Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HORMON TUMBUHAN (FITOHORMON)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Pohon

Dosen: Mamie E. Pellendo’u, S.Hut., M.si

OLEH:

ABELA PATRESIA TAMBILA


NIM: 1904070044

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Ilmu
Tanah Hutan & Kesuburan dengan baik. Makalah ini berjudul “Solusi Permasalahan
Dalam Kesuburan Tanah Hutan”. Penulis berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Penukis menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat,
terima kasih.

Kupang, Januari 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak alasan pentingnya membicarakan masyarakat pedesaan dan masyarakat


perkotaan.Selain belum ada kesempatan umum tentang keberadaan masyarakat desa sebagai
suatu pengertian yang baku,juga kalau dikaitkan dengan pembangunan yang orientasinya
banyak dicurahkan kepedesaan,maka pedesaan memiliki arti tersendiri dalam kajian
struktur,sosial atau kehidupanya.Dalam keadaan desa yang “sebenarnya”,desa masih dianggap
sebagai standar dan pemelihara system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti
tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong-royong, kesenian, kepribadian dalam
berpakaian, adat-istiadat, kehidupan moral-susila, dan lain-lain.

Orang kota membayangkan bahwa desa ini merupakan tempat orang bergaul dengan rukun,
tenang, selaras, dan akur. Akan tetapi justru dengan berdekatan,mudah terjadi konflik atau
persaingan yang bersumber dari peristiwa kehidupan sehari-hari,hal
tanah,gengsi,perkawinan,perbedaan antara kaum muda dan tua serta antara pria dan
wanita.Bayangan bahwa desa tempat ketentraman pada konstelasi tertentu ada benarnya,akan
tetapi yang nampak justru bekerja keraslah yang merupakan syarat pokok agar dapat hidup di
desa.

Demikian pula dalam konteks pembangunan desa (pertanian), semula orang beranggapan
bahwa masyarakat pertanian mangalami involusi (kemunduran) pertanian yang berjalan dalam
proses pemiskinan dan apapun teknologi dan kelembagaan modern yang masuk ke pedesaan
akan sia-sia.Pernyataan-pernyataan sumbang inilah yang ingin kami bahas dalam makalah
yang ringkas dan singkat ini,yang mana adanya kontroversi kesan atau pendapat ini mungkin
lebih tepat apabila dihubungkan dengan berbagai gejala sosial seperti konsep-konsep
perubahan sosial atau kebudayaan.

1.2 Tujuan

Makalah Hormon Tumbuhan bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan serta memahami
dan mengerti materi salah satu subbagian matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang dibahas agar
para pembaca dapat lebih memahami lebih luas lagi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penemuan Hormon

Terdapatnya atau peran zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali dikemukan oleh
Charles Darwin dalam bukunya “The Power of movement in plants.” Beliau melakukan
percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan memberinya sinar dari
samping dan ternyata terjadi pembengkokan ke arah datangnya sinar . Bagian yang tidak
mendapat sinar terjadi pertumbuhan yang lebih cepat daripada yang mendapat sinar sehingga
terjadi pembengkokkan. Tetapi jika ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak
terjadi pembengkokan. Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya dari
samping akan menyebabkan terjadi pemindahan “pengaruh atau sesuatu zat” dari atas ke
bawah yang menyebabkan terjadinya pembengkokkan.

Boysen-jemsen (1913) melakukan penelitian dengan koleoptil Avena (kecambah dari biji
rumput-rumputan) menyatakan “pemindahan pengaruh adalah pemindahan zat alami yang
dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919) menguatkan pendapat dengan menyatakan
bahwa “ujung batang adalah merupakan pusat pertumbuhan

2.2 Pengertian Hormon Tumbuhan (Fitohormon)

Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh satu
bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang dipengaruhinya. Hormon pada
tumbuhan (fitohormon) adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah
satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat,
atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Hormon
tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi prekursor
(“pemicu”) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri dirangsang pembentukannya
melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan
lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan
hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat
tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang
semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan
merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi
hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses
adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankankelangsungan hidup
jenisnya.Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil
pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang
sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern
mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan
meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk
penyeragamanpembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan
dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan, terutama titik tumbuh
di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di
sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di
sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun
ruang-ruang antarsel. Hormon dalam menjalankan perannya, dapat berperan secara tunggal
maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya.

Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan.
Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis. Terdapat 2 kelompok
hormon yaitu :

a. Hormon pemicu pertumbuhan (auksin, Giberelin dan sitokinin)


b. Hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen, hormon kalin dan asam
traumalin.

2.3 Mekanisme Kerja Hormon

Tanaman secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan seperti Auksin,
giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan hormon endogen. Kebanyakan
hormon endogen di tanaman berada pada jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh
seperti ujung-ujung tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena pola budidaya yang intensif yang
disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen tersebut
menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Akibatnya
sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah, ukuran umbi/buah
kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain kekurangan zat lainnya
seperti unsur hara). Oleh karena itu penambahan hormon dari luar (hormon eksogen) seperti
produk hormonik yang mengandung hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin organik (Non
sintetik/kimia) mutlak diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman yang optimal.

Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja hormonik (Auksin, giberelin dan Sitokinin)
pada tanaman, berikut diuraikan secara global dan sederhana. Pemberian Auksin eksogen
(hormonik) akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan
unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil yang sangat diperlukan
untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan
hasil fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan auxin akan bergerak ke akar untuk
memacu pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan
perkembangan akar . Penambahan kandungan Auksin eksogen di akar akan meningkatkan
tekanan turgor akar sehingga giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/
bagian tajuk tanaman.

Adanya penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi peningkatan kandungan
Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel (oleh hormon
Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang bersama-sama dengan hasil fotosintat
yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif
tanaman (termasuk pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan tanaman.

Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus dan
ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan perbandingan C/N
yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif dengan terbentuknya kuncup
bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau buah, jika kandungan auksin rendah
maka sel-sel antara tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan
mati yaitu jaringan gabus sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auxin
Eksogen akan menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga
kerontokkan dapat dicegah/dikurangi. Pada fase generatif ini penambahan hormon sitokinin
dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa
yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan
dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-
hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar
(semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik\pengikatan dari hormon ke
reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada reseptor sedemikian
rupa sehing menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari sel.

Reseptor initerletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan


hormonreseptor memberikan sinyal pembentukan dari "messenger kedua"Interaksi hormon-
reseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen(3,7) Distribusi dari reseptor hormon
memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk beberapa hormon, seperti
insulin dan glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuk sebagianbesar
hormonmempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adanya reseptor merupakandeterminan
(penentu) pertama apakah jaringan akan memberikan responterhadap hormon. Namun,
molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pasca-reseptor juga penting; hal ini tidak saja
menentukan apakah jaringan akanmemberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga
kekhasan dari responitu. Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki
responyang berbeda dalam jaringan yang berbeda.

2.4 Macam-macam Hormon pada Tumbuhan

Macam hormon yang terdapat pada tumbuhan, antara lain auksin, giberelin, sitokinin, etilen,
asam traumalin, asam absisat, kalin.

a) Auksin

Aukin merupakan senyawa asetat (gugus indol) yang terdapat pada indol, contohnya pada
tanaman bawang merah (Allium cepa).Konsentrasi auksin lebih banyak terdapat pada daerah
yang tidak terkena cahaya. Bagi tanaman (batang) yang tidak terkena cahaya akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat
adanya auksin ini. Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristem tunas
apical, dan daun-daun muda.

Selain berpengaruh menigkatkan laju pemanjangan sel pada pertumbuhan seperti di uraikan di
atas, auksin juga merupakan hormone pengatur fisiologi yang dapat digunakan untuk memacu
pembentukan buah tanpa penyerbukan (disebut partenokarpi).

b) Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang mirip dengan auksin. Hormone ini ditemukan Oleh P.
kurosawa (tahun 1926, di Jepang) pada jamur Giberella fujikuroi. Giberelin di produksi oleh
tumbuhan di meristem tunas apical, akar, daun muda, dan embrio.

Fungsi giberelin :

1) Memacu pertumbuhan buah tanpa biji (partenokarpi)

2) Menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa

3) Meyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak pada musimnya)

4) Memacu pembentukan cambium pada tanaman dikotil

5) Mematahkan dormansi buah dan biji

c) Sitokinin

Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan Miller.Struktur kimia sitokinin
mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat pada DNA dan ATP). Selain dapat
ditemukan di batang, sitokinin juga dapat di hasilkan di dalam akar dan akan diangkut ke
organ yang lain.

