Anda di halaman 1dari 18

KONSERVASI TAMAN WISATA ALAM

GUNUNG BAUNG 1980-2019

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

LA ABDUL HALIM

NIM. 200110301020

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JEMBER
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i


BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Manfaat................................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup .................................................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
BAB 3 PENDEKATAN DAN KERANGKA TEORITIS, METODE PENELITIAN
DAN SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................... 9
3.1 Pendekatan dan Kerangka Teoritis ................................................................. 9
3.2 Metode Penelitian .............................................................................................. 9
3.3 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 10
DAFTAR SUMBER ........................................................................................................ 11
OUTLINE ........................................................................................................................ 13
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 15

i
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu komponen penting yang menjadi sebuah integritas
bagi kehidupan manusia yakni suatu ekosistem yang mempunyai nilai untuk
dijaga, dihargai serta dihormati.1 Lingkungan menyediakan lahan yang
dibutuhkan untuk menampung tumbuh dan berkembang. Selain itu, lingkungan
menyediakan berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia.2 Indonesia
adalah negara yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna sehingga disebut
sebagai negara megabiodiversty. Akan tetapi, Indonesia memiliki tingkat ancaman
pada lingkungan yang tinggi dengan kerusakan habitat. Berdasarkan kondisi
tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara prioritas konservasi lingkungan
dunia.3 Konservasi (Conservasion) secara Etimologis berarti memelihara apa yang
dimiliki secara bijaksana. Pengertian secara umum konservasi yaitu tindakan
untuk melesatrikan, melindungi serta memelihara lingkungan.4
Pentingnya konservasi sumber daya hayati bagi manusia mengantarkan
negara-negara di dunia untuk membuat kesepakatan bersama melalui perjanjian
internasional Convention on Biological Diversity.5 Dunia menyadari tentang
pentingnya lingkungan sebagai pondasi ketahanan pangan dan kesehatan. Di mana
manusia hidup akan selalu membutuhkan air bersih, pangan, dan manusia dapat
mengatur iklim, dan mengendalikan penyakit lewat konservasi lingkungan.

1
Indarjani, Handayani, dkk, “Pengantar Ilmu Lingkungan” (Bandung: Widina Bhakti
Persada, 2020), hlm. 37.
2
James K.Lein, “Integrated Enviromental Planning” (Garsington Road: Blackwell
Science, 2003), hlm. 23.
3
Indriani, op.cit., hlm.17-18
4
Wiryono, “Pengantar Ilmu Lingkungan” (Bengkulu: Pertelon Media, 2013), hlm. 11-12
5
Samedi, Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Rekomendasi Perbaikan
Undang-Undang Konservasi”, JURNAL HUKUM LINGKUNGAN, Vol.2 issue 2, 2015, hlm.4.

1
2

Dalam konservasi lingkungan sendiri perlu penetapan habitat hidup tumbuhan dan
satwa liar menjadi kawasan konservasi.

Kawasan konservasi atau kawasan dilindungi merupakan wilayah darat


dan laut yang ditujukan untuk melindungi kekayaan habitat didalamnya dengan
melakukan pengelolaan secara legal dan efektif.6 Menurut IUCN (International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources, Serikat Pelestarian
Alam dan Sumberdaya Alam Internasional) menyatakan Kawasan Konservasi
yaitu ruang yang dibatasi secara geografis dikelola sesuai aspek hukum maupun
aspek lain guna mencapai pelestarian lingkungan dalam jangka panjang dengan
fungsi sistem dan nilai-nilai budaya.7 Pengelola kawasan konservasi di Indonesia
berada dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta
Kementrian Perikanan dan Kelauatan (KKP).8 Kawasan konservasi atau hutan
lindung dikategorikan menjadi 3 kategori yakni Hutan Lindung, Hutan Konservasi
dan Taman Buru. Adapun terdapat 2 fungsi pokok hutan konservasi yaitu kawasan
suaka alam (KSA) berfungsi sebagai kawasan penyangga, pelestarian tumbuhan
dan satwa yang terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa, adapun Kawasan
Pelestarian Alam (KPA) berfungsi sebagai sistem penyangga pelestarian
tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan sumber daya alam didalamnya yang terdiri
dari Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.9
Gunung Baung merupakan salah satu kawasan koservasi taman wisata
alam yang terletak di Kecamatan Purwodadi Pasuruan. Pengertian Taman Wisata
Alam adalah suatu wilayah konservasi yang memiliki keindahan dan panorama
alam yang dikelola secara khusus untuk melindungi kekayaan sumber daya hayati

