Anda di halaman 1dari 39

SEJARAH SAMAWA

ZAMAN
PRASEJARAH
IKA RAFIQAH, S.Pd
Proses Munculnya dan Berkembangnya Kehidupan
Awal Manusia dan Masyarakat di kepulauan
Sumbawa Berdasarkan Sejarah Perkembangan Bumi
Proses Pembentukan Bumi
Pembentukan Bumi
Manusia baru muncul di bumi pada zaman kuarter.
Perkembangan bumi dapat diketahui melalui penelitian geologi atau
penelitian kulit bumi sehingga dapat kita ketahui bagaimana proses
terbentuknya bumi kita. Pada awal terciptanya, bumi kita masih
berupa bola gas panas yang berputar pada porosnya. Bola gas tadi
berangsur-angsur menjadi semakin dingin dan berbentuk padat
karena suhu bumi kita mulai turun. Kulit bumi mulai terbentuk dan
menebal, seiring dengan semakin berkurangnya suhu.
Proses Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal Manusia

Zaman
Zaman
Azoikum
Paleozoikum

Zaman
Zaman
Mesozoikum
Neozoikum
1. Zaman Arkhaikum (Azoikum)

Zaman Arkhaikum adalah zaman ketika belum ada kehidupan


di bumi berlangsung sekitar 2.500 juta hingga 1.200 tahun yang lalu.
Hal ini disebabkan bumi masih panas dan merupakan bola gas panas
yang berputar pada porosnya.
2. Zaman Paleozoikum
Zaman Paleozoikum adalah zaman ketika terdapat kehidupan makhluk
pertama di bumi. Zaman ini disebut zaman primer (karena untuk pertama
kalinya ada kehidupan). Zaman hidup pertama di bumi terbagi menjadi beberapa
tahap kehidupan, antara lain, sebagai berikut.
– Cambrium, ada kehidupan amat primitif seperti kerang dan ubur-ubur.
– Silur, mulai ada kehidupan hewan bertulang belakang, misalnya, ikan.
– Devon, mulai ada kehidupan binatang jenis amfibi tertua.
– Carbon, mulai ada binatang merayap jenis reptil.
– Perm, mulai ada hewan darat, ikan air tawar, dan amfibi.
3. Zaman Mesozoikum
Zaman Mesozoikum disebut zaman sekunder (zaman hidup
kedua) dan disebut juga zaman reptil sebab muncul reptil yang besar
seperti Dinosaurus dan Atlantosaurus. Zaman ini terbagi menjadi
tiga.
– Trias, terdapat kehidupan ikan, amfibi, dan reptil.
– Jura, terdapat reptil dan sebangsa katak.
– Calcium, terdapat burung pertama dan tumbuhan berbunga
4. Zaman Neozoikum
Zaman Neozoikum adalah zaman bumi baru (bumi sudah terbentuk
seluruhnya). Zaman ini terbagi menjadi zaman tersier dan zaman kuarter
a. Zaman tertier, yaitu zaman hidup ketiga, makhluk hidupnya berupa
binatang menyusui sejenis monyet dan kera, reptil raksasa mulai lenyap,
dan pada akhir zaman ini sudah ada jenis kera-manusia.
b. Zaman kuarter, yaitu zaman hidup keempat. Pada zaman ini, mulai
muncul kehidupan manusia. Pada zaman Glasial, permukaan laut menurun
sehingga perairan dangkal berubah menjadi daratan. Pulau Bali, Jawa,
Kalimantan, dan Sumatra menyatu dengan daratan Asia. Ketika es Kutub
Utara mencair (interglasial), permukaan air laut naik dan
menenggelamkan sebagian Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara.
Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatra terpisah dari daratan Asia,
membentuk laut dangkal yang disebut Paparan Sunda. Zaman Holosen
atau zaman Aluvium adalah zaman lahirnya jenis Homo sapiens, yaitu jenis
manusia seperti manusia sekarang.
Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal
Manusia dan Masyarakat di Kepulauan Sumbawa
Berdasarkan Proses Perkembangan Masyarakat

Gezaghebber van der Wolk dalam bukunya “Memorie van


Overgave” menjelaskan bahwa penduduk asli Sumbawa atau disebut
tau samawa mula-mula adalah penduduk yang berasal dan
bermukim di Semenanjung Sanggar, lereng Gunung Tambora , pada
ketinggian kurang lebih 2.850 mdpl. Mereka berpindah ketempat
pemukiman baru di Sumbawa dengan menyusuri dataran rendah
yang saat itu belum digenangi air lautan akibat mencairnya es Kutub
Utara dan Kutub Selatan.
Proses Perkembangan Masyarakat

Gunung Tambora dulunya menurut geolog telah mencapai tinggi


4.000 meter, sedangkan secara geologis diketahui pula bahwa pulau
ini pada masa dahulu telah tenggelam 1.000 meter. Dengan demikian
menandakan bahwa antara Sumbawa dengan Sanggar merupakan
dataran yang luas. Hal ini adalah sebelum akhir zaman es, ketika
banyak es di Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Proses Perkembangan Masyarakat
Penduduk asli Sumbawa melalui dataran rendah yang belum tergenang air laut itu
berpindah dari Semenanjung Sanggar ketempat pemukimannya yang baru yaitu Sumbawa.
Penduduk Sumbawa yang bermukim lebih awal dan selanjutnya menjadi penduduk asli
kemudian berpindah ke wilayah pedalaman dataran tinggi pegunungan Ropang, Lunyuk dan
bagian selatan Batu Lanteh untuk mencari hunian baru. Dalam buku Memorie van Overgave
tercatat bahwa saat itu Tau Samawa masih menganut aliran animisme yang cenderung
beranggapan bahwa wilayah pegunungan memiliki kekuatan yang dapat melindungi mereka.
Kemudian, kelompok penduduk yang merupakan kategori pendatang baru, adalah berasal dari
Bugis- Makasar, Banjarmasin dan Jawa masuk setelahnya ke Sumbawa dan mendiami wilayah
pesisir. Kelompok- kelompok penduduk ini selanjutnya menetap untuk seterusnya dan
memiliki hak atas tanah yang telah ditempati sejak lama untuk dimanfaatkan. Bagian tanah ini
dalam istilah adat Sumbawa dikenal dengan sebutan “Lar Lamat”.
Proses Perkembangan Masyarakat

Menurut laporan singkat penelitian arkeologi di Batu Tering oleh tim


peneliti arkeologi pusat dan melakukan survei dalam bulan Mei 1980 menyatakan,
bahwa sekitar 30.000-50.000 tahun di kala akhir Plestosen telah ada manusia
purba di Sumbawa. Pada akhir kala plestosen daerah Sumbawa Barat mengalami
pengangkatan yang menyebabkan endapan sungai. Pada zaman Glasial, Sumbawa
bersambungan langsung melalui Lombok dan Bali dengan daratan Sunda (Jawa,
Kalimantan, Sumatra) serta daratan Asia. Melalui “Jembatan Daratan” itulah
manusia purba dapat bermigrasi dari daratan Sunda ke Sumbawa dan terus ke
Flores dan Timor serta Sulawesi.
SARKOPAGUS DI BATU TERING
SARKOPAGUS DI LOPOK
LUTUK BATU PETI DI SEMPE MOYO HULU
NEKARA DI DESA SATELUK
DESA PUNIK
ISTANA DALAM LOKA
ISTANA DALAM LOKA

