What is hospitality?
Menyimak presentasi sebelumnya yang diawali dengan bagaimana munculnya suatu
kehidupan dapat memiliki keterkaitan dengan Hospitality. Jika dihubungkan, hal ini memberikan
makna bahwa pada dasarnya hospitality tentunya tidak terlepas dari kehidupan, termasuk
interaksi sosial. Terdapat dua dimensi yang dijabarkan, yakni dimensi Deepak Chopra atau
spirituality dan dimensi Leonard Miodinow atau science. Penjelasan prosesnya adalah dimulai
dari adanya kehidupan, kemudian muncul hidup, peradaban dan tradisi yang berkontribusi dua
arah terhadap pembudayaan. Kedua aspek ini kemudian membentuk globalisasi.
Hospitality merupakan bagian dari interaksi antara suatu individu dengan individual
lainnya. Hal ini dipertegas oleh Meyer (dalam Linderman, 2007)1 bahwa Hospitality cannot flow
from a monologue, sehingga harus adanya interaksi dan timbal balik dengan tamu secara
personal, atau dengan kata lain Hospitality merupakan dialogue tentang bagaimana interaksi staff
dengan tamu. Disamping itu, pada pembahasan kuliah setelahnya juga diberikan gambaran
mengenai berbagai rekayasa genetika, salah satunya tentang bagaimana manusia dapat
membentuk suatu varian baru dari suatu spesies yang bahkan lebih indah, lebih baik dan
memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan spesies yang orisinal. Jika dikaitkan dengan
Hospitality, hal ini mengingatkan bahwa Hospitality merupakan sesuatu yang sebenarnya bisa
direkayasa tetapi terkesan dan terlihat sangat asli bahkan tampak lebih baik, lebih indah dan
lebih menarik.
Hospitality adalah bagaimana kita bisa melayani tanpa disebut sebagai pelayan, seperti
yang diungkapkan Hogan (2008)2 bahwa Hospitality means providing service to others, yet not
being cast as a servant. Dengan demikian, Hospitality merupakan sesuatu yang dapat dirasakan
oleh tamu, bukan terfokus kepada apa yang harus kita lakukan kepada tamu. Terakhir, hospitality
may not be easy to define, but we know it when we FEEL it3.
1
Linderman, Matt. 2007. Danny Meyer: Hospitality is A King. Diunduh dari:
https://signalvnoise.com/, pada tanggal 20 Februari 2015
2
Hogan, John. 2008. My Definition of Hospitality. Whats Yours?. Diunduh dari: http://www.hotel-online.com pada
tanggal 20 Februari 2015
3
Dikutip dari http://www.aplaceofhospitality.com/
Why hospitality?
Merujuk kepada penjelasan sebelumnya mengenai apa itu Hospitality, terlihat bahwa
Hospitality adalah bagaimana tamu mendapatkan rasa nyaman, dihargai dan diperhatikan. Oleh
karenanya, Hospitality dapat memberikan kenangan dan pengalaman yang memberi kesan dan
citra yang baik. Dengan demikian, mengapa diperlukan Hospitality adalah untuk menjaga relasi
dan hubungan yang baik antara staf dan pelanggan.
How do a hospitality?
Hospitality merupakan sesuatu yang dilakukan dengan sukarela dan hati nurani yang tulus,
tanpa adanya paksaan maupun pembentukan sistem yang terlalu kaku. Meyer (dalam Linderman,
2007) mengungkapkan bahwa dalam prakteknya Hospitality harus mengacu kepada Its all about
how you make the customer feel. You must make customers feel that youre on their side. Dengan
demikian, bagaimana melakukan hospitality adalah bagaimana kita dapat memberikan rasa yang
positif kepada pelanggan, berupaya untuk bersikap simpati dan empati, serta tidak jarang pula
melayani sesuatu secara spontan yang memang diminta dan diperlukan oleh pelanggan.
Pertemuan Kedua
(17 Pebruari 2015)
Diskusi pada pertemuan kedua membahas mengenai peran penting hospitality terkait ke
berbagai aspek kehidupan sampai pula bermuara kepada bagaimana hospitality tourism berkaitan
dengan daya tarik. Hospitality itu sendiri merupakan keramah-tamahan, kesukaan atau kesediaan
menerima tamu dan melayani dengan senyum. Kata kunci yang harus selalu diingat adalah
ramah, tulus, sikap, senyum, cara pandang dan perilaku. Industri Pariwisata berkaitan dengan
hospitality karena industri ini sebenarnya menjual produk kenyamanan dengan memberikan
pelayanan berupa kepedulian. Definisi hospitality industry adalah:
The cordial & generous reception & entertainment of guests or strangers, either socially
or commercially. The hospitality industry is comprised of those business which practice
the act of being hospitable, those business which are characterized by generosity and
friendliness to guests.
Pada pembahasan kali ini, diberikan video mengenai bagaimana melakukan public
speaking atau berbicara di depan umum dengan baik dan benar. Di awal ditampilkan mengenai
bagaimana pidato yang membosankan, kemudian persiapan untuk berbicara, mengatasi slip of
tongue, menemukan role model dan bagaimana mengeksplorasi keunikan diri sendiri. Dapat
disimpulkan bahwa hospitality tersebut adalah bagaimana dapat menemukan cirri khas diri,
mempertahankan dan menonjolkannya sehingga dapat berinteraksi dengan efisien kepada
wisatawan. Hal ini sangat berpengaruh dari segi pemasaran. Jika kita dapat berbicara dengan
yakin dan memberikan informasi yang sesuai kepada wisatawan maka akan menarik perhatian
wisatawan untuk memilih berkunjung ke destinasi tersebut.