6
Inggita, “BIOLOGI KONSERVASI Strategi Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Indonesia” (Yogyakarta: Bintang Semesta Media, 2022), hlm. 31.
7
Agus Mulyana, “Ruang Adaptif Refleksi Penataan Zona/Blok di Kawasan Konservasi”,
(Bogor: Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA) Direktorat Jenderal
Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, 2019), hlm. 19
8
Inggita, op,.cit. hlm. 32
9
Agus Mulyana, op,.ci. hlm 20-21
3

sebagai tempat wisata dan rekreasi.10 Penetapan kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Baung didasari pada potensi pariwisata yang ada didalamnya. Kawasan
Gunung Baung memiliki keanekaragaman hayati keindahan alam seperti air terjun
Coban Baung.11
Sejak dekade awal abad 20 Surabaya dijadikan sebagai “kota kerja” yang
menimbulkan kepenatan bagi orang Eropa di Surabaya. Orang-orang Eropa
memiliki gaya hidup berwisata atau sering disebut plezier. 12 Kota Surabaya
berdekatan wilayah pegunungan yang memiliki keindahan alam seperti Pasuruan
dan Malang. Meningkatnya aktivitas plezier di Hindia Belanda berdampak pada
pembangunan yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan swasta untuk
membangun fasilitas seperti jalan, penginapan, dan restoran dan membuka obyek
wisata.13 Destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh orang Eropa adalah air
terjun Coban Baung. Dalam catatan Departemen Soerabaija Van Ned, Ind
dijelaskan bahwa air terjun Baung sangat terkenal. Harga berwisata dengan tujuan
air terjun Baung dan Nongkojajar berkisar f 5,73 yang dapat didaftarkan di
sekretaris G. M Coert Walter.14 Selain dijadikan wisata, air terjun Gunung Baung
dimanfaatkan untuk keperluan pabrik listrik.15

Kawasan Gunung Baung merupakan salah satu kawasan Monumen Alam


(Natuure Monument) Atau lebih dikenal sebagai cagar alam.16 Monumen Alam

10
Inggita, op,.cit. hlm. 33
11
Deden Mudiana, Karakteristik Habitat Syzygium pycnanthum (Merr.) L.M. Perry di
Gunung Baung, Jawa Timur, Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, Vol. 14 No. 2, 2017.
hlm. 68.
12
Wiretno, Aktivitas Pleseir Orang-oranng Eropa di Surabaya Masa Kolonial (Abad-20),
Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 13 (1), 2019, hlm. 12-24.
13
Sunjayadi, Vereeniging Touristenverkeer Batavia (1908-1942): Awal Mula Turisme di
Hindia Belanda. Skripsi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2007. hlm. 7.

14
De Natuur-Historische, De Indische Courant (Soerabaa: S.N)23 Januari 1934.
15
NEDERLANDSCH INDIE, Bataviaasch Nieuwsblad (Batavia: Kolff & Co.) 06
November 1909.
16
Een Gouvernements Plantentuin Te Lawang, Soerabaijasch Handelsblad (Soerabaja:
Kolff & Co) 13 September 1941.
4

lahir pada tahun 1916 yang ditandai dengan disahkannya peraturan monumen
alam (Natuurmonumenten Ordonnantie).17 Terdapat 55 lokasi pada tahun 1919
sebagai kawasan monumen alam yang ditetapakan di Lawang. 18 Kawasan gunung
Baung merupakan hutan milik negara yang dimana dilarang untuk memburu
hewan didalamnya. Pada tahun 1934 seorang guru dari Mojokerto ditangkap oleh
kepolisian akibat menangkap macan kumbang dengan jebakan yang selanjutnya
macan tersebut ditembak sebagai piala berburu.19 Pada tahun 1941 direktur Lands
Plantentuin v.d Hornet datang ke Lawang untuk mencari lahan membuat Kebun
Raya sebagai tempat untuk menanam tanaman kering. Mr.v.d Plas gubernur
OosUJava pada saat itu, menunjuk kawasan Gunung Baung di Purwodadi sebagai
opsi tempat pembangunan Kebun Raya kepada Mr v.d Hornet yang sebelumnya
merujuk pada daerah sekitar kawasan gunung Arjuno namun, kawasan gunung
Arjuno terlalu lembab. Selanjutnya, Direktur Lands Plantentuin datang ke
Kawasan gunung Baung untuk meninjau beberapa hal. Mr v.d Hornet
mengunjungi lokasi di Purwodadi ia mengatakan: “lokasinya ideal, karena banyak
air mengalir dimana mana didaerah tersebut”.20 Setelah kemerdekaan kawasan
hutan gunung Baung ditetapkan sebagai cagar alam pada tanggal 6 Juni 1959 oleh
menteri pertanian dengan keluarnya surat keputusan No.89/Um/1959 dengan luas
195,5 Ha. Pada tahun 1980 kawasan cagar alam gunung Baung berubah status
menjadi taman wisata alam dengan keluarnya surat keputusan Nomer:
657/Kpts/Um/9/1980. Keputsan tersebut didasarkan pada kawasan Gunung Baung
yang memiliki potensi wisata seperti air terjun, panorama pegunungan dan
sungai.21

17
Pandji Yudistira, Sang Pelopor: Sejarah Taman Nasional Pertama (Jakarta: Penerbit
Direktoral Jendral KSDAE, 2014), hlm. x
18
Nederlandsch-Indie, Deli Courant (Medan: Deen) 16 April 1920.
19
Bangil. Van Onzen Lawangschen Correspondent, De Indische Courant(Sorabaia: s.n)
17 Mei 1934.
20
Een Gouvernements Plantentuin Te Lawang, Loc.,cit.
21
Balai Besar KSDA Jawa Timur
5

1.2 Rumusan Masalah


Batas dalam penelitian memegang peran penting. Penelitian perlu dibatasi untuk
memudahkan dalam menulis pembahasan secara teratur dan kronologis, maka
dapat ditarik beberapa pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kondisi Ekologi di TWA Gunung Baung?
2. Bagaimana Proses Pengelolaan TWA Gunung Baung 1980-2019?
3. Apa Dampak Kebijakan Masyarakat Desa Penyangga di TWA Gunung
Baung?
1.3 Tujuan Manfaat
Dalam Sebuah Penelitian, tentunya memiliki tujuan dan manfaat dari hasil
penelitian. Tujuan dan Manfaat berguna sebagai sumber informasi bagi penulis,
pembaca dan instansi-instansi pemerintahan maupun swasta.
1.3.1 Tujuan Penelitian
Melakukan sebuah penelitian pasti terdapat tujuan penelitian yang harus jelas,
guna penulisan lebih terarah dan dapat diketahui, apa maksud dan tujuannya.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan kondisi kawasan Gunung Baung sebelum menjadi TWA
2. Menjelaskan dinamika konservasi di kawasan TWA Gunung Baung
3. Mengetahui pengaruh konservasi TWA Gunung Baung bagi masyarakat desa
penyangga.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
a. Memperkaya kajian sejarah lingkungan.
b. Menambah literasi tentang konservasi lingkungan khususnya di kawasan
TWA Gunung Baung guna dijadikan sebagai bahan bacaan serta rujukan bagi
tulisan-tulisan yang memiliki kaitan dengan kajian ini.
2) Manfaat Praktis
a. Pecinta lingkungan dan aktivis lingkungan. Penelitian ini diharapkan di
kemudian menjadi bahan kajian konservasi lingkungan bagaimana melangkah
ke depan sebagai acuan gerakan peduli lingkungan.
6

b. Penulis dapat mempraktikkan bidang studinya di masyarakat dalam hal ini


studi kesejarahan dengan bantuan ilmu-ilmu sosial lainnya serta penulis dapat
mengambil peran dalam mengkaji peristiwa-peristiwa sosial di masyarakat.
c. Penulis dapat mengetahui gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat ketika
terjun dalam penelitian.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam sejarah memiliki tujuan untuk menghindari perluasan dan
penyimpangan terhadap materi pokok yang akan dibahas. Lingkup spasial adalah
batasan yang didasarkan pada kesatuan wilayah geografis, misalnya desa,
kecamatan, kabupaten, provinsi, dan sebagainya. Lingkup spasial berada di
kawasan Gunung Baung, kawasan ini merupakan kawasan Taman Wisata Alam
yang dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jawa
Timur (BBKSDA). TWA Gunung Baung terletak di Kecamatan Purwodadi,
Kabupaten Pasuruan Penulis membatasi temporal tulisan ini dari tahun 1980
hingga 2019. Penulis ingin mengetahui dinamika konservasi TWA Gunung
Baung. Penulis mengambil skup temporal tahun 1980 merujuk pada SK penetapan
kawasan Taman Wisata Alam Gunung Baung yang dikeluarkan oleh Menteri
Pertanian Nomor: 675/Kpts/Um/9/1980 dan diakhir tahun 2019 yang merujuk
pada penghargaan yang diraih oleh masyarakat binaan BBKSD yakni Hippam
Tirtasari pada perayaan HKAN di Batam.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Manusia akan selalu bersinggungan dengan lingkungan sehingga kepedulian akan
kelestarian lingkungan berpengaruh dalam perkembangan kajian tulisan akademis
yang membahas mengenai lingkungan, terdapat banyak karya ilmiah berupa buku,
jurnal maupun artikel yang mengkaji lingkungan dari berbagai bidang studi.
Penulis menyadari banyak kajian yang relevan dengan kajian ini, mulai dari tema
dan dimensi ruang kajian. Tulisan karya ilmiah tersebut dikaji dari berbagai
perspektif. Penulis kemudian mencoba menguraikan beberapa tulisan karya ilmiah
yang berhubungan dengan kajian ini.

