakan bahan pakan yang dapat dimakan dan dicerna
oleh hewan ternak. Bahan pakan tidak boleh mengandung racun yang
dapat merugikan bagi tubuh pemakannya. Berdasarkan hasil review
diketahui bahwa bahan pakan yang digunakan dalam pemberian pakan
ternak domba adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan dan konsentrat
diperoleh dari membeli di toko pakan. Widi et al. (2008) menyatakan
bahwa pakan dibagi menjadi dua yaitu pakan hijauan dan pakan
konsentrat. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting bagi
produktivitas ternak karena biaya yang digunakan dapat mencapai 70 %
dari total biaya produksi sehingga diperlukan manajemen yang efisien
agar tidak rugi antara pemberian pakan dan pertambahan bobot.
Proses penyusunan pakan
Proses penyusunan pakan yang dilakukan adalah pakan berupa
hijauan dicacah terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak. Pencacahan
dilakukan dengan bantuan chopper. Bahan pakan berupa konsentrat dibeli
dalam bentuk jadi dan diberikan langsung.
Sitepu (2011) menjelaskan bahwa proses penyusunan pakan
terdapat dua cara yaitu menggunakan mesin dan manual. Pencampuran
pakan dengan menggunakan mesin dilakukan oleh serangkaian mesin-
mesin yang dioperasikan oleh pabrik-pabrik pakan ternak yang
memproduksi pakan dalam jumlah besar. Pencampuran pakan secara
manual dilkakukan dengan menggunakan alat sederhana berupa sekop
yang dilakukan di atas lantai. Ngadiyono (2007) menyatakan bahwa
pemberian konsentrat dapat dilakukan secara kering ataupun basah.
Metode pemberian
Pemberian pakan pada ternak dapat berbeda-beda. Perbedaan
pemberian pakan tergantung oleh jenis ternak dan tujuan peternak.
Berdasarkan hasil review diketahui ternak diberi konsentrat dan hijauan
setiap pagi dan sore hari. Setiap hari ternak diberikan pakan hijauan
sebanyak 0,25 kg dan konsentrat 0,65 kg. Ngadiyono (2007) menyatakan
bahwa pemberian konsentrat dapat dilakukan secara kering ataupun
basah. Pemberian rumput secara segar sebaiknya diangin-anginkan
terlebih dahulu, kemudian rumput dipotong-potong kurang lebih 10 cm.
Rumput diberikan setelah pemberikan konsentrat.

Reproduksi
Metode perkawinan
Berdasarkan review dapat diketahui bahwa umur pertama kali
domba jantan dikawinkan berumur 1 sampai 1,5 tahun karena pada saat
umur tersebut domba sudah mengalami dewasa kelamin dan dewasa
tubuh. Sedangkan umur pertama kali dikawinkan pada ternak domba
betina adalah 9 sampai 10 bulan. Ginting (2011) menyatakan bahwa
waktu perkawinan yang bagus bagi ternak betina adalah faktor paling
penting yang dapat menghasilkan keuntungan besar bagi peternak jika
kebuntingan terjadi pada waktu yang tepat. Waktu pengawinan yang tepat
bagi domba yang baik dalam pemeliharaan yaitu pada umur 9 sampai 10
bulan. Ngadiyono (2007) menyatakan bahwa domba jantan pertama kali
mengawini umur 1 sampai 1,5 tahun.
Penentuan saat mengawinkan domba yaitu pada saat domba
mengalami estrus. Estrus terjadi selama 1 sampai 2 hari. Waktu yang
paling tepat untuk mengawinkan yaitu 10 sampai 18 jam setelah estrus,
jika pagi hari estrus maka pada sore hari sebaiknya domba dikawinkan.
