Anda di halaman 1dari 20

EKONOMI PARIWISATA

KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER

Disusun Oleh :
Iman Banyu Ardilaya 16114120
I Putu Gede Kusuma Jaya 16114120
Ni Nyoman Triandewi 16114120
Kitty Febrianti 1611412046
Victoria Ari Lestariyanto 16114120
Yosafat Praing 16114120

DIV PARIWISATA EKSTENSI


FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................... 1
KataPengantar .......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................
1.2. Rumusan Masalah...................................................................
1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Kebijakan Fiskal ( fiscal Policy ) ..............................
2.2. Peranan Kebijakan Moneter ( Monetary Polivy) ..................
2.3.Jenis Jenis Kebijakaan Moneter ..........................................
2.4. Hubungan Antara Kebijakan Fiskal Dan Moneter ...............
2.5. Tujuan Kebijakan Moneter ....................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh
dalam kegiatan perekonomian. Masing masing variabel kebijakan tersebut,
kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan
pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama
dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara
tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan
perekonomian empat sektor, dimana sektor sektor tersebut diantaranya sektor
rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia
internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi
masing masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.

Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap
perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat
makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan
suku bunga sampai tingkat yang terendah. Tingkat bunga yang sedemikian
rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan kebijakan moneter
menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan fisikal.

Menurut Mohamad Ikhsan, (http://majalah.tempointeraktif.com)


negara-negara yang tergabung dalam G-20 dalam komunike
bersamanya baru ini-ini sepakat mendorong lebih cepat ekspansi
kebijakan fiskal minimal 2 persen dari produk domestik bruto untuk
memulihkan perekonomian dunia. Meskipun secara teoretis kebijakan
fiskal dapat berfungsi sebagai stimulus perekonomian, dalam
pelaksanaannya sering kali terdapat hambatan. Hambatan ini dirasakan
terutama di negara berkembang.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas dapat di buat beberapa rumusan masalah yaitu antara
lain:

1. Definisi kebijakan fiskal (fiskal policy)


2. Definisi kebijakan moneter
3. Hubungan antara kebijakan fiskal dan moneter

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar lebih memahami definisi dari kebijakan fiskal


2. Agar lebih memahami tentang kebijakan moneter
3. Serta mempermudah pembaca memahami hubungan kebijakan fiskal
dan moneter
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam


rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh
pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka
melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah
suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal
adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan
pajak.

Pada sektor rumah tangga(RTK), dimana rumah tangga melakukan pembelian


barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan untuk konsumsi daan
mendapatkan pendapatan berupa gaji, upah, sewa, dividen, bunga, dll dari
perusahaan. kegiatan ekonomi dengan Pemerintah adalah rumah tangga
menyetorkan sejumah uang sebagai pajak dan menerima penerimaan berupa
gaji, bunga, penghasilan non balas jasa, dll. Sedangkan dengan Dunia
Internasional adalah rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negeri
untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pada sektor perusahaan, kegiatan ekonomi memiliki hubungan dengan rumah


tangga yaitu perusahaan menghasilkan produk-produk barupa barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat dan memberikan penghasilah dan
keuntungan kepada rumah tangga barupa gaji, deviden, sewa, upah, bunga.
Sedangkan hubungan dengan Pemerintah, perusahaan akan membayar pajak
kepada pemerintah dan menjual produk dan jasa kepada pemerintah. Sedangkan
hubungan dengan Dunia Internasional, perusahaan melakukan impor atas
produk barang maupun jasa dari luar negri.

Pada sektor pemerintah, kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan


RumahTangga dimana pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga untuk
kebutuhan operasional, pembangunan.

Dan untuk hubungan dengan Perusahaan, pemerintah mendapatkan penerimaan


pajak dari pengusaha dan Pemerintah membeli produk dari perusahaan
berdasarkan dana anggaran belanja yang ada. Pada sektor Dunia Internasional /
Luar Negeri, dimana Hubungan dengan RumahTangga adalah dunia
internasional menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rumah tangga.
dan untuk Hubungan dengan Perusahaan, dunia internasional mengekspor
produknya kepada bisnis-bisnis perusahaan.

Negara Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak
beberapa tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri
kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak
atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin
banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan
ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan
memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya.
Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh
pemerintah mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah
dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran
pemerintah.

Kondisi ekonomi negara Indonesia pada masa orde baru sudah pernah
memanas. Pada saat itu pemerintah melakukan kebijakan moneter berupa
contractionary monetary policy dan vice versa. Kebijakan tersebut cukup efektif
dalam menjaga stabilisasi ekonomi dan ongkos yang harus dibayar relatif
murah. Kebijakan moneter yang ditempuh saat ini berupa open market
operation memerlukan ongkos yang mahal. Kondisi ini diperparah dengan
adanya kendala yang lebih besar, yaitu pengaruh pasar keuangan internasional.

