Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PENDAHULUAN

SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

B
BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3 A
B

3.1 PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI


Dalam bab ini akan dibahas tentang pendekatan pelaksanaan dan metodologi
pelaksanaan secara umum. Metode pelaksanaan diuraikan sebagai dasar dan tata cara
pelaksanaan pekerjaan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dan
seluruh kegiatan dapat dikoordinir dan dipantau dengan mudah.

3.2 PENDEKATAN TEKNIS


Pendekatan pelaksanaan studi dimaksudkan untuk lebih memahami hal-hal yang ada
dan yang timbul, khususnya masalah yang menyangkut aspek teknis, ekonomis dan
lingkungan sehingga tercapainya tujuan/produk yang optimal yang berwawasan
lingkungan.
Secara umum tahap pelaksanaan studi dibedakan menjadi 6 (enam) tahap, yaitu
sebagai berikut :
 Kegiatan I : Pekerjaan Pendahuluan
 Kegiatan II : Pekerjaan Inventarisasi dan Pengukuran
 Kegiatan III : Analisa dan Pengolahan Data
 Kegiatan IV : Desain dan Penggambaran
 Kegiatan V : Penyusunan Laporan
 Kegiatan VI : Diskusi

3.2.1. Pekerjaan Pendahuluan


Bagan alir pelaksanaan pekerjaan pendahuluan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

1
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Tidak

Ya

Gambar 3-1 Bagan Alir Pekerjaan Pendahuluan

Uraian dari pekerjaan pendahuluan adalah sebagai berikut :


1. Persiapan kantor/alat, tenaga ahli dan administrasi perijinan, meliputi :
a. Pengecekan personil;
b. Koordinasi dengan instansi terkait;
c. Administrasi perijinan.
2. Penyusunan rencana, jadwal kerja dan RMK.
Dalam tahap kegiatan pendahuluan akan dilakukan pembuatan detail program
kerja (jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan personil serta metode pelaksanaan
pekerjaan yang lebih mendetail.
3. Pengumpulan Data Sekunder dan Studi Terdahulu
Penyedia jasa harus mengumpulkan sekaligus menyusun ke dalam suatu
dokumen data seperti:
Pengumpulan data primer dan sekunder dari desain terdahulu dari instansi terkait
antara lain berupa: data curah hujan, data debit sungai, data klimatologi, data
tanah.
4. Survei Pendahuluan
Konsultan perencana harus melakukan survei pendahuluan untuk menentukan
langkah kerja sehingga didapat hasil pekerjaan yang memadai serta menyiapkan

2
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

laporan pendahuluan. Selain itu, konsultan perencana harus melakukan


inventarisasi lokasi potensi embung, yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Inspeksi lapangan pendahuluan harus dilakukan bersama oleh unsur Dinas PU
SDA Provinsi Jawa Timur selaku Direksi Pekerjaan dan UPT PSDA Dinas
PU SDA Provinsi Jawa Timur terkait;
b. Identifikasi kondisi eksisting
5. Pengidentifikasian masalah
6. Penentuan titik potensi embung berdasarkan kondisi topografi

3.2.2. Pekerjaan Inventarisasi dan Pengukuran


1. Survei Inventarisasi Kondisi Lapangan.
 Survei inventarisasi dilaksanakan melalui kegiatan penelusuran bersama yang
melibatkan Direksi/Supervisi Pekerjaan, staf PSDA/UPT setempat dan
tokoh/pemuka masyarakat maupun para pihak yang terkait guna memperoleh
data/informasi kondisi eksisting di lapangan.
 Data/informasi yang dibutuhkan meliputi catatan kerusakan maupun kebutuhan
perbaikan sarana dan prasarana yang ada agar embung berfungsi optimal,
termasuk kebutuhan bangunan baru.
 Inventarisasi kepemilikan lahan terhadap rencana kegiatan revitalisasi embung
beserta pengembangannya.
 Mencatat data/informasi yang telah diperoleh.
2. Survei Topografi.
Dalam hal kegiatan inventarisasi terhadap kondisi bangunan, ada hal-hal yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut :
 Mencatat titik lokasi potensi embung.
 Pemasangan patok-patok tetap (BM/CP) dan patok sementara.
Pekerjaan survei pengukuran topografi yang dilaksanakan adalah meliputi :
 Pengumpulan peta topografi lokasi studi, skala 1:50.000 dan atau 1:25.000
 Pemasangan patok kayu
 Pemasangan patok BM dan CP
Patok BM dibuat ukuran 20 cm  20 cm  1 m (memakai tulangan),
dipasang sedemikian hingga bagian yang menonjol di atas permukaan

3
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

tanah setinggi 25 cm, sedangkan yang tertanam di dalam tanah 75


cm, dipasang berdekatan dengan patok CP.
BM yang baru dipasang harus dilengkapi dengan nomenklatur.
Bentuk, dimensi, warna nomenklatur BM/ CP harus mengikuti standar
kriteria perencanaan yang berlaku.
Pemasangan Bench Mark (BM) harus bersamaan pada waktu
pematokan poligon, sehingga BM tidak langsung terukur pada waktu
pengukuran sudut dan waterpass.
Jumlah BM yang akan dipasang dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada Pengawas/ Direksi Pekerjaan, diusahakan dipasang pada
daerah yang strategis (aman dan mudah dicari).
Konsultan wajib membuat deskripsi BM/CP dengan dilengkapi bukti
foto berwarna dari setiap BM/CP, sebelum dan sesudah dipasang.
Deskripsi BM/CP disajikan dalam buku tersendiri dengan uraian jelas
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Rencana lokasi pemasangan BM/CP hendaknya mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan yang dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Lapangan.
 Peralatan (alat ukur) yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:
Theodolit T2 dan sejenisnya
Theodolit T0 dan sejenisnya
Waterpass NaK2 atau Ni2
Mistar ukur dengan skala yang harus sama
Payung, roll meter, dan lain-lain.
 Pengukuran Poligon dan Waterpass
 Pengukuran Situasi Trase dan Cross Section Sungai
Pengukuran cross section sungai dilakukan dengan skala penggambaran 1 :
100 atau disesuaikan dengan keadaan dan petunjuk Direksi Pekerjaan.
Sedangkan pengukuran situasi trase sungai dilakukan dengan skala
penggambaran 1 : 1.000 (H) dan 1 : 100 (V). Pengukuran situasi trase dan
profil melintang diambil kiri dan kanan masing-masing sejauh 100 m dari
as sungai dengan jarak antar masing-masing penampang melintang ± 50 m
untuk bagian yang lurus dan ± 25 m untuk tikungan, atau menyesuaikan

4
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

dengan bentuk tikungan, begitu seterusnya. Sketsa pengukuran harus


dibuat di buku ukur dan harus jelas.
 Titik referensi dan proyeksi yang digunakan dalam pelaksanaan
pengukuran harus mengacu (sama) dengan titik referensi yang terdahulu
atau menggunakan datum standar.
 Alat GPS yang digunakan cukup hanya pada 1 titik, alat tersebut kita
gunakan untuk referensi horisontal (x,y) dengan menggunakan proyeksi
UTM, sedangkan z (elevasi) harus dikonsultasikan dengan Pengawas/
Direksi Pekerjaan. Jika lokasi berada di dekat pantai, maka Konsultan
disarankan untuk mengacu pada mean sea level (MSL).
 Metode dan tata laksana pengukuran harus sesuai dengan standar dan
kriteria perencanaan (KP) yang berlaku, SNI serta petunjuk Direksi.
 Penghitungan dan evaluasi data ukur

Hasil pengukuran dari lapangan harus segera dihitung sehingga bila terjadi
kesalahan dapat dengan segera dilakukan pengukuran ulang. Sebelum memulai
perhitungan koordinat, maka terlebih dahulu diadakan pengecekan hasil ukur,
ketelitian sudut ukur dan lain-lain.

Pada hakekatnya, survei pengukuran topografi dimaksudkan untuk


memperoleh gambaran kondisi topografi yang lengkap dan jelas sesuai dengan
keadaan lapangan yang sebenarnya. Secara umum pekerjaan yang dilakukan
meliputi kegiatan-kegiatan berikut :

1. Penentuan Titik Referensi


Titik referensi untuk awal pengukuran adalah titik-titik yang sudah diketahui
koordinatnya dan tingginya seperti titik Triangulasi atau titik Dopler atau
titik-titik yang telah dipasang pada studi terdahulu sebagai acuan titik awal
dari pengukuran, atau titik lainnya yang disetujui oleh Direksi.

1). Titik Referensi Posisi Horizontal/Koordinat (X,Y)


Untuk pekerjaan ini akan dipakai BM Nasional yang terdekat (jika
ada), namun jika tidak tersedia, maka dipakai BM pada bangunan
penting yang berdekatan (misal jembatan, bendung/bendungan, dsb).
Sedangkan untuk menyesuaikan dengan koordinat peta dilakukan
pengecekan (insitu) dengan menggunakan Global Positioning System

5
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

(GPS).

2). Titik Referensi Posisi Vertikal (Z)


Referensi ketinggian prinsipnya sama dengan pengikatan pada arah
horisontal. Ilustrasi proses pengikatan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3-1 Ilustrasi Proses Pengikatan

Dari Gambar di atas diformulasikan tinggi titik BM terhadap bidang


referensi sebagai berikut :
T. BM = ( BT.1 – BT.2 ) - KP
Keterangan :
- T.BM = tinggi Titik BM terhadap bidang referensi (LLWL)
- BT.1 = bacaan benang tengah rambu belakang
- BT.2 = bacaan bengan tengah rambu muka
- KP = koreksi nol palem

3). Inventarisasi Bench Mark (BM) yang ada dan penambahan BM


baru.
Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat
Bench Mark (BM) baru, yang mana lokasi pemasangannya
disesuaikan dengan arahan dari pihak Direksi Pekerjaan. Titik-titik
BM baru yang terpasang ini mempunyai fungsi untuk menyimpan data
koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).

6
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan


ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Titik BM baru ini
kemudian diberi Nomenklatur atau kode, untuk memudahkan
pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu dibuat deskripsi
BM, yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang,
nilai koordinat dan elevasi, serta foto-foto yang menunjukkan dimana
BM tersebut terpasang.

Untuk menunjang hasil kegiatan proyek, dilakukan penambahan


benchmark baik berupa BM maupun CP di beberapa lokasi untuk
menjamin akurasi pengukuran pada saat pelaksanaan konstruksi.

Dimensi patok Bench Mark (BM) berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm


terbuat dari beton dan Control Point (CP) berukuran 10 cm x 10 cm x
80 cm atau pipa paralon diameter 4“ diisi beton cor. Keduanya
dilengkapi paku/besi beton yang dipasang menonjol setinggi 1 cm
pada bagian atas BM dan CP.

Penempatan CP dan BM pada posisi yang memudahkan kontrol


pengukuran, aman dari gangguan manusia atau hewan, tidak
mengganggu transportasi dan kegiatan rutin penduduk sekitar, diluar
areal kerja/batas pembebasan tanah untuk bangunan air dan saluran,
tetapi cukup mudah dicari dan berada dicakupan lokasi kerja. Patok
CP dan BM dilengkapi dengan kode proyek, nama, nomor dan huruf
yang akan dikonsultasikan dengan direksi.

Gambar 3-2 Bentuk dan Ukuran Patok Beton/ Bench Mark (BM)

7
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

10
10 PermukaanTanah

Adukan semen

30 80

Angkur besi
10

Gambar 3-3 Bentuk dan Ukuran Patok Beton/ Control Point (CP)

Pemasangan patok Bench Mark & Control Point serta Patok Kayu
dengan kriteria sebagai berikut :

 Konstruksi BM besar berukuran (20 x 20 x 80) cm.


 Sedangkan BM kecil untuk tanda azimuth dan Control Point (CP),
dibuat dari pipa PVC dengan diameter 3 inch.
 Bench Mark besar dipasang sebagai berikut :
Pada setiap rencana lokasi bangunan atau sesuai petunjuk
Direksi
Pada setiap titik simpul pengukuran atau sesuai petunjuk
Direksi
 Bench mark kecil untuk tanda azimuth dipasang didekat Bench Mark
besar ± 150 m dan bebas pandangan.
 Bench mark-bench mark tersebut harus dipasang sebelum dilakukan
pengukuran di tempat yang aman, keadaan tanahnya stabil, dan
lokasinya mudah dicari kembali.
 Setiap Bench Mark (BM) harus diberikan tanda pengenal (Reference
Point) dan dipasang permanen agar tidak mudah dicabut serta aman
guna pelaksanaan konstruksi.
 Bench Mark harus dibuat diskripsinya dengan foto berwarna lengkap
dengan sketsanya.
 Untuk patok dibuat dari kayu dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm atau
bambu diameter 5 cm, panjang 60 cm, ditanam ke dalam tanah

8
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

sedalam 30 cm, dicat merah, diberi nomor kode yang teratur dan
dipasang paku sebagai titik bidiknya.
2. Pengukuran poligon
Dimaksudkan untuk mendapatkan posisi horisontal (x,y). Dalam
pengukuran poligon ada 2 unsur penting yg perlu diperhatikan dengan teliti
yaitu ”jarak” dan ”sudut jurusan”.

3. Pengukuran waterpass (sipat datar)/ levelling


Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z),
pada masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda pengukuran
yang dilakukan ini metoda waterpass, yaitu dengan melakukan pengukuran
beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi yang di pilih (LWS),
jalannya pengukuran setiap titik seperti diilustrasikan pada gambar 3.6. di
bawah ini.

rambu

P
P L
P 3
2 WS=0,00
1

Gambar 3-4 Pengukuran Waterpass

Spesifikasi Teknis Pengukuran Waterpass adalah sebagai berikut :


1) Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menentukan ketinggian
titik-titik (BM, CP dan patok-patok) terhadap bidang referensi tertentu
yang akan digunakan sebagai jaring sipat datar pemetaan.
2) Alat ukur yang dipakai adalah Automatic Level NAK-2 atau yang
sederajat dan rambu ukur alumunium 3 m.
3) Jalur pengukuran di bagi menjadi beberapa seksi.
4) Tiap seksi di bagi menjadi slag yang genap.
5) Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka.

9
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

6) Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double stand, ring.


Panjang seksi-seksi pengukuran waterpass antara 1,00 – 2,20 km.
7) Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
8) Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati (BM).
9) Toleransi salah penutup tinggi (Sp) < 10 mm D, Keterangan :
i. n = Salah penutup tinggi.
ii. D = Jarak dalam satuan km.
10) Pengukuran waterpass diikatkan pada titik tetap ketinggian geodetis
yang ada di dekat daerah pengukuran atau titik referensi lain yang
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
11) Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah dan
bawah).
Pengukuran sifat datar ini dilakukan melalui titik-titik poligon dan patok
lainnya yang digunakan untuk pengukuran situasi dan profil melintang
sungai.

4. Pengukuran situasi trase sungai


Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi detail sungai yang kritis dan
akan ditangani mulai dari rencana titik tinjau paling hilir hingga sepanjang
yang diperlukan ke arah hulu. Pengukuran situasi detail dilakukan dengan
cara tachymetri dengan menggunakan alat ukur theodolite kompas. Batas-
batas pengukuran akan ditentukan oleh Tenaga Ahli Geodesi di lapangan
yang terlebih dahulu harus dikonsultasikan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) dipasang sesuai
dengan petunjuk Direksi/ Pengawas Pekerjaan. Peta situasi trase sungai
akan digambar dengan skala 1 : 1.000 dan gambar peta index dengan skala 1
: 10.000 atau sesuai dengan petunjuk Direksi/ Pengawas Pekerjaan, yang di
dalamnya harus dapat memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
 Garis ketinggian kedudukan muka air tertinggi dan muka air terendah
 Seluruh titik spot height yang diukur
 Batas-batas tanah halaman, rumah, lapangan, pagar dan sebagainya
 Titik-titik rencana penyelidikan geologi teknik, serta
 Lokasi Bench Mark (BM) dan Control Point (CP).

10
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

5. Pengukuran penampang melintang dan memanjang sungai


Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi terukur yang
dapat dipergunakan dalam perencanaan bangunan serta perkiraan volume
galian dan timbunan.
Untuk mengetahui bentuk permukaan sungai maka dilakukan pengukuran
profil (cross section).
Spesifikasi pengukuran penampang memanjang dan melintang sebagai
berikut :
 Pengukuran dilakukan di sepanjang sungai pada patok-patok profil
yang telah dipasang.
 Interval profil 50 m dan 100 m atau sesuai dengan kondisi lapangan.
 Pengukuran profil tegak lurus sungai.
 Pengukuran terikat terhadap titik poligon.
 Pengukuran situasi dan penampang dilakukan bersama-sama.
 Alat ukur yang di pakai adalah Thedolite T0 atau yang sederajat.
 Metode yang dipergunakan adalah metode tachimetri.
 Pengukuran dilaksanakan dengan sitem raai.
 Jalur raai merupakan panjang penampang melintang sungai.
 Penampang melintang di buat dengan interval jarak  100 m pada
bagian sungai yang lurus dan < 50 m pada bagian sungai yang
berkelok-kelok atau disesuaikan dengan keperluan.
 Penampang memanjang diambil pada dasar sungai yang terdalam
termasuk peil-peil muka air tanah terendah, normal dan tertinggi.
 Detail yang ada di lapangan di ukur, terutama kampung, lembah,
bukit, jembatan dan lain-lain.
 Setiap 50 m atau 25 m titik poligon diukur dengan meter ukur baja dan
harus diikatkan pada patok kerangka utama.
 Pengamatan matahari harus dilakukan setiap 2,5 km.
 Setiap titik poligon harus diukur ketinggiannya.
 Profil memanjang dan melintang dilakukan dengan interval jarak 100
m dan pada belokan diukur setiap 50 m dengan koridor 100 m kekiri
dan kekanan dari tepi sungai.

11
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

 Jika trase memotong anak sungai, maka alur sungai tersebut harus di
ukur profil melintangnya.
 Titik detail trase di ambil dari data profil melintang, sedangkan detail
lainnya yang ada diantara profil melintang harus di ukur dengan cara
dirincikan sehingga kerapat titik detail 2 cm pada petanya.
 Pengukuran penampang melintang sungai untuk lebar B ≤ 100 m
dapat dilakukan dengan menggunakan waterpass atau To untuk lebar
> 100 m akan dilakukan beberapa titik di tepi sungai berjarak 25 – 50
m dari muka air sungai sedangkan profil sungai akan diukur dengan
sistim colokan jika kedalaman air h ≤ 3 m, jika h > 3 m dilakukan
dengan echosounder.
 Titik-titik pengukuran penampang melintang direncanakan seperti
gambar berikut :

Bts Bts
Koridor Koridor
T A Te
epi kiri s pi kanan

Gambar 3-5 Profil Melintang Sungai

B 2 Colok / B
2
ts Koridor Echosounder ts Koridor
T,5 m A ,5 m T
epi kiri s epi kanan

Gambar 3-6 Profil Melintang Sungai Untuk Lebar Sungai B > 100 m

3. Inventarisasi Geologi Teknik dan Tes Laboratorium Mekanika Tanah.


Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tanah dasar di sekitar lokasi
bangunan utama dan pelengkap yang akan digunakan untuk pekerjaan detail desain
bangunan. Adapun pekerjaan yang dilakukan adalah :
A. Pekerjaan Pemboran Geoteknik dan Sedimentasi
1. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat
12
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

2. Sondir
3. Sedimen Sampler
4. Pengambilan Sampel Tanah
B. Uji Lab
C. Natural Water Content
1. Natural Density
2. Specific Gravity
3. Grain Size Analysis
4. Unconfinned Compression Test
5. Triaxial CU
6. Permeability Test
7. Consolidation Test
8. Analisa Tanah Sedimen

4. Survei Hidrologi/Hidrometri :
Survei hidrologi/hidrometri diperlukan untuk memperoleh data debit sungai yang
terbaru sebagai pelengkap dari data yang sudah ada. Data-data hidrologi yang
dikumpulkan melalui kegiatan survei hidrologi/hidrometri untuk keperluan analisa
hidrologi antara lain :
 Peta lokasi pos hidrologi dan klimatologi terkait
 Peta catchment area daerah studi
 Data hujan dari stasiun-stasiun hujan yang berpengaruh terhadap daerah
studi
 Data pencatatan tinggi muka air/debit dari pos pengamatan TMA atau
AWLR yang berpengaruh terhadap daerah studi
 Data kejadian banjir di sekitar daerah studi
 Aspek analisa hidrologi dari hasil studi terdahulu yang terkait dengan
pekerjaan ini.
 Mengadakan pengukuran debit di beberapa sungai utama untuk
menyempurnakan rating curve yang ada.
Tata laksana kegiatan survei pengukuran mengacu pada SNI 03-2414-1991 tentang
Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka, SNI 03-2159-1992 tentang
Metode Pengukuran Debit Sungai, dan SNI 03-2819-1992 tentang Metode

13
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka dengan Alat Ukur Arus Tipe
Baling-baling dengan berdasarkan teori dari Hayes (1978), dan Loebis dkk (1995)
yang diuraikan berikut ini.
a. Pemilihan lokasi pengukuran menggunakan ketentuan
Palung sungai sedapat mungkin harus lurus dengan arah, dan
kecepatan aliran seragam/sejajar.
Dasar sungai tidak berubah-ubah, bebas dari batuan besar atau
bangunan air yang menyebabkan aliran tidak seragam/sejajar.
Dasar penampang sungai sedapat mungkin rata sehingga saat
perhitungan menghasilkan nilai yang sebenarnya.
Memilih lokasi semacam itu sangat sulit namun harus diupayakan
lokasi terbaik dari keadaan yang ada.
b. Mempersiapkan peralatan pengukuran debit. Apabila kondisi normal,
maka menggunakan alat ukur current meter yaitu alat ukur tipe baling-
baling, sedangkan apabila kondisi debit sangat besar/banjir maka
menggunakan alat ukur floats yaitu alat ukur dengan kabel yang
diapungkan di dalam air pada kedalaman tertentu.
c. Langkah selanjutnya membentangkan kabel ukur baja pada penampang
pengukuran untuk mengukur penampang, dan menentukan batas setiap
jalur vertikal. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara merawas, kebal
gantung atau melalui jembatan. Merawas adalah pengukuran dengan cara
turun langsung menyeberangi penampang basah.

Gambar 3-8 Beberapa Cara Pengukuran Debit Dengan Current Meter


14
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

d. Tahap pengukuran dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.


Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur
kecepatannya kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran 0,2;
0,6; dan 0,8 dari permukaan air.

Gambar 3-9 Alat Ukur Kecepatan

Mengukur jarak dari tepi permukaan sungai ke setiap garis


pengukuran vertikal. Kegiatan ini berulang untuk setiap perpindahan
jalur vertikal, kemudian hasil pengukuran dicatat pada form khusus.
Melaksanakan perhitungan sesuai pendekatan teknis. Perhitungan
dilakukan dengan beberapa metode, sebagai berikut :

Gambar 3-10 Kedalaman Pengukuran

 Metode Satu Titik


Metode ini hanya digunakan pada saat kedalaman aliran kurang dari
0,76 m. Hasil pengukuran kecepatan diasumsikan pada kecepatan di
kedalaman 0,6 D.
 Metode Dua Titik
15
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Metode ini menggunakan hasil pengukuran kecepatan pada


kedalaman 0,2 D dan 0,8D, sehingga kecepatan reratanya

 Metode Tiga Titik


Metode ini menggunakan hasil pengukuran kecepatan pada
kedalaman 0,2 D, 0,6 D dan 0,8D, sehingga kecepatan reratanya

Gambar 3-11 Penampang Pengukuran Vertikal

3.2.3. Analisa dan Pengolahan Data


1. Analisa Data Hidrologi/Hidrometri
Proses Analisa hidrologi merupakan proses yang sangat penting dalam
suatu perencanaan yang berhubungan dengan bidang keairan. Pada dasarnya,
proses Analisa ini merupakan proses pengolahan data curah hujan, data luas
dan bentuk daerah pengaliran (catchment area), data kemiringan lahan atau
beda tinggi, dan data tata guna lahan yang kesemuanya memiliki arahan untuk
mengetahui besarnya curah hujan maksimum, koefisien pengaliran, waktu
konsentrasi, intensitas curah hujan, dan debit banjir rencana. Analisa hidrologi
untuk perencanaan sebuah embung, meliputi tiga hal yakni :
a. Aliran masuk (inflow) yang mengisi embung
b. Tampungan embung
c. Debit banjir rancangan

16
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Hidrologi memegang peranan penting khususnya untuk lokasi-lokasi yang


potensi air bakunya bersumber dari sungai. Analisa hidrologi dibutuhkan untuk
menentukan ketersediaan air yang merupakan potensi sebenarnya. Analisa
hidrologi ini lebih banyak bergantung pada data sekunder.

ANALISA DATA HILANG


Seringkali data hujan yang tercatat (teramati) tidak lengkap atau hilang ada
beberapa penyebab sehingga data tidak lengkap yaitu; kerusakan alat,
sipengamat tidak mencatat, alat dipindah atau dalam keadaan perang.
Untuk menaksir data hujan yang tidak lengkap ada 3 (tiga) cara
pendekatan yaitu cara aljabar, cara perbandingan normal dan cara
kebalikan kuadrat jarak.

Cara Aljabar
Berlaku apabila perbedaan data hujan untuk jangka waktu tahunan rata
rata antara stasiun hujan terdekat kurang dari 10 %, dengan rumus :

Keterangan :
Hd = Hujan yang hilang pada stasiun D yang diperkirakan
Ha, Hb, Hc = Data hujan yang teramati pada stasiun A, B dan C

Cara Perbandingan Normal


Dipakai apabila data hujan untuk jangka waktu tahunan rata rata
antara stasiun hujan yang terdekat melebihi 10 %, rumus :

Keterangan :
Hd = Data hujan yang hilang pada stasiun D (dihitung)
Rd = Hujan rata rata pada stasiun D
Ha, Hb, Hc = Hujan pada masing masing stasiun A, B dan C
Ra, Rb, Rc = Hujan tahunan rata rata pada A, B dan C

Cara kebalikan kuadrat jarak

17
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Keterangan :
Hd = Data hujan yang hilang pada stasiun D yang
dihitung
Ha, Hb, Hc = Hujan yang teramati pada stasiun A, B dan C
dXa, dXb, dXc = Jarak dari stasiun A, B dan C ke stasiun D

UJI KONSISTENSI DATA HUJAN


Data hujan yang akan diAnalisa harus konsisten, data yang tidak konsisten
dapat disebabkan karena tumbuhnya pohon di dekat alat penakar hujan,
pergantian alat dan perubahan metode pencatatan. Untuk mengetahui
tingkat konsistensi data hujan, diperlukan suatu uji konsistensi data dari
stasiun hujan yang bersangkutan.

Pada prinsipnya metode pengujian tersebut merupakan pembandingan data


stasiun yang bersangkutan dengan data stasiun hujan lain yang lokasinya
berada disekitarnya. Perubahan meteorologi tidak akan menyebabkan
perubahan kemiringan garis hubungan antara data stasiun tersebut dengan
data stasiun disekitarnya, karena stasiun-stasiun yang lain juga akan ikut
terpengaruh oleh perubahan tersebut dengan cara yang sama. Konsistensi
data-data hujan bagi masing-masing stasiun dasar (stasiun yang akan
digunakan untuk menguji) harus diuji terlebih dahulu dan yang
menunjukkan catatan yang tak konsisten harus dibuang sebelum
dipergunakan. Jika tidak ada stasiun yang bisa dijadikan stasiun dasar atau
tidak terdapat catatan historis mengenai perubahan data, maka langkah
awal terhadap data adalah menghapus data-data yang dianggap meragukan.

Berdasarkan konsep tersebut diatas, saat ini dikenal dua cara uji
konsistensi data yang sering digunakan, yaitu :

1. Cara Regresi / Korelasi

18
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Mencari korelasi antara stasiun yang akan diuji konsistensinya dengan


stasiun pembanding. Bila korelasi kedua data mendekati satu, maka
data tersebut bisa dikatakan konsisten. Cara ini dipakai jika
karakteristik daerah tinjauan dari stasiun-stasiun pengamatan data
dapat diasumsikan homogen.

2. Cara Massa Ganda


Uji konsistensi data adalah uji kesesuaian data curah hujan pada suatu
stasiun hujan. Adanya penyimpangan terhadap trend semula tersebut
dapat diselidiki dengan menggunakan teknik garis massa ganda
(double mass curve) yaitu dengan membandingkan data curah hujan
tahunan jangka waktu yang panjang alat yang bersangkutan dengan
data curah hujan rata-rata sekelompok alat ukur dalam periode yang
sama, Jika didapatkan suatu penyimpangan maka data pengamatan
harus dikoreksi dengan mengalikan faktor c, dengan rumus :

Pcx = Px

Keterangan :
Pcx = curah hujan stasiun X pada waktu t setelah dikoreksi (mm)
Px = data asli curah hujan stasiun X pada waktu t (mm)
Mc = koreksi kemiringan kurva massa ganda
Ma = kemiringan asli kurva massa ganda

Correction ratio =
Kumulatif Stasiun x (mm)

Mc / Ma = c / a

c a

Kumulatif rerata stasiun terdekat (mm)

Gambar 3-12 Uji Konsistensi Data Hujan

HUJAN WILAYAH
19
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan


air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan.
Stasiun-stasiun pengamat hujan yang tersebar pada satu daerah aliran dapat
dianggap sebagai titik (point). Tujuan mencari hujan rata-rata adalah
mengubah hujan titik (point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional
rainfall) atau mencari suatu nilai yang dapat mewakili pada suatu daerah
aliran. Analisa curah hujan wilayah dapat dilakukan dengan :
 Cara rata-rata aljabar
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-
rata hitung (arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar-
penakar hujan di daerah tersebut. Curah hujan rerata daerah metode
rata-rata aljabar dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut
(Soemarto, 1999:10) :
d1  d 2  d 3  ...  d n n
d
d  i
n i 1 n

Keterangan :
d = tinggi curah hujan rata-rata daerah
d1,d2,…dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,…n
n = banyaknya pos penakar
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos
penakarnya ditempatkan secara merata di daerah tersebut, dan hasil
penakaran masing-masing pos penakar tidak menyimpang jauh dari
nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal (Soemarto, 1999 : 10).

 Cara poligon Thiesen


Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted
mean). Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos
penakar hujan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah
penakar dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak
lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar terdekat.
Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos yang satu dengan lainnya
adalah linier dan bahwa sembarang pos dianggap dapat mewakili
kawasan terdekat.

20
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Hasil metode poligon Thiessen lebih akurat dibandingkan dengan


metode rata-rata aljabar. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan
luas 500 – 5.000 km2, dan jumlah penakar hujan terbatas dibandingkan
luasnya.
Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos penakar
dibuat garis lurus penghubung.
2) Tarik garis tegak lurus ditengah-tengah tiap garis penghubung
sedemikian rupa, sehingga membentuk poligon Thiessen. Semua
titik dalam satu poligon akan mempunyai jarak terdekat dengan pos
penakar yang ada di dalamnya dibandingkan dengan jarak terhadap
pos lainnya. Selanjutnya curah hujan pada pos tersebut dianggap
representasi hujan pada kawasan dalam poligon yang bersangkutan.

P
B .2
atas DPS

P
A
.1
2

A A
4 3
A
1
P

P .3

.4

Gambar 3-13 Metode Poligon Thiessen

3) Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dnegan planimeter


dan luas total DAS (A) dapat diketahui dengan menjumlahkan
semua luasan poligon.
4) hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut :

21
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Di mana P1, P2, …., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos
penakar hujan 1, 2, …., n. sedangkan A 1, A2, …., An adalah luas
areal poligon 1, 2, …., n. serta n adalah banyaknya pos penakar
hujan.
 Cara Isohyet
Dengan cara ini, maka harus digambar dulu kontur dengan tinggi
hujan yang sama (isohyet), seperti pada berikut. (Soemarto, 1999 : 11)

Gambar 3-14 Metode Garis Isohyet

Kemudian luas bagian di antara isohyet-isohyet yang berdekatan


diukur, dan nilai rata-ratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang
hitung nilai kontur, sebagai berikut :

d 0  d1 d  d2 d  dn
A1  1 A2  ...  n 1 An
d 2 2 2
A1  A2  ...  An

Keterangan :
A = luas areal total
d = tinggi hujan rata-rata areal
d0, d1, …dn = curah hujan pada isohyet 0,1,2, …,n
A1, A2, A3,…An = luas bagian areal yang dibatasi
oleh isohyet-isohyet yang bersangkutan

Kriteria Pemilihan Metode :


Lepas dari kelebihan dan kelemahan ketiga metode di atas,
pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat
ditentukan dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut :

22
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

 Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS


 Luas DAS
 Topografi DAS

1) Jaring-jaring Pos Penakar Hujan

Jumlah pos penakar hujan cukup Metode Isohyet, Thiessen


atau rata-rata Aljabar dapat
dipakai
Jumlah pos penakar hujan terbatas Metode rata-rata Aljabar atau
Thiessen
Pos penakar hujan tunggal Metode hujan titik

2) Luas DAS

DAS besar (> 5,000 km2) Metode Isohyet


DAS sedang (500 s/d 5.000 km2) Metode Thiessen
DAS kecil (< 500 km2) Metode rata-rata Aljabar

3) Topografi DAS

Pegunungan Metode rata-rata Aljabar


Dataran Metode Thiessen
Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohyet

ANALISA HUJAN RENCANA


Curah hujan rancangan diperlukan sebagai data masukan pada analisa debit
banjir rancangan. Untuk itu perlu dilakukan Analisa curah hujan rancangan.
Metode yang digunakan untuk melakukan Analisa curah hujan rancangan
dengan periode kala ulang tertentu adalah sebagai berikut :
 Distribusi Gumbel Tipe I
 Distribusi Log Normal 2 Dua Parameter
 Distribusi Log - Pearson Tipe III
 Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)

Distribusi Gumbel Tipe I


Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I
23
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

sebagai berikut :
X =
Keterangan :
X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang
tertentu (mm)
= Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi

=
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari
jumlah data (n).
YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang
diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu

=
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari
jumlah data (n).
S = Simpangan baku

=
n = Jumlah data
CS = koefisien kepencengan
= 1,1396
CK = koefisien kurtosis
= 5,4002
Dengan mensubstitusikan persamaan-persamaan diatas diperoleh :
X =

Jika : dan

Persamaan diatas menjadi :


24
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Koefisien Skewness :

Keterangan :
Cs = koefisien skewness
= nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = jumlah data
Koefisien Kurtosis :

Keterangan :
Ck = koefisien kurtosis
= nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
N = jumlah data

Tabel 3-1 Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)

n Yn n Yn n yn n Yn
10 0,4952 34 0,5396 58 0,5515 82 0,5672
11 0,4996 35 0,5402 59 0,5518 83 0,5574
12 0,5035 36 0,5410 60 0,5521 84 0,5576
13 0,5070 37 0,5418 61 0,5524 85 0,5578
25
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

14 0,5100 38 0,5424 62 0,5527 86 0,5580


15 0,5128 39 0,5430 63 0,5530 87 0,5581
16 0,5157 40 0,5436 64 0,5533 88 0,5583
17 0,5181 41 0,5442 65 0,5535 89 0,5585
18 0,5202 42 0,5448 66 0,5538 90 0,5586
19 0,5220 43 0,5453 67 0,5540 91 0,5587
20 0,5236 44 0,5458 68 0,5543 92 0,5589
21 0,5252 45 0,5463 69 0,5545 93 0,5591
22 0,5268 46 0,5468 70 0,5548 94 0,5592
23 0,5283 47 0,5473 71 0,5550 95 0,5593
24 0,5296 48 0,5477 72 0,5552 96 0,5595
25 0,5309 49 0,5481 73 0,5555 97 0,5596
26 0,5320 50 0,5485 74 0,5557 98 0,5598
27 0,5332 51 0,5489 75 0,5559 99 0,5599
28 0,5343 52 0,5493 76 0,5561 100 0,5600
29 0,5353 53 0,5497 77 0,5563
30 0,5362 54 0,5501 78 0,5565
31 0,5371 55 0,5504 79 0,5567
32 0,5380 56 0,5508 80 0,5569
33 0,5388 57 0,5511 81 0,5570
Sumber : Hidrologi Teknik, C.D. Soemarto, Edisi Ke-2, 1987:236

Tabel 3-2 Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi Data dengan Jumlah Data (n)

n Sn n Sn n Sn n Sn

26
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

10
0,9496 33 1,1226 56 1,1696 79 1,1930
11
0,9676 34 1,1255 57 1,1708 80 1,1938
12
0,9833 35 1,1286 58 1,1721 81 1,1945
13
0,9971 36 1,1313 59 1,1734 82 1,1953
14
1,0095 37 1,1339 60 1,1747 83 1,1959
15
1,0206 38 1,1363 61 1,1759 84 1,1967
16
1,0316 39 1,1388 62 1,1770 85 1,1973
17
1,0411 40 1,1413 63 1,1782 86 1,1987
18
1,0493 41 1,1436 64 1,1793 87 1,1987
19
1,0565 42 1,1458 65 1,1803 88 1,1994
20
1,0628 43 1,1480 66 1,1814 89 1,2001
21
1,0696 44 1,1499 67 1,1824 90 1,2007
22
1,0754 45 1,1519 68 1,1834 91 1,2014
23
1,0811 46 1,1538 69 1,1844 92 1,2020
24
1,0864 47 1,1557 70 1,1854 93 1,2026
25
1,0915 48 1,1574 71 1,1854 94 1,2032
26
1,0861 49 1,1590 72 1,1873 95 1,2038
27
1,1004 50 1,1607 73 1,1881 96 1,2044
28
1,1047 51 1,1623 74 1,1890 97 1,2049
29
1,1086 52 1,1638 75 1,1898 98 1,2055
30
1,1124 53 1,1658 76 1,1906 99 1,2060
31
1,1159 54 1,1667 77 1,1915 100 1,2065
32
1,1193 55 1,1681 78 1,1923

