OLEH:
KELOMPOK 8
1. Firdaustian Aka Heku 7. Salehudin Fitra
(NIM: 1904070022) (NIM: 1904070027)
2. Arif firmansyah 8. Putri Y. A. Toy
(NIM: 1904070002) (NIM: 1904070008)
3. Rischaardts C. Manafe 9. Wikhaldi Nenobesi
(NIM: 1904070004) (NIM: 1904070074)
4. Asri M. R. Banoet 10.Yizreel M. Eky
(NIM: 1904070040) (NIM:)
5. Erivaldi D. Uba 11.Faldy Sakan
(NIM: 1904070052) (NIM: )
6. Angriani N. Tefa
(NIM: 1904070043)
Puji dan syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis
yang adalah semua angota kelompok 5 dapat menyele saikan pembuatan makalah yang
berjudul “SIKLUS HIDROLOGI DAN NERACA AIR”.
Makalah ini dibuat tidak hanya bertujuan untuk memenuhi tugas dan mendapatkan nilai,
tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan kami anggota
kelompok serta teman-teman pembaca. Dalam makalah ini kami anggota kelompok 8 akan
mengajak semua pembaca untuk mengetahui apa itu siklus hidrologi dan neraca air serta apa saja
yang terkait dengan keduanya.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna namun harapan kami adalah
pembaca dapat mengerti apa itu siklus hidrologi dan neraca air melalui makalah ini. Oleh
karena itu kami mohon kritik dan saran dari semua pihak yang membaca makalah ini.
Kupang,September 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.4 Manfaat.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
3.1 Simpulan...................................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Prumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Bagaimana mendefinisikan siklus hidrologi?
2. Bagaimana mendefinisi neraca air?
1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan siklus hidrologi
2. Untuk mendeskripsikan neraca air
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan pembaca dan membuka
cakrawala ilmu tentang siklus hidrologi dan neraca air.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah salah satu dari enam siklus biogeokimia yang berlangsung dan
berada di bumi. Kata hidrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Hydrologia” yang berarti
ilmu air. Hidrologi ialah cabang ilmu geografi yang membahas tentang distribusi, kualitas
dan pergerakan air di bumi.
Siklus hidrologi memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme yang ada
di bumi. Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui tahap kondensasi, presipitasi, evaporasi
dan transpirasi.
Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari Bumi kemudian
menuju ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus.
Karena bentuknya memutar dan berlangsung secara berkelanjutan inilah yang menyebabkan
air seperti tidak pernah habis. Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap
2
terjaga, proses siklus hidrologi juga berdampak pada teraturnya suhu lingkungan, cuaca,
hujan dan keseimbangan ekosistem bumi.
Pemanasan air laut oleh paparan sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Selanjutnya, air hujan ini akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi) atau
mengalir menjadi air permukaan (run off). Air yang ada di permukaan serta sebagian air
yang ada di bawah permukaan, baik itu yang mengalir atau yang tergenang seperti air pada
waduk, danau, rawa, sungai. Air tersebut terkumpul dan mengalir yang akhirnya membentuk
sungai yang mengalir menuju laut.Baik aliran air yang berada di bawah tanah maupun air
permukaan keduanya menuju ke tubuh air di permukaan Bumi (laut, danau dan waduk).
Panasnya air laut didukung oleh sinar matahari karena matahari merupakan kunci sukses
dari siklus hidrologi sehingga mampu berjalan secara terus menerus kemudian air
berevoporasi, kemudian jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju, gerimis atau
atau kabut, hujan, hujan es dan salju dan hujan batu.
Dengan kata lain hidrosfer merupakan semua air yang berada di Bumi, baik dalam
bentuk cair yakni air, padat berupa es dan salju, maupun dalam bentuk gas yakni berupa uap
air.