Pengaruh krisis ekonomi pada kebijakan fiskal, dimana Berdasarkan AD/ART


pemerintah negara Indonesia, sebagaimana yang dipublikasikan oleh BI, untuk
semester pertama tahun anggaran 2000 terlihat bahwa telah terjadi defisit
anggaran yang disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk subsidi dan
pembayaran bunga hutang. Meski sebenarnya terjadi peningkatan penerimaan,
namun ternyata besarnya peningkatan penerimaan masih jauh lebih rendah
dibanding peningkatan pengeluaran. Dominasi kebijakan moneter dibanding
kebijakan fiskal dan deregulasi sektor riil menyebabkan terjadinya kebijakan
makro ekonomi yang tidak seimbang.

Dari semua unsure APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan
Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal.
Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami
inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan
cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta
kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah


yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif
pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan
maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan
dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan
menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara
umum.Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif

Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran


lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian.
Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.

2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif

Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya


lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus
dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)

Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama


besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya
kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.


Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran
komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak
(Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat
pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).

4. Anggaran Dinamis : kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan yang


disusun dengan cara jumlah pengeluaran dan penerimaan sama besar dan lama
kelamaan jumlahnya makin bertambah. kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi kebutuhan yang terus bertambah sehingga dibutuhkan jumlah yang
besar
2.2 Definisi Kebijakan Moneter (monetary policy)

Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi


makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan
jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar
terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output
keseimbangan.

Dengan kata lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank


sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai (i) uang, (ii)
ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk mencapai
menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu
perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total
uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah
satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi,
inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata
uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur
menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral,
otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar
dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai
kebijakan gol).Adalah penting bagi para pembuat kebijakan untuk membuat
pengumuman kredibel. Jika agen-agen swasta ( konsumen dan perusahaan )
percaya bahwa para pembuat kebijakan berkomitmen untuk menurunkan inflasi
, mereka akan mengantisipasi harga di masa depan lebih rendah daripada yang
(bagaimana ekspektasi yang terbentuk adalah hal yang sama sekali berbeda,
misalnya membandingkan ekspektasi rasional dengan ekspektasi adaptif ).

Jika seorang karyawan berharap harga akan tinggi di masa depan, ia akan
membuat kontrak upah dengan upah yang tinggi untuk mencocokkan harga-
harga. Oleh karena itu, harapan upah yang lebih rendah tercermin dalam
perilaku penetapan upah antara karyawan dan majikan (upah lebih rendah
karena harga diharapkan lebih rendah) dan karena upah tersebut sebenarnya
lebih rendah tidak ada demand pull inflasi karena karyawan menerima upah
lebih kecil dan tidak ada biaya tekanan inflasi karena majikan membayar
kurang dari upah.

Untuk mencapai tingkat inflasi rendah, pembuat kebijakan harus memiliki


pengumuman kredibel, yaitu agen-agen swasta harus percaya bahwa
pengumuman ini akan mencerminkan kebijakan masa depan yang sebenarnya.
Jika pengumuman tentang target inflasi yang rendah tingkat dibuat tetapi tidak
diyakini oleh agen-agen swasta, penetapan upah akan mengantisipasi tingkat
inflasi yang tinggi dan upah akan semakin tinggi dan inflasi akan meningkat.
Sebuah upah yang tinggi akan meningkatkan permintaan konsumen ( demand
pull inflation ) dan biaya sebuah perusahaan ( cost push inflation ), sehingga
inflasi meningkat. Oleh karena itu, jika pengumuman seorang pembuat
kebijakan tentang kebijakan moneter yang tidak dapat dipercaya, kebijakan
tidak akan memiliki efek yang diinginkan.

Jika pembuat kebijakan percaya bahwa agen-agen swasta mengantisipasi inflasi


yang rendah, mereka memiliki insentif untuk mengadopsi kebijakan moneter
ekspansionis (dimana manfaat marjinal meningkatkan output ekonomi
melampaui biaya marjinal inflasi), namun, dengan asumsi agen-agen swasta
memiliki ekspektasi rasional , mereka tahu bahwa para pembuat kebijakan
memiliki insentif ini. Oleh karena itu, agen-agen swasta tahu bahwa jika
mereka mengantisipasi inflasi yang rendah, kebijakan ekspansionis akan
diadopsi yang menyebabkan peningkatan inflasi. Akibatnya, (kecuali para
pembuat kebijakan dapat membuat pengumuman inflasi yang rendah mereka
kredibel), agen-agen swasta mengharapkan inflasi yang tinggi. antisipasi ini
dipenuhi melalui harapan adaptif (perilaku upah-setting), maka, ada inflasi yang
lebih tinggi (tanpa manfaat produksi meningkat). Oleh karena itu, kecuali
pengumuman kredibel dapat dibuat, kebijakan moneter yang ekspansif akan
gagal.