Fungsi Sitokinin, antara lain :

1) Memacau pembelahan sel

2) Mempercepat pelebaran daun

3) Mempercepat tumbuhnya akar

4) Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang

5) Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.

d) Etilen

Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk gas.Gas etilen


mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang, apel, dan jeruk.Buah-buah
tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan berwarna hijau.Selanjutnya, buah-buah
tersebut dikemas dalam bentuk kotak berventilasi dan diberi gas etilen untuk mempercepat
pemasakan buah sehingga buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan masak.Selain itu, gas
etilen juga menyebabkan penebalan batang dan memacu pembungaan.Oleh karena itu, etilen
dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan bunga yang
menua.

e) Asam Traumalin

Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik yaitu merupakan
gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam
absisat). Apabila tumbuhan mengalami luka atau perlukaan karena gangguan fisik maka akan
segera terbentuk cambium gabus. Pembentukan cambium gabus itu terjadi karena adanya
pengaruh hormone luka (asam traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil kerja
sama antar hormone pada tumbuhan yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya luka pada
tumbuhan akan memacu pengeluaran hormone luka yang kemudian merangsang
pembentukan cambium gabus. Pembentukan cambium gabus dilakukan oleh hormone
giberelin, selanjutnya, karena pengaruh hormone sitokinin, terbentuklah sel-sel baru yang akan
membentuk jaringan penutup luka yang disebut kalus. Asam traumalin ini dapat ditemukan
pada dinding sel tumbuhan.

f) Asam Absisat

Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhan tumbuhan. Pada musim
tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal itu merupakan adaptasi pertumbuhan terhadap
perubahan linkungan yang tidak memungkinkan bagi tumbuhan untuk tumbuh. Asam absisat
dapat ditemukan pada daun, batang, akar , dan buah biji.

Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan bertahan pada kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi). Dalam keadaan dorman, tumbuhan
terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi
dan mucul tunas-tunas baru. Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada musim
kemarau.

6. Asam jasmonat

7. Steroid (brasinosteroid)
8. Salisilat

9. Poliamina.

10. Asam traumalin

11. Kalin

2.5 Pengaruh Hormon pada Tumbuhan

Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang
sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau
menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat
mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.Dengan
menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke
aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada
tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan
memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang
disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain
dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada
tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping
mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur
tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal
jarak jauh.

a. Hormon Sitokinin

Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong


pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum, mendorong perkecambahan, dan menunda
penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan
dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bungan,
dan buah dgn cara mengontrol dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan kematian sel-sel
tanaman. Hormon Sitokinin diproduksi pada akar. Sitokinin sering juga dengan kinin,
merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang
pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991). Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis
dalam akar muda, biji dan buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan (misalnya
endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel, air kelapa muda dan santan kelapa yang belum tua
merupakan sumber kinin yang kaya.
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C – 5, ke suatu molekul adenin.
Rantai beratom C – 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin merupakan penyusun kimia
yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik (Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989).
Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid. Sebenarnya sudah sejak tahun 1892
ahli fisologi I. Wiesner, menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel membutuhkan zat yang
spesifik dan adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous. Secara pasti baru tahun
1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan F.M. Strong
dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut kinetin dari DNA yang diautoklap, sangat aktif
sebagai promotor mitosis dan pembelahan sel kalus (Moree, 1979).

Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian cytokinesis yang berarti
pembelahan sel. Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan C.O. Miller tahun 1963
diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang disebut zeatin. Sitokini alami
terjadi dari derivat isopentenyl adenine. Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di
bidang pertanian seperti BA, kinetin dan PBA. Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas,
tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.

Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas lateralnya
tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi
antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan
diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke
bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang
letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas
cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian
bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang
dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini
menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.

Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan
dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan
menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan
menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi
antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.

b. Hormon Auksin

Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang
berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah
belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis
tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon
auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar.

Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik
itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan,
membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah
biji dalam buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon
giberelin.tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya
akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak
disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak
dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti
arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.

Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit kita harus
mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk
mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap
diantaranya untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya
sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat
kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya
sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi
tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena
kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.

Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein
tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion
H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai
molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg
masuk secara osmosis.

Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi,
seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein. Auksin diproduksi
dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk.,
1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya
dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis
(floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).

Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada
tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah
substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari
IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid.
Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).

Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak
aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau
C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan
jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 -
Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau
Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5,
6 – trikloro – pikonat).

Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian, dimana
batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auksin, yaitu
peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan
pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Setelah
pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan
sitoplasma. Selain memacu peman-jangan sel, hormon Auksin yg di kombinasikan dengan
Giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel
pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.

c. Asam absisat (ABA)

Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi menjadi
dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup
menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium pembuluh
sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada
kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini
menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama tersebut telah
popular walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam
gugurnya daun.

Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk


menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi
tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan
dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan
diketahui mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya
bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman
di dalam tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune
primroses (bunga putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza – Borrego
(California), biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .

Sebagamana telah dibahas di atas bahwa giberelin juga berperan dalam perkecambahan biji.
Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin menentukan apakah biji akan tetap
dorman atau berkecambah. Hal yang sama juga terdapat pada kasus dormansi kuncup yang
pertumbuhannya dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai contoh pada
pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA pada kenyataannya
lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada kuncup yang sedang
tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada penghambatan pertumbuhan tunas
dorman.

Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress plant growth hormon”
yang membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan, misalnya
pada saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA diakumulasikan di daun dan menyebabkan
stomata menutup. Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan
terselamatkan dari kehilangan air lebih banyak melalui proses transpirasi.

d. Giberelin

Gambar 5 menunjukkan 2 kelompok tanaman padi yang sedang tumbuh. Kelompok di sebelah
kiri adalah tanaman padi dengan pertumbuhan normal; sedangkan tanaman di sebelah kiri
adalah tanaman padi dengan tinggi tanaman yang lebih besar tetapi memiliki daun yang
berwarna kuning. Tanaman padi ini telah terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi. Bibit
padi yang telah terinfeksi akan rebah dan mati sebelum sempat menjadi dewasa dan berbunga.
Selama berabad-abad petani padi di Asia mengalami kerugian akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh cendawan ini. Di Jepang, pola pertumbuhan yang menyimpang ini disebut
juga dengan “bakanae” atau “foolish seedling disease” atau “penyakit rebah
anakan/kecambah“ .

Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan Gibberella
fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa
kimia tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin
dihasilkan secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit rebah
kecambah ini akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella
fujikuroi yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.

Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang biasanya
disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya
GA6 . Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan
dikotil), ujung akar dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi
oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi
bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat
pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah dijumpai pada
bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti auksin pergerakannya
bersifat tidak polar.

Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor pada
sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat
dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara
tunggal. Namun demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA
dapat memberikan efek yang maksimal. Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil
tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada
tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya
bisa mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah
diberi GA.

Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam proses
regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin (Gambar 4). Pada beberapa tanaman
pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas.
Salah satu efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA
umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut
belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin, giberelin akan
mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman apel, anggur, dan terong
menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi. Diketahui giberelin digunakan secara luas
untuk menghasilkan buah anggur tanpa biji pada varietas Thompson. Giberelin juga
menyebabkan ukuran buah anggur lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di
dalam satu gerombol

Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang
membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu rendah akan
segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di
dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang
menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup
akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam
biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya
misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.
2.6 Faktor - Faktor Hormon pada Tumbuhan

a. Faktor Regulasi

Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah hormon yang
memiliki fungsi penting bagi tubuh.Senyawa tersebut dikirim ke lobus anterior kelenjar
pituitari oleh hipotalamus.Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu faktor pelepas (releasing factor)
yang menyebabkan kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan faktor penghambat
(inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon tersebut. Sebagai contoh adalah
FSHRF (faktor pelepas FSH) dan LHRF (faktor pelepas LH) yang menyebabkan dilepaskannya
hormon FSH dan LH.

b. Hormon Antagonistik

Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,


contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan
memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan
pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa tersebut.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah yang telah dibuat, hormone pada tumbuhan terdiri dari beberapa
hormon dan fungsi yang berbeda-beda. Hormon dapatmempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman.

4.2. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan, antara lain agar makalah ini dapat menjadi sumber
referensi dan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Jika terdapat kesalahan dalam
penulisannya diharapkan dapat memperbaikinya untuk lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Grapindo Persada. Jakarta.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk
Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura. Ambon.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai