PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
LA ABDUL HALIM
NIM. 200110301020
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu komponen penting yang menjadi sebuah integritas
bagi kehidupan manusia yakni suatu ekosistem yang mempunyai nilai untuk
dijaga, dihargai serta dihormati.1 Lingkungan menyediakan lahan yang
dibutuhkan untuk menampung tumbuh dan berkembang. Selain itu, lingkungan
menyediakan berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia.2 Indonesia
adalah negara yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna sehingga disebut
sebagai negara megabiodiversty. Akan tetapi, Indonesia memiliki tingkat ancaman
pada lingkungan yang tinggi dengan kerusakan habitat. Berdasarkan kondisi
tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara prioritas konservasi lingkungan
dunia.3 Konservasi (Conservasion) secara Etimologis berarti memelihara apa yang
dimiliki secara bijaksana. Pengertian secara umum konservasi yaitu tindakan
untuk melesatrikan, melindungi serta memelihara lingkungan.4
Pentingnya konservasi sumber daya hayati bagi manusia mengantarkan
negara-negara di dunia untuk membuat kesepakatan bersama melalui perjanjian
internasional Convention on Biological Diversity.5 Dunia menyadari tentang
pentingnya lingkungan sebagai pondasi ketahanan pangan dan kesehatan. Di mana
manusia hidup akan selalu membutuhkan air bersih, pangan, dan manusia dapat
mengatur iklim, dan mengendalikan penyakit lewat konservasi lingkungan.
1
Indarjani, Handayani, dkk, “Pengantar Ilmu Lingkungan” (Bandung: Widina Bhakti
Persada, 2020), hlm. 37.
2
James K.Lein, “Integrated Enviromental Planning” (Garsington Road: Blackwell
Science, 2003), hlm. 23.
3
Indriani, op.cit., hlm.17-18
4
Wiryono, “Pengantar Ilmu Lingkungan” (Bengkulu: Pertelon Media, 2013), hlm. 11-12
5
Samedi, Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Rekomendasi Perbaikan
Undang-Undang Konservasi”, JURNAL HUKUM LINGKUNGAN, Vol.2 issue 2, 2015, hlm.4.
1
2
Dalam konservasi lingkungan sendiri perlu penetapan habitat hidup tumbuhan dan
satwa liar menjadi kawasan konservasi.
6
Inggita, “BIOLOGI KONSERVASI Strategi Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Indonesia” (Yogyakarta: Bintang Semesta Media, 2022), hlm. 31.
7
Agus Mulyana, “Ruang Adaptif Refleksi Penataan Zona/Blok di Kawasan Konservasi”,
(Bogor: Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA) Direktorat Jenderal
Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, 2019), hlm. 19
8
Inggita, op,.cit. hlm. 32
9
Agus Mulyana, op,.ci. hlm 20-21
3
sebagai tempat wisata dan rekreasi.10 Penetapan kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Baung didasari pada potensi pariwisata yang ada didalamnya. Kawasan
Gunung Baung memiliki keanekaragaman hayati keindahan alam seperti air terjun
Coban Baung.11
Sejak dekade awal abad 20 Surabaya dijadikan sebagai “kota kerja” yang
menimbulkan kepenatan bagi orang Eropa di Surabaya. Orang-orang Eropa
memiliki gaya hidup berwisata atau sering disebut plezier. 12 Kota Surabaya
berdekatan wilayah pegunungan yang memiliki keindahan alam seperti Pasuruan
dan Malang. Meningkatnya aktivitas plezier di Hindia Belanda berdampak pada
pembangunan yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan swasta untuk
membangun fasilitas seperti jalan, penginapan, dan restoran dan membuka obyek
wisata.13 Destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh orang Eropa adalah air
terjun Coban Baung. Dalam catatan Departemen Soerabaija Van Ned, Ind
dijelaskan bahwa air terjun Baung sangat terkenal. Harga berwisata dengan tujuan
air terjun Baung dan Nongkojajar berkisar f 5,73 yang dapat didaftarkan di
sekretaris G. M Coert Walter.14 Selain dijadikan wisata, air terjun Gunung Baung
dimanfaatkan untuk keperluan pabrik listrik.15
10
Inggita, op,.cit. hlm. 33
11
Deden Mudiana, Karakteristik Habitat Syzygium pycnanthum (Merr.) L.M. Perry di
Gunung Baung, Jawa Timur, Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, Vol. 14 No. 2, 2017.
hlm. 68.
12
Wiretno, Aktivitas Pleseir Orang-oranng Eropa di Surabaya Masa Kolonial (Abad-20),
Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 13 (1), 2019, hlm. 12-24.