Pengumuman dapat dilakukan kredibel dalam berbagai cara. Salah satunya


adalah untuk mendirikan bank sentral yang independen dengan target inflasi
yang rendah (tapi tidak ada target output). Oleh karena itu, agen-agen swasta
tahu bahwa inflasi akan rendah karena sudah diatur oleh badan independen.
Bank-bank sentral dapat diberikan insentif untuk memenuhi target (misalnya,
anggaran yang lebih besar, bonus upah untuk kepala bank) untuk meningkatkan
reputasi dan sinyal komitmen yang kuat untuk tujuan kebijakan. Reputasi
merupakan elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Tapi
gagasan reputasi tidak harus bingung dengan komitmen.

Sementara bank sentral mungkin memiliki reputasi baik karena kinerja yang
baik dalam melakukan kebijakan moneter, bank sentral yang sama tidak
mungkin telah memilih bentuk komitmen tertentu (seperti penargetan rentang
tertentu untuk inflasi). Reputasi memainkan peran penting dalam menentukan
berapa pasar percaya pengumuman komitmen tertentu untuk tujuan kebijakan
tetapi kedua konsep tidak boleh berasimilasi. Juga, perhatikan bahwa di bawah
ekspektasi rasional, tidak perlu bagi pembuat kebijakan untuk telah menetapkan
reputasi melalui tindakan kebijakan masa lalu; sebagai contoh, reputasi kepala
bank sentral mungkin berasal sepenuhnya dari ideologi nya, latar belakang
profesional , pernyataan publik, dll

Bahkan telah berpendapat bahwa untuk mencegah beberapa patologi terkait


dengan inkonsistensi waktu pelaksanaan kebijakan moneter (inflasi berlebihan
tertentu), kepala bank sentral harus memiliki kebencian yang lebih besar untuk
inflasi dari sisa ekonomi pada rata-rata. Oleh karena itu reputasi bank sentral
tertentu tidak perlu terikat pada kinerja masa lalu, melainkan untuk pengaturan
kelembagaan tertentu bahwa pasar dapat digunakan untuk membentuk
ekspektasi inflasi.
Meskipun sering diskusi kredibilitas yang berkaitan dengan kebijakan moneter,
makna yang tepat dari kredibilitas jarang didefinisikan. kurangnya kejelasan
tersebut dapat berfungsi untuk memimpin kebijakan jauh dari apa yang diyakini
paling menguntungkan. Misalnya, kemampuan untuk melayani kepentingan
umum adalah salah satu definisi dari kredibilitas sering dikaitkan dengan bank
sentral. Keandalan dengan mana suatu bank sentral janjinya juga merupakan
definisi umum. Sementara semua orang setuju kemungkinan besar bank sentral
tidak boleh berbohong kepada publik, perselisihan luas ada di bagaimana bank
sentral dapat melayani kepentingan publik. Oleh karena itu, kurangnya definisi
dapat mendorong orang untuk percaya bahwa mereka mendukung satu
kebijakan tertentu kredibilitas ketika mereka benar-benar mendukung lain.

2.3 Jenis-jenis kebijakan moneter

Dalam prakteknya, untuk menerapkan semua jenis kebijakan moneter alat


utama yang digunakan adalah memodifikasi jumlah uang primer yang beredar.
Otoritas moneter melakukan hal ini dengan membeli atau menjual aset
keuangan (biasanya kewajiban pemerintah). Ini operasi pasar terbuka berubah
baik jumlah uang atau likuiditas (jika bentuk cair kurang dari uang yang dibeli
atau dijual). The multiplier effect perbankan cadangan fraksional memperkuat
dampak dari tindakan. transaksi pasar Konstan oleh otoritas moneter
memodifikasi pasokan mata uang dan ini dampak variabel pasar lain seperti

suku bunga jangka pendek dan nilai tukar.

1. Inflasi penargetan

Berdasarkan pendekatan kebijakan target adalah untuk menjaga inflasi , di


bawah sebuah definisi tertentu seperti Indeks Harga Konsumen , dalam kisaran
yang diinginkan. Target inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala kepada
Bank Sentral suku bunga target. Tingkat bunga yang digunakan adalah
umumnya tingkat antar bank di mana bank meminjamkan kepada satu sama lain
semalam untuk keperluan arus kas. Tergantung pada negara ini tingkat bunga
tertentu yang bisa disebut uang bunga atau sesuatu yang serupa.

