Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan pada Industri Ternak Unggas sangat diperlukan


untuk menunjang produktivitas agar mendapatkan hasil yang optimal. Manajemen
pemeliharaan memiliki pengaruh besar pada produktivitas ternak baik dari kuantitas
maupun kualitas di suatu Industri. Manajemen pemeliharaan dapat berupa pemilihan
bibit, populasi, umur produksi, jumlah produksi per hari, dan kondisi performa ayam
dan telur. Sudarman et al. (2011) menyatakan bahwa manajemen diperlukan untuk
mengetahui performa yang baik sampai panen dengan dilihat aspek berat badan
saat panen, pertambahan berat badan mingguan, konsumsi pakan serta konversi
pakan mingguan dan kumulatif. Manajemen pemeliharaan harus dilakukan secara
menyeluruh, yakni mulai dari pendirian kandang, pemilihan bibit, pakan,
pencegahan, dan pengobatan penyakit serta pemasaran.
Pemilihan bibit. Pemilihan bibit harus bersifat selektif. Sifat selektif yang
dimaksud adalah kualitas mutu bibit yang akan digunakan harus baik dan sesuai
standar dari Industri Ternak Unggas. Bibit yang dipilih harus dicek kesehatannya
agar tidak mengalami kerugian yang besar pada saat dilakukan pemeliharaan.
Pemilihan bibit baiknya dengan kerjasama kepada pihak yang terpercaya. Sartika
(2012) menyatakan bahwa penyebab utama rendahnya produktifitas adalah kualitas
bibit yang rendah. Nuningtyas (2014) menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi
produktivitas usaha yang optimal diperlukan pengkoordinasian yang baik pada
pemilihan bibit. Hasil yang didapat sesuai dengan litearatur yang ada.
Populasi. Populasi merupakan kumpulan ternak dalam suatu kandang.
Populasi ternak unggas dapat memengaruhi produktivitas, apabila populasi banyak
akan tetapi kepadatan kandang tidak sesuai dengan standar yang ada maka terjadi
penurunan produktivitas, karena mengganggu aktivitas dari ternak unggas. Populasi
ternak berkaitan erat dengan efektifitas kepadatan kandang. Populasi yang banyak
dengan kepadatan kandang yang sesuai agar produktivitas dapat optimal. Gustira et
al. (2015) menyatakan bahwa Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan
kompetisi dalam mendapatkan ransum, air minum maupun oksigen dan
menyebabkan produktivitas menurun, sehingga populasi harus diatur sesuai dengan
kepadatan kandang yang optimal. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.
Umur produksi. Umur produksi adalah umur pada saat sudah mulai
berproduksi sampai tidak dapat lagi melakukan produksi. Ayam diproduksi mulai dari
fase DOC sampai 10 minggu lalu dipindahkan ke kandang layer. Umur produksi
puncak yaitu sekitar 18 sampai 23 minggu dan akan diafkir pada usia 80 sampai 100
minggu. Abbas (2017) menyatakan bahwa umur periode produksi ayam petelur
terdiri dari dua periode yaitu fase I dari umur 22-42 minggu dengan rata-rata
produksi telur 78% dan berat telur 56 gram, fase II umur 42-72 minggu dengan rata-
rata produksi telur 72% dan bobot telur 60 gram. Hasil yang didapat sesuai dengan
literatur yang ada.
Jumlah produksi per hari. jumlah produksi per hari suatu industri unggas
dapat dijadikan tolak ukur dari keberhasilan suatu perusahaan. Jumlah produksi per
hari tergantung pada populasi ternak yang dimiliki industri. Jumlah produksi per hari
dihitung dengan perbandingan telur normal dan cacat. Abbas (2017) menyatakan
bahwa pada fase I produksi telur memiliki berat 56 gram dan fase II memiliki berat
60 gram, sehingga jumlah produksi per hari dapat dihitung dengan perbandingan
telur normal dan cacat tergantung dengan populasi yang dimiliki. Hasil yang didapat
sesuai dengan literatur.
Kondisi performa ayam dan telur. Kondisi performa ayam dan telur dapat
dilihat dengan berat telur yang dihasilkan, apabila sudah memenuhi standar maka
performanya baik. Ayam layer dapat menghasilkan telur dengan berat 55 sampai 65
gram. Abbas (2017) menyatakan bahwa umur periode produksi ayam petelur terdiri
dari dua periode yaitu fase I dari umur 22-42 minggu dengan rata-rata produksi telur
78% dan berat telur 56 gram, fase II umur 42-72 minggu dengan rata-rata produksi
telur 72% dan bobot telur 60 gram. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA

Sudarman., A. E. T. H. Wahyuni, C. R. Tabbu, S. Budhiarta. 2011. Hubungan antara


praktek manajemen pemeliharaan dengan kejadian avian infuluenza pada
peternakan ayam pedaging di sektor 3 milik mitra PT. Duta Technovet di DIY
selama satu siklus pemeliharaan. Jurnal Peternakan 8(1): 1-10.
Sartika, T. 2012. Ketersediaan sumberdata genetik ayam lokal dan strategi
pengembangannya untuk pembentukan parent dan grand parent stock.
Workshop Nasional Unggas Lokal. p:15-23.
Nuningtyas, Y. F. 2014. Pengaruh penambahan tepung bawang putih (Allium
sativum) sebagai aditif terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Jurnal.
Ternak Tropika. 15(1): 21-30.
Gustira, D. E., Riyanti., dan Tintin. K. 2015. Pengaruh kepadatan kandang terhadap
performa produksi ayam petelur fase awal grower. Jurnal Ilmiah Peternakan.
3(1): 87-92.
Abbas, M. F. 2017. Performa Ayam Ras Petelur yang Dipelihara pada Posisi Cage
yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makasar.

Anda mungkin juga menyukai