OLEH :
KELOMPOK 3
METEOROLOGI 3B
ANGGOTA :
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada Ibu Hasti Amrih Rejeki selaku dosen mata kuliah hidrologi ini, dan
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
hidrologi ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah hidrologi ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
PRAKATA.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Karakteristik Kabupaten Malang.............................................................................3
2.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Malang...........................................................3
2.1.2 Kondisi Topografi Kabupaten Malang...........................................................4
2.1.3 Kondisi Hidrologis Kabupaten Malang..........................................................4
2.1.4 Kondisi Klimatologi Kabupaten Malang........................................................5
2.2 Analisis Tingkat Kekeringan Tiga Bulnanan di Kabupaten Malang Tahun 2017...5
2.2.1 Sumber Data.................................................................................................. 5
2.2.2 Metode Pengolahan Data...............................................................................11
2.2.3 Hasil dan Analisis..........................................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................27
3.1 Ksimpulan..............................................................................................................27
3.2 Saran.......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kekeringan merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan dapat terjadi secara
berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah
dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
Peran air sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga kekeringan sangat berdampak
bagi segala aktifitas kegiatan manusia, terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi
kendala dalam peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di Indonesia pada setiap
musim kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman pangan dengan intensitas
dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya.
Kekeringan dapat disebabkan karena suatu wilayah tidak mengalami hujan atau
kemarau dalam kurun waktu yang cukup lama atau curah hujan di bawah normal,
sehingga kandungan air di dalam tanah berkurang atau bahkan tidak ada. Kekeringan juga
merupakan salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak penyimpangan iklim global
seperti El Nino dan Osilasi Selatan. Namun belakangan ini fenomena kekeringan terjadi
bukan hanya pada periode El Nino, tetapi juga pada periode atau dalam kondisi normal.
Dampak kekeringan sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, apalagi
ketika dampak tersebut sudah mempengaruhi perekonomian pada suatu daerah. Air
merupakan hal yang sangat krusial untuk kehidupan, baik itu manusia, hewan, ataupun
tumbuhan. Berdasarkan hal itu, perlu dilakukan analisis tingkat kekeringan yang terjadi
sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya fenomena tersebut. Untuk melakukan
analisis tingkat kekeringan di suatu wilayah diperlukan indeks yang menggambarkan
keadaan kekeringan yang terjadi. Indeks yang digunakan adalah standard precipitation
index ( SPI ). SPI digunakan untuk mengukur deficit curah hujan pada periode tertentu
berdasarkan kondisi normalnya.
Pada makalah ini kami mencoba untuk menganalisis fenomena kekeringan yang
terjadi di wilayah malang pada tahun 2017 menggunakan metode SPI tiga bulanan.
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kondisi geografis Kabupaten Banyuwangi.
2. Mengetahui kondisi topografi Kabupaten Banyuwangi.
3. Mengetahui kondisi hidrologis Kabupaten Banyuwangi.
4. Mengetahui kondisi klimatologi Kabupaten Banyuwangi.
5. Mengetahui analisis tingkat kekeringan tiga bulanan pada tahun 2017 di Kabupaten
Malang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara geografis, kota Malang terletak diantara 7,06 - 8,02 Lintang Selatan
dan 112,06 Bujur Timur dengan luas wilayah 11.005,66 ha (110,06 Km2 ). Sampai
tahun 2005 kota Malang memiliki jumlah penduduk 782.110 jiwa dengan kepadatan
penduduk kurang lebih 7106 jiwa/ Km2 . Batas-batas wilayah kota Malang adalah
sebagai berikut:
3
Secara astronomis, wilayah Kabupaten Malang terletak 112,06° – 112,07°
Bujur Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang Selatan.
4
Karangkates dan Selorejo, ada juga yang masuk Samudra Indonesia dan Laut Jawa.
Berdasarkan data yang ada di Kabupaten Malang terdapat 588 mata air dengan debit 1
sampai di atas 200 liter/detik, debit tertinggi terdapat di Wendit Kecamatan Pakis
(1.100 liter/detik). Sedangkan kecamatan yang memiliki debit air lebih dari 200
liter/detik adalah mata air yang berada di Tumpang, Pakis, Singosari, Gondanglegi,
Sumberpucung, Ngajum, Wagir, Ampelgading dan Dampit.
2.2 Analisis Tingkat Kekeringan Tiga Bulanan di Kabupaten Malang Tahun 2017
5
b. Pos Hujan Bantur
6
d. Pos Hujan Donomulyo
7
f. Pos Hujan Karangkates
8
h. Pos Hujan Karangsuko
9
j. Pos Hujan Lawang
10
l. Pos Hujan Tajinan
11
BMKG membagi rentang nilai SPI menjadi tujuh kategori, sebagai berikut:
Nilai SPI Klasifikasi Probabilitas
> 2.00 Sangat Basah 2.3%
1.50 – 1.99 Basah 4.4%
1.00 – 1.49 Agak Basah 9.2%
-0.99 – 0.99 Normal 68.2%
-1.49 – (-1.00) Agak Kering 9.2%
-1.99 – (-1.50) Kering 4.4%
< -2.00 Sangat Kering 2.3%
Tabel 2.2.2 Klasifikasi Nilai SPI
12
Hasil Peta:
Analisis: Pada bulan September hingga November tahun 2016 hingga Januari 2017 pada
kabupaten Malang dan kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI
sebesar -1 hingga 1 yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan
Gondang Legi dan Bantur mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI lebih
dari atau sama dengan 2,00. Pos hujan Sumberpucung, Tanjinan, dan Karangploso
mengindikasikan kondisi agak basah dengan nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49. Pos
hujan Lawang mengindikasikan kondisi basah dengan nilai SPI diantara 1,50 sampai
dengan 1,99. Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada
periode ini tergolong normal.
13
b. Desember 2016 – Februari 2017
14
Hasil Peta:
Analisis: Bulan Desember 2016 hingga November tahun 2016 hingga Februari 2017
pada kabupaten Malang dan kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan
nilai SPI sebesar -1 hingga 1 yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada
pos hujan Gondang Legi mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI
lebih dari atau sama dengan 2,00. Pos hujan Sumberpucung, Bantur, dan Lawang
mengindikasikan kondisi agak basah dengan nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49.
Tetapi pos hujan Tirtoyudo mengindikasikan kondisi sangat kering dengan nilai SPI
kurang dari atau sama dengan -2,00. Namun secara garis besarnya kabupaten Malang
dan kota Malang pada periode ini tergolong normal.
15
Hasil Peta:
16
Analisis: Bulan Januari hingga Maret pada tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota Malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Gondang Legi
mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI lebih dari atau sama dengan
2,00. Pos hujan Lawang mengindikasikan kondisi agak basah dengan nilai SPI di
antara 1,00 hingga 1,49. Tetapi pos hujan Tirtoyudo mengindikasikan kondisi agak
kering dengan nilai SPI di antara -1,49 hingga -1,00. Namun secara garis besarnya
kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini tergolong normal.
17
Hasil Peta:
Analisis: Bulan Februari hingga April pada tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota Malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Tirtoyudo, Jabung,
dan Sumbermanjing mengindikasikan kondisi agak kering dengan nilai SPI di antara
-1,49 hingga -1,00. Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang
pada periode ini tergolong normal.
e. Maret 2017 – Mei 2017
18
19
Hasil Peta:
Analisis: Bulan Maret hingga Mei pada tahun 2017 pada kabupaten Malang dan kota
Malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1 yang
penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Tajinan mengindikasikan
kondisi basah dengan nilai SPI di antara 1,50 sampai dengan 1,99.. Tetapi pos hujan
Sumbermanjing mengindikasikan kondisi sangat kering dengan nilai SPI lebih dari
atau sama dengan -2,00. Juga pos hujan Donomulyo, Sumberpucung, dan Jubung
mengindikasikan kondisi agak kering dengan nilai SPI di antara -1,49 hingga -1,00.
Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini
tergolong normal.
20
21
Hasil Peta:
Analisis: Pada bulan April hingga Januari tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal Hanya pos hujan tanjinan yang
terlihat kondisinya basah dengan nilai SPI lebih daru atau sama dengan 2. Namun
secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini tergolong
normal.
22
g. Mei 2017 – Juli 2017
23
Hasil Peta:
Analisis: Pada bulan Mei hingga Juli tahun 2017 pada kabupaten Malang dan kota
malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1 yang
penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Gondang Legi dan Bantur
mengindikasikan kondisi agak kering dengan nilai SPI diantara -1.49 hingga -1,00.
Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini
tergolong normal.
24
25
Hasil Peta:
Analisis: Pada bulan Juni hingga September tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Tidak ada pos hujan yang
memantau terjadinya kekeringan atau basah dalam jangka periode tersebut.
26
27
Hasil Peta:
Analisis: Pada bulan Juni hingga September tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Tidak ada pos hujan yang
memantau terjadinya kekeringan atau basah dalam jangka periode tersebut.
28
29
Hasil Peta:
Analisis: Pada bulan Agustus hingga Oktober tahun 2017 pada kabupaten Malang
dan kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga
1 yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Donomulyo
mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI lebih dari atau sama dengan
2,00. Pos hujan Lawang mengindikasikan kondisi basah dengan nilai SPI diantara
1,50 sampai dengan 1,99. Pos hujan Bantur mengindikasikan kondisi agak basah
dengan nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49. Namun secara garis besarnya kabupaten
Malang dan kota Malang pada periode ini tergolong normal.
30
31
Hasil Peta:
Analisis: Pada bulan September hingga November tahun 2017 pada kabupaten
Malang dan kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar
-1 hingga 1 yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan
Donomulyo mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI lebih dari atau
sama dengan 2,00. Pos hujan Lawang mengindikasikan kondisi basah dengan nilai
SPI diantara 1,50 sampai dengan 1,99. Pos hujan Bantur, Tanjinan, dan Karangploso
mengindikasikan kondisi agak basah dengan nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49.
Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini
tergolong normal.
32
33
Hasil Peta:
Analisis: Bulan Oktober hingga Desember pada tahun 2017 pada kabupaten Malang dan kota
Malang sebagian besar terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1 yang
penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Donomulyo dan Lawang
mengindikasikan kondisi basah dengan nilai SPI di antara 1,50 sampai dengan 1,99.. Tetapi
pos hujan Bantur, Tajinan, dan Karangploso mengindikasikan kondisi agak basah dengan
nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49. Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan
kota Malang pada periode ini tergolong normal.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan wilayah malang masih tergolong daerah yang normal, namun ada beberapa
kecamatan seperti gondang legi dan bantur yang terindikasi sebagai daerah yang basah
sedangkan kecamatan jabung, tirtoyudo dan ampelgading yang terindikasi sebagai daerah
kering, kecamatan bantur dan gondang legi memiliki kelerengan 0-2% sedangkan
kecamatan jabung, tirtoyudo dan ampelgaging memiliki kelerengan >40%. Perbedaan
35
tingkat kekeringan ini tidak menutup kemungkinan untuk dipengaruhi oleh beberapa
faktor lainnya selain dari curah hujan yang menjadi variabel penelitian ini, misalnya
seperti ketinggian suatu wilayah ataupun tata guna lahan diwilayah tersebut juga dapat
menjadi pengaruh dari tingkat kekeringan di wilayah tersebut.
3.2 Saran
1. Memperbanyak pos hujan agar data yang di peroleh makin rapat
2. Pemuktahiran teknologi agar mempermudah data yang di dapatkan dan lebih lebih
akurat
DAFTAR PUSTAKA
http://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM_1503
541329BAB_6_MALANG_new.pdf
https://foresteract.com/kekeringan/2/
36