3
1. Evaporasi
Siklus hidrologi berawal dengan terjadinya penguapan air yang ada di
permukaan bumi. Air-air yang tertampung di danau, sungai, laut, bendungan atau
waduk berubah menjadi uap air dengan bantuan panas matahari. Penguapan serupa
juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini
disebut dengan istilah evaporasi. Evaporasi adalah Suatu proses yang mengubah air
yang berwujud cair menjadi air dalam wujud gas atau biasa disebut dengan
penguapan. sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin
tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau), maka jumlah air yang
menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi.
2. Transpirasi
Penguapan air ini bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air
juga dapat berlangsung di jaringan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan.
Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi. selain itu, transpirasi
juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan makhluk hidup menjadi uap
air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang
menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dan lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
3. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel es.
Ketika uap air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan sublimasi
sudah mencapai ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-
partikel es yang berukuran sangat kecil melalui proses konsendasi. Perubahan
wujud ini terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah saat berada di
ketinggian tersebut. Partikel- partikel es yang terbentuk tersebut akan saling
mendekati satu sama lain dan bersatu hingga membentuk sebuah awan. Semakin
banyak partikel es yang bersatu, maka akan semakin tebal dan juga hitam awan
yang terbentuk. Inilah hasil dari proses kondensasi.
4. Sublimasi
Tahapan yang lainnya adalah sublimasi yaitu proses naiknya uap air ke atas
atmosfer bumi. Sumblimasi merupakan proses perubahan es di kutub atau di
puncak gunung menjadi uap air, tanpa harus melalui proses pencairan. Sublimasi
ini juga tidak sebanyak penguapan (evaporasi maupun transpirasi), namun meski
4
sedikit tetap saja sublimasi ini tetap berkontribusi erat terhadap jumlah uap air yang
naik ke atmosfer, namun jumlah air yang di hasilkan menjadi lebih sedikit.
Dibandingkan dengan evaporasi maupun transpirasi, proses sublimasi ini berjalan
lebih lambat dari pada keduanya. Sublimasi ini terjadi pada tahap siklus hidrologi
panjang.
5. Adveksi
Adveksi merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun masih
dalam satu horizontal. Jadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan
yang hitam dan gelap, awan tersebut dapat berpindah dari satu titik ke titik yang
lain dalam satu horizontal. Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun
perbedaan tekanan udara sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah.
Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu
horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Proses adveksi ini
memungkinkan awan yang terbentuk dari proses kondensasi akan menyebar dan
berpindah dari atmosfer yang berada di lautan menuju atmosfer yang ada di
daratan. Namun perlu diketahui bahwa tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi
dalam proses hidrologi, tahapan ini tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek.
6. Run off
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap run off. Tahapan run
off ini terjadi ketika sudah di permukaan Bumi. Run off (limpasan) ialah suatu
proses pergerakan air dari tempat yang tinggi menuju tempat rendah di permukaan
bumi. Proses pergerakan air ini berlangsung melalui saluran-saluran air contohnya
danau, got, muara, sungai, laut hingga samudra. Dalam proses inilah air yang
mengalami siklus hidrologi akan kembali ke lapisan hidrosfer.
7. Infiltrasi
Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di bumi akibat
proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan bumi dan mengalami run
off. Sebagian kecil dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori tanah,
merembes, dan menumpuk menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori-
pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat
membawa air tanah untuk menuju kembali ke laut. Setelah melalui proses run off
dan infiltrasi, kemudian air yang telah mengalami siklus hidrologi akan kembali
5
berkumpul ke lautan. Dalam waktu yang berangsur- angsur, air tersebut akan
kembali mengalami siklus hidrologi yang baru, dimana diawali dengan evaporasi.
Dan itulah beberapa dari tahapan siklus hidrologi.
6
bergerak ke tempat lain karena terdorong oleh angin atau karena perbedaan
tekanan dan menurunkan hujan di permukaan tanah.
Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi
membawa awan yang terbentuk ke atas daratan Siklus ini terjadi di wilayah
daratan yang di dekatnya terdapat laut atau di wilayah tropis.
