B
BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3 A
B
1
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Tidak
Ya
2
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
3
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
4
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Hasil pengukuran dari lapangan harus segera dihitung sehingga bila terjadi
kesalahan dapat dengan segera dilakukan pengukuran ulang. Sebelum memulai
perhitungan koordinat, maka terlebih dahulu diadakan pengecekan hasil ukur,
ketelitian sudut ukur dan lain-lain.
5
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
(GPS).
6
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Gambar 3-2 Bentuk dan Ukuran Patok Beton/ Bench Mark (BM)
7
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
10
10 PermukaanTanah
Adukan semen
30 80
Angkur besi
10
Gambar 3-3 Bentuk dan Ukuran Patok Beton/ Control Point (CP)
Pemasangan patok Bench Mark & Control Point serta Patok Kayu
dengan kriteria sebagai berikut :
8
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
sedalam 30 cm, dicat merah, diberi nomor kode yang teratur dan
dipasang paku sebagai titik bidiknya.
2. Pengukuran poligon
Dimaksudkan untuk mendapatkan posisi horisontal (x,y). Dalam
pengukuran poligon ada 2 unsur penting yg perlu diperhatikan dengan teliti
yaitu ”jarak” dan ”sudut jurusan”.
rambu
P
P L
P 3
2 WS=0,00
1
9
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
10
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
11
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Jika trase memotong anak sungai, maka alur sungai tersebut harus di
ukur profil melintangnya.
Titik detail trase di ambil dari data profil melintang, sedangkan detail
lainnya yang ada diantara profil melintang harus di ukur dengan cara
dirincikan sehingga kerapat titik detail 2 cm pada petanya.
Pengukuran penampang melintang sungai untuk lebar B ≤ 100 m
dapat dilakukan dengan menggunakan waterpass atau To untuk lebar
> 100 m akan dilakukan beberapa titik di tepi sungai berjarak 25 – 50
m dari muka air sungai sedangkan profil sungai akan diukur dengan
sistim colokan jika kedalaman air h ≤ 3 m, jika h > 3 m dilakukan
dengan echosounder.
Titik-titik pengukuran penampang melintang direncanakan seperti
gambar berikut :
Bts Bts
Koridor Koridor
T A Te
epi kiri s pi kanan
B 2 Colok / B
2
ts Koridor Echosounder ts Koridor
T,5 m A ,5 m T
epi kiri s epi kanan
Gambar 3-6 Profil Melintang Sungai Untuk Lebar Sungai B > 100 m
2. Sondir
3. Sedimen Sampler
4. Pengambilan Sampel Tanah
B. Uji Lab
C. Natural Water Content
1. Natural Density
2. Specific Gravity
3. Grain Size Analysis
4. Unconfinned Compression Test
5. Triaxial CU
6. Permeability Test
7. Consolidation Test
8. Analisa Tanah Sedimen
4. Survei Hidrologi/Hidrometri :
Survei hidrologi/hidrometri diperlukan untuk memperoleh data debit sungai yang
terbaru sebagai pelengkap dari data yang sudah ada. Data-data hidrologi yang
dikumpulkan melalui kegiatan survei hidrologi/hidrometri untuk keperluan analisa
hidrologi antara lain :
Peta lokasi pos hidrologi dan klimatologi terkait
Peta catchment area daerah studi
Data hujan dari stasiun-stasiun hujan yang berpengaruh terhadap daerah
studi
Data pencatatan tinggi muka air/debit dari pos pengamatan TMA atau
AWLR yang berpengaruh terhadap daerah studi
Data kejadian banjir di sekitar daerah studi
Aspek analisa hidrologi dari hasil studi terdahulu yang terkait dengan
pekerjaan ini.
Mengadakan pengukuran debit di beberapa sungai utama untuk
menyempurnakan rating curve yang ada.
Tata laksana kegiatan survei pengukuran mengacu pada SNI 03-2414-1991 tentang
Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka, SNI 03-2159-1992 tentang
Metode Pengukuran Debit Sungai, dan SNI 03-2819-1992 tentang Metode
13
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka dengan Alat Ukur Arus Tipe
Baling-baling dengan berdasarkan teori dari Hayes (1978), dan Loebis dkk (1995)
yang diuraikan berikut ini.
a. Pemilihan lokasi pengukuran menggunakan ketentuan
Palung sungai sedapat mungkin harus lurus dengan arah, dan
kecepatan aliran seragam/sejajar.