Sebelum Dalam Loka dibangun di atas lokasi yang sama


pernah dibangun pula beberapa istana kerajaan pendahulu.
Diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana
Gunung Setia.
Istana-istana ini telah lapuk dimakan usia bahkan
diantaranya ada yang terbakar habis di makan api. Sebagai
gantinya, dibangunlahsebuah istana kerajaan yang cukup
besar ukurannya beratap kembar serta dilengkapi dengan
berbagai atribut. Istana yang dibangun terakhir ini bernama
Dalam Loka.
ISTANA DALAM LOKA
• Rumah dalam Loka atau istana Sumbawa merupakan
peninggalan sejarah dari kerajaan Sumbawa. Istana
Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh Sultan
Muhammad Jalalludin III (1983-1931).
• Rumah Adat Dalam Loka berbentuk rumah panggung
dengan luas bangunan 904 M2. Istana Dalam Loka
terlihat sangat megah. Istana yang dibangun dengan
bahan kayu ini memiliki filosofi “adat berenti ko syara,
syara barenti ko kitabullah”, yang berarti semua aturan
adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan
tau Samawa (masyarakat Sumbawa) harus
bersemangatkan pada syariat Islam.
ISTANA DALAM LOKA
Umumnya bahan utama Dalam Loka semua kayu Jati. Tiang-tiang
penyangga mampu menopang tegaknya rumah yang terbagi menjadi 2
ukuran sama besar (kembar) yang bernama Bala Rea atau Graha Besar.
Dalam Graha Besar ini ada beberapa ruangan yang dipisahkan dinding
penyekat sesuai dengan fungsi dan namanya masing-masing, yaitu:
• Lunyuk Agung terletak di bagian depan bangunan berfungsi sebagai
tempat musyawarah, resepsi, atau acara pertemuan adat dan keagamaan.
• Lunyuk Mas terletak di sebelah Lunyuk Agung berfungsi sebagai ruangan
khusus permaisuri, istri-istri menteri, dan staf penting kerajaan saat
dilangsungkan upacara adat.
• Ruang Dalam yang terletak di sebelah barat. Ada yang hanya disekat oleh
kelambu dan berfungsi sebagai tempat shalat, dan di sebelah utaranya
merupakan kamar tidur dayang-dayang dan permaisuri.
ISTANA DALAM LOKA
• Ruang Dalam yang terletak di sebelah timur terdiri dari empat
kamar. Kamar-kamar ini diperuntukan bagi putra/putri raja yang
sudah menikah.
• Ruang sidang terletak di bagian belakang Bala Rea. Selain
digunakan untuk bersidang, pada malam hari ruangan ini juga
dijadikan tempat tidur para dayang.
• Kamar mandi terletak di luar ruangan induk yang memanjang dari
kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.
• Bala Bulo terletak di samping Lunyuk Mas dan terdiri dari dua
lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain anak-
anak raja yang masih kecil, dan lantai kedua berfungsi sebagai
tempat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana bagi
permaisuri dan istri para bangsawan.
MASJID AGUNG NURUL HUDA
Masjid ini berdiri sejak tahun 1648 silam seiring dengan
berdirinya Kesultanan Sumbawa, merupakan warisan dari masa
kejayaan kesultanan Sumbawa. Pada masa-nya, selain sebagai
masjid resmi kesultanan, Masjid Agung Nurul huda ini juga
menjadi tempat penobatan para sultan yang berkuasa di
kesultanan Sumbawa.
MASJID AGUNG NURUL HUDA
Mesjid Agung Nurul Huda yang berlokasi di pusat Kota Sumbawa
Besar, bersebelahan dengan Istana Kesultanan Sumbawa, Istana Tua
“Dalam Loka”, dulu merupakan Mesjid Kesultanan Sumbawa.
Mesjid yang saat ini berdiri di lingkungan istana tua tersebut
merupakan hasil pemugaran, sebab sebelumnya telah ada mesjid
tua yang bernama Mesjid jami atau Mesjid Makam.Hal ini
dibuktikan dengan adanya dua sultan sumbawa yang dimakamkan
di lokasi mesjid Jami tersebut, yakni makan Sultan Muhammad
Jalaluddin Syah III (1883 – 1931) bersama permaisurinya, dan
Makam Sultan Muhammad Kaharuddin III (1931 – 1958) bersama
permaisurinya. “lokasi Kesultanan Sumbawa tersebut ada Makam,
Mesjid, dan Istana Dalam Loka yang berada dalam satu lingkungan
WISMA PRAJA
WISMA PRAJA
Berbatasan dengan lapangan pahlawan ada sebuah parit yang sangat
terkenal. Parit ini bernama " Kokar Dano ". Kokar berarti parit yang hanya
pada musim penghujan mengalirkan air. Dano adalah nama seseorang yang
menjadi penunggu atau pengawas dari parit tersebut.
Parit atau kokar dano ini dibuat sebagai pembatas wilayah istana kerajaan
yang tidak boleh ditembus oleh sembarang orang, Bahkan orang Belanda
pun tidak boleh sembarang masuk areal ini.