Purnomoadi (2003) menyatakan bahwa apabila sudah terlihat tanda-tanda
birahi pada ternak maka domba betina tersebut harus dikawinkan
secepatnya. Perkawinan akan berhasil apabila dilakukan terutama pada
15 sampai 18 jam setelah tanda-tanda birahi mulai terlihat, tidak kurang
dan tidak lebih. Apabila perkawinan dilakukan sebelum mencapai 6 jam
setelah tanda birahi terlihat maka perkawinan kurang berhasil. Apabila
perkawinan dilakukan setelah 28 jam setelah tanda-tanda birahi terlihat
maka perkawinan akan mengalami kegagalan.
Metode perkawinan dapat dilakukan dengan kawin alami, yaitu
menggunakan domba jantan di kandang umbaran dan melalui IB.
Desinawati dan Nurul (2010) menyatakan bahwa metode perkawinan
dapat dilakukan dengan perkawinan IB yaitu teknik perkawinan dengan
memasukkan semen ke dalam saluran kelamin domba betina
menggunakan suatu alat yang dibuat oleh manusia. Program IB adalah
untuk meningkatkan mutu ternak, mengembangbiakan ternak dengan
cepat dan menghindari penyakit reproduksi melalui kawin alami. Siregar
(2008) menyatakan bahwa inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu
teknologi yang dapat memberikan peluang bagi pejantan unggul untuk
menyebarluaskan keturunannya secara maksimal, penggunaan pejantan
pada kawin alami terbatas dalam meningkatkan populasi ternak, karena
setiap ejakulasi dapat membuahi seekor betina. Metode kawin IB lebih
efektif jika dibandingkan dengan kawin alami karena tidak memerlukan
pemeliharaan pejantan secara intensif, sehingga menekan biaya
perawatan pejantan.
Tahap perkawinan yang didapat yaitu pejantan akan melakukan
kopulasi, alat kelamin jantan dimasukkan ke kelamin betina (penetrasi),
sel sperma dikeluarkan dan akan bertemu dengan sel ovum, sehingga
terjadi proses fertilisasi, kemudian terjadi pembuahan. Perkawinan secara
alami dilakukan dengan cara pejantan didekatkan dengan induk betina,
perkawinan dilakukan 2 sampai 3 kali. Pawera et al. (2008) menyatakan
bahwa perkawinan secara alami dilakukan dengan cara pejantan
didekatkan dengan induk betina, perkawinan dilakukan 2 sampai 3 kali.
Perkawinan dilakukan pada 15 jam sampai 18 jam setelah tanda - tanda
estrus atau birahi mulai terlihat. Mulyono (2011) menyatakan bahwa
pejantan memiliki kemampuan mendeteksi silent heat pada ternak betina.
Ternak betina yang siap kawin akan dinaiki oleh pejantan karena tidak
akan melakukan perlawanan pada saat proses perkawinan.
Deteksi Birahi
Birahi merupakan fase reproduksi yaitu keinginan dari makluk hidup
untuk kawin, baik pada ternak jantan maupun ternak betina. zakaria
(2012) menyatakan bahwa deteksi birahi merupakan suatu indikasi bahwa
ternak tersebut minta kawin dan ternak betina menerima pejantan untuk
kopulasi. Deteksi birahi dilakukan untuk mengetahui kapan saat
mengawinkan yang tepat bagi ternak agar persentase keberhasilan atau
menjadi bunting tinggi.
Ternak yang birahi memiliki ciri-ciri antara lain vulva berwarna
merah, hangat, mengeluarkan lendir, mengeluarkan bau yang khas, nafsu
makan turun, tingkah laku ternak gelisah. Rianto et al. (2010) menyatakan
bahwa ketika domba mengalami birahi akan menunjukkan tanda-tanda
antara lain gelisah dan selalu melenguh, menggosok-gosokkan tubuhnya
ke dinding atau tempat pakan, nafsu makan menurun, frekuensi kencing
meningkat, keluar lendir berwarna bening dari alat kelaminnya, bibir
kelamin agak bengkak dan berwarna kemerah-merahan, menaiki
kawannya dan diam bila dinaiki. Luanmase et al. (2017) menyatakan
bahwa metode deteksi birahi dapat dilakukan dengan metode visual.