Dasar sungai tidak berubah-ubah, bebas dari batuan besar atau
bangunan air yang menyebabkan aliran tidak seragam/sejajar.
Dasar penampang sungai sedapat mungkin rata sehingga saat
perhitungan menghasilkan nilai yang sebenarnya.
Memilih lokasi semacam itu sangat sulit namun harus diupayakan
lokasi terbaik dari keadaan yang ada.
b. Mempersiapkan peralatan pengukuran debit. Apabila kondisi normal,
maka menggunakan alat ukur current meter yaitu alat ukur tipe baling-
baling, sedangkan apabila kondisi debit sangat besar/banjir maka
menggunakan alat ukur floats yaitu alat ukur dengan kabel yang
diapungkan di dalam air pada kedalaman tertentu.
c. Langkah selanjutnya membentangkan kabel ukur baja pada penampang
pengukuran untuk mengukur penampang, dan menentukan batas setiap
jalur vertikal. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara merawas, kebal
gantung atau melalui jembatan. Merawas adalah pengukuran dengan cara
turun langsung menyeberangi penampang basah.
16
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Cara Aljabar
Berlaku apabila perbedaan data hujan untuk jangka waktu tahunan rata
rata antara stasiun hujan terdekat kurang dari 10 %, dengan rumus :
Keterangan :
Hd = Hujan yang hilang pada stasiun D yang diperkirakan
Ha, Hb, Hc = Data hujan yang teramati pada stasiun A, B dan C
Keterangan :
Hd = Data hujan yang hilang pada stasiun D (dihitung)
Rd = Hujan rata rata pada stasiun D
Ha, Hb, Hc = Hujan pada masing masing stasiun A, B dan C
Ra, Rb, Rc = Hujan tahunan rata rata pada A, B dan C
17
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Keterangan :
Hd = Data hujan yang hilang pada stasiun D yang
dihitung
Ha, Hb, Hc = Hujan yang teramati pada stasiun A, B dan C
dXa, dXb, dXc = Jarak dari stasiun A, B dan C ke stasiun D
Berdasarkan konsep tersebut diatas, saat ini dikenal dua cara uji
konsistensi data yang sering digunakan, yaitu :
18
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Pcx = Px
Keterangan :
Pcx = curah hujan stasiun X pada waktu t setelah dikoreksi (mm)
Px = data asli curah hujan stasiun X pada waktu t (mm)
Mc = koreksi kemiringan kurva massa ganda
Ma = kemiringan asli kurva massa ganda
Correction ratio =
Kumulatif Stasiun x (mm)
Mc / Ma = c / a
c a
HUJAN WILAYAH
19
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Keterangan :
d = tinggi curah hujan rata-rata daerah
d1,d2,…dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,…n
n = banyaknya pos penakar
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos
penakarnya ditempatkan secara merata di daerah tersebut, dan hasil
penakaran masing-masing pos penakar tidak menyimpang jauh dari
nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal (Soemarto, 1999 : 10).
20
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
P
B .2
atas DPS
P
A
.1
2
A A
4 3
A
1
P
P .3
.4
21
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Di mana P1, P2, …., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos
penakar hujan 1, 2, …., n. sedangkan A 1, A2, …., An adalah luas
areal poligon 1, 2, …., n. serta n adalah banyaknya pos penakar
hujan.
Cara Isohyet
Dengan cara ini, maka harus digambar dulu kontur dengan tinggi
hujan yang sama (isohyet), seperti pada berikut. (Soemarto, 1999 : 11)
d 0 d1 d d2 d dn
A1 1 A2 ... n 1 An
d 2 2 2
A1 A2 ... An
Keterangan :
A = luas areal total
d = tinggi hujan rata-rata areal
d0, d1, …dn = curah hujan pada isohyet 0,1,2, …,n
A1, A2, A3,…An = luas bagian areal yang dibatasi
oleh isohyet-isohyet yang bersangkutan
22
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
2) Luas DAS
3) Topografi DAS
sebagai berikut :
X =
Keterangan :
X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang
tertentu (mm)
= Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi
=
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari
jumlah data (n).
YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang
diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu
=
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari
jumlah data (n).