Sumber : Hidrologi Teknik, C.D. Soemarto, Edisi Ke-2, 1987:237

Distribusi Log–Normal Dua Parameter


Distribusi Log–normal dua parameter mempunyai

27
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

persamaan transformasi sebagai berikut:


Log Xt =
Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
= Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan
(mm)
= Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil
pengamatan

=
k = faktor frekuensi, sebagai fungsi dari koefisien
variasi (cv) dengan periode ulang t. Nilai k dapat
diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi
peluang kumulatif dan periode ulang, lihat Tabel.
CS = koefisien kepencengan = 3 CV + CV3
CK = koefisien kurtosis
= CV8 + 6CV6 + 15CV4 + 16CV2 + 3
CV = koefisien variasi

=
= deviasi standar populasi ln X atau log X
= rata-rata hitung populasi ln X atau lo

Tabel 3-3 Tabel Nilai Faktor Frekuensi (k) Sebagai Fungsi dari Nilai CV

Koefisien Peluang Kumulatif P(%) : P(X<=X)


Variasi 50 80 90 95 98 99
28
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Periode Ulang (Tahun)


(CV)
2 5 10 20 50 100
0.05 -0.0250 0.8334 1.2965 1.6863 2.1341 2.4570
0.10 -0.0496 0.8222 1.3078 1.7247 2.2130 2.5489
0.15 -0.0738 0.8085 1.3156 1.7598 2.2899 2.2607
0.20 -0.0971 0.7926 1.3200 1.7911 2.3640 2.7716
0.25 -0.1194 0.7746 1.3209 1.8183 2.4318 2.8805
0.30 -0.1406 0.7647 1.3183 1.8414 2.5015 2.9866
0.35 -0.1604 0.7333 1.3126 1.8602 2.5638 3.0890
0.40 -0.1788 0.7100 1.3037 1.8746 2.6212 3.1870
0.45 -0.1957 0.6870 1.2920 1.8848 2.6731 3.2799
0.50 -0.2111 0.6626 1.2778 1.8909 2.7202 3.3673
0.55 -0.2251 0.6379 1.2613 1.8931 2.7613 3.4488
0.60 -0.2375 0.6129 1.2428 1.8915 2.7971 3.5211
0.65 -0.2185 0.5879 1.2226 1.8866 2.8279 3.3930
0.70 -0.2582 0.5631 1.2011 1.8786 2.8532 3.3663
0.75 -0.2667 0.5387 1.1784 1.8677 2.8735 3.7118
0.80 -0.2739 0.5118 1.1548 1.8543 2.8891 3.7617
0.85 -0.2801 0.4914 1.1306 1.8388 2.9002 3.8056
0.90 -0.2852 0.4686 1.1060 1.8212 2.9071 3.8137
0.95 -0.2895 0.4466 1.0810 1.8021 2.9103 3.8762
1.00 -0.2929 0.4254 1.0560 1.7815 2.9098 3.9035
Sumber : Soewarno, 1995

29
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Distribusi Log Pearson Tipe III


Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil
transformasi dari distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan
data menjadi nilai logaritmik. Persamaan distribusi Log Pearson
Tipe III dapat ditulis sebagai berikut :
Log Xt =
Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
= Rata-rata nilai logaritma data X hasil
pengamatan (mm)
S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil
pengamatan

=
CS = koefisien kepencengan

=
CK = koefisien kurtosis

30
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Tabel 3-4 Nilai Negatif Koefisien Kemencengan/Skewness Coefficient (CS) pada Distribusi Log - Pearson Tipe III

Waktu Balik (Tahun)


Koef.
1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.50 5 10 20 25 50 100 200 1000
Peluang (%)
Cs
99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1
3.00 -0.667 -0.665 -0.660 -0.636 -0.476 -0.396 -0.124 0.420 1.180 2.095 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.50 -0.799 -0.790 -0.771 -0.711 -0.477 -0.360 -0.067 0.518 1.250 2.093 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.20 -0.905 -0.882 -0.844 -0.752 -0.471 -0.330 -0.029 0.574 1.284 2.081 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.00 -0.990 -0.949 -0.895 -0.777 -0.464 -0.307 -0.002 0.609 1.302 2.066 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.80 -1.087 -1.020 -0.945 -0.799 -0.454 -0.282 0.026 0.643 1.318 2.047 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.60 -1.197 -1.093 -0.994 -0.817 -0.442 -0.254 0.056 0.675 1.329 2.024 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.40 -1.318 -1.168 -1.041 -0.832 -0.427 -0.225 0.085 0.705 1.337 1.996 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.20 -1.449 -1.243 -1.086 -0.844 -0.411 -0.195 0.114 0.732 1.340 1.963 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.00 -1.588 -1.317 -1.128 -0.852 -0.393 -0.164 0.143 0.758 1.340 1.926 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.90 -1.660 -1.353 -1.147 -0.854 -0.383 -0.148 0.158 0.769 1.339 1.905 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.80 -1.733 -1.388 -1.116 -0.856 -0.373 -0.132 0.172 0.780 1.336 1.888 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.70 -1.806 -1.423 -1.183 -0.857 -0.363 -0.116 0.186 0.790 1.333 1.861 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.60 -1.880 -1.458 -1.200 -0.857 -0.352 -0.099 0.201 0.800 1.328 1.837 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.50 -1.955 -1.491 -1.216 -0.856 -0.341 -0.083 0.214 0.808 1.323 1.812 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.40 -2.029 -1.524 -1.231 -0.855 -0.329 -0.066 0.228 0.816 1.317 1.786 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670

31
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Waktu Balik (Tahun)


Koef.
1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.50 5 10 20 25 50 100 200 1000
Peluang (%)
Cs
99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1
0.30 -2.104 -1.555 -1.245 -0.853 -0.318 -0.050 0.241 0.824 1.309 1.759 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.20 -2.178 -1.586 -1.258 -0.850 -0.305 -0.033 0.255 0.830 1.301 1.732 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.10 -2.252 -1.616 -1.270 -0.846 -0.293 -0.017 0.267 0.836 1.292 1.703 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.00 -2.326 -1.645 -1.282 -0.842 -0.281 0.000 0.281 0.842 1.282 1.673 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.10 -2.400 -1.673 -1.292 -0.836 -0.267 0.017 0.290 0.836 1.270 1.642 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.20 -2.472 -1.700 -1.301 -0.830 -0.255 0.033 0.305 0.850 1.258 1.610 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.30 -2.544 -1.726 -1.309 -0.824 -0.241 0.050 0.318 0.853 1.245 1.577 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.40 -2.615 -1.750 -1.317 -0.816 -0.228 0.066 0.329 0.855 1.231 1.544 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.50 -2.686 -1.774 -1.323 -0.808 -0.214 0.083 0.341 0.856 1.216 1.509 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.60 -2.755 -1.797 -1.328 -0.800 -0.201 0.099 0.352 0.857 1.200 1.473 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.70 -2.824 -1.819 -1.333 -0.790 -0.186 0.116 0.363 0.857 1.183 1.437 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.80 -2.891 -1.839 -1.336 -0.780 -0.172 0.132 0.373 0.856 1.166 1.401 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.90 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 -0.158 0.148 0.383 0.854 1.147 1.364 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.00 -3.022 -1.877 -1.340 -0.758 -0.143 0.164 0.393 0.852 1.128 1.326 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.20 -3.149 -1.910 -1.340 -0.732 -0.114 0.195 0.411 0.844 1.086 1.249 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.40 -3.271 -1.938 -1.337 -0.705 -0.085 0.225 0.427 0.832 1.041 1.172 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.60 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.056 0.254 0.442 0.817 0.994 1.096 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280

32
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Waktu Balik (Tahun)


Koef.
1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.50 5 10 20 25 50 100 200 1000
Peluang (%)
Cs
99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1

-1.80 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.026 0.282 0.454 0.799 0.945 1.020 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.00 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.005 0.307 0.464 0.777 0.895 0.948 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.20 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.029 0.330 0.471 0.752 0.844 0.881 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.50 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.067 0.360 0.477 0.711 0.771 0.789 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.00 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.124 0.396 0.476 0.636 0.660 0.665 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
Sumber: Dr. M. M. A. Shahin / Statistical Analysis in Hydrology

33
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)


Distribusi Frechet disebut juga distribusi ekstrem tipe II
atau Gumbel tipe II, dapat digunakan untuk Analisa distribusi dari
data hidrologi dengan nilai ekstrem, peluang kumulatif distribusi
Frechet dapat ditulis sebagai persamaan berikut:
Y = a (log X – X0)
Parameter a dan X0 dihitung dengan persamaan berikut :

a =

X0 =
Keterangan :
= rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan
= deviasi standar logaritma nilai X hasil
pengamatan
Y = nilai variabel reduksi Gumbel (lihat Tabel)

Tabel 3-5 Nilai Variabel Reduksi Gumbel

T (tahun) Peluang Y
1,001 0,001 -1,930
1,005 0,005 -1,670
1,010 0,010 -1,530
1,050 0,050 -1,097
1,110 0,100 -0,834
1,250 0,200 -0,476
1,330 0,250 -0,326
1,430 0,300 -0,185
1,670 0,400 0,087
2,000 0,500 0,366
2,500 0,600 0,671
3,330 0,700 1,030
4,000 0,750 1,240
5,000 0,800 1,510
10,000 0,900 2,250

34
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

T (tahun) Peluang Y
20,000 0,950 2,970
50,000 0,980 3,900
100,000 0,990 4,600
200,000 0,995 5,290
500,000 0,998 6,210
1000,000 0,999 6,900
Sumber: Bonnier,1980

PEMILIHAN DISTRIBUSI DENGAN UJI KECOCOKAN


Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi
dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan maka
terhadap distribusi frekuensi tersebut perlu di akukan pengujian parameter.
Uji parameter yang di gunakan yaitu :
1. Uji Smirnov – Kolmogorof
2. Uji Chi-kuadrat (chi-square)

Uji smirnov kolmogorof


Tahap-tahap pengujian Smirnov Kolmogorof adalah
sebagai berikut :
 Plot data dengan peluang agihan empiris pada kertas
probabilitas, dengan menggunakan persamaan Weibull
(Subarkah, 1980: 120) :

 Tarik garis dengan mengikuti persamaan :

 Dari grafik ploting diperoleh perbedaan perbedaan


maksimum antara distribusi teoritis dan empiris :

 Taraf signifikan diambil 5% dari jumlah data (n), didapat


Cr dari tabel.
 Dari tabel Uji Smirnov Kolmogorof, bila maks < Cr,
maka data dapat diterima.
35
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Uji chi square


Perhitungannya dengan menggunakan persamaan (Shahin, 1976:
186) :

Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka


harga X2 hitung < X2Cr. Harga X2Cr dapat diperoleh dengan
menentukan taraf signifikan dengan derajat kebebasan.

Batas kritis X2 tergantung pada derajat kebebasan dan . Untuk


kasus ini derajat kebebasan mempunyai nilai yang di dapat dari
perhitungan sebagai berikut

DK = JK - ( P + 1)

DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN


Sebaran Hujan Jam-Jaman
Untuk memperkirakan hidrograf banjir rancangan dengan
hidrograf satuan perlu diketahui dahulu sebaran hujan jam-jaman
dengan suatu interval waktu. Pada perhitungan ini karena data
pengamatan sebaran hujan tidak tersedia maka untuk perhitungannya
digunakan rumus mononobe sebagai berikut :

Keterangan :
RT = intensitas hujan rerata dalam T jam (mm/jam)
R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari (mm)
t = waktu konsentrasi hujan (jam)
T = waktu mulai hujan
Setelah didapatkan sebaran hujan jam-jaman tersebut, maka
dihitung ratio sebaran hujan dengan rumus sebagai berikut :
Rt = t*RT – (t - 1) * R (t – 1)
Keterangan :
Rt = curah hujan pada jam T
36
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

R (t – 1) = rerata hujan dari awal sampai dengan jam


ke (t – 1)

Adapun pola distribusi hujan jam – jaman adalah sebagai


berikut :

Tabel 3-6 Pola Distribusi Hujan Jam – Jaman

T (jam) Presentase (%)


(1) (2)
1 58.48
2 15.20
3 10.66
4 8.49
5 7.17

Hujan Netto
Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan limpasan
langsung (direct run off). limpasan langsung ini terdiri atas limpasan
permukaan (surface run off) dan interflow (air yang masuk ke dalam
lapisan tipis dibawah permukaan tanah dengan permeabilitas rendah,
yang keluar lagi ditempat yang lebih rendah dan berubah menjadi
limpasan permukaan).

Dengan menganggap bahwa proses transformasi hujan menjadi


limpasan langsung mengikuti proses linear dan tidak berubah oleh
waktu, maka hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut :

Rn = C * R

Keterangan :
Rn = curah hujan netto (mm)
R = curah hujan/intensitas hujan (mm)
C = koefisien pengaliran

37
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Koefisien Pengaliran
Pada saat hujan turun sebagian akan meresap ke dalam tanah dan
sebagian lagi akan menjadi limpasan permukaan. koefisien limpasan /
pengaliran adalah variabel untuk menentukan besarnya limpasan
permukaan tersebut dimana penentuannnya didasarkan pada kondisi
daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah
tersebut. adapun kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah :
Keadaan hujan
Luas dan bentuk daerah aliran
Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
Kebasahan tanah
Suhu udara dan angin serta evaporasi
Tata guna lahan

Koefisien pengaliran seperti yang disajikan pada tabel berikut,


didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa koefisien pengaliran
sangat tergantung pada faktor-faktor fisik.
Koefisien pengaliran tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3-7 Angka Koefisien Pengaliran

Kondisi DAS Angka pengaliran


(1) (2)
Pegunungan 0.75 - 0.90
Pegunungan Tersier 0.70 - 0.80
38
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Tanah berelief berat dan berhutan kayu 0.50 - 0.75


Dataran pertanian 0.45 - 0.60
Daratan sawah irigasi 0.70 - 0.80
Sungai di pegunungan 0.75 - 0.85
Sungai di dataran rendah 0.45 - 0.75
Sungai besar yang sebagian alirannya 0.50 - 0.75
berada di dataran rendah
Sumber : Suyono Sosrsodarsono, (1980)

Kemudian dr Kawakami menyusun sebuah rumus yang


mengemukakan bahwa untuk sungai tertentu, koefisien itu tidak tetap
tetapi tergantung dari curah hujan.
f = 1 - R'/Rt = 1 - f'
Keterangan :
f= koefisien pengaliran
f'= laju kehilangan =  / Rt^s
Rt = jumlah curah hujan
R' = kehilangan curah hujan
,s = tetapan

Berdasarkan jabaran tersebut diatas, maka tetapan nilai


koefisien pengaliran adalah sebagai berikut :

Rumus
Daerah Kondisi Sungai Curah hujan
Koef.Pengaliran
Hulu f = 1 - 15.7/ Rt^0.75
Tengah Sungai biasa f = 1 - 5.65/Rt^0.75
Tengah Sungai di zone lava Rt > 200 mm f = 1 - 7.2/Rt ^0.75

39
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Tengah Rt < 200 mm f = 1 - 3.14/Rt^0.75


Hilir f = 1 - 6.6/Rt^0.75
Sumber : Suyono Sosrodarsono (1980)

ANALISA DEBIT BANJIR RENCANA


Analisa debit banjir rancangan akan memberikan hasil yang akurat
bila didukung dengan data amatan debit, yaitu berupa AWLR (automatic
water level record) dan data ARR (automatic rainguage record) sebagai
data masukannya.

Apabila debit banjir tersedia cukup panjang (>20 tahun), debit


banjir dapat langsung dihitung dengan metode E.J Gumbel Type I atau
Log Pearson Type III

Mengingat pada wilayah perencanaan tidak ada data debit, maka


untuk Analisa debit banjir rancangan digunakan cara transformasi data
hujan menjadi data debit (unit hydrograph syntetic).

Tujuan utama Analisa debit banjir adalah untuk memperoleh debit


puncak dan hidrograf banjir, yang akan digunakan sebagai data penting
dalam menentukan dimensi bangunan yang direncanakan.

Ada beberapa metode perhitungan debit banjir rencana yang bisa


digunakan dalam perencanaan bangunan air antara lain adalah :

1. Metode Rasional
2. Metode Weduwen
3. Metode Nakayasu
4. Metode Snyder Alexeyev
5. Metode Haspers

Metode Rasional
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan
puncak yang umum dipakai adalah metode Rasional USSCS
(1973). Metode ini sangat simpel dan mudah penggunaannya,
namun penggunaannya terbatas untuk DAS-DAS dengan ukuran
kecil, yaitu kurang dan 300 ha (Goldman et.al., 1986). Karena

40
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

model ini merupakan model kotak hitam, maka tidak dapat


menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan
dalam bentuk hidrograf. Persamaan matematik Metode Rasional
dinyatakan dalam bentuk :

Q = 0,002778 C.I.A

Keterangan :
Q = Debit rencana puncak banjir (m3/dt)
C = Koefisien aliran ((0 < C < 1))
I = Intensitas hujan selama waktu tiba banjir (mm/jam)
A = Luas DPS, diukur dari peta topografi (ha)
tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang sungai (m)
S = Kemiringan sungai (m/m)

Metode Rasional dikembangkan


Diskripsi lahan/karakter permukaan
berdasarkan asumsi
Koefisien aliran, C
Business bahwa hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan
perkotaan 0,70 - 0,95
merata di selunuh DAS selama paling sedikit
pinggiran
sama dengan
0,50 - 0,70
waktu
Perumahan konsentrasi (tc) DAS. Jika hujan yang terjadi lamanya
rumah tunggal 0,30 - 0,50
kurangterpisah
multiunit, dan tc. maka debit puncak yang terjadi
0,40lebih kecil dan
- 0,60
multiunit, tergabung
Qq karena seluruh 0,60 - 0,75
DAS tidak dapat memberikan konstribusi
perkampungan 0,75 - 0,40
aliran secara
apartemen bersama pada titik kontrol (outlet).
0,50Sebaliknya,
- 0,70 jika
Industri hujan yang terjadi lebih lama dan tc, maka debit puncak aliran
ringan 0,50 - 0,80
permukaan akan tetap sama dengan Qp.
berat 0,60 - 0,90
Perkerasan
aspal dan beton 0 70 - 0,95
batu bata, paving 0,50 - 0,70
Atap
Tabel 3-8 Koefisien Limpasan untuk Metode Rasional 0,75 - 0,95
(McGuen, 1989)
Halaman, tanah berpasir
datar 2% 0,05 - 0,10
rata-rata, 2 - 7% 0,10 - 0,15
curam 7% 0,15 - 0,20
Halaman, tanah berat
datar 2% 0,13 - 0.17
rata-rata, 2 - 7% 0,18 - 0,22
curam, 7% 0,25 - 0,35
Halaman kereta api 0,10 - 0,35
Taman tempat bermain 0,20 - 0,35
Taman, pekuburan 0,10 - 0,25 41
Hutan
datar, 0 - 5% 0,10 - 0,40
bergelombang, 5 - 10% 0,25 - 0,50
berbukit, 10 - 30% 0,30 - 0,60
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Harga C yang ditampilkan pada tabel tersebut belum memberikan


rincian masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai C.
Oleh karena itu, Hassing (1995) menyajikan cara penentuan faktor C yang
mengintegrasikan nilai yang merepresentasikan beberapa faktor yang
mempengaruhi hubungan antara hujan dan aliran, yaitu topografi,
permeabilitas tanah, penutup lahan, dan tata guna tanah. Nilai koefisien C
merupakan kombinasi dan beberapa faktor yang dapat dihitung ber-
dasarkan tabel berikut.

Tabel 3-9 Koefisien Aliran untuk Metode Rasional (Hassing, 1995)

Koefisien aliran C = C1 + C2 + C3
Topografi, C1 Tanah, C2 Vegetasi, C3
Datar (< 1%) 0.03 Pasir dan gravel 0.04 Hutan 0.04
Bergelombang (1 - 10%) 0.08 Lempung berpasir 0.08 Pertanian 0.11
Perbukitan (10 - 20%) 0.16 Lempung dan lanau 0.16 Padang rumput 0.21
Pegunungan (> 20%) 0.26 Lapisan batu 0.26 Tanpa tanaman 0.28

42
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

DAS dengan tata guna lahan


tidak seragam

Dibagi-bagi menjadi sub-


DAS sesuai dengan tata
guna lahan (koef. C
homogen) Koef. C Gambungan
n

Ukur luas tiap-tiap sub-DAS AC i i


C DAS  i 1
n

A
i 1
i

n
Luas DAS A   Ai (ha)
i 1

to = waktu limpas permukaan


(dari titik terjauh, P ke
saluran terdekat, titik Q)
td = waktu limpas saluran (dari

Hitung debit di titik kontrol :


titik Q ke titik P)

Q = 0.002778 CIA
Ukur jarak limpas Ukur jarak limpas permukaan
permukaan PQ (m) PQ (m)

Ukur panjang saluran QR Hitung waktu limpas


(m) permukaan to

Perkirakan kecepatan aliran


tc = to = td (menit)
dalam saluran =V dan hitung
td = (PQ/60V) (menit)

Pakai kurva intensitas Hujan,


diperoleh I

Gambar 3-15 Langkah-Langkah Pemakaian Rumus Rasional

43
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Mulai

Data
Hidrologi

Metode Perlu Analisis


Hidrograf Satuan Hidrograf ? Frekuensi

Data hujan
Ada data
dan aliran
debit ?
tersedia ?

Turunkan Turunkan
Hidrograf Hidrograf
Satuan Satuan Sintetis Perkirakan hujan
Data cukup
panjang ? DAS rencana
Konversi dengan
hujan rencana

Plot data dan Perkirakan


sesuaikan Qrencana dari Hitung Qtr dengan
Hidrograf aliran dengan distribusi rekaman data rumus Rasional**
permukaan GEV*

Perkirakan Qtr Hitung Qtr dari


Tambah aliran dari grafik Qrencana
dasar distibusi GEV

Hidrograf satuan Bandingkan hasil


sintetis perkiraan Qtr

Catatan :
* GEV = Gumbell Extreem Value
Qtr ** Berlaku untuk luas DAS yang kecil
atau Qtr dan
hidrograf

Selesai

Gambar 3-16 Metode Yang Digunakan Dalam Memperkirakan Debit Banjir Berdasarkan
Ketersediaan Data

44
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Metode Snyder - Alexeyef


Hidrograf Satuan Sintetik Snyder ditentukan secara
cukup baik dengan tinggi d = 1 cm dan dengan tiga unsur yang
lain, yaitu Qp (m3/detik), Tb serta tr (jam).
i
tr
t

Qp

Tp
Tb

Gambar 3-17 Sketsa HSS Snyder-Alexeyef

Dengan unsur-unsur hidrograf tersebut di atas Snyder


membuat rumus-rumusnya sebagai berikut :
tp= Ct . ( L . Lc) 0.3
tr = tp / 5.5
Qp = 2.78 Cp . A/ tp
Tb = 72 + 3 tp

Koefisien-koefisien Ct dan Cp harus ditentukan secara


empiris, karena besarnya berubah-ubah antara daerah yang satu
dengan yang lain.
Besarnya Ct = 0.75 – 3.00, sedangkan besarnya Cp =
0.90 – 1.40

Metode Haspers
Metode Haspers adalah salah satu metode perhitungan
banjir dengan dasar Metode Rasional. Metode ini dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Keterangan :
QT = Debit dengan kemungkinan ulang T tahun (m3/det)
α = Koefesien pengaliran
β = Koefesien reduksi
45
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

q = intensitas hujan (m3/km2/det)


A = Luas daerah pengaliran (Km2)

Tahapan untuk menghitung debit banjir rencana dengan


menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Koefisien aliran ( α )

2. Koefisien reduksi (β)

t = waktu konsentrasi (jam)


3. Waktu konsentrasi (t)
t = 0,1 * L 0,8 * i -0,3
Keterangan :
L = panjang sungai (km)
I = kemiringan rata- rata sungai
4. Intensitas Hujan menurut Haspers

harga r tergantung time concentration yaitu :

Keterangan :
q = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = Waktu Konsentrasi (jam)
RT = Curah Hujan Rancangan Max (mm)
Hidrograf Banjir Rancangan
Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka

46
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

hidrograf banjir untuk berbagai kala ulang dapat dihitung


dengan persamaan sebagai berikut :
Qk = U1 Ri + U2Ri-1 + U3Ri-2 + ... +
UnRi-n+1 + Bf

Keterangan :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke-i
Bf = Aliran dasar (Base flow)

Tabel 3-10 Rumus Hidrograf Banjir Dalam Bentuk Tabel

Hidrograf Aliran
Ri Ri-1 Ri-n Ri-n+1 Debit
Satuan Dasar
(mm3/dt/mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
U1 U1.Ri Bf Q1
U2 U2.Ri U1.Ri-1 Bf Q2
U3 U3.Ri U2.R i-1 .... Bf Q3
U4 U4.Ri U3.R i-1 .... U1.Ri-n+1 Bf Q4
U5 U5.Ri U4.R i-1 ..... U2.R i-n+1 Bf Q5
.... .... .... .... .... Bf ....
.... .... .... .... .... Bf ....
Un-2 Un-2.Ri .... .... .... Bf Qk-2
Un-1 Un-1.Ri Un-2.R i-1 .... .... Bf Qk-1
Un Un.Ri Un-1.R i-1 ..... .... Bf Qk
Un+1 Un+1.Ri Un.R i-1 ..... Un-2.R i-n+1 Bf Qk+1

47
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

PERHITUNGAN BESARNYA EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL


Evaporasi dan transpirasi merupakan faktor penting dalam studi
pengembangan sumbar daya air. Evaporasi adalah proses fisik yang
mengubah suatu cairan atau bahan padat menjadi gas. Sedangkan transpirasi
adalah penguapan air yang terjadi melalui tumbuhan. Jika kedua proses
tersebut saling berkaitan disebut dengan evapotranspirasi. Sehingga
evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses penguapan dari
permukaan tanah bebas (evaporasi) dan penguapan yang berasal dari daun
tanaman (transpirasi).

Besarnya nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, sedangkan untuk


transpirasi dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis tanaman serta umur
tanaman.

Dalam studi ini untuk menghitung besarnya evapotranspirasi digunakan


metode Penman Modifikasi yang telah disesuaikan dengan keadaan daerah
Indonesia (Suhardjono, 1990: 54).

Data yang diperlukan untuk perhitungan meliputi :


( t ), Temperatur udara bulanan rerata (  C )
(RH), Kelembaban relatif bulanan rerata ( % )
(n/N), Penyinaran/kecerahan matahari bulanan rerata ( % )
(U), Kecepatan angin bulanan rerata (m/det)
(LL), Letak lintang daerah yang ditinjau
(C), Angka koreksi Penman
Persamaan-persamaan empiris dalam perhitungan evaporasi potensial
metode Penman modifikasi ini adalah sebagai berikut:

Eto = c x Eto*

ET0 = C ×
Eto* = W (0.75.Rs – Rn1) + (1 – W). f(u). (ea – ed)
Rumus penyederhanaan Penman ini mempunyai ciri khusus sebagai berikut:

ET0 = evaporasi potensial (mm/hari)

C = angka koreksi Penman yang besarnya melihat kondisi siang


dan malam
48
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

W = faktor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi daerah


Rn = jumlah radiasi netto (mm/hari)
= 0,75 . Rs – Rn1
Rs = radiasi gelombang pendek (mm/hari)

=
n = rata-rata lamanya matahari sebenarnya (mm/hari)
N = lamanya cahaya matahari yang dimungkinkan secara
maksimum (mm/hari)
Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar
atmosfir (angka angot)
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f(t) . f(ed) . f(n/N)
f(T) = fungsi suhu = . Ta4
f(ed) = fungsi tekanan uap
= 0,34 – 0,044 . (ed)1/2
f(n/N)= fungsi kecerahan

=
f(u) = fungsi kecepatan angin angin pada ketinggian 2 meter (m/det)
= 0,27 (1 + 0,864 .u)
U = kecepatan angin rerata (m/detik)
(ea–ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan uap sebenarnya
ed = ea . RH
ea = tekanan uap sebenarnya
RH = kelembaban relatif (%)
RH = kelembaban udara relatif (%)

49
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

DEBIT ALIRAN RENDAH (LOW FLOW ANALYSIS)


Setelah data debit time series dihitung, selanjutnya akan diAnalisa mengenai
debit bulanan rata-rata serta debit andalan yang mewakili peluang kejadian
untuk tahun basah, kering dan normal. Analisa tersebut sangat penting untuk
menentukan kapasitas tampungan dan rencana operasinya. Untuk keperluan
studi, data debit sungai dengan jangka waktu yang panjang sangat
diperlukan di lokasi rencana. Apabila data pengamatan debit dirasa kurang,
maka diperlukan estimasi debit dengan menggunakan data hujan harian
untuk mengAnalisa besarnya debit andalan. Beberapa metode analisa debit
andalan ialah Metode FJ.Mock. Apabila data debit tersebut tidak tersedia di
lokasi rencana maka untuk memperkirakan besarnya debit pada lokasi
pekerjaan dapat digunakan metode perbandingan DAS.

Analisa F. J. Mock

Perhitungan debit andalan (dependable flow dischage) didekati


dengan cara Metode F. J. Mock. Metode ini menganggap bahwa
hujan yang jatuh pada Daerah Aliran Sungai (catchment area)
sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan
langsung menjadi limpasan permukaan (direct run off ) dan sebagian
lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Infiltrasi ini pertama-
tama akan menjenuhkan top-soil dulu baru kemudian menjadi
perkolasi ke tampungan air tanah yang nantinya akan keluar ke
sungai sebagai base flow. Dalam hal ini harus ada keseimbangan
antara hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi, direct run off dan
infiltrasi sebagai soil moisture dan ground water discharge. Aliran
dalam sungai adalah jumlah aliran yang langsung di permukaan
tanah (direct run off) dan base flow.

Metode Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran


permukaan yang terjadi di sungai, yaitu neraca air di atas permukaan
tanah dan neraca air bawah tanah yang semua berdasarkan hujan,
iklim dan kondisi tanah.

50
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Rumus untuk menghitung aliran permukaan terdiri dari :

a. Hujan netto R net = ( R – Eta)


Keterangan :
Eta = Etp – E
E= Etp . Nd/30.m
Nd = 27 – 3/2. Nr
b. Neraca air di atas permukaan
WS = Rnet – SS
Keterangan :
SS = SMt + SMt-1
SMt = SMt-1 + Rnet
c. Neraca air di bawah permukaan
dVt = Vt – Vt-1
Keterangan :
I= C1 . WS
Vt = ½ (1+k).I + k. Vt-1
d. Aliran permukaan
RO = BF + DRO
Dalam satuan debit
Q= 0,0116 . RO. A/H
Keterangan :
BF = I – dVt
DRO = WS – I
e. Dimana notasi rumus di atas
Rnet = hujan netto, mm
R = hujan, mm
Etp = evapotranspirasi potensial, mm
Eta = evapotranspirasi aktual, mm
Nd = jumlah hari kering (tidak hujan), hari
Nr = jumlah hari hujan, hari
WS = kelebihan air, mm
SS = daya serap tanah atas air, mm
SM = kelembaban tanah, mm

51
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

dV = perubahan kandungan air tanah, mm


V = kandungan air tanah, mm
I = laju infiltrasi, mm
Ci = koefisien resapan (<1)
k = koefisien resesi aliran air tanah (<1)
DRO = aliran langsung, mm
BF = aliran air tanah (mm)
RO = aliran permukaan, mm
H = jumah hari kalender dalam sebulan, hari
A = luas DPS, km2
Q = debit aliran permukaan, m3/det
t = waktu tinjau (periode sekarang t dan yang lalu t-1)

Analisa perbandingan DAS


Bila tidak tersedianya data debit di lokasi rencana embung
maka untuk menentukan besarnya debit dilakukan perhitungan
dengan perbandingan DAS antara lokasi embung dan lokasi
tersedianya data debit.

Qb = Qs x

Keterangan :
Qb = Debit di lokasi (m3/detik)
Qs = Debit di lokasi pencatatan debit (m3/detik)
Ab = Luas DAS di lokasi (km2)
As = Luas DAS di lokasi pencatatan debit (km2)

52
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Sub basin
area Ab

Total basin
area As

G
age site

Gambar 3-18 Analisa Perbandingan DAS

Sumber : Water Resources System Planning and Analysis, Daniel P. Locks, Jery R. Stedinger, Douglas A.
Smith

PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN


Debit andalan adalah debit yang selalu tersedia dengan andalan sebesar 80
% dimana probabalitas tersebut dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Pr = m / (n+1) * 100 %
Keterangan :
Pr = probabilitas (%)
m = nomer data
n = jumlah data

53
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

MULAI

Data Hidrologi :
- Data Hujan Harian
- Data Debit
- Data Klimatologi
- Lokasi Stasiun Hujan

Data Curah Hujan

Hujan Rerata Daerah


Metode Poligon Thiesen

Curah Hujan Effektif

Tidak Uji Homogenitas,


Uji Konsistensi Data

Ya

Analisa Distribusi
Frekuensi
Metode Log Pearson Tipe
IIIYa

Tidak Uji Chi Square & Uji


Smirnov Kolmogorov

- Data Evapotranspirasi
- Luas DAS
- Data Hujan Efektif 15 Harian - Koef. Infiltrasi
Curah Hujan Rancangan
Metode Log Pearson Type III - Hari Hujan 15 harian - Koef. Resesi
R1th, R2th, R5th, R10th, R25th, R50th, - Kondisi Lahan
R100th, R1000th

Distribusi Hujan Jam-Jaman


Analisa Ketersediaan Air Analisa Kebutuhan Air
Metode Mock Irigasi, Air Baku
Debit Banjir Rancangan
Metode Nakayasu
Q1th, Q2th, Q5th, Q10th, Q25th,
Q50th, Q100th, Q1000th

Analisa Neraca Air

Tinggi Embung
Studi Optimasi Volume tampungan embung
Luas areal genangan embung

Laporan Hidrologi

SELESAI

Gambar 3-19 Bagan Alir Pekerjaan Analisa Hidrologi dan Keseimbangan Air

2. Analisa data ukur topografi dan penggambaran


54
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Analisa perhitungan hasil ukur :


 Perhitungan harus dilaksanakan di lapangan, dengan kontrol
perhitungan oleh pengawas lapangan dan tiap selesai 1 hari pengukuran data
diserahkan untuk di cek dan dibubuhi paraf oleh pengawas lapangan.
 Perhitungan dilakukan 2 (dua) kali, yaitu perhitungan sementara
dan perhitungan definitif. Perhitungan data lapangan merupakan
perhitungan sementara untuk mengetahui ketelitian ukuran. Perhitungan
definitip adalah perhitungan yang sudah menggunakan hitungan perataan
oleh tenaga ahli geodesi. Hasil perhitungan ini akan digunakan untuk proses
penggambaran.
 Setiap hasil perhitungan harus diasistensikan dan disetujui
supervisor lapangan.
 Semua data azimuth hasil pengamatan matahari harus di pakai
dalam perhitungan, jika ada yang tidak di pakai harus ada persetujuan
dengan direksi.
 Semua titik kerangka utama/cabang harus di hitung koordinat
dan ketinggiannya.
 Semua data ukur asli dan perhitungan perataannya diserahkan ke
direksi pekerjaan.
Setelah dilakukan pekerjaan pengukuran di lapangan maka dilanjutkan dengan
pekerjaan perhitungan data ukur, yang selanjutnya diikuti dengan
penggambaran hasil pengukuran. Hasil pekerjaan penggambaran adalah
sebagai berikut :
 Penggambaran peta indeks, skala : 1 : 10.000 ;
 Penggambaran peta situasi trase kali, skala 1 : 1.000 ;
 Penggambaran penampang memanjang kali, dengan skala
vertikal 1:100 dan skala horisontal 1 : 1.000, serta
 Penggambaran penampang melintang kali dengan skala vertikal
= skala horisontal = 1 : 100, atau sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan.
Langkah-langkah untuk penggambaran adalah sebagai berikut :
 Penggambaran profil melintang/cross section :
Membuat data profil melintang dengan menggunakan spreadsheet
Microsoft Excell.
55
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Membuat database STA dengan menggunakan spreadsheet Microsoft


Excell.
Membuat project baru dengan menggunakan software AutoCad Land
Development untuk menggambarkan profil melintangnya, dan
setting gambar profil melintang yang akan dibuat.
Membuat alignment yaitu garis sepanjang STA yang memuat profil
melintang, misalnya STA 13+000 adalah garis sepanjang 13 km.
Memanggil database profil melintang, dan data base STA dengan
menggunakan software X-section yaitu transfer data dari sitem
software Microsoft Excell ke sistem software AutoCad Land
Development.
Memanggil database export database ke software AutoCad Land
Development dengan jarak profil melintang pada program software
AutoCad Land Development.
Editing profil melintang, dan menambahkan kop peta/gambar.

Gambar 3-20 Proses Penggambaran Cross Section

 Penggambaran situasi :
Membuat data profil melintang dengan menggunakan spreadsheet
Microsoft Excell.
Membuat project baru dengan menggunakan software AutoCad Land
Development.
Insert data poligon, dan data profil melintang.
Melakukan proses kontour di software AutoCad Land Development
56
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

dengan menu terrain untuk membuat surface, edit surface,


selanjutnyan setting, membuat, dan mencantumkan label kontour.
Editing gambar/peta situasi, dan pembenahan kop peta.