Deteksi Kebuntingan
Deteksi kebuntingan adalah suatu cara untuk memprediksi suatu
ternak mengalami kebuntingan atau tidak setelah melakukan perkawinan,
sehingga jika ternak mengalami kebuntingan dapat memberikan perlakuan
khusus. Ilawati (2009) menyatakan bahwa deteksi kebuntingan
merupakan kegiatan yang dilakukan dalam usaha peternakan untuk
mengetahui hasil perkawinan yang telah dilakukan. Drajat (2002)
menyatakan bahwa metode deteksi kebuntingan ada berbagai cara antara
lain palpasi rektal, USG, dan pengamatan secara visual.
Ciri ternak bunting adalah ternak tampak lebih tenang,
membesarnya perut sebelah kanan, ambing menurun, sering
menggesekkan badannya ke dinding kandang, dan tidak terlihatnya tanda
tanda birahi pada siklus birahi selanjutnya. Rianto dan Endang (2010)
menyatakan bahwa induk yang mengalami kebuntingan akan mengalami
tanda-tanda seperti berat tubuhnya meningkat, pertambahan besar dari
dinding perut terlihat, domba betina menjadi lebih tenang. Domba betina
yang baru pertama kali bunting terlihat adanya perkembangan ambing,
terlihat gerakan pada perut sebelah bawah sisi kanan, ambing tampak
membesar, vulva membengkak dan berwarna kemerah-merahan, banyak
lendir keluar, otot-otot sekitar tulang panggul keliatan mengendur.

Perawatan dan Kesehatan Ternak


Penanganan Ternak Untuk Menghindari Penyakit
Ternak masuk. Berdasarkan hasil review penanganan ternak yang
baru masuk ke dalam peternakan Peternakan Pak Lukman yaitu semua
domba dilakukan beberapa treatment dengan pemberian obat-obatan
berupa penguat otot, vitamin, anti biotik, anti parasit, dan obat cacing.
Ginting dan Sembiring (2012) menyatakan bahwa penanganan yang
harus dilakukan sebelum ternak masuk antara lain menjaga kebersihan
kandang beserta peralatannya, domba yang sakit dipisahkan dengan
domba sehat dan segera dilakukan pengobatan, mengusahakan lantai
kandang selalu kering, dan melakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Pemeliharaan Ternak. Berdasarkan hasil review diketahui bahwa
penanganan ternak yang dalam status pemeliharaan yaitu pemberian
pakan yang cukup. Penanganan mengenali penyakit yang ada pada
ternak serta segera langsung dilakukan penanganan. Rianto et al. (2010)
menyatakan bahwa pada pemeliharaan ternak harus dicek secara rutin
kesehatannya, diberi obat cacing, dan kandang hendaknya disucikan dari
hama dengan desinfektan yaitu 5% karosen dilarutkan dalam 10 liter air
atau larutan parafin cair disiramkan atau disemprotkan dengan
desinfektan air.
Ternak Keluar. Penanganan ternak yang akan keluar yaitu
ditimbang, disuntik ATP untuk menambah energi, dan dilakukan recording.
Rianto et al. (2010) menyatakan bahwa sebelum ternak keluar, ternak
harus dicatat tanggal keluar, tanggal masuk, status fisiologis, alasan
ternak itu keluar dan tempat tujuannya. Ternak yang akan keluar juga
harus memiliki data recording yang lengkap.

Limbah Peternakan
Makhluk hidup terutama hewan akan menghasilkan sisa kotoran.
Peternakan yang memiliki ternak, baik berskala kecil maupun berskala
besar akan menghasilkan limbah dari ternak. Penanganan limbahnya
adalah feses dijadikan biogas, urin digunakan untuk pupuk yang dialirkan
ke lahan hijauan, dan limbah padat dijadikan pupuk yang dibuang ke
lahan hijauan. Wahyuni (2013) menyatakan bahwa limbah peternakan
terdiri atas sebagian besar sisa metabolisme ternak (feses dan urin), sisa
pakan, dan sisa segala aktivitas lain yang dilakukan pada usaha
peternakan tersebut. Limbah padat, limbah cair dan limbah gas
dikumpulkan terlebih dahulu sebelum diolah. Limbah yang berbentuk gas
dapat diolah menjadi energi, yaitu biogas, selain itu limbah padat dan
limbah cair juga dapat diolah menjadi kompos.

