Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS TINGKAT KEKERINGAN TIGA BULANAN

MENGGUNAKAN METODE STANDARD PRECIPITATION INDEX (SPI)


DI KABUPATEN MALANG
TAHUN 2017

OLEH :
KELOMPOK 3
METEOROLOGI 3B

ANGGOTA :

1. DANIEL INVERSO MUNTE 11.18.0032


2. ERISKA FEBRIATI 11.18.0034
3. FALHAMI 11.18.0036
4. I MADE AGUSATYA 11.18.0040
5. IRHAM ZAINAL MUTTAQIN 11.18.0042
6. PITOYO HANDARU SASONGKO 11.18.0051
7. PUTU RAY ARISUDANA 11.18.0052
8. SAFINATUNNAJAH DINDA PUTRI 11.18.0054
9. SEPPIN ARIE KURNIAWANTO 11.18.0055

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


TANGERANG SELATAN
2019
PRAKATA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Hidrologi tentang
“Analisis tingkat kekeringan tiga bulanan menggunakan metode Standard Precipitation Index
(SPI) di Kabupaten Malang tahun 2017”

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada Ibu Hasti Amrih Rejeki selaku dosen mata kuliah hidrologi ini, dan
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
hidrologi ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah hidrologi ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Tangerang Selatan,  30 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

PRAKATA.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Karakteristik Kabupaten Malang.............................................................................3
2.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Malang...........................................................3
2.1.2 Kondisi Topografi Kabupaten Malang...........................................................4
2.1.3 Kondisi Hidrologis Kabupaten Malang..........................................................4
2.1.4 Kondisi Klimatologi Kabupaten Malang........................................................5
2.2 Analisis Tingkat Kekeringan Tiga Bulnanan di Kabupaten Malang Tahun 2017...5
2.2.1 Sumber Data.................................................................................................. 5
2.2.2 Metode Pengolahan Data...............................................................................11
2.2.3 Hasil dan Analisis..........................................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................27
3.1 Ksimpulan..............................................................................................................27
3.2 Saran.......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kekeringan merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan dapat terjadi secara
berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah
dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
Peran air sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga kekeringan sangat berdampak
bagi segala aktifitas kegiatan manusia, terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi
kendala dalam peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di Indonesia pada setiap
musim kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman pangan dengan intensitas
dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya.
Kekeringan dapat disebabkan karena suatu wilayah tidak mengalami hujan atau
kemarau dalam kurun waktu yang cukup lama atau curah hujan di bawah normal,
sehingga kandungan air di dalam tanah berkurang atau bahkan tidak ada. Kekeringan juga
merupakan salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak penyimpangan iklim global
seperti El Nino dan Osilasi Selatan. Namun belakangan ini fenomena kekeringan terjadi
bukan hanya pada periode El Nino, tetapi juga pada periode atau dalam kondisi normal.
Dampak kekeringan sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, apalagi
ketika dampak tersebut sudah mempengaruhi perekonomian pada suatu daerah. Air
merupakan hal yang sangat krusial untuk kehidupan, baik itu manusia, hewan, ataupun
tumbuhan. Berdasarkan hal itu, perlu dilakukan analisis tingkat kekeringan yang terjadi
sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya fenomena tersebut. Untuk melakukan
analisis tingkat kekeringan di suatu wilayah diperlukan indeks yang menggambarkan
keadaan kekeringan yang terjadi. Indeks yang digunakan adalah standard precipitation
index ( SPI ). SPI digunakan untuk mengukur deficit curah hujan pada periode tertentu
berdasarkan kondisi normalnya.
Pada makalah ini kami mencoba untuk menganalisis fenomena kekeringan yang
terjadi di wilayah malang pada tahun 2017 menggunakan metode SPI tiga bulanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi geografis Kabupaten Banyuwangi?
2. Bagaimana kondisi topografi Kabupaten Banyuwangi?
3. Bagaimana kondisi hidrologis Kabupaten Banyuwangi?
4. Bagaimana kondisi klimatologi Kabupaten Banyuwangi?
5. Bagaimana analisis tingkat kekeringan tiga bulanan pada tahun 2017 di Kabupaten
Malang?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kondisi geografis Kabupaten Banyuwangi.
2. Mengetahui kondisi topografi Kabupaten Banyuwangi.
3. Mengetahui kondisi hidrologis Kabupaten Banyuwangi.
4. Mengetahui kondisi klimatologi Kabupaten Banyuwangi.
5. Mengetahui analisis tingkat kekeringan tiga bulanan pada tahun 2017 di Kabupaten
Malang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Kabupaten Malang

2.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Malang


Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah
Surabaya. Selain itu kota Malang juga memiliki letak yang sangat strategis ditengah-
tengah wilayah kabupaten Malang. Hal ini diharapkan bahwa sarana dan prasarana
perkotaan yang dimiliki dapat menunjang kegiatan perekonomian secara dinamis
sehingga menjadi simultan perubahan kota ke arah industri dan jasa, termasuk
pariwisata dan pendidikan.

Gambar 2.1.1 Peta Batas Kota Malang

Secara geografis, kota Malang terletak diantara 7,06 - 8,02 Lintang Selatan
dan 112,06 Bujur Timur dengan luas wilayah 11.005,66 ha (110,06 Km2 ). Sampai
tahun 2005 kota Malang memiliki jumlah penduduk 782.110 jiwa dengan kepadatan
penduduk kurang lebih 7106 jiwa/ Km2 . Batas-batas wilayah kota Malang adalah
sebagai berikut:

Batas utara : kecamatan Singosari dan Karangploso, Kabupaten Malang


Batas selatan : kecamatan Tajinan dan Pakishaji, Kabupaten Malang
Batas timur : kecamatan Pakis dan Tumpang, Kabupaten Malang
Batas barat : kecamatan Wagir dan Dau, Kabupaten Malang

3
Secara astronomis, wilayah Kabupaten Malang terletak 112,06° – 112,07°
Bujur Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang Selatan.

2.1.2 Kondisi Topografi Kabupaten Malang


Kabupaten Malang berada didaerah pegunungan yang kondisi topografinya
dipengaruhi oleh Pegunungan Tengger yang berada disebelah timur, Gunung Kawi
dan Kelud berada disebelah barat serta Gunung Arjuna dan Welirang dibagian utara.
Bagian wilayah kabupaten yang berada pada wilayah pinggiran, topografinya
dipengaruhi oleh pegunungan. Keadaan topografi tersebut dapat digambarkan melalui
kelerengan beberapa wilayah, diantaranya adalah :

1. Kecamatan Tajinan, Turen, Bululawang, Gondanglegi, Pakisaji, Kepanjen dan


Pagelaran dengan luas 52.607,78 Ha (15,71 %) dari luas Kabupaten Malang
seluruhnya, merupakan wilayah yang memiliki kelerengan 0 - 2 %.
2. Kecamatan Lawang, Singosari, Dau, Karangploso, Pakis, Sumberpucung,
Kromengan, Dampit, Pagak, Bantur, Ngajum, Gedangan, Kalipare dan
Donomulyo, dengan luas 119.030,80 Ha atau 35,56 % dari luas Kabupaten
Malang seluruhnya, merupakan wilayah dengan kemiringan 2 - 15 %.
3. Kecamatan Wagir, Sumbermanjing Wetan dan Wonosari, dengan luas 73.110,72
Ha atau 21,84% dari seluruh luas Kabupaten Malang, memiliki Kelerengan antara
15 - 40 %.
4. Kecamatan-kecamatan pada kelerengan >40 % meliputi Kecamatan Pujon,
Ngantang, Tirtoyudo, Wajak, Ampelgading, Kasembon, Poncokusumo dan
Jabung. Daerah yang memiliki kelerengan ini adalah daerah yang harus
dihutankan karena memiliki fungsi sebagai perlindungan terhadap tanah dan air
dan menjaga ekosistem lingkungan hidup. Daerah dengan kelerengan diatas 40 %
di Kabupaten Malang meliputi areal seluas 90.037,70 Ha atau 26,89 % dari
seluruh luas Kabupaten Malang.
Ditinjau dari ketinggian, wilayah Kabupaten Malang terletak antara 0-2000
meter di atas permukaan laut dan menunjukan keadaan yang bervariasi yaitu kondisi
landai sampai kondisi pegunungan. Wilayah bergelombang terletak diwilayah
Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Daerah yang terjal atau perbukitan
sebagian besar terletak di Kecamatan Pujon, Ngantang, Tirtoyudo, Ampelgading,
Kasembon, Poncokusumo, Jabung dan Wajak. Sedangkan wilayah yang datar
sebagian besar terletak di Kecamatan Turen, Bululawang, Kepanjen, Godanglegi,
Tajinan, Pagelaran dan Pakisaji, serta sebagian Kecamatan Singosari, Lawang,
Karangploso, Dau, Pakis, Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Ngajum, Gedangan
Pagak, Kalipare, Donomulyo dan Bantur.

2.1.3 Kondisi Hidrologis Kabupaten Malang


Kondisi Hidrologis Di Kabupaten Malang dilalui oleh beberapa sungai besar
dan anak sungai, anak-anak sungai yang ada sebagian dari Kali Konto dan Kali
Brantas, sungai-sungai tersebut ada beberapa yang masuk di waduk-waduk

4
Karangkates dan Selorejo, ada juga yang masuk Samudra Indonesia dan Laut Jawa.
Berdasarkan data yang ada di Kabupaten Malang terdapat 588 mata air dengan debit 1
sampai di atas 200 liter/detik, debit tertinggi terdapat di Wendit Kecamatan Pakis
(1.100 liter/detik). Sedangkan kecamatan yang memiliki debit air lebih dari 200
liter/detik adalah mata air yang berada di Tumpang, Pakis, Singosari, Gondanglegi,
Sumberpucung, Ngajum, Wagir, Ampelgading dan Dampit.

2.1.4 Kondisi Klimatologis Kabupaten Malang


Kabupaten Malang memiliki iklim tropis dengan suhu antara 18,25 C sampai
dengan 31,45 C (suhu rata-rata dari empat stasiun pengamat cuaca antara 23 C
sampai 25 C). Tekanan udara yang paling tinggi dari empat stasiun pengamat cuaca
terjadi di Singosari 1.012,70 dan yang lain masih dibawah angka tersebut.
Kelembaban udara yang diteliti lewat keempat stasiun, Stasiun Lawang 2.423 adalah
menunjukkan angka tertinggi 84 % dan rata-rata kecepatan angin di empat stasiun
pengamat antara 1,8 sampai dengan 4,7 Km/jam. Untuk curah hujan di Kabupaten
Malang rata-rata pertahunnya 1.596 mm dengan hari hujan 84,85 per tahun, curah
hujan turun antara bulan April-Oktober. Diantara kedua musim tersebut ada musim
peralihan antara bulan April - Mei dan Oktober-November.

2.2 Analisis Tingkat Kekeringan Tiga Bulanan di Kabupaten Malang Tahun 2017

2.2.1 Sumber Data


Analisis dilakukan dengan menggunakan data curah hujan bulanan yang
diperoleh dari setiap pos hujan yang berada di sekitar Kabupaten Malang, yang
diantaranya pos hujan Dampit, Bantur, Karangploso, Donomulyo, Tlekung,
Karangkates, Sitiarjo, Karangsuko, Jabung, Lawang, Poncokusumo, dan Tajinan
yakni dari Januari 2000 s.d Desember 2017. Berikut adalah hasil data dari ke-12
pos hujan tersebut.
a. Pos Hujan Dampit

Tabel 2.2.1.a Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Dampit

5
b. Pos Hujan Bantur

Tabel 2.2.1.b Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Bantur

c. Pos Hujan Karangploso

Tabel 2.2.1.c Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Karangploso

6
d. Pos Hujan Donomulyo

Tabel 2.2.1.d Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Donomulyo

e. Pos Hujan Tlekung

Tabel 2.2.1.e Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Tlekung

7
f. Pos Hujan Karangkates

Tabel 2.2.1.f Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Karangkates

g. Pos Hujan Sitiarjo

Tabel 2.2.1 g Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Sitiarjo

8
h. Pos Hujan Karangsuko

Tabel 2.2.1.h Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Karangsuko

i. Pos Hujan Jabung

Tabel 2.2.1.i Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Jabung

9
j. Pos Hujan Lawang

Tabel 2.2.1.j Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Lawang

k. Pos Hujan Poncokusumo

Tabel 2.2.1.k Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Poncokusumo

10
l. Pos Hujan Tajinan

Tabel 2.2.1.l Tabel Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Tajinan

2.2.2 Metode Pengolahan Data


Berbagai metode dapat dilakukan untuk menganalisa indeks kekeringan di
suatu grid, salah satunya adalah Standardized Precipitation Indeks (SPI). SPI
merupakan analisis indeks kekeringan yang menggunakan curah hujan sebagai data
inputnya. Ananlisis tingkat kekeringan di Kabupaten Malang dilakukan dengan
menggunakan metode SPI tiga bulanan. Nilai SPI diperoleh dengan cara menginput
data curah hujan pada setiap pos hujan ke dalam scopic tersebut.

Gambar 2.2.2 Aplikasi SCOPIC

11
BMKG membagi rentang nilai SPI menjadi tujuh kategori, sebagai berikut:
Nilai SPI Klasifikasi Probabilitas
> 2.00 Sangat Basah 2.3%
1.50 – 1.99 Basah 4.4%
1.00 – 1.49 Agak Basah 9.2%
-0.99 – 0.99 Normal 68.2%
-1.49 – (-1.00) Agak Kering 9.2%
-1.99 – (-1.50) Kering 4.4%
< -2.00 Sangat Kering 2.3%
Tabel 2.2.2 Klasifikasi Nilai SPI

2.2.3 Hasil dan Analisis


Berdasarkan data curah hujan yang sudah diperoleh, lalu dimasukkan ke
dalam SCOPIC, kemudian diperoleh nilai SPI untuk setiap pos hujan. Nilai SPI yang
sudah diperoleh akan digunakan untuk membuat peta analisis tingkat kekeringan tiga
bulanan. Nilai SPI yang diambil untuk membuat peta tersebut adalah, nilai SPI setiap
bulan pada tahun 2017 pada masing-masing pos hujan. Kemudian nilai SPI tersebut
disusun menjadi sebuah tabel dengan masing-masing tabel berisi nilai SPI dari
seluruh pos hujan pada bulan yang sama. Berikut ini merupakan tabel nilai SPI yang
diperoleh dan peta analisis tingkat kekeringan 3 bulanan yang terjadi di Kabupaten
Malang pada tahun 2017.
a. November 2016 – Januari 2017

12
Hasil Peta:

Analisis: Pada bulan September hingga November tahun 2016 hingga Januari 2017 pada
kabupaten Malang dan kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI
sebesar -1 hingga 1 yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan
Gondang Legi dan Bantur mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI lebih
dari atau sama dengan 2,00. Pos hujan Sumberpucung, Tanjinan, dan Karangploso
mengindikasikan kondisi agak basah dengan nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49. Pos
hujan Lawang mengindikasikan kondisi basah dengan nilai SPI diantara 1,50 sampai
dengan 1,99. Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada
periode ini tergolong normal.

13
b. Desember 2016 – Februari 2017

14
Hasil Peta:

Analisis: Bulan Desember 2016 hingga November tahun 2016 hingga Februari 2017
pada kabupaten Malang dan kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan
nilai SPI sebesar -1 hingga 1 yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada
pos hujan Gondang Legi mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI
lebih dari atau sama dengan 2,00. Pos hujan Sumberpucung, Bantur, dan Lawang
mengindikasikan kondisi agak basah dengan nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49.
Tetapi pos hujan Tirtoyudo mengindikasikan kondisi sangat kering dengan nilai SPI
kurang dari atau sama dengan -2,00. Namun secara garis besarnya kabupaten Malang
dan kota Malang pada periode ini tergolong normal.

c. Januari 2017 – Maret 2017

15
Hasil Peta:

16
Analisis: Bulan Januari hingga Maret pada tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota Malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Gondang Legi
mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI lebih dari atau sama dengan
2,00. Pos hujan Lawang mengindikasikan kondisi agak basah dengan nilai SPI di
antara 1,00 hingga 1,49. Tetapi pos hujan Tirtoyudo mengindikasikan kondisi agak
kering dengan nilai SPI di antara -1,49 hingga -1,00. Namun secara garis besarnya
kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini tergolong normal.

d. Februari 2017 – April 2017

17
Hasil Peta:

Analisis: Bulan Februari hingga April pada tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota Malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Tirtoyudo, Jabung,
dan Sumbermanjing mengindikasikan kondisi agak kering dengan nilai SPI di antara
-1,49 hingga -1,00. Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang
pada periode ini tergolong normal.
e. Maret 2017 – Mei 2017

18
19
Hasil Peta:

Analisis: Bulan Maret hingga Mei pada tahun 2017 pada kabupaten Malang dan kota
Malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1 yang
penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Tajinan mengindikasikan
kondisi basah dengan nilai SPI di antara 1,50 sampai dengan 1,99.. Tetapi pos hujan
Sumbermanjing mengindikasikan kondisi sangat kering dengan nilai SPI lebih dari
atau sama dengan -2,00. Juga pos hujan Donomulyo, Sumberpucung, dan Jubung
mengindikasikan kondisi agak kering dengan nilai SPI di antara -1,49 hingga -1,00.
Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini
tergolong normal.

f. April 2017 – Juni 2017

20
21
Hasil Peta:

Analisis: Pada bulan April hingga Januari tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal Hanya pos hujan tanjinan yang
terlihat kondisinya basah dengan nilai SPI lebih daru atau sama dengan 2. Namun
secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini tergolong
normal.