S = Simpangan baku
=
n = Jumlah data
CS = koefisien kepencengan
= 1,1396
CK = koefisien kurtosis
= 5,4002
Dengan mensubstitusikan persamaan-persamaan diatas diperoleh :
X =
Jika : dan
Koefisien Skewness :
Keterangan :
Cs = koefisien skewness
= nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = jumlah data
Koefisien Kurtosis :
Keterangan :
Ck = koefisien kurtosis
= nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
N = jumlah data
Tabel 3-1 Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)
n Yn n Yn n yn n Yn
10 0,4952 34 0,5396 58 0,5515 82 0,5672
11 0,4996 35 0,5402 59 0,5518 83 0,5574
12 0,5035 36 0,5410 60 0,5521 84 0,5576
13 0,5070 37 0,5418 61 0,5524 85 0,5578
25
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Tabel 3-2 Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi Data dengan Jumlah Data (n)
n Sn n Sn n Sn n Sn
26
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
10
0,9496 33 1,1226 56 1,1696 79 1,1930
11
0,9676 34 1,1255 57 1,1708 80 1,1938
12
0,9833 35 1,1286 58 1,1721 81 1,1945
13
0,9971 36 1,1313 59 1,1734 82 1,1953
14
1,0095 37 1,1339 60 1,1747 83 1,1959
15
1,0206 38 1,1363 61 1,1759 84 1,1967
16
1,0316 39 1,1388 62 1,1770 85 1,1973
17
1,0411 40 1,1413 63 1,1782 86 1,1987
18
1,0493 41 1,1436 64 1,1793 87 1,1987
19
1,0565 42 1,1458 65 1,1803 88 1,1994
20
1,0628 43 1,1480 66 1,1814 89 1,2001
21
1,0696 44 1,1499 67 1,1824 90 1,2007
22
1,0754 45 1,1519 68 1,1834 91 1,2014
23
1,0811 46 1,1538 69 1,1844 92 1,2020
24
1,0864 47 1,1557 70 1,1854 93 1,2026
25
1,0915 48 1,1574 71 1,1854 94 1,2032
26
1,0861 49 1,1590 72 1,1873 95 1,2038
27
1,1004 50 1,1607 73 1,1881 96 1,2044
28
1,1047 51 1,1623 74 1,1890 97 1,2049
29
1,1086 52 1,1638 75 1,1898 98 1,2055
30
1,1124 53 1,1658 76 1,1906 99 1,2060
31
1,1159 54 1,1667 77 1,1915 100 1,2065
32
1,1193 55 1,1681 78 1,1923
27
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
=
k = faktor frekuensi, sebagai fungsi dari koefisien
variasi (cv) dengan periode ulang t. Nilai k dapat
diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi
peluang kumulatif dan periode ulang, lihat Tabel.
CS = koefisien kepencengan = 3 CV + CV3
CK = koefisien kurtosis
= CV8 + 6CV6 + 15CV4 + 16CV2 + 3
CV = koefisien variasi
=
= deviasi standar populasi ln X atau log X
= rata-rata hitung populasi ln X atau lo
Tabel 3-3 Tabel Nilai Faktor Frekuensi (k) Sebagai Fungsi dari Nilai CV
29
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
=
CS = koefisien kepencengan
=
CK = koefisien kurtosis
30
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Tabel 3-4 Nilai Negatif Koefisien Kemencengan/Skewness Coefficient (CS) pada Distribusi Log - Pearson Tipe III
31
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
32
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
-1.80 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.026 0.282 0.454 0.799 0.945 1.020 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.00 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.005 0.307 0.464 0.777 0.895 0.948 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.20 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.029 0.330 0.471 0.752 0.844 0.881 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.50 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.067 0.360 0.477 0.711 0.771 0.789 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.00 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.124 0.396 0.476 0.636 0.660 0.665 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
Sumber: Dr. M. M. A. Shahin / Statistical Analysis in Hydrology
33
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
a =
X0 =
Keterangan :
= rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan
= deviasi standar logaritma nilai X hasil
pengamatan
Y = nilai variabel reduksi Gumbel (lihat Tabel)
T (tahun) Peluang Y
1,001 0,001 -1,930
1,005 0,005 -1,670
1,010 0,010 -1,530
1,050 0,050 -1,097
1,110 0,100 -0,834
1,250 0,200 -0,476
1,330 0,250 -0,326
1,430 0,300 -0,185
1,670 0,400 0,087
2,000 0,500 0,366
2,500 0,600 0,671
3,330 0,700 1,030
4,000 0,750 1,240
5,000 0,800 1,510
10,000 0,900 2,250
34
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
T (tahun) Peluang Y
20,000 0,950 2,970
50,000 0,980 3,900
100,000 0,990 4,600
200,000 0,995 5,290
500,000 0,998 6,210
1000,000 0,999 6,900
Sumber: Bonnier,1980
DK = JK - ( P + 1)
Keterangan :
RT = intensitas hujan rerata dalam T jam (mm/jam)
R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari (mm)
t = waktu konsentrasi hujan (jam)
T = waktu mulai hujan
Setelah didapatkan sebaran hujan jam-jaman tersebut, maka
dihitung ratio sebaran hujan dengan rumus sebagai berikut :
Rt = t*RT – (t - 1) * R (t – 1)
Keterangan :
Rt = curah hujan pada jam T
36
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Hujan Netto
Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan limpasan
langsung (direct run off). limpasan langsung ini terdiri atas limpasan
permukaan (surface run off) dan interflow (air yang masuk ke dalam
lapisan tipis dibawah permukaan tanah dengan permeabilitas rendah,
yang keluar lagi ditempat yang lebih rendah dan berubah menjadi
limpasan permukaan).