Ilustrasi adalah pemberian tayangan pidato yang membosankan, bagaimana seseorang
berpidato tanpa memperhatikan ketrtarikan pendengar. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
keefektifan penyampaian materi dengan baik. Kurangnya kemampuan pembicara dalam menarik
perhatian pendengar sangat menentukan isu ini. Disamping pula bagaimana persiapan materi dan
mental. Riset awal mengenai seperti apa audiens juga harus dilakukan, hal ini agar kita siap
dalam berkomunikasi dan sesuai dengan kapabilitas dan kemampuan mereka. Persiapan materi
harus dilakukan sebaik mungkin, penting pula untuk menyisipkan humor di sela-sela pidato
sehingga dapat mengurangi rasa bosan dan menarik kembali perhatian peserta. Tidak hanya
materi, dari segi mental juga membawa signifikansi yang cukup besar. Persiapan mental seperti
berpikir positif, mengelola rasa takut berbicara di depan umum serta bahkan beranggapan bahwa
diskusi ini akan berjalan dengan baik akan sangat membantu terwujudnya alur pembicaraan
sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan lainnya yang tidak bisa dihindarkan adalah terselipnya lidah saat berbicara yang
diakibatkan kemungkinan karena kurangnya konsentrasi atau kata-kata tersebut tersusun dari
vokal atau konsonan yang memang susah diucapkan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah
dengan secara langsung meminta permohonan maaf. Solusi lainnya juga bisa dilakukan dengan
secara tidak langsung menyelipkan humor untuk mengalihkan perhatian pendengar, serta
langsung diikuti dengan perbaikan pengucapan kata tersebut. Inti utamanya adalah bagaimana
pembicara dapat bersikap tenang dan mengendalikan situasi, bukannya dikendalikan oleh situasi.
Aspek terpenting yang dijabarkan di akhir adalah bagaimana memiliki role model. Sosok
yang kita idolakan ini dapat dijadikan panutan bagi diri kita dalam berbicara di depan umum
sehingga secara tidak langsung kita akan terbiasa sedikit mengikuti gaya dan cara berbicara role
model tersebut. Namun adanya role model ini bukanlah untuk menjiplak seutuhnya, melaikan
bagaimana kita dapat mengkombinasikannya dengan konsep yang kita miliki sendiri. Istilah ini
seringkali didengungkan dengan be yourself. Suatu slogan yang memacu kita agar menjadi diri
sendiri dan unik yang berciri khas dan berbeda dengan lainnya. Dengan demikian, berbagai role
model tersebut hanyalah dapat membantu kita dalam menemukan jati diri kita sendiri serta lebih
menonjolkannya.
Pertemuan Kelima
(10 Maret 2015)
Diskusi kali ini membahas mengenai Hospitality dan budaya, khususnya mengenai
bagaimana hospitality mendapatkan pengaruh dari budaya setempat dan bagaimana hospitality
tersebut dapat distandarisasi sesuai kebutuhan suatu perusahaan. Pada kenyataannya, hospitality
merupakan sesuatu yang fleksibel dan dapat berubah bahkan dibentuk untuk mengadaptasi
kebudayaan setempat sehingga bisa aplikatif dan diterapkan dengan tepat. Dijelaskan pula
mengenai standard terminology yang harus dikuasai seperti: consistent vocabulary, shared
vernacular dan common lexicon.
Akomodasi merupakan salah satu tempat yang sangat sering dijumpai implementasi dari
hospitality. Dalam pertemuan ini diberikan beberapa faktor dalam memilih akomodasi, seperti
harga, kualitas, ketersediaan dan lama tinggal. Hospitality juga ditentukan dalam sistem standar
yang meliputi manajemen, skill, seni dan budaya. Pemasarannya sendiri sebagian besar
bergantung kepada produk itu sendiri dan event yang diikuti. Selain itu, ada pula penjelasan
terkait konsep pemasaran, seperti product management, brand management dan customer
management. Hospitality merupakan bagian dari soft skill yang mengutamakan sikap baik,
positif dan ramah tamah dalam pelayanan sehingga memberikan strategi hidup dan termasuk di
dalamnya marketing.
Hospitality memberikan pelayanan yang juga diharapkan bermuara pada beberapa tujuan
seperti: pemberian solusi, nilai secara kontinuitas kepada pelanggan, kenangan yang selalu
diingat, nilai tambah secara berkesinambungan, kepuasan kepada pelanggan serta mempengaruhi
pelanggan. Dalam rangka mewujudkannya, dijelaskan mengenai service culture sebagai berikut:
Empowers employee to solve customer problems, it is supported by a reward system based on
customer satisfaction, human being generally do what is rewarded. Berkaitan dengan hal ini,
dapat diambil contoh hotel Four Season yang menjunjung asas corporate culture, no blame
culture dan focus on serving and satisfying customer. Disamping itu, dalam menangani keluhan,
dilakukan tindakan preventif seperti pemberian informasi sebelumnya mengenai pelayanan apa
saja yang dapat mereka terima. Pada akhir diskusi, ditekankan kembali mengenai konsep
pemasaran diri seperti competence, likeability dan luck.
TUGAS HOSPITALITY TOURISM