Anda di halaman 1dari 5

BAB 8

TEORI PERTUKARAN, TEORI JARINGAN DAN TEORI PILIHAN RASIONAL

Pada bab 8 ini kelompok kami akan mereview tentang teori pertukaran, teori jaringan dan
teori pilihan rasional. Ketiga teori ini saling berhubungan. Pertama mengenai teori pertukaran,
yang dikemukakan George Homans dan Peter Blau.

1. Teori Pertukaran George Homans

George Caspar Homans mengemukakan bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada
perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik. Homans tidak memusatkan
perhatiannya pada tingkat kesadaran subjektif atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat
dinamis antara tingkat subjektif dan interaksi nyata selengkap atau setegas interaksionisme simbol.
Inti dari teori pertukaran menurut Homans terletak pada sekumpulan proposisi
fundamental. Beberapa proposisinya menerangkan setidaknya dua individu yang berinteraksi,
namun proposisi ini berdasarkan prinsip psikologi. Proposisi bersifat psikologis karena dua alasan,
yaitu sebagai berikut:
a. Proposisi itu biasanya dinyatakan dan diuji secara empiris oleh orang yang menyebut
dirinya psikolog.
b. Proposisi itu lebih mengenai perilaku manusia individual daripada kelompok atau
masyarakat (Ritzer dan Goodman, 2012: 358).
Adapun proposisi-proposisi dari Homans adalah sebagai berikut (Raho, 2007: 172- 176):
1) Proposisi sukses, berbunyi: “Semakin sering tindakan seseorang dihargai atau
mendapat ganjaran maka semakin besar kemungkinan orang tersebut melakukan
tindakan yang sama”.
2) Proposisi rangsangan atau stimulus, berbunyi: “Apabila pada masa lampau ada satu
stimulus atau sejumlah stimuli di dalamnya tindakan seseorang mendapat ganjaran
maka semakin stimulus atau stimuli yang ada menyerupai stimulus atau stimuli pada
masa lampau itu, semakin besar pula kemungkinan bahwa orang tersebut akan
melakukan tindakan yang sama”.
3) Proposisi nilai, berbunyi: “Semakin tinggi nilai tindakan seseorang maka semakin
besar kemungkinan orang itu melakukan tindakan yang sama”. Dalam proposisi ini,
ia memperkenalkan konsep ganjaran dan hukuman (rewards and punishments).
4) Proposisi kejenuhan, berbunyi: “Semakin sering seseorang mendapat ganjaran pada
waktu yang berdekatan, maka semakin kurang bernilai ganjaran itu untuk dia”. Unsur
waktu menjadi sangat penting dalam proposisi ini. Orang pada umumnya tidak akan
lekas jenuh jika ganjaran itu diperoleh sesudah waktu yang cukup lama.
5) Proposisi persetujuan dan agresi, terdapat dua proposisi yang berbeda yaitu:
a. Proposisi pertama: “Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti
yang diharapkannya atau mendapat hukuman yang tidak diharapkannya, maka
semakin besar kemungkinan bahwa dia menjadi marah dan melakukan tindakan
agresif dan tindakan agresif itu menjadi bernilai baginya”.
b. Proposisi kedua: “Apabila seseorang mendapat ganjaran yang diharapkannya
khususnya ganjaran yang lebih besar daripada yang diharapkannya atau tidak
mendapat hukuman yang diperhitungkan, maka ia akan menjadi senang; lebih
besar kemungkinannya ia akan melakukan hal-hal yang positif dan hasil dari
tingkah laku yang demikian adalah lebih bernilai baginya”.
6) Proposisi rasionalitas, berbunyi: “Dalam memilih diantara tindakan-tindakan
alternative, seseorang akan memilih tindakan yang dia rasakan pada saat itu
mempunyai nilai hasil (value), value yang lebih besar yang dilipatgandakan oleh
kemungkinan mendapat hasil (probability)”.

Menurut teoritis sosiologi yang menulis buku Social Behavior: Its Elementary Form,
Homans, menyatakan bahwa hubungan sosial antara individu yang berwujud perilaku sosial pada
umumnya dianggap sebagai bidang psikologi. Homans menjelaskan teori pertukaran dengan
beberapa proposisi yang menurutnya, proposisi-proposisi tersebut bersifat psikologis karena dua
hal. Pertama, proposisi yang ia kemukakan seharusnya dipaparkan dan diuji secara empiris oleh
psikolog. Kedua, proposisi bersifat psikologis berada pada level hubungan individu di dalam
masyarakat. Oleh sebab itu, Homans pun pernahdisebut sebagai seorang reduksionis psikologis.
Prinsip psikologis yang menjadi fondasi teori Homans tidak
membentuk perspektifnya bahwa individu terisolasi. Artinya, Homans tidak menyatakan bahwa
individu merupakan makhluk anti sosial, namun ia masih menganggap bahwa individu adalah
makhluk yang bersifat sosial dan selalu menggunakan sebagian besar waktunya untuk
berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial oleh individu dalam prinsip psikologis
menghasilkan sesuatu yang baru istilah yang digunakan Durkeim atau biasa disebut dengan
reward yang tidak perlu menjelaskan fakta-fakta sosial. Maksudnya, individu berinteraksi dengan
individu lain dikarenakan adanya pola hubungan take anad give.

2. Teori Pertukaran Peter Blau

Jika Homans menjelaskan teori pertukaran dengan proposisi-proposisinya bentuk


elementer saja, Blau berusaha melampaui penjelasan tersebut dengan menjelaskan bahwa pola
transaksi pertukaran dalam lingkup mikro bisa ia terapkan dalam lingkup skala yang lebih besar,
yaitu struktur sosial yang kompleks. Ia memahami teori pertukaran dalam proses interaksi tatap
muka antar individu untuk memahami struktur-struktur sosial yang berkembang dan kekuatan-
kekuatan sosial yang menandai perkembangan struktur tersebut. Pusat perhatian Blau dalam proses
petukaran ialah perilaku manusia dan hubungan di antara individu dan kelompok.

Peter M. Blau berusaha mengembangkan sebuah teori pertukaran yang menggabungkan


tingkah laku sosial dasar manusia dengan struktur masyarakat yang lebih luas, yakni antara
kelompok, organisasi, dan Negara. Konsep Blau tentang pertukaran sosial terbatas pada tingkah
laku yang mendatangkan imbalan, yakni tingkah laku yang akan berhenti kalau dia berasumsi
bahwa tidak bakal aka nada imbalan lagi. Mneurutnya, orang-orang tertarik kepada satu sama lain
karena bermacam-macam alasan yang memungkinkan mereka membentuk atau membangun
asosiasi-asosiasi sosial atau organisasi-organisasi sosial.

Apabila satu kelompok di dalam asosiasi itu membutuhkan sesuatu dari kelompok lain
tetapi tidak mungkin mengembalikannya dalam imbalan yang seimbang, maka 4 kemungkinan
dapat terjadi yaitu sebagai berikut:
a) Orang dapat memaksa orang lain untuk menolongnya.
b) Mereka mencari dari sumber yang lain, bantuan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
c) Mereka dapat bertahan dan hidup terus tanpa memperoleh apa yang mereka butuhkan itu.
d) Yang terpenting mereka dapat takluk kepada orang-orang lain yang memberikan bantuan
kepada mereka.