Rn = C * R
Keterangan :
Rn = curah hujan netto (mm)
R = curah hujan/intensitas hujan (mm)
C = koefisien pengaliran
37
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Koefisien Pengaliran
Pada saat hujan turun sebagian akan meresap ke dalam tanah dan
sebagian lagi akan menjadi limpasan permukaan. koefisien limpasan /
pengaliran adalah variabel untuk menentukan besarnya limpasan
permukaan tersebut dimana penentuannnya didasarkan pada kondisi
daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah
tersebut. adapun kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah :
Keadaan hujan
Luas dan bentuk daerah aliran
Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
Kebasahan tanah
Suhu udara dan angin serta evaporasi
Tata guna lahan
Rumus
Daerah Kondisi Sungai Curah hujan
Koef.Pengaliran
Hulu f = 1 - 15.7/ Rt^0.75
Tengah Sungai biasa f = 1 - 5.65/Rt^0.75
Tengah Sungai di zone lava Rt > 200 mm f = 1 - 7.2/Rt ^0.75
39
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
1. Metode Rasional
2. Metode Weduwen
3. Metode Nakayasu
4. Metode Snyder Alexeyev
5. Metode Haspers
Metode Rasional
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan
puncak yang umum dipakai adalah metode Rasional USSCS
(1973). Metode ini sangat simpel dan mudah penggunaannya,
namun penggunaannya terbatas untuk DAS-DAS dengan ukuran
kecil, yaitu kurang dan 300 ha (Goldman et.al., 1986). Karena
40
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Q = 0,002778 C.I.A
Keterangan :
Q = Debit rencana puncak banjir (m3/dt)
C = Koefisien aliran ((0 < C < 1))
I = Intensitas hujan selama waktu tiba banjir (mm/jam)
A = Luas DPS, diukur dari peta topografi (ha)
tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang sungai (m)
S = Kemiringan sungai (m/m)
Koefisien aliran C = C1 + C2 + C3
Topografi, C1 Tanah, C2 Vegetasi, C3
Datar (< 1%) 0.03 Pasir dan gravel 0.04 Hutan 0.04
Bergelombang (1 - 10%) 0.08 Lempung berpasir 0.08 Pertanian 0.11
Perbukitan (10 - 20%) 0.16 Lempung dan lanau 0.16 Padang rumput 0.21
Pegunungan (> 20%) 0.26 Lapisan batu 0.26 Tanpa tanaman 0.28
42
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
A
i 1
i
n
Luas DAS A Ai (ha)
i 1
Q = 0.002778 CIA
Ukur jarak limpas Ukur jarak limpas permukaan
permukaan PQ (m) PQ (m)
43
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Mulai
Data
Hidrologi
Data hujan
Ada data
dan aliran
debit ?
tersedia ?