Gambar 3-21 Proses Penggambaran Situasi

 Penggambaran profil memanjang/ long section :


Membuat database dengan menggunakan spreadsheet Microsoft
Excel berisi No.STA, jarak, elevasi tanggul kiri, elevasi tanggul
kanan, dan elevasi as sungai.
Membuat project baru dengan menggunakan software AutoCad Land
Development.
Memanggil database profil melintang, dan data base STA dengan
menggunakan software X-section yaitu transfer data dari sitem
software Microsoft Excell ke sistem software AutoCad Land
Development.
Memanggil database, selanjutnya meng-export database ke software
AutoCad Land Development sepanjang long section pada program
software AutoCad Land Development.
Editing profil melintang, dan menambahkan kop peta/gambar.

57
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Gambar 3-22 Proses Penggambaran Long Section

3. Analisa geologi teknik dan laboratorium


Analisa Data di Lapangan
Analisa data lapangan adalah analisa mengenai hasil pemboran di
tanah yang dilangsungkan di lapangan pada saat pengukuran dilaksanakan.
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui lapisan-lapisan tanah sampai
kedalaman maksimum. Setiap perubahan lapisan tanah dibuatkan deskripsinya,
yang mencakup jenis, warna, bahan induk (organik atau lainnya), kekuatan
butiran, dan muka air tanah.
Sedangkan dari hasil penyelidikan tanah dengan menggunakan cone
penetration test (CPT/sondir), diperoleh nilai hambatan tanah (soil resistance)
yang terdiri dari hambatan konus dan hambatan lekat.

Penyelidikan di Laboratorium
Semua penyelidikan tanah yang dilakukan di laboratorium mengacu
kepada prosedur baku dari American Society for Testing Materials (ASTM)
dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Penyelidikan laboratorium yang akan dilaksanakan adalah:

Contoh Tanah Tidak Terganggu

Sifat fisik sedimentasi yang mencakup :


Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)
Berat Isi Tanah (Unit Weight)
Angka pori
Porositas

58
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Atterberg Limits (Consistency)


Gradasi Butiran (Grain Size Analysis)
Permeabilitas
Sifat mekanis tanah :

Konsolidasi
Pengujian Kompresi 3 Sumbu (Triaxial Compression Test) Jenis
Consolidated Undrained (CU)

Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Soil Sample)


Pengujian sifat fisik tanah mencakup:
Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)
Atterberg Limits (Consistency)
Gradasi Butiran (Grain-Size Distribution)
Pengujian sifat mekanis tanah :
Uji Pemadatan (Compaction Test)
Uji Konsolidasi (Consolidation Test)
Uji Gaya Geser Langsung (Direct Shear Test)

Semua penyelidikan di laboratorium dilakukan menurut prosedur


ASTM dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
Penyelidikan terhadap contoh/sampel tanah yang diambil dari kegiatan
boring adalah sebagai berikut.
Penyelidikan sifat fisik tanah (index properties), seperti uji berat jenis
tanah (spesific gravity), berat volume tanah (volume unit weight), atterberg
limits, ukuran butiran dan permeabilitas.
Penyelidikan sifat mekanis tanah (engineering properties), seperti uji
triaxial, uji konsolidasi, uji permeabilitas.

Prosedur pengujian dari masing-masing kegiatan di atas adalah


sebagai berikut :

59
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Tabel 3-11 Prosedur Pengujian Survei Mekanika Tanah

Pengujian Metode

Pengujian Alat Sondir SNI 03-2827-1992


Pengeboran AASHTO T 225-83 SNI 03-3969-1996
Sampling Dinding Tipis ASTM D-1587 SNI 03-4148-1996
Berat Jenis AASHTO T 100-90 SNI 03-1964-1990
Kadar Air AASHTO T 265-84 SNI 03-1965-1990
Berat Isi AASHTO T 236-84 SNI 03-3420-1994
Kuat Tekan Bebas AASHTO T 208-90 SNI 03-3638-1994
Kuat Geser Langsung AASHTO T 236-84 SNI 03-3420-1994
Konsolidasi AASHTO T 216-83 SNI 03-2812-1992
Grain Sieve Analysis AASHTO T 26-74 SNI 03-1968-1990
Atterberg Limit - Plastic Limit (PL) AASHTO T 89-90 SNI 03-1966-1990
Atterberg Limit - Liquid Limit (LL) AASHTO T 89-90 SNI 03-1967-1990
Klasifikasi Tanah USCS/ASTM (D2487)

3.2.4. Kegiatan Desain dan Penggambaran


Kegiatan penggambaran meliputi :
- Hasil pengukuran harus digambar. Semua gambar desain digambar
menggunakan komputer (software file dwg) dan dicetak dengan ukuran kertas
A3. dan dicetak sebagai Album Gambar dengan isi sbb:
a. Potongan memanjang dan denah situasi digambar dalam satu lembar;
b. Potongan melintang;
c. Bangunan yang ada, serta site survei untuk bangunan rencana.
- Persyaratan untuk gambar pengukuran:
a. Potongan Memanjang digambar dengan skala panjang 1:2.000 dan skala
tinggi 1:100 untuk daerah datar atau 1:200 untuk daerah yang bergelombang
atau bervariasi (hendaknya dipilih satu macam skala);
b. Peta Situasi dibagian Potongan Memanjang dengan skala 1:2.000 bisa
didapat dari gambar As Built Drawing (ABD).
60
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

c. Potongan melintang digambar dengan skala:


- Skala memanjang 1 : 100 atau 1 : 50
- Skala melintang 1 : 100 atau 1 : 50
d. Tata letak penggambaran mengikuti Standart Irigasi.
a. Perhitungan BOQ dan RAB
a. Daftar kuantitas pekerjaan terinci yang menguraikan kuantitas (volume)
masing-masing item bangunan.
b. Perkiraan biaya konstruksi pekerjaan (RAB) yang didesain harus dihitung
berdasarkan kuantitas pekerjaan, Analisa harga satuan pekerjaan, metode
pelaksanaan pekerjaan dan spesifikasi teknik.
b. Penyusunan Spesifikasi Teknik dan Metode Pelaksanaan
a. Spesifikasi teknik harus dibuat untuk menjelaskan tentang spesifikasi umum
dan teknik setiap jenis pekerjaan yang ada. Juga harus dibuat spesifikasi
khusus untuk jenis pekerjaan yang tidak tercakup dalam spesifikasi standar
yang dibuat untuk pekerjaan tersebut antara lain bangunan dengan teknologi
khusus.
b. Metode Pelaksanaan Pekerjaan harus disusun sebagai pedoman/acuan untuk
mengatur tata cara serta urutan pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga
akhir pekerjaan.

3.2.5. Kegiatan Penyusunan Laporan


Setelah memperhatikan serta mengkaji segala aspek dari hasil kegiatan I, II dan III
konsultan perencana harus menyusun produk pelaporan pada kegiatan IV adalah :
a. Persiapan administrasi dan teknis.
b. Mobilisasi/Demobilisasi personil, penyediaan kantor lapangan, peralatan dan
bahan.
c. Inventarisasi pendahuluan dan pengumpulan data.
d. Inventarisasi dan identifikasi kondisi penyediaan air baku.
e. Inventarisasi dan identifikasi kepemilikan lahan.
f. Pengukuran topografi.
g. Melakukan analisis hidrologi, hidrolika dan penyusunan system planning.
h. Melaksanakan sosialisasi.
i. Melakukan investigasi geologi/geoteknik.

61
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

j. Penggambaran.
k. Perhitungan BOQ dan RAB.
l. Pembuatan SMKK.
m. Penyusunan Speksifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan.

3.2.6. Kegiatan Pelaporan dan Diskusi


A. Pelaporan Pekerjaan
Pelaporan Pekerjaan yang dibuat menyesuaikan standar pada panduan perencanaan,
antara lain:
1. Laporan Rencana Mutu Kontrak
Laporan ini berisikan tentang rencana dan hasil tiap tahap kegiatan pada pekerjaan,
yang digunakan dalam evaluasi dan monitoring mutu tiap tahap kegiatan sesuai
dengan standar perencanaan mengacu pada Permen PU No. 20 tahun 2018 tentang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Di Kementrian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat. Laporan ini dibuat 3 (tiga) buku dan diserahkan selambat-
lambatnya 2 (dua) minggu sesudah diterbitkannya SPMK.
2. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan /Inception Report memuat:
1) Penjelasan mengenai KAK.
2) Rencana mobilisasi personil, alat, dsb.
3) Rencana kegiatan/time schedule secara lengkap.
4) Laporan hasil kajian dan survey pendahuluan.
5) Pendekatan pekerjaan dengan hasil survey dan studi terdahulu.
6) Pengumpulan data sekunder.
7) Laporan segala temuan yang dijumpai dilapangan.
Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 3 (tiga) buku dan diserahkan ke Pejabat
Pembuat Komitmen Bidang Perencanaan Sumber Daya Air paling lambat pada
minggu I (pertama) bulan ke-2 (dua) dari waktu pelaksanaan.
Laporan Pendahuluan dipresentasikan dan dibahas pada minggu pertama bulan ke-2
(dua), dan harus dihadiri Tim Leader dengan didampingi minimal 2/3 dari jumlah
tenaga ahli yang tertera dalam kontrak. Apabila team leader dan atau tenaga ahli
masih berhalangan, dilakukan resechedule presentasi atas seizin direksi dan PPK.

62
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

3. Laporan Bulanan, berisi :


1) Kemajuan Pekerjaan dilengkapi dengan evaluasi;
2) Rencana Kerja bulan berikutnya;
3) Dan hal-hal lain yang perlu disampaikan.
Laporan harus diserahkan setiap minggu pertama pada periode bulan berikutnya
sebanyak 2 (dua) buku laporan.
4. Laporan Akhir
Laporan akhir adalah laporan hasil studi yang disusun sebagai kelengkapan laporan
setelah pelaksanaan pekerjaan studi selesai. Laporan ini berisi mengenai seluruh hasil
pelaksanaan pekerjaan konsultan, juga merangkum saran serta usulan yang disepakati
dari hasil diskusi dengan direksi.
Jumlah laporan akhir yang harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku. Laporan Akhir
dipresentasikan dan dibahas pada minggu terakhir bulan ke-4 (empat), dan
harus dihadiri Tim Leader dengan didampingi minimal 2/3 dari jumlah tenaga ahli,
yang tertera dalam kontrak. Apabila team leader dan atau tenaga ahli masih
berhalangan, dilakukan resechedule presentasi atas seizin direksi dan PPK.
5. Laporan Ringkas/Summary Report
Laporan ini merupakan ringkasan atau sari dari Laporan Akhir yang dibahas secara
ringkas. Mengingat lingkup peruntukan laporan, maka penyajian laporan harus dapat
menjelaskan pokok-pokok kesimpulan dan saran dari penanganan masalah yang
terjadi, dilengkapi dengan gambar dan tabel yang relevan. Jumlah laporan yang
diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku pada akhir waktu kontrak.
6. Laporan Penunjang
Laporan Penunjang, terdiri dari:
a. Buku Ukur
Buku ukur (nota penjelasan) berisi penjelasan umum dan rinci tentang
pelaksanaan pengukuran, metode pelaksanaan pengukuran serta hasil analisis
/perhitungan dan penggambaran yang telah dilakukan. Jumlah laporan yang
diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku.
b. Laporan Perencanaan
Laporan Perencanaan adalah laporan yang menguraikan mengenai kriteria dasar
perencanaan yang akan diterapkan pada Daerah Jaringan Air Baku yang dibuat
detail desainnya. Secara garis besar isi dari laporan Perencanaan adalah :

63
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

 Layout Jaringan Air Baku yang direncanakan


 Kriteria Perencanaan.
 Skema Bangunan dan Jaringan distribusi.
Jumlah laporan yang diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku.
c. Laporan Bill Of Quantities (BOQ)
Laporan ini berisi perhitungan kuantitas/quantity konstruksi, disertai sketsa
gambar perhitungan kubikasi pekerjaan.
Jumlah laporan yang diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku.
d. Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Laporan ini berisi analisa harga satuan pekerjaan dan hasil perhitungan biaya
pekerjaan konstruksi. Engineer’s Cost Estimate (EE) yang akan dipakai sebagai
referensi HPS pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi nantinya.
Jumlah laporan yang diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku.
e. Laporan Spesifikasi Teknis
Laporan ini berisi semua tata cara pelaksanaan pekerjaan mulai dari metode
pelaksanaan dijelaskan menggunakan bagan alir, sketsa dan penjelasan
kebutuhan sumber daya manusia, alat serta bahan yang diperlukan sampai
pekerjaan selesai dan harus berdasarkan peraturan terbaru (SNI dsb).
Jumlah laporan yang diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku.
f. Laporan SMKK
a. Penyusunan deskripsi resiko pekerjaan di sesuaikan dengan jenis pekerjaan
yang dituangkan dalam rencana RAB.
b. Penilaian Jenis Bahaya dan Tingkat Resiko berpedoman pada tingkat bahaya
pekerjaan dan peraturan K3 yang berlaku.
g. Gambar Perencanaan A3
Gambar ini merupakan hasil dari perencanaan pekerjaan ini yang meliputi :
 Peta Ikhtisar skala 1 : 25.000 (dari RBI);
 Layout Bangunan Utama /Bangunan Pengambilan skala 1 : 500;
 Layout Jaringan Air Baku skala 1 : 5.000;
 Gambar Skema Jaringan dan Bangunan Air Baku;
 Gambar Potongan Memanjang /Melintang Jaringan dan Bangunan Air
Baku;
Jumlah laporan yang diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku.
64
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

h. Laporan Penyelidikan Tanah


Laporan ini berisi uraian dan analisis, serta penjelasan tentang semua aspek yang
terkait dengan kajian geologi /geoteknik /mekanika tanah di lokasi pekerjaan dan
hasil test laboratorium, terutama parameter-parameter yang akan dipakai dalam
perencanaan. Jumlah laporan yang diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku.