Berikut penjelasan singkat mengenai siklus hidrologi sedang ini:
Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan
kembali ke laut.
3. Siklus hidrologi panjang (long cycle)
Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah
beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Siklus hidrologi panjang sebenarnya
sama peristiwanya dengan siklus hidrologi sedang. Yang membedakannya adalah
siklus ini memiliki daerah yang sangat luas sehingga perubahannya terjadi
menjadi hujan salju dan mengalir melalui sungai dan akan kembali menuju laut.
Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak langsung diubah wujud menjadi air,
melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser.
Berikut penjelasan singkat tentang siklus hidrologi panjang ini:
Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan
dan menjadi uap air
Uap air yang telah terbentuk akan mengalami proses sublimasi
Kemudian awan terbentuk dengan mengandung kristal-kristal es
Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke daratan
Awan akan mengalami presipitasi dan kemudian akan turun sebagai salju
Salju akan terakumulasi menjadi gletser
Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara dan
membentuk aliran sungai
Air yang berasal dari gletser akan mengalir di sungai tersebut kemudian akan
kembali ke laut.
7
Neraca air adalah gambaran evaluasi air yang masuk dan yang keluar dari sebuah sistem
hidologi (DAS, waduk, danau, aliran permukaan) dalam suatu periode tertentu (Triadmodjo,
2008). Berdasarkan perhitungan neraca air maka akan diketahui apakah terjadi kelebihan
atau kekurangan jumlah air pada sebuah lokasi perhitungan. Hasil perhitungan neraca air
kemudian dapat juga digunakan untuk mengantisipasi terjadinya bencan akibat besarnya
jumlah surplus air dan juga dapat digunakan sebagai acuan pola pemanfaatan sumber daya
air secara optimum dalam upaya konservasi air.
Neraca air dapat dinyatakan dalam interval waktu singkat atau untuk durasi panjang,
untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau. Secara umum persamaan dari
neraca air adalah :
P + Qi + Gi - E - T - Q0 - G0 - ΔS Δt =0 (3-1)
dengan :
P : presipitasi
Qi,Qo : debit aliran masuk dan keluar
Gi, G0 : aliran air tanah masuk dan keluar
E : evaporasi
T : evapotranspirasi
ΔS : perubahan volume tampungan untuk selang waktu Δ𝑡
8
Untuk kondisi tertentu, beberapa suku pada persamaan (3-1) dapat diabaikan
tergantung pada sifat daerah yang ditinjau dan periode hitungan neraca air. Apabila
evaluasi dilakukan dalam suatu periode panjang, variasi tampungan air relatif seimbang
sehingga perubahan tampungan Δ𝑆 dapat diabaikan. Pada suatu DAS, dimana tidak ada
aliran yang masuk melalui batas DAS, maka 𝑄𝑖 = 0 dan jika dalam suatu DAS dianggap
tidak ada transfer air tanah dari satu DAS ke DAS di dekatnya, maka 𝐺𝑖 = 𝐺0 = 0.
Persamaan (3-1) menjadi :
P - E - T - Q = 0 (3-2)
dengan :
P : presipitasi
E : evaporasi
T : evapotranspirasi
Q : debit sungai, yang merupakan aliran dari DAS ke dalam sungai
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui ini mengalami suatu siklus.
Karena adanya siklus inilah ketersediaan air di bumi bisa selalu terjaga.
3.2 Saran
Sebagai masyarakat akademisi kita harus memahami materi ini baik-bai agar ketika
dilapangan bisa berguna untuk kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://erlangga.co.id/materi-belajar/sma/10248-siklus-hidrologi.html
Diunduh pada 27 Februari 2020
http://berbagiilmu.com/1/neraca air.html
Diunduh pada 27 Februari 2020
http://www.scribd.com/doc/311170851/siklus-hidrologi-ppt
Diunduh pada 27 Februari 2020
11