Pasca Panen dan Pemasaran


Panen Ternak
Kriteria ternak siap dipanen. Berdasarkan hasil review diketahui
kriteria ternak yang siap dipanen yaitu sudah mendapatkan laba bila
dijual, ternak yang berat badannya telah terpenuhi, populasi penuh,
karkas yang bagus, dan ternak karena kecelakaan. Abidin (2006)
menyatakan bahwa pemanenan pada domba adalah menjual domba-
domba yang bobotnya sudah mencapai target yang diinginkan. Yulianto
and Saparinto (2014) menyatakan bahwa ternak domba yang disiap untuk
dipanen memiliki FCR rendah, badan gemuk, pertambahan bobot badan
dari awal penggemukkan sampai panen sesuai dengan ketetapan
perusahaan, dan ternak dalam keadaan sehat.
Siklus Panen. Berdasarkan hasil review diketahui bahwa siklus
pemanenan yaitu reguler, idul adha, idul fitri, dan liburan. Selain itu juga
siklus pemanenan disesuaikan kondisi ternak, biasanya fattening
dilakukan selama 60 hari. Baskoro (2009) menyatakan bahwa siklus
pemanenan adalah suatu periode yang ditetapkan sebagai masa
pemanenan ternak yang akan dijual atau disembelih. Siklus pemanenan
bervariasi yaitu 2 bulan sekali, 3 bulan sekali atau tergantung dari
kebijakan perusahaan.
Penanganan ternak siap panen. Ternak yang akan dipanen atau
dibawa keluar peternakan diberi perlakuan tertentu supaya ternak yang
dipasarkan sehat dan tampak menarik. Berdasarkan hasil review diketahui
bahwa penanganan ternak yang siap dipanen adalah tubuh ternak bersih,
diberi hijauan, obat cacing, dan minum cukup agar tidak dehidrasi. Fikar
dan Ruhyadi (2013) menyatakan bahwa kegiatan membersihkan ternak
domba dilakukan dengan memandikan ternak domba. Domba disikat dari
sisa-sisa kotoran yang melekat pada tubuhnya, terutama bagian dekat
pantat. Selain itu, pemberian minum yang cukup.
Metode Pemasaran. Metode pemasaran adalah metode yang
dilakukan untuk memasarkan ternaknya kepada konsumen. Setiap
perusahaan memiliki strategi pemasaran yang berbeda. Berdasarkan hasil
review diketahui metode pemasaran yang dilakukan yaitu dari mulut ke
mulut atau berdasarkan pengalaman pembeli, melalui sarana online via
aplikasi Whatsapp, pedagang, maupun pemotong ternak. Sitepu (2010)
menyatakan bahwa pemasaran produk dapat dilakukan di pasar
(langsung) ataupun secara online (tidak langsung).

Proses Bisnis
Analisis usaha digunakan untuk mengontrol usaha yang dijalankan
atau untuk mengetahui usaha yang dijalankan memperoleh keuntungan
atau tidak. Input atau faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan
dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Guntoro (2002)
menyatakan bahwa faktor produksi dikelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu tenaga kerja, tanah dan sumber daya alam lainnya, modal, serta
pengusaha. Fikar dan Ruhyadi (2010) menyatakan bahwa studi mengenai
faktor produksi mempunyai peranan ganda dalam ekonomi yaitu
membantu mengelola dengan baik suatu usaha dan mengetahui sasaran
dari produksi. Berdasarkan review yang dilakukan diketahui bahwa
komponen yang masuk ke dalam input yaitu listrik, pakan, dan bakalan
atau bibit.
