Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri

FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

BAB II
METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 UMUM

Survey topografi dan batimetri merupakan persyaratan penting dan utama dalam
perencanaan bendung gerak untuk menyediakan air baku dan mengantisipasi
adanya banjir. Hasil survey tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam pelaksaan
pekerjaan perencanaan pembangunan bendung gerak. Hasil akhir dari pekerjaan ini
adalah menghasilkan data ukur dan gambar-gambar yang meliputi gambar peta
situasi. Survey topografi dan batimetri dilaksanakan di Desa Batung, Payang dan
Suyadon Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

2.2 PERSONIL DAN PERALATAN

2.2.1 Personil

Personil team survey topografi dan batimetri yang terlibat dalam pekerjaan ini adalah
sebagai berikut :
1 Survey Lapangan Ray Nur Hidayat Utomo
2 Data Processing, Penggambaran, & Pelaporan Hadi Santoso

2.2.2 Peralatan

Peralatan utama yang digunakan untuk melakukan pekerjaan survey topografi


antara lain terdiri dari :
1 (satu) unit Total Station Topcon GTS Untuk Pengukur Kerangka Kontrol
1
235N lengkap dengan accesoris Survey dan Pemetaan Topografi
2 (dua) unit GPS geodetic spectra Untuk Pengamatan titik BM Nasional
2
lengkap dengan accesoris
Untuk Survey leverling, jaringan titik
3 1 (satu) unit Auto Level Horizon
tinggi / elevasi
Untuk suvey kecepatan arus air
4 1 (satu) unit current meter
(debit)
5 1 (satu) unit Handheld GPS Garmin86s Untuk Orientasi Lapangan
6 6 (enam) buah Radio Komunikasi (HT) Komukasi di Lapangan
7 1 (satu) set Laptop Untuk Data Processing di Lapangan
8 1 (satu) set PC + Autodesk Civil3D Untuk Penggambaran dan Penulisan
Map / Autocad Laporan

II - 1
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Sedangkan peralatan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan survey batimetri


antara lain terdiri dari :
a) 1 set Echosounder Garmin GPSMAP 585
b) 1 Set GPS Geodetik Spectra
c) 1 unit GPS Handheld
d) 1 Unit ACCU
e) 1 Unit Laptop
f) 1 Unit Inverter
g) 1 unit Kapal

2.3 WAKTU PELAKSANAAN

Pekerjaan Survey Topografi dan Batimetri di desa Batung, Payang dan Suyadon ini
dimulai dari mobilisasi tanggal 28 Maret 2017 sampai dengan selesai tanggal 06 Mei
2017. Dilanjutkan dengan pengolahan data, penggambaran dan pelaporan di kantor.

2.4 TAHAPAN PELAKSANAAN SURVEY TOPOGRAFI

Metode pelaksanaan data peralatan yang digunakan berpengaruh besar kepada


kualitas data yang dihasilkan, Metodologi persiapan, pengembalian data, kontrol dan
evaluasi menjadi dasar setiap operasional survey ini. Penetapan metode yang tepat
diharapkan dapat memenuhi segala aspek teknis yang dibutuhkan sesuai dengan
tujuan dari pemetaan itu sendiri.

2.4.1 Persiapan

Pekerjaan persiapan terdiri dari item berikut ini :


a) Persiapan di kantor, meliputi :
Persiapan administrasi, penyusunan team pelaksana survey (alat dan personil),
checking dan kalibrasi peralatan yang akan digunakan, koordinasi dengan
Pemberian Tugas dan Instansi lain yang terkait.
b) Persiapan di lapangan, meliputi :
Berkoordinasi dengan pemberi tugas dilapangan yang menyangkut teknis
maupun non-teknis untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, menyiapkan
basecamp, tenaga bantu lokal (local labour), transport kerja, orientasi lapangan,
akomodasi dan perlengkapan kerja untuk keperluan survey, material dan
perlengkapan lapangan untuk Benchmark dan keperluan survey lainnya,
penyuluhan tentang keselamatan kerja (K3) dan lainnya yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan.

II - 2
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

2.4.2 Pemasangan Bench Mark (BM) dan Control Point (CP)

Pemasangan Bench Mark dan Control Point dimaksudkan untuk membuat patok
permanen di daerah survey yang selanjutnya ditentukan koordinat dan elevasinya
terhadap titik referensi pengukuran yang telah ditetapkan. Posisi bench mark ini
selanjutkan digunakan sebagai titik acuan untuk posisi planimetris (koordinat) dan
elevasi dari semua titik kontrol maupun titik pengukuran lainnya, sehingga dapat
digambarkan dalam peta.
BM dan CP ditempatkan di lokasi pekerjaan dengan kriteria penempatan sebagai
berikut :
 Ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan di daerah rawa atau
sawah).
 Dipasang dengan jarak minimal 10 meter dari pinggir jalan dan di daerah yang
tidak terganggu.
 Ditempatkan di lokasi yang mudah diakses.
 Mudah diikatkan dengan titik-titik lainnya dan mudah diidentifikasi
 Sesuai Kriteria lain pada Laporan RMK
Kontruksi dan Spesifikasi patok BM dan CP disesuaikan dengan Kriteria seperti
gambar berikut :
 Spesifikasi BM berupa patok beton bertulang dengan ukuran 20 x 20 x 100 Cm
dicat Biru, dipasang Plat yang memuat Nomor, Nama dan lambang PU, dibagian
atas patok beton diberibaut/neut.
 Spesifikasi CP adalah patok paralon diameter Ø 0.1 m diisi dengan cor beton
bertulang dengan ukuran panjang 100 Cm dicat warna Biru, diberi nomor, bagian
atasnya diberi baut berupa neut.
 Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) dipasang (ditanam sedalam 80 cm
sehingga yang muncul diatas permukaan tanah 20 cm).

II - 3
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Gambar 2. 1 Gambar Plat Nama Bench Mark

Gambar 2. 2 Gambar Konstruksi Beton Bench Mark

Gambar 2. 3 Gambar Konstruksi Beton Control Point

Gambar 2. 4 Gambar Format Penamaan Control Point

II - 4
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Sebanyak 20 (Dua Puluh) buah Bench Mark (BM) dan 30 (Tiga Puluh) buah Control
Point (CP) telah dipasang di lapangan. Setiap titik kontrol (BM) tersebut
dideskripsikan, yang memuat tentang informasi lokasi, nilai koordinat dan elevasi dan
dilengkapi dengan foto.

2.4.3 Pengukuran Geodetik Untuk Penetapan Titik Referensi

Titik Referensi Koordinat yang di gunakan dalam pekerjaan ini menggunakan


koordinat global GNSS pada GPS handheld.
Pengukuran Bench Mark dengan Gps Geodetik
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi
yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinu
diseluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca, kepada banyak orang secara
simultan. Pada saat ini sistem GPS sudah sangat banyak digunakan orang di seluruh
dunia. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan, terutama yang terkait
dengan aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi.
GPS terdiri dari tiga segmen yang dapat diuraikan, yaitu sebagai berikut:
a) Segmen Angkasa
Terdiri dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada ketinggian 20.200 km
dan inklinasi 55 derajat dengan periode 12 jam (satelit akan kembali ke titik yang
sama dalam 12 jam). Satelit tersebut memutari orbitnya sehingga minimal ada 6
satelit yang dapat dipantau pada titik manapun di bumi ini. Satelit tersebut
mengirimkan posisi dan waktu kepada pengguna seluruh dunia.
b) Segmen Kontrol/Pengendali
Terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di Colorodo Springs, dan 5
stasiun pemantau lainnya dan 3 antena yang tersebar di bumi ini. Stasiun
kontrol/pengendali semua satelit GPS dan mengumpulkan informasinya. Stasiun
kontrol kemudian mengirimkan informasi tersebut kepada pusat pengendali
utama yang kemudian melakukan perhitungan dan pengecekan orbit satelit.
Informasi tersebut kemudian dikoreksi dan dilakukan pemuktahiran dan dikirim ke
satelit GPS.
c) Segmen Pengguna
Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS (selanjutnya kita sebut receiver
GPS) yang biasanya terdiri dari receiver, prosesor, dan antena, sehingga
memungkinkan kita dimanapun kita berada di muka bumi ini (tanah, laut, dan
udara) dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan kemudian menghitung posisi,
kecepatan dan waktu (http:Geodesy.gd.itb.ac.id.com).