Lewat jembatan kecil ini lah setiap tamu kerajaan dipersilah memasuki
areal istana kerajaan.Tamu-tamu yang dimaksud adalah tamu yang akan
menghadap Raja. Mereka biasa datang dari jauh, dari seberang lautan.
Setiap tamu yang datang menghadap raja, harus menambatkan kudanya di
seberang kokar dano. Tempat tambatan kuda, tamu raja sumbawa itu,
kemudian menjadi bioskop seorang tokoh tionghoa dan sekarang bediri
sebuah pusat perbelanjaan.
WISMA PRAJA
Tidak jauh dari Istana Tua, Lenang Lunyuk maupun Masjid Makam,
sekitar 500 meter kearah utara pada tahun 1934 dibangun sebuah
istana modern oleh Belanda.Hingga kini istana yang lebih populer
disebut Wisma Praja atau Pendopo Kabupaten itu masih berdiri
kokoh. Wisma Praja ini sempat menjadi kantor terakhir Sultan
Sumbawa Kaharuddin III sebelum pindah ke Bala Kuning yang
khusus dibangun oleh keluarga Sultan. Bagian depan Wisma ada
sebuah bangunan bertingkat tiga yang juga sangat unik. Bangunan
ini dikenal dengan " Bale Jam " atau rumah lonceng, karena
dilantai 3 bagunan ini tergantung lonceng berukuran besar yang
khusus didatangkan dari Belanda. Genta ini setiap waktu
dibunyikan oleh seorang petugas, sehingga semua warga
mengetahui waktu saat itu.
WISMA PRAJA
Di Komplek Wisma Praja sendiri,sekarang sudah berdiri bangunan
rumah dinas Bupati ( dibag.Barat ) kemudian bagian Timur
dibangun lapangan tenis untuk para pejabat. Di Bagian timur ini
dahulunya ada sebuah sumur keramat yang bisa saja dilestarikan
sebagai peninggalan sejarah. Namun sumur yang dikenal dengan
nama Sumir Batir dengan kedalaman 19 meter itu sudah ditutup.
Sebelumnya bagian selatan komplek wisma praja ini juga sudah
dipangkas. Dahulu tempat ini berdiri rumah-rumah dinas kediaman
para pegawai kerajaan.
BALA KUNING
BALA KUNING
Bala Kuning adalah sebuah rumah besar bercat kuning yang merupakan
kediaman Sultan Muhammad Kaharuddin III setelah turun tahta, hingga
beliau wafat. Di Bala Kuning masih tersimpan berbagai benda
peninggalan seperti keris, mahkota, tombak, pakaian raja, perhiasan
dan beda bersejarah lainnya warisan kekayaan Kesulatanan Sumbawa.
Sebagaian beda peninggalan yang terbuat dari emas pun pernah
dipamerkan ke berbagai negara. Sejarah Kediaman Sultan:
1931 – 1934 : Setelah menikah, Sultan Kaharuddin III meninggalkan
Istana Tua.
1934 – 1959 : Sultan dan keluarga pindah ke istana Wisma Praja.
1959 : Sultan pindah ke Bala Kuning, hingga wafatnya di tahun 1975.
BALA KUNING
Bala Kuning dibangun tahun 1940 oleh Belanda, diselesaikan
oleh pemerintah Jepang tahun 1942. Pertama kali rumah ini
ditinggali komandan AL Jepang, lalu silih berganti ditempati
pejabat pemerintah daerah Sumbawa maupun pemerintah
Pusat.
BALA KUNING
Bala Kuning dibangun tahun 1940 oleh Belanda, diselesaikan
oleh pemerintah Jepang tahun 1942. Pertama kali rumah ini
ditinggali komandan AL Jepang, lalu silih berganti ditempati
pejabat pemerintah daerah Sumbawa maupun pemerintah
Pusat.
Kini Bala Kuning didiami oleh Putri Sultan Sumbawa,
Hj.Daengnindo Siti Rahayu Suko Irawan (74 th) beserta keluarga.
BALA KUNING
Beberapa Koleksi Barang Pusaka Di Bala Kuning:
Benda-benda magis kerajaan seperti bodong, sarpedang, payung kamutar,
tear (tombak/lembing), keris, Al-Quran tulis tangan Muhammad Ibnu
Abdullah Al-Jawi abad ke 17 yang terpelihara dengan baik.
Kelapa kembar yang ditemukan seorang penduduk saat Gunung Tambora
meletus tahun 1815, yang diserahkan kepada Sultan, dan dijadikan tempat
koin/uang.
Topi Sultan berbentuk bulat lebar dan kuncup ke atas, sebagai simbol bahwa
Sultan selalu mengayomi rakyat, tanpa panda bulu dan aksta.
Tempat tidur dan singgasana, namun tidak dirakit, menginggat ukurang
yang besar dan membutuhkan ruangan luas.
Barang pusaka khusus seperti mahkota Sulta disimpan, dan hanya
dikeluarkan saat upacara.
EVALUASI
1. Sebutkan dan jelaskan jenis kepercayaan yang pernah
ada di zaman pra sejarah di Sumbawa ?
2. Jelaskan sistem sosial kemasyarakatan di zaman pra
sejarah di Sumbawa ?
3. Jelaskan sistem mata pencarian di zaman pra sejarah ?
4. Sebutkan peninggalan-peninggalan pra sejarah dan
sejarah di Sumbawa beserta fungsinya ?
5. Utarakan pendapat kalian, apakah nenek moyang
masyarakat Sumbawa berasal dari penduduk asli
Sumbawa ataukah berasal dari luar Sumbawa ?

Anda mungkin juga menyukai