22
g. Mei 2017 – Juli 2017

23
Hasil Peta:

Analisis: Pada bulan Mei hingga Juli tahun 2017 pada kabupaten Malang dan kota
malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1 yang
penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Gondang Legi dan Bantur
mengindikasikan kondisi agak kering dengan nilai SPI diantara -1.49 hingga -1,00.
Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini
tergolong normal.

h. Juni 2017 – Agustus 2017

24
25
Hasil Peta:

Analisis: Pada bulan Juni hingga September tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Tidak ada pos hujan yang
memantau terjadinya kekeringan atau basah dalam jangka periode tersebut.

i. Juli 2017 – September 2017

26
27
Hasil Peta:

Analisis: Pada bulan Juni hingga September tahun 2017 pada kabupaten Malang dan
kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1
yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Tidak ada pos hujan yang
memantau terjadinya kekeringan atau basah dalam jangka periode tersebut.

j. Agustus 2017 – Oktober 2017

28
29
Hasil Peta:

Analisis: Pada bulan Agustus hingga Oktober tahun 2017 pada kabupaten Malang
dan kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga
1 yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Donomulyo
mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI lebih dari atau sama dengan
2,00. Pos hujan Lawang mengindikasikan kondisi basah dengan nilai SPI diantara
1,50 sampai dengan 1,99. Pos hujan Bantur mengindikasikan kondisi agak basah
dengan nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49. Namun secara garis besarnya kabupaten
Malang dan kota Malang pada periode ini tergolong normal.

k. September 2017 – November 2017

30
31
Hasil Peta:

Analisis: Pada bulan September hingga November tahun 2017 pada kabupaten
Malang dan kota malang sebagian besarnya terlihat normal dengan nilai SPI sebesar
-1 hingga 1 yang penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan
Donomulyo mengindikasikan kondisi sangat basah dengan nilai SPI lebih dari atau
sama dengan 2,00. Pos hujan Lawang mengindikasikan kondisi basah dengan nilai
SPI diantara 1,50 sampai dengan 1,99. Pos hujan Bantur, Tanjinan, dan Karangploso
mengindikasikan kondisi agak basah dengan nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49.
Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan kota Malang pada periode ini
tergolong normal.

l. Oktober 2017 – Desember 2017

32
33
Hasil Peta:

Analisis: Bulan Oktober hingga Desember pada tahun 2017 pada kabupaten Malang dan kota
Malang sebagian besar terlihat normal dengan nilai SPI sebesar -1 hingga 1 yang
penggolongannya termasuk kondisi normal. Pada pos hujan Donomulyo dan Lawang
mengindikasikan kondisi basah dengan nilai SPI di antara 1,50 sampai dengan 1,99.. Tetapi
pos hujan Bantur, Tajinan, dan Karangploso mengindikasikan kondisi agak basah dengan
nilai SPI di antara 1,00 hingga 1,49. Namun secara garis besarnya kabupaten Malang dan
kota Malang pada periode ini tergolong normal.

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan wilayah malang masih tergolong daerah yang normal, namun ada beberapa
kecamatan seperti gondang legi dan bantur yang terindikasi sebagai daerah yang basah
sedangkan kecamatan jabung, tirtoyudo dan ampelgading yang terindikasi sebagai daerah
kering, kecamatan bantur dan gondang legi memiliki kelerengan 0-2% sedangkan
kecamatan jabung, tirtoyudo dan ampelgaging memiliki kelerengan >40%. Perbedaan
35
tingkat kekeringan ini tidak menutup kemungkinan untuk dipengaruhi oleh beberapa
faktor lainnya selain dari curah hujan yang menjadi variabel penelitian ini, misalnya
seperti ketinggian suatu wilayah ataupun tata guna lahan diwilayah tersebut juga dapat
menjadi pengaruh dari tingkat kekeringan di wilayah tersebut.

3.2 Saran
1. Memperbanyak pos hujan agar data yang di peroleh makin rapat
2. Pemuktahiran teknologi agar mempermudah data yang di dapatkan dan lebih lebih
akurat

DAFTAR PUSTAKA

http://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM_1503
541329BAB_6_MALANG_new.pdf
https://foresteract.com/kekeringan/2/

36

Anda mungkin juga menyukai