Output adalah pendapatan atau penerimaan yang didapatkan
dalam setiap pemeliharaan. Ngadiyono (2007) menyatakan bahwa hasil
produksi merupakan sesuatu yang diperoleh dengan melalui pengorbanan
waktu, kesempatan untuk bersantai, biaya rumah tangga, resiko
melakukan usaha maupun pengorbanan-pengorbanan lainnya. Javanica
(2011) menyatakan bahwa masukan atau input yang diperlukan untuk
meingkatkan mencapai hasil produksi (output) tertentu, yaitu faktor-faktor
produksi antara lain modal. Berdasarkan review yang dilakukan diketahui
bahwa komponen yang masuk ke dalam output yaitu penjualan ternak
domba siap potong.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan review yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa sistem usaha di Peternakan Pak Lukman dilakukan mulai dari
proses pengadaan ternak, proses transaksi, proses transportasi,
recording, pemeliharaan, perkandangan, manajemen pakan, peralatan
dan manajemen kesehatan ternak, pasca panen dan pemasaran serta
analisis usaha. Perusahaan peternakan Pak Lukman bergerak dalam
bidang penggemukan domba (fattening). Pengadaan ternak peternakan
domba Pak Lukman berasal dari pasar lokal dan dari tengkulak.
Pemasaran yang dilakukan berupa domba hidup, karkas domba, dan
pakan ternak.
Saran
Saran untuk peternakan Pak Lukman adalah diadakannya kandang
isolasi untuk ternak yang menderita penyakit agar penanganan ternak
yang sakit lebih teratur dan tidak berpotensi menulari ternak lainnya.
Ternak yang akan dijual diberi perlakuan khusus seperti pemotongan kuku
dan dimandikan. Perlakuan tersebut dilakukan agar ternak tampak lebih
bersih dan memuaskan customer.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2008. Penggemukan Domba Potong. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Anugerah, P., H. Sufiano, dan A. D. Putranto. 2016. Konsep bangunan
sehat pada kandang domba studi kasus UPTPT dan HMT Kota
Batu. Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur. 4 (4): 1-8.
Bahmat, S. 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Penggemukan Domba Dan Kambing Di Peternakan Bapak Sarno,
Desa Cipaten, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Drajat, S. 2002. Ilmu Reproduksi Ternak. Mataram University Press.
Mataram.
Fachrulozi, A. 2008. Pengaruh transportasi berdasarkan jarak dan bobot
badan awal terhadap persentase penyusutan bobot badan
kambing peranakan etawah. Universitas Brawijaya. Malang.
Fikar, S. dan D. Ruhyadi. 2012. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Domba.
Agro Media Pustaka. Jakarta.
Ginting, B. S, dan H. Sembiring. 2012. Perancangan sistem pakar
diagnose penyakit pada hewan ternak domba berbasis web.
Jurnal KAPUTAMA. 6(1): 27-36.
Ginting, S. P. 2011. Peningkatan konsumsi daging ruminansia kecil dalam
diversifikasi pangan daging guna mendukung PSDSK 2014
melalui integrasi dengan perkebunan. Prosiding Workshop
Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil. Jakarta.
Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Domba. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Hakim, L. G. C. dan V. M. A. Nurgiatiningsih. 2010. Model Rekording Data
Perfomans Domba Lokal di Indonesia. Produksi Ternak Fakultas
Peternakan.Universitas Brawijaya. Malang.
Ilawati, R. W. 2009. Efektifitas penggunaan berbagai volume asam sulfat
pekat (H2SO4) untuk menguji kandungan estrogen dalam urine
domba bunting. Skripsi. Sekolah Tinggi Peternakan. Sijunjung.
Javanica, A. 2011. Manajemen pemeliharaan dan pemotongan domba di
CV. Plesungan Raya Kabupaten Karanganyar. Tugas Akhir.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Kementerian, Pertanian. 2014. Pedoman Pembibitan Domba yang Baik.