Target suku bunga dipertahankan untuk jangka waktu tertentu menggunakan


operasi pasar terbuka. Biasanya durasi bahwa target suku bunga dipertahankan
konstan akan bervariasi antara bulan dan tahun. Target suku bunga biasanya
ditinjau secara bulanan atau kuartalan oleh komite kebijakan.

Perubahan target suku bunga dibuat sebagai tanggapan terhadap berbagai


indikator pasar dalam upaya untuk memperkirakan tren ekonomi dan dengan
demikian pasar tetap pada jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan.
Sebagai contoh, satu metode sederhana inflation targeting disebut aturan Taylor
menyesuaikan tingkat suku bunga sebagai respon terhadap perubahan dalam
tingkat inflasi dan kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B. Taylor
dari Universitas Stanford .

Penargetan inflasi pendekatan untuk pendekatan kebijakan moneter ini


dipelopori di Selandia Baru. Hal ini saat ini digunakan di Australia , Brazil ,
Kanada , Chile , Kolombia , yang Republik Ceko , Selandia Baru , Norwegia ,
Islandia , Filipina , Polandia , Swedia , Afrika Selatan , Turki , dan Inggris .

2. Harga Penargetan Tingkat

Harga penargetan tingkat mirip dengan inflation targeting kecuali bahwa


pertumbuhan CPI dalam satu tahun atas atau di bawah target tingkat harga
jangka panjang adalah offset pada tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat
harga yang ditargetkan tercapai dari waktu ke waktu, misalnya lima tahun,
memberikan kepastian lebih lanjut tentang masa depan kenaikan harga kepada
konsumen. Dalam inflation targeting apa yang terjadi pada tahun-tahun terakhir
segera tidak diperhitungkan atau disesuaikan dalam tahun berjalan dan masa
depan.
3. Agregat Moneter

Pada 1980-an, beberapa negara menggunakan pendekatan yang didasarkan pada


pertumbuhan konstan dalam jumlah uang beredar. Pendekatan ini disaring
untuk memasukkan kelas yang berbeda dari uang dan kredit (M0, M1 dll). Di
Amerika Serikat ini pendekatan kebijakan moneter dihentikan dengan
pemilihan Alan Greenspan sebagai Ketua Fed. Pendekatan ini juga kadang-
kadang disebut monetarisme . Sementara kebijakan yang paling moneter
berfokus pada sinyal harga satu bentuk atau lain, pendekatan ini difokuskan
pada jumlah moneter.

4. Nilai Tukar Tetap

Kebijakan ini didasarkan pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata
uang asing. Ada berbagai tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam
kaitannya dengan cara kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar.

Di bawah sistem nilai fiat tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter
menyatakan nilai tukar tetap tetapi tidak aktif membeli atau menjual mata uang
untuk mempertahankan tingkat. Sebaliknya, tingkat dipaksakan oleh-
konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya kontrol modal , impor / lisensi
ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar dimana perdagangan
mata uang pada pasar / nilai tidak resmi.

Di bawah sistem fixed-konvertibilitas, mata uang dibeli dan dijual oleh bank
sentral atau otoritas moneter setiap hari untuk mencapai nilai tukar target.
Tingkat mungkin target tingkat tetap atau sebuah band tetap di mana nilai tukar
dapat berfluktuasi sampai otoritas moneter campur tangan untuk membeli atau
menjual yang diperlukan untuk mempertahankan nilai tukar dalam band.
(Dalam kasus ini, nilai tukar tetap dengan tingkat tetap dapat dilihat sebagai
kasus khusus dari kurs tetap dengan band-band di mana band-band yang diatur
ke nol.)

Di bawah sistem nilai tukar tetap dikelola oleh suatu dewan mata uang setiap
unit mata uang lokal harus didukung oleh unit mata uang asing (mengoreksi
nilai tukar). Hal ini memastikan bahwa basis moneter lokal tidak akan
mengembang tanpa didukung oleh mata uang keras dan menghilangkan segala
kekhawatiran tentang berjalan di mata uang lokal dengan mereka yang ingin
mengkonversi mata uang lokal ke mata uang (jangkar) keras.