II - 5
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

GPS dipergunakan pada berbagai bidang antara lain, sistem navigasi pesawat, laut
dan darat, pemetaan dan geodesi, survei, sistem penentuan lokasi, pertanian,
eksplorasi sumber daya alam, dan masih banyak lagi.Pengukuran titik Bech Mark
(BM) dengan menggunakan GPS Geodetik akan menghasilkan ketelitian koordinat
sampai dengan orde milimeter. Sehingga titik BM yang telah diukur dengan GPS
Geodetik dapat dipergunakan sebagai titik kontrol horizontal untuk pemetaan situasi.
Koordinat hasil pengukuran dengan GPS bereferensi pada ellipsoid WGS 84, tetapi
untuk keperluan tertentu software pengolahan data GPS telah dilengkapi dengan
progran transformasi ellipsoid maupun transformasi koordinat.

Tahapan Pelaksanaan Pengukuran Geodetik


Terkait pelaksanaan Kegiatan “FS BENDUNGAN PENSIANGAN”; maka konsultan
akan menyusun langkah-langkah kerja yang sitematis dan jelas tahapannya,
serta mencakup semua tugas sebagaimana disyaratkan. Terdapat empat tahapan
kegiatan utama yang dilaksanakan konsultan, yaitu sebagai berikut:
a) Tahap Persiapan
Merupakan tahap persiapan teknis dan non teknis untuk menunjang
kegiatan-kegiatan tahap berikutnya.
b) Tahap Pekerjaan Lapangan
Merupakan tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: orientasi/ survei
lapangan, pemasangan BM, pengukuran GPS Geodetic.
c) Tahap Perhitungan
Merupakan tahap perhitungan hasil pengukuran GPS titik BM
d) Pelaporan
Merupakan tahap pembuatan Laporan Pendahuluan, Draft Laporan Akhir,
dan Laporan Akhir disertai hasil produk.
Langkah-langkah kegiatan tersebut disusun secara sistematis dan bertahap
sebagaimana diperlihatkan pada diagram alir, yaitu sebagai berikut:

II - 6
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Persiapan

Orientasi
Lapangan

Pemasangan BM

Pengukuran GPS Pengukuran GPS


tidak I tidak tidak II
tidak

ya

Pengolahan Data Pengolahan Data

ya

Masuk Masuk
Toleransi ? Toleransi ?

Koordinat ( X, Y, Z) Koordinat ( X, Y, Z)

Analisa

Laporan

Gambar 2. 5 Diagram Alir Pelaksanaan Pengukuran Geodetik


Adapun tiap tahapan dalam diagram alir diatas dapat diuraikan, yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan
Tahap persiapan ini merupakan awal kegiatan pekerjaan pengukuran, tidak
hanya mencakup persiapan kegiatan yang bersifat teknis saja tetapi juga
mempersiapkan hal-hal yang bersifat non teknis.
A. Persiapan Teknis
Persiapan teknis untuk menunjang semua kegiatan sebelum dan selama
pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pengolahan data. Kegiatan tersebut
meliputi beberapa pekerjaan, antara lain sebagai berikut:

II - 7
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

 Penyediaan peta-peta dan data-data titik referensi disekitar lokasi


pekerjaan;
 Membuat rencana mobilisasi tim dan menyiapkan peralatan survei;
 Pengumpulan dan pemilihan data-data yang ada di Kantor Pemberi
Tugas;
 Pembuatan program kerja yang tertuang dalam jadwal pelaksanaan
pekerjaan;
 Menyusun Organisasi Pelaksana;
 Merencanakan Survei lokasi dan orientasi lapangan; dan
 Menyusun Peta rencana pemasangan BM.
B. Persiapan Non Teknis
Persiapan kebutuhan lainnya dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
 Penyediaan basecamp lapangan/ penginapan untuk tempat tinggal serta
kegiatan lapangan selama periode pekerjaan lapangan;
 Penyediaan surat penugasan dari Kantor Pemberi Tugas; dan
 Penyediaan dana untuk segala kegiatan dan lain-lain.
2. Orientasi Lapangan
Orientasi Lapangan dilaksanakan secara cermat dan terpogram sehingga
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Peralatan yang digunakan untuk orientasi lapangan adalah GPS (Global
Positioning System) navigasi yang dilengkapi dengan bacaan pendekatan
koordinat . Kegiatan ini meliputi, antara lain sebagai berikut:
a. Menginventarisasi titik-titik refensi (orde) milik Bakosurtanal atau titik
referensi lain yang ada/paling dekat dengan lokasi pekerjaan. Titik-titik ini
yang nantinya akan digunakan sebagai referensi koordinat untuk pekerjaan
ini; dan
b. Inventarisasi lokasi rencana pemasangan BM.
Prioritas utama dari orientasi lapangan ini adalah pemasangan patok kayu atau
tanda lainnya sebagai petunjuk rencana pemasangan BM/ tugu baru. Hasil
orientasi lapangan diplot di peta sebagai peta kerja yang memuat antara lain :
- Lokasi rencana pemasangan pilar/ BM baru; dan
- Lokasi pilar/BM yang ada dan pilar yang digunakan sebagai referensi.
3. Pembuatan dan Pemasangan Benchmark (BM)
Maksud pemasangan Benchmark adalah untuk menetapkan titik-titik tetap
sebagai titik yang akan dilakukan pengukuran posisi x, y, z. Berdasarkan hal-hal
yang telah disebutkan, maka pemasangan BM harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:

II - 8
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

 Dipilih pada permukaan tanah yang stabil;


 Terbebas dari gangguan pengolahan lahan;
 Sedapat mungkin terbebas dari gangguan pekerjaan konstruksi pada masa
mendatang; dan
 Distribusinya diusahakan merata sesuai dengan kebutuhan saat ini dan yang
akan datang.
4. Pengukuran Geodetik
Pengukuran yang dilakukan adalah Penentuan posisi menggunakan GPS
(Global Positioning System). Pada pengukuran kerangka horisontal (X, Y)
menggunakan GPS, faktor-faktor utama yang harus diperhitungkan, antara lain
sebagai berikut:
a. Geometri Jaringan Titik Kontrol
Parameter-parameter perencanaan suatu survei GPS yang terkait dengan
geometri pengamat, antara lain sebagai berikut:
 Lokasi titik;
 Jumlah titik;
 Konfigurasi jaringan; dan
 Karakteristik baseline.
Semua faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam desain jaringan
titik kontrol yang akan diukur.
b. Strategi Pengamatan
Dalam strategi pengamatan GPS, ada beberapa faktor yang harus
diperhitungkan, antara lain sebagai berikut:
 Pengamatan differential positioning menggunakan data fase (statik
survei);
 Pengamatan dilakukan baseline per baseline;
 Baseline yang digunakan adalah baseline bebas;
 Waktu dan lama pengamatan; dan
 Pengikatan ke titik tetap.
c. Pengumpulan Data (Pengamatan GPS)
Adapun dalam kegiatan pengumpulan data mencakup tahapan yang dapat
diuraikan, yaitu sebagai berikut:
1) Pengecekan Peralatan
Pada dasarnya ada empat peralatan yang perlu di periksa sebelum
pengamatan GPS dilakukan, yaitu sebagai berikut:
 Receiver GPS;

II - 9
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

 Peralatan lapangan pelengkap (tripod, tribrach, kabel, dan


sebagainya);
 Komputer dan perangkat lunak; dan
 Media penyimpan data.
Sebelum pengamatan GPS dilaksanakan, terdapat beberapa
pengecekan yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:
 Semua receiver GPS beserta antena dan catudaya (batere) telah di
test dan siap untuk digunakan;
 Semua batere telah di isi (charged) sampai penuh; dan
 Memori dalam setiap receiver telah dikosongkan.
2) Penjelasan (Briefing) Tim
Pada penjelasan untuk anggota tim, ada beberapa hal yang sebaiknya
diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
 Penjelasan bagi tim harus dilakukan oleh ketua tim
 Salinan/ dokumen dari perencanaan survei harus didistribusikan ke
tim-tim lapangan pada saat penjelasan tim dilakukan
Penjelasan tim harus memastikan bahwa seluruh anggota tim
mengetahui tentang, yaitu sebagai berikut:
 Konvensi penamaan titik dan file;
 Jadwal waktu pengamatan; dan
 Jadwal waktu kerja pengolahan baseline.
3) Pengukuran
a) Prosedur sebelum pengukuran
Tempatkan peralatan GPS di atas titik dan pastikan hal – hal, yaitu
sebagai berikut:
- Semua kabel telah terhubung dengan benar dan baik antara
komponen-komponen batere, antena, dan kontroler/receiver
- Antena ditempatkan secara baik dan tepat di atas titik
Set parameter pengamatan yang digunakan, antara lain sebagai
berikut:
- Moda pengamatan;
- Zona waktu;
- Koordinat pendekatan;
- Interval perekam data;
- Besarnya mask angle;
- Waktu mulai pengamatan; dan
- Tinggi antena.

II - 10
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Pengukuran tinggi antena, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2. 6 Model Pengukuran Tinggi Antene


b) Prosedur saat pengamatan
- Setelah tim-tim lapangan lainnya siap, tekan tombol tertentu
untuk memulai pengamatan GPS;
- Selama pengamatan berlangsung harus selalu ada personil
survei yang berjaga di sekitar lokasi titik, untuk memastikan
bahwa receiver GPS selalu beroperasi dengan baik dan tidak
terganggu; dan
- Pada akhir pengamatan, pastikan bahwa receiver GPS telah
berhenti beroperasi dan semua data terekam dengan baik.
c) Prosedur setelah pengamatan
Setelah pengamatan di satu titik selesai dilaksanakan, hal-hal
berikut sebaiknya dilakukan, antara lain sebagai berikut:
- Beritahukan tim lainnya bahwa receiver telah selesai melakukan
pengamatan;
- Cek tinggi antena dan centering dari antena;
- Melengkapi bagian setelah pengamatan pada formulir
pengamatan titik; dan
- Membereskan peralatan dan menempatkan kembali receiver
secara baik dan aman ke dalam box casing.
5. Pengolahan Data
Setelah tahap pengukuran survei GPS selesai, kemudian memasuki tahap
pengolahan data survei GPS. Proses pengolahan data, mengikuti tahapanan
sebagai berikut :
 Pengolahan baseline;
 Perataan;
 Transformasi koordinat; dan
 Kontrol kualitas.

II - 11
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Proses pengolahan data survei GPS secara umum digambarkan dalam diagram
alir berikut ini.

Gambar 2. 7 Diagram alir secara umum pengolahan data jaringan GPS


a. Pengolahan Baseline
Pengolahan baseline pada dasarnya bertujuan menghitung vector baseline
(dX, dY, dZ) menggunakan data fase sinyal GPS pada dua titik yang diamati.
Prinsip pengolahan baseline dapat ditunjukkan dalam gambar sebagai
berikut:

Gambar 2. 8 Pengolahan Baseline GPS


Pada umumnya, pengolahan baseline dilakukan per satu baseline hingga
semua baseline terolah hingga selesai, dan dimulai dari baseline yang titik
tetapnya diketahui koordinatnya. Pada proses pengestimasian vector
baseline, digunakan data fase double-difference. Meskipun data

II - 12
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

pseudorange juga digunakan untuk membantu menentukan koordinat


pendekatan, sinkronisasi waktu, dan penditeksian cycle slips. Secara
skematik, tahapan hitungan suatu vector baseline ditunjukan, yaitu sebagai
berikut:

Gambar 2. 9 Tahapan penentuan suatu baseline


Adapun untuk pengecekan kualitas dari vektor baseline definitif yang
diperoleh dari proses pengolahan baseline GPS, ada beberapa indikator
kualitas yang dapat dipantau, antara lain sebagai berikut:
 Sukses tidaknya penentuan ambiguitas fase;
 Nilai standar deviasi dari koordinat maupun vektor baseline;
 Nilai rms (root mean square), minimum, maksimum, serta standar deviasi
dari residual pengamatan;
 Nilai factor variansi aposteori;
 Jumlah data yang di tolak (reject); dan
 Jumlah cycle slips yang terjadi selama pengamatan.

II - 13
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Jika ambiguitas fase dapat ditentukan secara baik, dan nilai standar deviasi
dari komponen koordinat yang diperoleh memenuhi standar, maka dapat
dikatakan bahwa pengolahan baseline GPS tersebut telah dilaksanakan
dengan baik, dan hasilnya secara umum dapat diterima.
b. Transformasi Datum dan Koordinat
Koordinat titik yang didapatkan dari hitung perataan jarring GPS adalah
koordinat kartesian tiga dimensi (X, Y, Z ) dalam system datum WGS 1984.
Jika pengguna ingin koordinat titik-titik tersebut ke dalam datum dan sistem
koordinat lainnya yang berbeda, maka diperlukan suatu proses yaitu
transformasi datum dan koordinat.

2.4.4 Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal

Pengukuran kerangka kontrol horisontal dilakukan dengan metoda pengukuran


polygon, yang bertujuan untuk mendistribusikan Koordinat Titik Referensi
Pengukuran ke titik/patok kerangka pengukuran lainnya, yang digunakan sebagai
kerangka dasar pengukur detail situasi.
a) Pengukuran polygon dilakukan menggunakan Alat Total Station Topcon GTS
235N.
b) Pengukuran dilakukan dengan mengamat sudut dalam dan sudut luar titik-titik
polygon, dalam hal ini bacaan pada target belakang di set mendekati bacaan 00°
00’ 00”.
c) Deviasi sudut horizontal ini terhadap sudut dalam dan sudut luar dijaga agar
memenuhi standard (-10” < d < 10”), jika tidak, maka akan dilakukan
pengamatan berikutnya.
d) Jarak diukur dari dua arah, masing-masing arah dicatat sebanyak tiga kali
bacaan. Jarak datar merupakan rata-rata pengukuran dari dua arah setelah
diperhitungkan dengan sudut vertical pada setiap pengamatan.
Jaringan pengukuran polygon ini disusun dan dihitung dengan Topographic Software
dan hasilnya ditunjukkan pada Hitungan Kerangka Kontrol Horisontal, lampiran 3
dalam laporan ini.

2.4.5 Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal

Pengukuran kerangka vertikal dilakukan dengan cara trigonometric leveling.


Pengukuran ini bertujuan untuk mendistribusikan elevasi Titik Referensi Pengukuran
ke titik / patok kerangka pengukuran lainnya, yang digunakan sebagai kerangka
dasar pengukuran detail situasi. Pengukuran dilakukan mengikuti jaringan
pengukuran poligon. Prosedur pelaksanaan :

II - 14
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

a) Jalur pengukuran kontrol vertikal dibuat kring tertutup atau terkait di kedua
ujungnya.
b) Alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah alat ukur Total Station GTS
235 N.
c) Semua titik poligon diukur ketinggiannya (elevasinya).
d) Pengukuran beda tinggi dilakukan dari dua arah, dan hasilnya dirata-ratakan.
e) Ketelitian pengukuran waterpass tidak lebih dari 10√D (mm) dimana D adalah
jumlah jarak dalam satuan kilometer.
Hasil pengukuran ini kemudian disusun dan dihitung dengan menggunakan
Topographic Software dan hasilnya ditunjukkan pada Hitungan Kerangka Kontrol
Vertikal, lampiran 4 pada laporan ini

2.4.6 Pengukuran Detail Topografi

Pemetaan detail topografi adalah pengukuran / pengumpulan data ketinggian


permukaan tanah, termasuk jalan, saluran / sungai, kabel / pipa, bangunan, dan
informasi lainnya yang dapat di identifikasi diatas permukaan tanah didalam areal
proyek.
Prosedur Pengukuran :
a) Alat ukur yang digunakan adalah type Electronic Total Station (ETS).
b) Pengukuran dilakukan dari patok polygon terdekat dan menambah patok bantu
bila diperlukan.
c) Data ukur direkam dalam datalog ETS secara real time dan dilengkapi sketsa
bentuk sudut dan titik pengamatan.
d) Pengumpulan data dilakukan dengan cara gabungan metode ray pattern dan
radial pattern, disesuaikan dengan kondisi medan kerja.
e) Kerapatan data spot height adalah 2.5 cm pada skala peta didaerah yang relatif
datar, dan lebih rapat didaerah yang bergelombang.
f) Post processing dilakukan setiap hari untuk mengetahui kualitas dan kerapatan
data menggunakan Topographic Software dan plotting dengan Civil 3D Map
Software.
Hasil pengukuran ini kemudian disusun dan dihitung dengan menggunakan
Topographic Software dan hasilnya ditunjukkan pada Hitungan Detail Topografi.

