Oleh:
Yustinus Widiatmoko
181720101001
Puyuh merupakan jenis burung yang memiliki ukuran tubuh relatif kecil,
berkaki pendek, kemampuan terbangnya sangat terbatas tetapi dapat berlari sangat
cepat (Wheindrata, 2014). Puyuh pada awalnya merupakan hewan liar yang hidup
berpindah-pindah di hutan, dan saat ini hanya sebagian jenis puyuh yang sudah
berhasil didomestikasi dan dimanfaatkan oleh manusia. Menurut Wheindrata (2014),
dari semua kelompok puyuh liar, yang mendapatkan perhatian penuh para ahli untuk
diusahakan sebagai hewan ternak yang produktif salah satunya yaitu spesies Coturnix
coturnix.
Spesies puyuh yang berhasil didomestikasi pada abad ke-11 yaitu Coturnix
coturnix japonica (Cheng dan Kimura, 1990). Pada mulanya Jepang memelihara
puyuh liar hanya sebagai hobi yaitu dijadikan song bird atau “burung berkicau”
kemudian puyuh liar tersebut mulai dijinakkan secara kontinu menjadi ternak khusus
untuk memproduksi telur, dan selanjutnya dilakukan seleksi dan perbaikan mutu
genetik sehingga menghasilkan strain baru yaitu Coturnix coturnix japonica atau
disebut juga Puyuh Jepang (Wheindrata, 2014). Bibit puyuh yang memiliki sifat-sifat
unggul ini kini telah tersebar luas di seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.
Penyebaran Puyuh Jepang di Indonesia dimulai sejak tahun 1975, kemudian pada
tahun 1979 puyuh ini mulai diternakkan secara komersial setelah pemerintah
mencanangkan puyuh sebagai salah satu ternak alternatif penunjang peningkatan
penyediaan protein hewani bagi masyarakat (Listiyowati dan Roospitasari, 2001;
Wheindrata, 2014; Wuryadi, 2013).
BAB 2. PEMBAHASAN
Dalam kegiatan rantai pasok pada telur burung puyuh ini ada beberapa
anggota didalamnya yaitu, peternak, agen/pengepul, pedagang ritel,
industri/pengusaha makanan olahan telur puyuh dan konsumen. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada struktur Rantai pasok dibawah ini.
Setelah telur terdistribusikan kepada agen, maka agen akan menjual telur
puyuh kepada pedagang ritel, maupun pedagang dipasar tradisional. Penjualan oleh
agen hanya melayani pembelian secara partai/dalam jumlah besar biasanya lebih dari
10kg. dengan demikian agen harus bisa memastikan bahwa stok telur digudang harus
tersedia dalam keadaan segar. Pedagang ritel akan menjual telur puyuh kepada
pedagang yang lebih kecil, biasanya kepada pengusaha – pengusaha yang bergerak
dibidang pengolahan telur burung puyuh seperti rumah makan, catering, angkringan,
penjual cilok dll. Pedagang ritel melayani pembelian telur dalam jumlah kecil sesuai
dengan permintaan pelanggan. Telur burung puyuh yang dibeli oleh para pengusaha
kuliner akan diolah dan dipasarkan kepada konsumen secara langsung.
Adapun peran anggota rantai pasok pada proses pendistribusian telur puyuh kepada
konsumen adalah sebagai berikut.
Adapun mekanisme dalam hubungan antar anggota rantai pasok telur puyuh adalah
sebagi berikut.
a. Produsen
Anggota dari produsen pada rantai pasok telur puyuh adalah peternak
burung puyuh. Untuk penjualan telur puyuhnya, peternak biasanya
berhubungan langsung dengan agen telur atau pun dengan pengepul. Dalam
menjalin hubungan ini, peternak lebih terjamin dalam penjualan produknya
sedangkan bagi pengepul dan agen, mereka memiliki kepastian dalam upaya
penyediaan stok untuk permintaan pelanggannya. Tidak menutup
kemungkinan bahwa peternak dan agen memiliki hubungan kemitraan, tidak
jarang bibit burung puyuh dibeli dari agen atau pengepul kemudian pengepul
atau agen berani untuk menjamin penjualan telur puyuh kepadanya.