Buku yang ditulis Agus Mulyana, Nandi Kosmariandi, dkk berjudul Ruang
Adaptif Refleksi Penataan Zona/Blok di Kawasan Konsevasi.22 Buku ini terdiri
dari 6 bagian yang mengupas tematik konsep dan kebijakan penataan zona/blok,
buku ini juga mengulas sejarah pengelolaan kawasan konservasi dalam jangkauan
perubahan kebijakan sejak periode awal hingga periode konservasi dan
pembangunan berkelanjutan di bagian kedua. Bagian ketiga mengupas tentang
konsep pengelolaan kawasan konservasi, dan pengelolaan kawasan konservasi
berbasis masyarakat. Bagian keempat membahas tentang konsep penataan
zona/blok pengelolaan kawasan konservasi Sebagai proses refleksi zona/blok
kawasan konservasi, Bagian kelima membahas tentang refleksi tiga dasawarsa
penataan zona/blok pengelolaan KSA/ KPA yang mengupas sejumlah hikmah dan
pembelajaran dari berbagai aspek dalam mengelola kawasan konservasi melalui
sistem zona/blok.

Hendro Prianto dalam skripsi berjudul Konservasi Kawasan Baluran


tahun1980-2017.23 Skripsi ini membahas mengenai sejarah konservasi Taman

22
Agus Mulyana, Nandi Kosmaryandi, dkk. Ruang Adaptif Refleksi Penataan Zona/Blok
di Kawasan Konservasi. (Bogor, Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA)
Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2019).
23
Hendro Prianto, “Konservasi Kawasan Baluran 1980-2017”. Skripsi, Jurusan Ilmu
Sejarah, Universitas Jember, 2021.

7
8

Nasional Baluran dari kondisi ekologi, ancaman terhadap lingkungan serta


pemberdayaan masyarakat disekitar Taman Nasional Baluran.

KajianTety Fajrul „Aini & Nawiyanto yang berjudul Dari Hutan Produksi ke
Kawasan Konservasi Kajian Tentang Kawasan Gunung Ciremai Tahun 1978-
2014.24 Kajian ini, membahas kawasan Gunung Ciremai yang berubah status
menjadi hutan produksi. Setelah ditetapkan menjadi Taman Nasional, Balai
Taman Nasional Gunung Cermai berhasil mengkalaborasikan pengelolaan hutan
dengan berbasis konservasi bersama masyarakat.

Kajian Warsono, Soetiono, dkk berjudul Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Sekitar Hutan Konservasi Taman Wisata Alam Gunung Baung Dalam Upaya
Mengurangi Perambahan Hutan.25 Kajian ini, membahas mengenai pemberdayaan
masyarakat serta pemanfaatan rumput gajah di kawasan TWA Gunung Baung,
Dalam kajian ini, menyinggungancaman perambahan dan perladangan liar yang
terdapat di kawasan TWA Gunung Baung.

Tesis Deden Mudiana yang berjudul Keanekaragaman Struktur Populasi


Dan Pola Sebaran Syzygium di Gunung Baung Jawa Timur.26 Kajian Ini,
membahas konservasi TWA Gunung Baung serta kekayaan ekologi habitat
spesies Syzygium pycnanthum di kawasan TWA Gunung Baung dan persebaran,
struktur populasi tumbuhan di kawasan Gunung Baung.