13
Sunjayadi, Vereeniging Touristenverkeer Batavia (1908-1942): Awal Mula Turisme di
Hindia Belanda. Skripsi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2007. hlm. 7.
14
De Natuur-Historische, De Indische Courant (Soerabaa: S.N)23 Januari 1934.
15
NEDERLANDSCH INDIE, Bataviaasch Nieuwsblad (Batavia: Kolff & Co.) 06
November 1909.
16
Een Gouvernements Plantentuin Te Lawang, Soerabaijasch Handelsblad (Soerabaja:
Kolff & Co) 13 September 1941.
4
lahir pada tahun 1916 yang ditandai dengan disahkannya peraturan monumen
alam (Natuurmonumenten Ordonnantie).17 Terdapat 55 lokasi pada tahun 1919
sebagai kawasan monumen alam yang ditetapakan di Lawang. 18 Kawasan gunung
Baung merupakan hutan milik negara yang dimana dilarang untuk memburu
hewan didalamnya. Pada tahun 1934 seorang guru dari Mojokerto ditangkap oleh
kepolisian akibat menangkap macan kumbang dengan jebakan yang selanjutnya
macan tersebut ditembak sebagai piala berburu.19 Pada tahun 1941 direktur Lands
Plantentuin v.d Hornet datang ke Lawang untuk mencari lahan membuat Kebun
Raya sebagai tempat untuk menanam tanaman kering. Mr.v.d Plas gubernur
OosUJava pada saat itu, menunjuk kawasan Gunung Baung di Purwodadi sebagai
opsi tempat pembangunan Kebun Raya kepada Mr v.d Hornet yang sebelumnya
merujuk pada daerah sekitar kawasan gunung Arjuno namun, kawasan gunung
Arjuno terlalu lembab. Selanjutnya, Direktur Lands Plantentuin datang ke
Kawasan gunung Baung untuk meninjau beberapa hal. Mr v.d Hornet
mengunjungi lokasi di Purwodadi ia mengatakan: “lokasinya ideal, karena banyak
air mengalir dimana mana didaerah tersebut”.20 Setelah kemerdekaan kawasan
hutan gunung Baung ditetapkan sebagai cagar alam pada tanggal 6 Juni 1959 oleh
menteri pertanian dengan keluarnya surat keputusan No.89/Um/1959 dengan luas
195,5 Ha. Pada tahun 1980 kawasan cagar alam gunung Baung berubah status
menjadi taman wisata alam dengan keluarnya surat keputusan Nomer:
657/Kpts/Um/9/1980. Keputsan tersebut didasarkan pada kawasan Gunung Baung
yang memiliki potensi wisata seperti air terjun, panorama pegunungan dan
sungai.21
17
Pandji Yudistira, Sang Pelopor: Sejarah Taman Nasional Pertama (Jakarta: Penerbit
Direktoral Jendral KSDAE, 2014), hlm. x
18
Nederlandsch-Indie, Deli Courant (Medan: Deen) 16 April 1920.
19
Bangil. Van Onzen Lawangschen Correspondent, De Indische Courant(Sorabaia: s.n)
17 Mei 1934.
20
Een Gouvernements Plantentuin Te Lawang, Loc.,cit.
21
Balai Besar KSDA Jawa Timur
5
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia akan selalu bersinggungan dengan lingkungan sehingga kepedulian akan
kelestarian lingkungan berpengaruh dalam perkembangan kajian tulisan akademis
yang membahas mengenai lingkungan, terdapat banyak karya ilmiah berupa buku,
jurnal maupun artikel yang mengkaji lingkungan dari berbagai bidang studi.
Penulis menyadari banyak kajian yang relevan dengan kajian ini, mulai dari tema
dan dimensi ruang kajian. Tulisan karya ilmiah tersebut dikaji dari berbagai
perspektif. Penulis kemudian mencoba menguraikan beberapa tulisan karya ilmiah
yang berhubungan dengan kajian ini.
Buku yang ditulis Agus Mulyana, Nandi Kosmariandi, dkk berjudul Ruang
Adaptif Refleksi Penataan Zona/Blok di Kawasan Konsevasi.22 Buku ini terdiri
dari 6 bagian yang mengupas tematik konsep dan kebijakan penataan zona/blok,
buku ini juga mengulas sejarah pengelolaan kawasan konservasi dalam jangkauan
perubahan kebijakan sejak periode awal hingga periode konservasi dan
pembangunan berkelanjutan di bagian kedua. Bagian ketiga mengupas tentang
konsep pengelolaan kawasan konservasi, dan pengelolaan kawasan konservasi
berbasis masyarakat. Bagian keempat membahas tentang konsep penataan
zona/blok pengelolaan kawasan konservasi Sebagai proses refleksi zona/blok
kawasan konservasi, Bagian kelima membahas tentang refleksi tiga dasawarsa
penataan zona/blok pengelolaan KSA/ KPA yang mengupas sejumlah hikmah dan
pembelajaran dari berbagai aspek dalam mengelola kawasan konservasi melalui
sistem zona/blok.