Direktorat Pembibitan Ternak. Jakarta.
Luanmase CM, Nurtini S, Haryadi FT. 2011. Analisis motivasi beternak
domba bagi peternak lokal dan transmigran serta pengaruhnya
terhadap pendapatan di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram
Bagian Barat. Buletin Peternakan 35(2): 113 -123.
Mulyono, S. 2011. Teknik Pembibitan Kambing Domba. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Ngadiyono, N. 2007. Beternak Domba. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Palmer, R. W. 2005. Dairy Modernization. Thomson Delmar Learning,
Canada.
Pari, A. U. H. 2018. Pemanfaatan recording untuk meningkatan
manajemen ternak kerbau di Kecamatan Matawai La Pawu
Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Sain Peternakan Indonesia.
13(1): 20-28.
Pawere, F. R., E. Baliarti., dan S. Nurtini. 2012. Proporsi Bangsa, Umur,
Bobot Badan Awal dan Skor Kondisi Tubuh Kambing dan domba
Bakalan pada Usaha Penggemukan. Buletin Peternakan. Vol. 36.
No 3.
Purbowati, E., C. I. Sutrisno., E. Baliarti., S. P. S. Budhi dan W.
Lestariana. 2007. Pengaruh pakan komplit dengan kadar protein
dan energi yang berbeda pada penggemukan domba lokal jantan
secara feedlot terhadap konveri pakan. Seminal Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. 394-201.
Purnomoadi, A. 2003. Ilmu Ternak potong dan Kerja. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rahmat, D. 2010. Model Pola Pemuliaan (Breeding Scheme) Ternak
Berkelanjutan. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Jatinangor.
Rasyid.A dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknik Perkandangan Domba.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Deptan. Jakarta
Rianto, E. dan P. Endang. 2010. Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rianto., dan E. E. Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Domba. Penebar
Swadaya. Jakarta
Said, N. I. 2014. Kecernaan NDF dan ADF ransum komplit dengan kadar
proteinberbeda pada ternak kambing marica. Makassar.
Setiawan, T., dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan
Etawa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sitepu, Nilawati BR. 2011. Penampilan produksi dan reproduksi calon
induk domba lokal yang mendapat ransum dengan sumber energi
berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bandung.
Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Domba.
Agro Media Pustaka. Depok.
Sudarmono dan Sugeng, B. 2008. Domba Potong. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Susilawati, E, dan Masito. 2010. Teknologi Pembibitan Ternak Domba.
Balai Teknologi Pertanian Jambi. Kementrian Pertanian.
Susilorini, T. E., Manik E. S. dan Muharlien. 2008. Budi daya 22
ternakpotensial. Penebar swadaya. Jakarta.
Wahyuni, Sri. 2013. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Bogor.
Widi, T.M., A. Agus, A. Pertiwiningrum, dan T. Yuwanta. 2008. Road Map
Pengembangan Ternak Domba Potong Provinsi D.I. Yogyakarta.
Penerbit Ardana Media. Yogyakata.
Winarso, B. 2017. Peran sarana angkutan darat dalam upaya peningkatan
efisiensi distribus ternak dan hasil ternak domba potong di
Indonesia. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 15(2): 125-137.
Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2008. Beternak Domba Limousin. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yulianto, P., dan C. Saparinto. 2011. Penggemukan Domba Hari Per Hari
3 Bulan Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zahira, L. 2012. Analisis Cost-Volume-Profit Sebagai Penunjang Rencana
Pencapaian Laba Usaha Penggemukan Domba Dan Kambing
“Mitra Tani Farm”. Skrips i. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Zakariah, M. A. 2012. Sistem Produksi Ternak Potong. Universitas Gadjah
Mada Press. Yogyakarta.
Zurahmah, N., E. The. 2011. Pendugaan bobot badan calon pejantan sapi
bali menggunakan dimensi ukuran tubuh. Bulletin Peternakan. 35
(3) : 160-164.

Anda mungkin juga menyukai