24
Tety Fajrul „Aini & Nawiyanto, “Dari Hutan Produksi Ke Kawasan Konservasi Kajian
Tentang Kawasan Gunung Ciremai Tahun 1978-2014” Historia, Vol. 4, No. 1 2021.
25
Warsono, Soetiono, dkk, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan
Konservasi Taman Wisata Alam Gunung Baung Dalam Upaya Mengurangi Perambahan Hutan”,
JSEP, Vol. 7 No. 2, 2014.
26
Deden Mudiana, “Keanekaragaman, Struktur Populasi Dan Pola Sebaran Syzygium di
Gunung Baung, Jawa Timur”. Tesis,Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 2012.
BAB 3

PENDEKATAN DAN KERANGKA TEORITIS, METODE PENELITIAN


DAN SISTEMATIKA PENULISAN
3.1 Pendekatan dan Kerangka Teoritis

Dalam penulisan skrispsi yang berjudul “Konservasi Taman Wisata Alam Gunung
Baung Tahun 1980-2019, Penulis menggunakan pendekatan dan kerangka teori
dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan pokok kajian penelitian. Pendekatan
dan kerangka teori digunakan bertujuan untuk mempermudah dalam proses
analisis persoalan yang sedang dikaji. Pendekatan yang digunakan oleh Penulis
yakni Ekologi Politik dengan Teori Konservasi.

Pendekatan ekologi politik dimaksudkan agar penulis mampu untuk


menjelaskan keadaan sebenarnya yang terjadi di Taman Wisata Alam Gunung
Baung terutama melalui penciptaan kawasan konservasi yang secara inheren
bersifat politis karena dalam pengelolaannya banyaknya campur tangan manusia.
Melalui pendekatan ini penulis berharap dapat mengetahui bagaimana
perrmasalahan lingkungan yang terjadi di kawasan konservasi TWA Gunung
Baung. Setelah itu penulis menganalisis tulisan ini dengan Teori Konservasi
M.Wells.

Teori konservasi yang dikemukakan oleh M.Wells dapat digunakan untuk


menganalisa permasalahan lingkungan dan kebijakan konservasi yang diterapkan
oleh BBKSDA dalam pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Baung. Setelah
melakukan pendekatan ekologi politik dengan teori konservasi, penulis
menganalisa permasalahan lingkungan dan kebijakan konservasi yang diterapkan
oleh BBKSDA. Melalui analisa tersebut, penulis berharap kajian ini menjadi
tulisan sejarah yang tidak hanya diskriptif-naratif saja, namun juga menjadi tulisan
sejarah yang diskriptif-analitis

3.2 Metode Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode sejarah yang
merupakan aturan sistematis dalam melakukan penelitian sejarah. Menurut Louis

9
10

Gottschalk, metode sejarah merupakan proses dalam menguji dan menganalisis


peninggalan masa lampau untuk upaya rekontruksi sebuah peristiwa. Terdapat
empat tahapan dalam metode sejarah meliputi: heuristik, verifikasi, interpretasi
dan historiografi.27

3.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berarti cara menyusun dan memetakan semua bab dalam
penelitian yang akan dituliskan secara garis besar. Sistematika penulisan ini
terbagi kedalam lima bab. Masing-masing dari bab tersebut akan saling
berkesinambungan dan menjadi sebuah kesatuan yang bersifat kronologis. Penulis
melakukan sistematika penulisan untuk merancang isi dari proposal skripsi ini
secara garis besar yang terdiri dari 5 bab sebagai berikut:

BAB 1 berisi Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta ruang lingkup.

BAB 2 berisi Tinjauan Pustaka, terdiri dari ringkasan literatur buku, artikel dan
prosiding yang digunakan penulis dalam penelitian ini.

BAB 3 berisi Pendekatan dan Kerangka Teoritis, Metode Penelitian dan


Sistematika Penulisan.

BAB 4 berisi tentang Hasil dan Pembahasan. Sub-bab yang dijelaskan dalam
penelitian ini meliputi Kondisi ekologi TWA Gunung Baung, pengelolaan TWA
Gunung Baung, Ancaman Konservasi, serta Pemberdaya‟an masyarakat Desa
penyangga.

BAB 5 berisi Penutup yang terdiri dari kesimpulan atas semua jawaban pada
rumusan masalah yang terdapat dalam Bab 4, serta penutup dari hasil penelitian
dengan judul “Konservasi Taman Wisata Alam Gunung Baung”.

27
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kediua (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2003), hlm. 79-83.
DAFTAR SUMBER
Sumber Buku

Agus Mulyana, Nandi Kosmaryandi, dkk. Ruang Adaptif Refleksi Penataan


Zona/Blok di Kawasan Konservasi. (Bogor, Direktorat Pemolaan dan
Informasi Konservasi Alam (PIKA) Direktorat Jenderal Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, 2019).