Tujuan Blau adalah untuk memahami struktur-struktur sosial yang berdasarkan analisis
proses sosial yang mempengaruhi hubungan antar individu dan kelompok. Ia bermaksud
menganalisis struktur sosial yang lebih kompleks. Ia memusatkan perhatian pada proses
pertukaran yang menurutnya mengatur kebanyakan perilaku manusia dan melandasi hubungan
antar individu maupun kelompok.
Struktur sosial kompleks yang menandai kehidupan kolektif luas, secara fundamental
berbeda dari struktur kelompok kecil yang lebih sederhana. Struktur hubungan sosial berkembang
dalam kelompok kecil selama berlangsungnya interaksi dikalangan sebagian besar komunitas
besar atau keseluruhan masyarakat, tentu ada mekanisme lain yang menengahi struktur hubungan
sosial antara mereka (Blau dalam Ritzer dan Goodman, 2012: 372).
Menurut Blau, terdapat 4 langkah berurutan mulai dari pertukaran antar pribadi ke struktur
sosial hingga ke perubahan social, antara lain:
a) Langkah pertama: pertukaran atau transaksi antar individu yang meningkat ke…..
b) Langkah kedua: diferensiasi status dan kekuasaan yang mengarah ke…..
c) Langkah ketiga: legitimasi dan pengorganisasian yang menyebarkan bibit dari….
d) Langkah keempat: oposisi dan perubahan mikro ke makro.

Teori pertukaran yang di kemukakan oleh George Homans mempunyai kesamaan dengan
teori pertukaran Blau yang mempusatkan pada level induvidual. Oleh Homans, ia menekankan
proposisinya untuk menjelaskan teori pertukaran sebagai bentuk interaksi antara 2 individu yang
saling bertatap muka. Prosessosial yang berupa interaksi dan perilaku sosial merupakan bahasan
mikro yang bisa menjelaskan tatanan sosial dalam masyarakat yang dilihat sebagai bahasan
makro. Maka dari itu, teori pertukaran Homans disebut sebagai teori pertukaran deduktif.

Blau menekankan tentang adanya perbedaan yang mendasar antara jenis dua bentuk
pertukaran, yakni dunia mikro dan dunia makro yang kemudian digarisbawahi tentang
ketidakseimbangan kekuasaan yang menyebakan terjadinya pembagian tugas. Misal, pihak
pertama membutuhkan jasa pihak kedua, dan pihak kedua tidak mem-berikan bantuan
sebagaimana mestinya maka pihak pertama akan memiliki tiga alter-natif pilihan, antara lain pihak
pertama akan menekan pihak kedua untuk memberikan bantuannya, lalu pihak pertama akan
mencari bantuan agar mendapatkan bantuan dari pihak yang lain, dan pihak pertama akan berusaha
semaksimal mungkin dengan ber-bagai cara walau tanpa bantuan dari pihak manapun. Namun,
bila semua pilihan itu tidak juga berhasil, maka pihak pertama hanya memiliki satu pilihan
terakhir, yaitu menyerahkan diri kepada pihak yang mampu memberikan bantuan kepada pihak
pertama tersebut yang akhirnya dapat menimbulkan sebuah perbedaan antara pihak-pihak yang
memberi bantuan dengan pihak-pihak yang diberikan bantuan dengan persentase kekuasaan
terbesar ada pada pihak yang memberi bantuan.

Dalam masyarakat luas, ketiadaan interaksi secara langsung antara anggota-anggota


asosiasi menyebabkan harus dibuatnya sebuah sarana atau mekanisme yang menengahi atau
mengantarai interaksi mereka. Menurut Blau, sarana atau mekanisme yang tepat adalah norma–
norma dan nilai–nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Norma dalam hal ini
digunakan sebagai alat tukar yang menggantikan pertukaran secara tidak langsung menjadi
pertukaran yang langsung, seperti yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat, dia harus
melakukan konformitas agar ia mendapat pengakuan dari masyarakat. Bila norma digunakan
sebagai sarana pertukaran antara individu dengan masyarakat, maka nilai digunakan sebagai alat
pertukaran antara kelompok dengan kelompok

Pada intinya, konsep yang diungkapkan Blau membawa kita jauh dari teori pertukaran
Homans yang menitikberatkan hubungan tingkah laku individu. Blau menggunakan istilah
masyarakat, kelompok, norma-norma, dan nilai-nilai untuk menjelaskan masalah apa yang dapat
membagi dan mempersatukan masyarakat dengan bertolak pada keprihatinan yang ada dalam
paradigma fakta sosial yang telah dibahas dalam teori fungsionalisme struktural.

Anda mungkin juga menyukai