22
Agus Mulyana, Nandi Kosmaryandi, dkk. Ruang Adaptif Refleksi Penataan Zona/Blok
di Kawasan Konservasi. (Bogor, Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA)
Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2019).
23
Hendro Prianto, “Konservasi Kawasan Baluran 1980-2017”. Skripsi, Jurusan Ilmu
Sejarah, Universitas Jember, 2021.
7
8
KajianTety Fajrul „Aini & Nawiyanto yang berjudul Dari Hutan Produksi ke
Kawasan Konservasi Kajian Tentang Kawasan Gunung Ciremai Tahun 1978-
2014.24 Kajian ini, membahas kawasan Gunung Ciremai yang berubah status
menjadi hutan produksi. Setelah ditetapkan menjadi Taman Nasional, Balai
Taman Nasional Gunung Cermai berhasil mengkalaborasikan pengelolaan hutan
dengan berbasis konservasi bersama masyarakat.
24
Tety Fajrul „Aini & Nawiyanto, “Dari Hutan Produksi Ke Kawasan Konservasi Kajian
Tentang Kawasan Gunung Ciremai Tahun 1978-2014” Historia, Vol. 4, No. 1 2021.
25
Warsono, Soetiono, dkk, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan
Konservasi Taman Wisata Alam Gunung Baung Dalam Upaya Mengurangi Perambahan Hutan”,
JSEP, Vol. 7 No. 2, 2014.
26
Deden Mudiana, “Keanekaragaman, Struktur Populasi Dan Pola Sebaran Syzygium di
Gunung Baung, Jawa Timur”. Tesis,Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 2012.
BAB 3
Dalam penulisan skrispsi yang berjudul “Konservasi Taman Wisata Alam Gunung
Baung Tahun 1980-2019, Penulis menggunakan pendekatan dan kerangka teori
dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan pokok kajian penelitian. Pendekatan
dan kerangka teori digunakan bertujuan untuk mempermudah dalam proses
analisis persoalan yang sedang dikaji. Pendekatan yang digunakan oleh Penulis
yakni Ekologi Politik dengan Teori Konservasi.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode sejarah yang
merupakan aturan sistematis dalam melakukan penelitian sejarah. Menurut Louis
9
10
Sistematika penulisan berarti cara menyusun dan memetakan semua bab dalam
penelitian yang akan dituliskan secara garis besar. Sistematika penulisan ini
terbagi kedalam lima bab. Masing-masing dari bab tersebut akan saling
berkesinambungan dan menjadi sebuah kesatuan yang bersifat kronologis. Penulis
melakukan sistematika penulisan untuk merancang isi dari proposal skripsi ini
secara garis besar yang terdiri dari 5 bab sebagai berikut:
BAB 1 berisi Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta ruang lingkup.
BAB 2 berisi Tinjauan Pustaka, terdiri dari ringkasan literatur buku, artikel dan
prosiding yang digunakan penulis dalam penelitian ini.
BAB 4 berisi tentang Hasil dan Pembahasan. Sub-bab yang dijelaskan dalam
penelitian ini meliputi Kondisi ekologi TWA Gunung Baung, pengelolaan TWA
Gunung Baung, Ancaman Konservasi, serta Pemberdaya‟an masyarakat Desa
penyangga.
BAB 5 berisi Penutup yang terdiri dari kesimpulan atas semua jawaban pada
rumusan masalah yang terdapat dalam Bab 4, serta penutup dari hasil penelitian
dengan judul “Konservasi Taman Wisata Alam Gunung Baung”.
27
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kediua (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2003), hlm. 79-83.
DAFTAR SUMBER
Sumber Buku
11
12
Tety Fajrul „Aini & Nawiyanto, “Dari Hutan Produksi Ke Kawasan Konservasi
Kajian Tentang Kawasan Gunung Ciremai Tahun 1978-2014” Historia,
Vol. 4, No. 1 2021.
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERSEMBAHAN
MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB 1 PENDAHULUAN
13
14
BAB 4 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran A
Sumber: Lokasi TWA Gunung Baung terletak Bendo, Kertosari, Kec. Purwosari,
Pasuruan, Jawa Timur.
15
16