Turunkan Turunkan
Hidrograf Hidrograf
Satuan Satuan Sintetis Perkirakan hujan
Data cukup
panjang ? DAS rencana
Konversi dengan
hujan rencana
Catatan :
* GEV = Gumbell Extreem Value
Qtr ** Berlaku untuk luas DAS yang kecil
atau Qtr dan
hidrograf
Selesai
Gambar 3-16 Metode Yang Digunakan Dalam Memperkirakan Debit Banjir Berdasarkan
Ketersediaan Data
44
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Qp
Tp
Tb
Metode Haspers
Metode Haspers adalah salah satu metode perhitungan
banjir dengan dasar Metode Rasional. Metode ini dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Keterangan :
QT = Debit dengan kemungkinan ulang T tahun (m3/det)
α = Koefesien pengaliran
β = Koefesien reduksi
45
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Keterangan :
q = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = Waktu Konsentrasi (jam)
RT = Curah Hujan Rancangan Max (mm)
Hidrograf Banjir Rancangan
Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka
46
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Keterangan :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke-i
Bf = Aliran dasar (Base flow)
Hidrograf Aliran
Ri Ri-1 Ri-n Ri-n+1 Debit
Satuan Dasar
(mm3/dt/mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
U1 U1.Ri Bf Q1
U2 U2.Ri U1.Ri-1 Bf Q2
U3 U3.Ri U2.R i-1 .... Bf Q3
U4 U4.Ri U3.R i-1 .... U1.Ri-n+1 Bf Q4
U5 U5.Ri U4.R i-1 ..... U2.R i-n+1 Bf Q5
.... .... .... .... .... Bf ....
.... .... .... .... .... Bf ....
Un-2 Un-2.Ri .... .... .... Bf Qk-2
Un-1 Un-1.Ri Un-2.R i-1 .... .... Bf Qk-1
Un Un.Ri Un-1.R i-1 ..... .... Bf Qk
Un+1 Un+1.Ri Un.R i-1 ..... Un-2.R i-n+1 Bf Qk+1
47
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Eto = c x Eto*
ET0 = C ×
Eto* = W (0.75.Rs – Rn1) + (1 – W). f(u). (ea – ed)
Rumus penyederhanaan Penman ini mempunyai ciri khusus sebagai berikut:
=
n = rata-rata lamanya matahari sebenarnya (mm/hari)
N = lamanya cahaya matahari yang dimungkinkan secara
maksimum (mm/hari)
Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar
atmosfir (angka angot)
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f(t) . f(ed) . f(n/N)
f(T) = fungsi suhu = . Ta4
f(ed) = fungsi tekanan uap
= 0,34 – 0,044 . (ed)1/2
f(n/N)= fungsi kecerahan
=
f(u) = fungsi kecepatan angin angin pada ketinggian 2 meter (m/det)
= 0,27 (1 + 0,864 .u)
U = kecepatan angin rerata (m/detik)
(ea–ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan uap sebenarnya
ed = ea . RH
ea = tekanan uap sebenarnya
RH = kelembaban relatif (%)
RH = kelembaban udara relatif (%)
49
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Analisa F. J. Mock
50
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
51
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Qb = Qs x
Keterangan :
Qb = Debit di lokasi (m3/detik)
Qs = Debit di lokasi pencatatan debit (m3/detik)
Ab = Luas DAS di lokasi (km2)
As = Luas DAS di lokasi pencatatan debit (km2)
52
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Sub basin
area Ab
Total basin
area As
G
age site
Sumber : Water Resources System Planning and Analysis, Daniel P. Locks, Jery R. Stedinger, Douglas A.
Smith
53
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
MULAI
Data Hidrologi :
- Data Hujan Harian
- Data Debit
- Data Klimatologi
- Lokasi Stasiun Hujan
Ya
Analisa Distribusi
Frekuensi
Metode Log Pearson Tipe
IIIYa
- Data Evapotranspirasi
- Luas DAS
- Data Hujan Efektif 15 Harian - Koef. Infiltrasi
Curah Hujan Rancangan
Metode Log Pearson Type III - Hari Hujan 15 harian - Koef. Resesi
R1th, R2th, R5th, R10th, R25th, R50th, - Kondisi Lahan
R100th, R1000th
Tinggi Embung
Studi Optimasi Volume tampungan embung
Luas areal genangan embung
Laporan Hidrologi
SELESAI
Gambar 3-19 Bagan Alir Pekerjaan Analisa Hidrologi dan Keseimbangan Air
Penggambaran situasi :
Membuat data profil melintang dengan menggunakan spreadsheet
Microsoft Excell.
Membuat project baru dengan menggunakan software AutoCad Land
Development.
Insert data poligon, dan data profil melintang.