Bataviaasch Nieuwsblad (Batavia: Kolff & Co.) 06 November 1909.

Deli Courant (Medan: Deen) 16 April 1920.

De Indische Courant(Sorabaia: s.n) 17 Mei 1934.

De Indische Courant (Soerabaa: S.N)23 Januari 1934

Indarjani, Handayani, dkk, “Pengantar Ilmu Lingkungan” (Bandung: Widina


Bhakti Persada, 2020).

Inggita, “BIOLOGI KONSERVASI Strategi Perlindungan Keanekaragaman


Hayati Indonesia” (Yogyakarta: Bintang Semesta Media, 2022).

James K.Lein, “Integrated Enviromental Planning” (Garsington Road: Blackwell


Science, 2003), hlm. 23.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kediua (Yogyakarta: Tiara Wacana


Yogya, 2003).

Wiryono, “Pengantar Ilmu Lingkungan” (Bengkulu: Pertelon Media, 2013).

Sumber Artikel, Jurnal dan Tesis

Deden Mudiana, “Keanekaragaman, Struktur Populasi Dan Pola Sebaran


Syzygium di Gunung Baung, Jawa Timur”. Tesis,Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, 2012.

Deden Mudiana, Karakteristik Habitat Syzygium pycnanthum (Merr.) L.M. Perry


di Gunung Baung, Jawa Timur, Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi
Alam, Vol. 14 No. 2, 2017.

11
12

Hendro Prianto, “Konservasi Kawasan Baluran 1980-2017”. Skripsi, Jurusan Ilmu


Sejarah, Universitas Jember, 2021.

Pandji Yudistira, Sang Pelopor: Sejarah Taman Nasional Pertama (Jakarta:


Penerbit Direktoral Jendral KSDAE, 2014), hlm. X

Semedi, Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Rekomendasi


Perbaikan Undang-undang Konservasi, Jurnal Hukum Lingkungan, Vol 2,
Issue 2, 2015.

Sunjayadi, Vereeniging Touristenverkeer Batavia (1908-1942): Awal Mula


Turisme di Hindia Belanda. Skripsi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Indonesia, 2007.

Soerabaijasch Handelsblad (Soerabaja: Kolff & Co) 13 September 1941

Tety Fajrul „Aini & Nawiyanto, “Dari Hutan Produksi Ke Kawasan Konservasi
Kajian Tentang Kawasan Gunung Ciremai Tahun 1978-2014” Historia,
Vol. 4, No. 1 2021.

Warsono, Soetiono, dkk, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan


Konservasi Taman Wisata Alam Gunung Baung Dalam Upaya
Mengurangi Perambahan Hutan”, JSEP, Vol. 7 No. 2.

Wiretno, Aktivitas Pleseir Orang-oranng Eropa di Surabaya Masa Kolonial


(Abad-20), Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 13 (1), 2019.
OUTLINE
HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

PERSEMBAHAN

MOTTO

KATA PENGANTAR

DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK

ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1.3.2 Manfaat
1.4 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PENDEKATAN DAN KERANGKA TEORITIS, METODE


PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PENULISAN

3.1 Pendekatan dan Kerangka Teoritis

3.2 Metode Penelitian

13
14

3.3 Sistematika Penulisan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Ekologi Kawasan TWA Gunung Baung

4.1.1 Kondisi Kawasan TWA Gunung Baung

4.1.2 Ancaman Masyarakat Desa Penyangga Terhadap Konservasi

4.1.3 Pemberdaya‟an Masyarakat Desa Penyangga

4.2 Konservasi dan Pengelolaan TWA Gunung Baung

4.2.1 Konservasi di Kawasan Gunung Baung

4.2.2 Pengelolaan Objek Wisata di kawasan TWA Gunung Baung

4.2.3 Pengelolaan Air di Kawasan TWA Gunung Baung Oleh Hippam


Tirtasari

4.3 Pengelolaan Air Sampai Mendapatkan Penghargaan di HKAN di


Batam

BAB 4 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran A

TWA Gunung Baung

Sumber: Berita Koran De Indische Courant(Sorabaia: s.n) 17 Mei 1934.


Delpher.nl

Sumber: Lokasi TWA Gunung Baung terletak Bendo, Kertosari, Kec. Purwosari,
Pasuruan, Jawa Timur.

15
16

Sumber: Potret Air Terjun Coban Baung

Anda mungkin juga menyukai