b. Distributor
Distributor dilakukan oleh para pengepul ataupun Agen telur. Telur
puyuh diambil dari para peternak, biasanya tiap pengepul atau agen sudah
memiliki pelanggan dalam pengambilan telur puyuhnya. Pelanggan ini
biasanya sudah terikat secara hubungan kemitraan dengan peternak sehingga
kebutuhan akan telur puyuh dapat terjamin. Dan tidak jarang pengepul
mengirimkan telur puyuh yang mereka beli dari peternak kepada Agen telur
yang lebih besar (bahkan kepada Agen luar Provinsi). Untuk agen telur puyuh
mengirim dan menjual telur mereka kepada pedagang ritel di pasar atau toko –
toko sembako atau wlijo.
c. Ritel
Pedagang ritel membeli telur puyuh kepada agen / pengepul
langsung. Biasanya pembelian telur pada agen tidak terlalu banyak dan
disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Hubungan antara ritel dengan agen
tidak terlalu terikat layak nya peternak dengan agen, ritel lebih bebas
menentukan pembelian kepada agen. Apabila permintaan dari pedagang
makanan olahan telur puyuh sedang tinggi maka ritel akan membeli telur
begitupun sebaliknya, apabila permintaan sedikit maka ritel akan membeli
dalam jumlah yang sedikit. Biasanya pembelian kepada agen atau ritel
minimal 10kg untuk dijual secara eceran kepada pengusaha makanan olahan
telur puyuh.
d. Industri
Industri disini adalah para pengusaha makanan yang berasal dari
bahan telur puyuh, seperti pedagang cilok, bakso, angkringan, rumah makan
dll. Para pengusaha makanan olahan ini membeli telur puyuh secara eceran,
karena menyesuaikan dari animo konsumen langsung. Makanan olahan
burung puyuh disajikan pada menu makanan mereka karena sebagai
pelengkap sajian menu pada rumah makan/angkringan.
e. Konsumen
Konsumen membeli dan menikmati makanan olahan dari industri /
pengusaha makanan olahan telur puyuh. Tidak jarang konsumen juga
membeli telur puyuh yang masih mentah kepada pedagang ritel. Konsumen
tidak membeli kepada agen karena agen hanya melayani penjualan secara
partai/dalam jumlah besar. Sehingga pedagan ritel dapat mengambil perannya
dalam menangkap peluang pasar dari masyarakat pada umumnya.
a. Distributor
Berikut adalah rincian Hari Orang Kerja pada distributor telur puyuh
Lama
Jumlah Perhitungan
Kegiatan Jenis TK Kerja
Orang HOK
(menit)
Sortasi laki - laki 3 180 1,13
Packing laki - laki 3 120 0,75
Penyimpanan laki - laki 2 60 0,25
Jumlah HOK 8 2,13
Variabel Nilai
I. Output, Input dan Harga
1 output (kg) 2997
2 input (kg) 3000
3 tenaga kerja (HOK) 2,13
4 faktor konversi 1
5 koefisien tenaga kerja (HOK) 0
6 harga output (Rp/kg) 21500
7 upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) 8000
II. Penerimaan dan keuntungan
8 harga bahan baku (Rp/kg) 21000
9 sumbangan input lain (rp/kg) 0
10 nilai output (Rp/kg) 21479
11 a. nilai tambah (Rp/kg) 479
b. rasio nilai tambah (%) 0,022
12 a. pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) 6
b. pangsa tenaga kerja (%) 0,012
13 a. keuntungan (Rp/kg) 473
b. tingkat keuntungan (%) 0,988
III. Balas Jasa Pemilik Faktor - Faktor Produksi
14 Marjin (Rp/kg) 479
a. pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) 0,012
b. sumbangan input lain (%) 0
c. keuntungan pemilik perusahaan (%) 0,988