Melakukan proses kontour di software AutoCad Land Development
56
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
57
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Penyelidikan di Laboratorium
Semua penyelidikan tanah yang dilakukan di laboratorium mengacu
kepada prosedur baku dari American Society for Testing Materials (ASTM)
dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Penyelidikan laboratorium yang akan dilaksanakan adalah:
58
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Konsolidasi
Pengujian Kompresi 3 Sumbu (Triaxial Compression Test) Jenis
Consolidated Undrained (CU)
59
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
Pengujian Metode
61
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
j. Penggambaran.
k. Perhitungan BOQ dan RAB.
l. Pembuatan SMKK.
m. Penyusunan Speksifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan.
62
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
63
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
B. Diskusi/Pembahasan
Diskusi yang akan dilaksanakan nantinya dalam pekerjaan ini antara lain :
1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
Membahas antara lain mengenai Rencana Mutu Kontrak (RMK), organisasi
kerja dan Jadwal penugasan personil, kesesuaian personil dan peralatan dengan
persyaratan kontrak, tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan, jadwal
Pelaksanaan pekerjaan yang memperhatikan keselamatan konstruksi, jadwal
mobilisasi peralatan dan personil, rencana pelaksanaan pemeriksaaan dan
pembayaran dan hal-hal yang dianggap perlu dan dituangkan dalam Berita
Acara Rapat Persiapan pelaksanaan Kontrak.
2. Diskusi Laporan Pendahuluan/Inception
Draft paparan laporan pendahuluan harus diasistensikan dan dipresentasikan
kepada Tim Teknis/Direksi Pekerjaan di Balai Wilayah Sungai Kalimantan I
sebelum Diskusi Laporan Pendahuluan dilaksanakan. Presentasi laporan
pendahuluan dilaksanakan setelah laporan pendahuluan selesai disusun dan
dipaparkan di hadapan Direksi Pekerjaan, Kepala Balai Wilayah Sungai
Kalimantan I beserta staf dan instansi yang terkait. Tanggapan dan saran yang
berguna harus dituangkan dalam notulen diskusi Laporan Pendahuluan.
3. Diskusi Konsep Laporan Akhir
Draft paparan laporan akhir diasistensikan dan dipresentasikan kepada Direksi
dan Tim Teknis Balai Wilayah Sungai Kalimantan I sebelum Diskusi Konsep
laporan Akhir dilaksanakan sebelumnya. Kegiatan ini merupakan ekspose Draft
Laporan Akhir (Draft Final Report). Presentasi hasil-hasil pelaksanaan
pekerjaan harus dilaksanakan di hadapan Direksi Pekerjaan, Kepala Balai
Wilayah Sungai Kalimantan I, beserta staf, dan instansi terkait. Tanggapan dan
saran yang berguna harus dituangkan dalam notulen diskusi Konsep Laporan
Akhir serta dimasukkan dalam final report.
65
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
66
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
(%) (%) 10-Aug 18-Aug 26-Aug 03-Sep 10-Sep 18-Sep 26-Sep 04-Oct 11-Oct 19-Oct 27-Oct 01-Nov
67
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
68
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
TEAM LEADER 3
OFFICE ADMINISTRASI /
3
KEUANGAN
TEAM PENUNJANG
TO BE NAME MM
DRIVER 2
TO BE NAME MM
TEAM PERENCANA
SURVEYOR PENGUKURAN 1 DRAFTMAN AUTOCAD 2
TO BE NAME MM TO BE NAME MM
69
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Embung Di Zona Lepasan Umbulan Di Kabupaten Pasuruan
A. MANAJEMEN PROYEK
1 TEAM LEADER EDY PRAYITNO, ST. 3,00
2 AHLI MUDA SUMBER DAYA AIR (HIDROLOGI DAN JEN KARTIKA RATNA, ST. 2,00
HIDROLIKA)
3 AHLI MUDA GEOTEKNIK ARDHA RAHARDIAN, ST. 1,00
4 AHLI MUDA GEODESI SUCHRI PA NGHARDJO, ST. 2,00
5 AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI DEDIK HERMIYA NTO PUTRO, ST. 0,50
B TENAGA PENDUKUNG
1 ASISTEN AHLI BANGUNAN AIR TO BE NAME 3,00
2 SURVEYOR PENGUKURAN TO BE NAME 1,00
3 DRAFTMAN AUTOCAD TO
TO BE
BE NAME
NAME 2,00
4 OFFICE ADMINISTRASI / KOMPUTER TO BE NAME 3,00
5 DRIVER TO BE NAME 2,00
6 TENAGA LOKAL (2 ORANG) TO BE NAME 4,00
70