B. Diskusi/Pembahasan
Diskusi yang akan dilaksanakan nantinya dalam pekerjaan ini antara lain :
1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
Membahas antara lain mengenai Rencana Mutu Kontrak (RMK), organisasi
kerja dan Jadwal penugasan personil, kesesuaian personil dan peralatan dengan
persyaratan kontrak, tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan, jadwal
Pelaksanaan pekerjaan yang memperhatikan keselamatan konstruksi, jadwal
mobilisasi peralatan dan personil, rencana pelaksanaan pemeriksaaan dan
pembayaran dan hal-hal yang dianggap perlu dan dituangkan dalam Berita
Acara Rapat Persiapan pelaksanaan Kontrak.
2. Diskusi Laporan Pendahuluan/Inception
Draft paparan laporan pendahuluan harus diasistensikan dan dipresentasikan
kepada Tim Teknis/Direksi Pekerjaan di Balai Wilayah Sungai Kalimantan I
sebelum Diskusi Laporan Pendahuluan dilaksanakan. Presentasi laporan
pendahuluan dilaksanakan setelah laporan pendahuluan selesai disusun dan
dipaparkan di hadapan Direksi Pekerjaan, Kepala Balai Wilayah Sungai
Kalimantan I beserta staf dan instansi yang terkait. Tanggapan dan saran yang
berguna harus dituangkan dalam notulen diskusi Laporan Pendahuluan.
3. Diskusi Konsep Laporan Akhir
Draft paparan laporan akhir diasistensikan dan dipresentasikan kepada Direksi
dan Tim Teknis Balai Wilayah Sungai Kalimantan I sebelum Diskusi Konsep
laporan Akhir dilaksanakan sebelumnya. Kegiatan ini merupakan ekspose Draft
Laporan Akhir (Draft Final Report). Presentasi hasil-hasil pelaksanaan
pekerjaan harus dilaksanakan di hadapan Direksi Pekerjaan, Kepala Balai
Wilayah Sungai Kalimantan I, beserta staf, dan instansi terkait. Tanggapan dan
saran yang berguna harus dituangkan dalam notulen diskusi Konsep Laporan
Akhir serta dimasukkan dalam final report.

65
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

3.3 PROGRAM KERJA


3.3.1. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan
Sesuai dengan waktu yang telah disediakan selama 90 (Sembilan Puluh) hari untuk
menyelesaikan pekerjaan SID Embung di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan,
maka perlu disusun program kerja agar pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan jadwal
yang direncanakan. Dapat dilihat pada tabel 3-12.

3.3.2. Jadwal Peralatan


Sesuai dengan jadwal yang telah disusun maka jadwal penggunaan peralatan
direncanakan dapat dilihat pada table 3-13.

66
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Tabel 3-12 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Tahun 2021
Bobot
Bulan ke
No Kegiatan I II III Keterangan
Rencana Realisasi
04-Aug 11-Aug 19-Aug 27-Aug 04-Sep 11-Sep 19-Sep 27-Sep 05-Oct 12-Oct 20-Oct 28-Oct

(%) (%) 10-Aug 18-Aug 26-Aug 03-Sep 10-Sep 18-Sep 26-Sep 04-Oct 11-Oct 19-Oct 27-Oct 01-Nov

A PEKERJAAN PERSIAPAN 8,00 0,00


1,00 1,00 100
1 Persiapan Administrasi dan Teknis
0,00
1,00 1,00
2 Mobilisasi Personil, Peralatan dan Bahan
0,00
2,00 1,00 1,00
3 Pengumpulan Data Sekunder dan Studi Terdahulu
0,00
1,00 0,50 0,50
4 Menyusun Rencana kerja
0,00
1,00 1,00 90
5 Orientasi Lapangan/Survey Pendahuluan
0,00
2,00 0,50 1,50
6 Menentukan titik potensi embung berdasarkan bentuk topografi
0,00
B KEGIATAN LAPANGAN 30,00 0,00
2,00 1,00 1,00
1 Identifikasi Potensi Embung
0,00
1,00 0,50 0,50
2 Penentuan dan pemasangan titik BM
0,00 80
10,00 5,00 5,00
3 Pengukuran dan Pemetaan Topografi
0,00
5,00 1,25 1,25 1,25 1,25
4 Survei Hidrologi dan Hidrometri
0,00
10,00 5,00 5,00
5 Survei Geologi dan Mekanika Tanah
0,00
2,00 1,00 1,00
6 Inventarisasi Kepemilikan Lahan
0,00
70
C ANALISA DATA DAN PERENCANAAN TEKNIS 52,50 0,00
1,50 1,50
1 Penentuan Lokasi Embung
0,00
6,00 3,00 3,00
2 Analisis Topografi
0,00
8,00 2,00 2,00 2,00 2,00
3 Analisis Hidrologi, Hidrometri dan Laboratorium Sedimentasi
0,00
6,00 1,50 1,50 1,50 1,50
4 Analisis Hidrolika 60
0,00
8,00 2,00 2,00 2,00 2,00
5 Analisis Geologi dan Laboratorium Mekanika Tanah
0,00
8,00 4,00 4,00
6 Perencanaan Teknis Bangunan
0,00
8,00 4,00 4,00
7 Penggambaran Detail Desain
0,00
5,00 2,50 2,50
8 Perhitungan BOQ dan RAB
0,00 50
2,00 2,00
9 Penyusunan spesifikasi teknik dan metode pelaksanaan
0,00
D PELAPORAN 5,50 0,00
0,50 0,50
1 Laporan RMK
0,00
0,50 0,17 0,17 0,17
2 Laporan Bulanan
0,00
0,50 0,25 0,25
3 Laporan Pendahuluan 40
0,00
0,50 0,25 0,25
4 Laporan Akhir
0,00
5 Laporan Penunjang :
0,25 0,25
a. Laporan Buku Ukur
0,00
0,25 0,25
b. Laporan Perencanaan 30
0,00
0,25 0,25
c. Bill Of Quantities (BOQ)
0,00
0,25 0,25
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
0,00
0,25 0,25
e. Laporan Spektek
0,00
0,25 0,25
f. Laporan SMKK
0,00 20%
0,25 0,25
g. Gambar Ukuran A3
0,00
0,25 0,25
h. Laporan Penyelidikan Tanah
0,00
0,50 0,50
6 Laporan Ringkas
0,00
0,50 0,50
7 Laporan Softcopy (External Hardisk SSD 1 TB)
0,00
10
0,50 0,50
8 Dokumentasi
0,00
E DISKUSI/PEMBAHASAN 4,00 0,00
1,00 1,00
1 Laporan RMK
0,00
1,00 1,00
2 Laporan Pendahuluan
0,00
2,00 2,00
3 Laporan Akhir 0
0,00
JUMLAH 100,00 0,00
RENCANA MINGGU INI 2,50 3,50 4,75 3,17 5,50 11,25 19,50 9,67 9,50 14,00 8,75 7,92
KUMULATIF RENCANA s/d MINGGU INI 0,00 2,50 6,00 10,75 13,92 19,42 30,67 50,17 59,83 69,33 83,33 92,08 100,00
PROGRES MINGGU INI 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
KUMULATIF PROGRESS s/d MINGGU INI 0,00
DEVIASI -59,83 -69,33 -83,33 -92,08 -100,00

67
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Tabel 3-13 Jadwal Penggunaan Peralatan


WAKTU PELAKSANAAN
NO Jenis Peralatan Volume Bulan Ket
I II III
1 Operasional Telpon Dan Internet 1 unit Sewa
2 Kendaraan Roda 4 1 unit Sewa
3 Kendaraan Roda 2 1 unit Sewa
4 Total Station 1 unit Sewa
5 GPS Geodetik 1 unit Sewa
6 Current Meter 1 unit Sewa
7 Laptop 2 unit Sewa
8 Sewa Printer Injet A4 1 unit Sewa
9 Sewa Printer Injet A3 1 unit Sewa
10 Sewa Kamera 1 unit Sewa
Keterangan :
No. 7 - 10 merupakan tambahan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan tanpa biaya yang ada di RAB Konsultan

3.4 ORGANISASI DAN PERSONIL


3.4.1. Struktur Organisasi
Penanggung jawab pekerjaan adalah PPK Bidang Perencanaan Dinas Pekerjaan
Umum Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur, sedangkan Direksi/pengawas/ pendamping
adalah petugas yang ditunjuk oleh PPK untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak konsultan.
Penanggung jawab pelaksanaan adalah Direktur Konsultan dan pelaksana
operasionalnya adalah suatu Team Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Pihak Konsultan
dengan kualifikasi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan dipimpin oleh seorang Ketua Tim. Selanjutnya Struktur Organisasi
Pelaksanaan Pekerjaan untuk menangani pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar.

68
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

BIDANG PERENCANAAN SUMBER


DAYA AIR DINAS PU SUMBER
DAYA AIR PROVINSI JAWA TIMUR

PT. WAHANA PRAKARSA UTAMA


DIREKSI PEKERJAAN
CABANG JAWA TIMUR
TENDY SOEWADJI, S.Pi., MM.

TEAM LEADER 3

EDY PRAYITNO, ST. MM

OFFICE ADMINISTRASI /
3
KEUANGAN
TEAM PENUNJANG
TO BE NAME MM

DRIVER 2
TO BE NAME MM

AHLI MUDA SUMBER DAYA


AIR (HIDROLOGI DAN 3 AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI 0,5 AHLI MUDA GEODESI 1 AHLI MUDA GEOTEKNIK 1
HIDROLIKA)
DEDIK HERMIYANTO PUTRO,
JEN KARTIKA RATNA, ST. MM MM SUCHRI PANGHARDJO, ST. MM ARDHA RAHARDIAN, ST. MM
ST.

ASISTEN AHLI BANGUNAN


3
AIR
TEAM SURVEY DAN INVESTIGASI
TO BE NAME MM

TEAM PERENCANA
SURVEYOR PENGUKURAN 1 DRAFTMAN AUTOCAD 2

TO BE NAME MM TO BE NAME MM

TENAGA LOKAL 1 TENAGA LOKAL 1


TO BE NAME MM TO BE NAME MM

Gambar 3-7 Struktur Organisasi

3.4.2. Jadwal Penugasan Personil


Sesuai dengan jadwal yang telah disusun maka jadwal penugasan personil
direncanakan sebagai berikut:

69
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan

Tabel 3-14 Jadwal Penugasan Personil


BULAN KE
MAN
No. POSISI NAMA PERSONIL I II III KET
MONTH
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A. MANAJEMEN PROYEK
1 TEAM LEADER EDY PRAYITNO, ST. 3,00
2 AHLI MUDA SUMBER DAYA AIR (HIDROLOGI DAN JEN KARTIKA RATNA, ST. 2,00
HIDROLIKA)
3 AHLI MUDA GEOTEKNIK ARDHA RAHARDIAN, ST. 1,00
4 AHLI MUDA GEODESI SUCHRI PA NGHARDJO, ST. 2,00
5 AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI DEDIK HERMIYA NTO PUTRO, ST. 0,50
B TENAGA PENDUKUNG
1 ASISTEN AHLI BANGUNAN AIR TO BE NAME 3,00
2 SURVEYOR PENGUKURAN TO BE NAME 1,00
3 DRAFTMAN AUTOCAD TO
TO BE
BE NAME
NAME 2,00
4 OFFICE ADMINISTRASI / KOMPUTER TO BE NAME 3,00
5 DRIVER TO BE NAME 2,00
6 TENAGA LOKAL (2 ORANG) TO BE NAME 4,00

70

Anda mungkin juga menyukai