Dalam dolarisasi , mata uang asing (biasanya dolar AS, maka istilah
dolarisasi) digunakan secara bebas sebagai media pertukaran, baik secara
eksklusif atau paralel dengan mata uang lokal. Hal ini dapat terjadi karena
penduduk setempat telah kehilangan iman semua dalam mata uang lokal, atau
mungkin juga kebijakan dari pemerintah (biasanya untuk mengendalikan inflasi
dan impor kebijakan moneter kredibel).

Kebijakan ini sering turun tahta kebijakan moneter dengan otoritas moneter
asing atau pemerintah sebagai kebijakan moneter di negara mengelompokkan
harus menyelaraskan dengan kebijakan moneter dalam jangkar bangsa untuk
mempertahankan nilai tukar. Tingkat dimana kebijakan moneter lokal menjadi
tergantung pada jangkar bangsa tergantung pada faktor-faktor seperti mobilitas
modal, keterbukaan, saluran kredit dan faktor ekonomi lainnya.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah


suatu kebijakan dalam rangka menambah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi
atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif juga disebut dengan kebijakan
moneter longgar (easy money policy)

2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah


suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan
moneter kontraktif disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money
policy

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan


moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan


memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan
tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang


beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.

Kebijakan fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan
untuk mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan
produksi Yang mendekati full employment dan untuk mempertahankan tingkat
harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi.

Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara


pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan
untuk menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya
lebih besar. Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari
dua kebijakan bdiatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran,
pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.
2.3 Hubungan Antara Kebijakan Fiskal Dan Moneter

Sebagaimana kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan


mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat
berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat
bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai
pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada giliranya
permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat
harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat
upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan
akan memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan
mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta
pasar surat berharga.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat penyusun simpulkan bahwa :

Kebijakan fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan
untuk mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan
produksi Yang mendekati full employment dan untuk mempertahankan tingkat
harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi.

Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara


pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan
untuk menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya
lebih besar. Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari
dua kebijakan bdiatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran,
pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.econlib.org/library/Enc/FiscalPolicy.html
2. http://dictionary.reference.com/browse/straitjacket
3. Heyne, PT, Boettke, PJ, Prychitko, DL (2002): Jalan Ekonomi Berpikir
(10 red). Prentice Hall.
4. Larch, M. dan J. Nogueira Martins (2009): Kebijakan Fiskal Membuat
di Uni Eropa Sebuah Kajian Praktek dan Tantangan kini. Routledge.
5. Kebijakan Moneter . Federal Reserve Board. 3 Januari .
6. BM Friedman , Kebijakan Moneter, Abstrak. . Ensiklopedi
Internasional & Perilaku Ilmu Sosial . 2001. hal 9976-9984.
7. Rogoff, Kenneth , 1985. Komitmen optimal ke Target Moneter
Intermediate, Quarterly Journal of Economics 100, hal 1169-1189
8. Forder, James (Desember 2004). Kredibilitas dalam Konteks:
Apakah Bankers Tengah dan ekonom Interpretasikan Jangka Waktu
Berbeda? (pdf). Econ Jurnal .
9. Bank of England didirikan 1694 . BBC. 31 Maret .
10. Undang-undang Federal Reserve . Federal Reserve Board. 14 Mei .
11. Friedman, Milton (1960). Sebuah Program Stabilitas Moneter. Fordham
University Press.
12. Bernanke, Ben (2006). Agregat Moneter dan Kebijakan Moneter di
Federal Reserve: Sebuah Perspektif Sejarah .Federal .
13. Nelson, Edward (2007). Milton Friedman dan US Sejarah Moneter:
1961-2006 :. Federal Reserve Bank of St Louis Review (89 171 .
14. Blog: Favorite Friedman tanda kutip .
15. Friedman, mengutip Milton, Wikiquote
16. Nilai Tukar . Perpustakaan Ekonomi dan Liberty. 31 Maret .
17. Kasus Terhadap The Fed . 5 Juni .
18. Orphanides, Athanasios . Taylor aturan (Abstrak) . The New Palgrave
Dictionary of Economics , Edisi ke-2. v. 8. hal .
19. Abdel-Monem, Tarik. Apa itu Standar Emas? . University of Iowa
Pusat Pusat Internasional Keuangan dan .
20. Eichengreen, Barry (1992): Golden. belenggu Standar Emas dan
Depresi Besar, 1919-1939. New York: Oxford University Press. ISBN
0195064313
21. Olivei, Giovanni P. (2002). Swiss Pendekatan Kebijakan Moneter :.
New England Economic Review (Federal Reserve Bank of Boston)
(Kuartal Kedua) .
22. Kerangka Kebijakan Moneter . Bank Of England. .
23. US Kebijakan Moneter: Sebuah Pengantar . Bank Federal San
Francisco.

Anda mungkin juga menyukai