2.4.7 Pengolahan Data dan Penggambaran

A. Pegolahan Data

II - 15
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Pengolahan data dilakukan setiap hari, di base camp. Data-data lapangan


seperti hasil pengukuran kerangka kontrol pengukuran dan pengukuran detail
diproses dengan menggunakan perangkat lunak yang sudah baku.
Checking data awal dilakukan pada setiap rekaman data harian, dan checking
data akhir dilakukan pada data yang telah membentuk jaringan mengikat tertutup
atau loop. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas data hasil ukuran terhadap
batas toleransi standard atau batas toleransi yang telah ditetapkan.
Pengukuran ulang / checking ukuran (bilamana diperlukan) dilakukan pada saat
sebelum pindah ke titik pengukuran berikutnya. Pengolahan data dilakukan
mengikuti tahapan, sebagai berikut :
Pengolahan data jaringan kontrol horisontal dan vertikal,
Pengolahan data detail topografi,
Plotting draft peta, Review dan Analisa draft peta
Plotting Final drawing
Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan perangkat lunak
yang telah teruji kelaikannya.
1) Perhitungan Koordinat :
a) Perhitungan koordinat poligon, dilakukan mengikuti bentuk poligon yang
digunakan. Koreksi sudut diberikan atas dasar nilai rata-rata, dan
perhitungan ini dilakukan di lokasi pekerjaan.
b) Hasil perhitungan mengacu syarat ketelitian yang telah ditentukan.
c) Perhitungan menggunakan traverse computation software.
2) Perhitungan Elevasi :
a) Perhitungan beda tinggi / elevasi dilakukan hingga 3 desimal (ketelitian
mm), dan dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan
dengan menjumlahkan beda tingginya, dan memberikan koreksi yang
diperlukan.
b) Perhitungan menggunakan leveling computation software.
3) Perhitungan Ketinggian (Detail Topografi) :
a) Ketinggian dan koordinat detail dihitung berdasarkan elevasi dan
koordinat patok berdirinya alat dan dihitung secara trigonometris atau
tachimetris.
b) Perhitungan dilakukan dengan menggunakan topographic computation
software.
B. Penggambaran

II - 16
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

Peta Topografi dan Bathymetri hasil survey ini disajikan berupa peta digital
dengan basis skala 1 : 1,000 dengan interval garis kontur setiap 0.5 meter. Skala
gambar dan interval kontur diset pada software pada saat proses plotting.
Final peta garis dikonversi kedalam format AutoCAD, berbasis 3D map dibuat
dengan format A1 dan untuk laporan dicetak dalam kertas ukuran A3.
Ketentuan umum mengenai penggambaran hasil survey lapangan seperti;
perhitungan dan validasi data ukur, serta kaidah-kaidah baku dalam
penggambaran secara kartografis mengikuti ketentuan yang berlaku umum pada
peta.

2.5 TAHAPAN PELAKSANAAN SURVEY BATIMETRI

Didalam melaksanakan pekerjaan ini , Konsultan menyusun langkah-langkah


kerja yang sitematis, serta mencakup semua tugas sebagaimana yang disyaratkan,
Adapun tahapan-tahapan pekerjaan sebagai berkut:
a. Orientasi Lapangan
b. Perencanaan Pengukuran
c. Pelaksanaan Pengukuran
d. Penyajian hasil

2.5.1 Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum


menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan. Orientasi lapangan dilakukan dengan
tujuan :
 Mengetahui kondisi area yang akan disurvei secara umum.
 Mengetahui akses menuju lokasi.
 Menentukan perencanaan jalur sounding.
 Menyempurnakan rencana pekerjaan.

2.5.2 Perencanaan Jalur sounding

Perencaaan jalur-jalur sounding (pemeruman) dipersiapkan dengan bantuan


komputer sebelum pengukuran Sounding dilaksanakan pada peta petunjuk kerja.
Peta preplot disajikan dalam bentuk dijital dan memuat informasi dari keseluruhan
jalur-jalur sounding (line sounding) maupun jalur cross (line crossing). Untuk jalur
sounding direncanakan melintang (cross) laut dengan interval 50 m. Fungsi dari peta
Pre-plot digital ini akan digunakan sebagai alat bantu petunjuk arah dan jarak
(navigasi) dari perahu saat melakukan pemeruman (sounding) di laut.
Suatu kegiatan pemeruman dilaksanakan dengan menjalankan sebuah sistem jalur
sounding yang telah direncanakan sebelumnya, kegiatan ini meliputi seluruh daerah

II - 17
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

survei. Cara menjalankan jalur sounding ini harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga bentuk dasar laut dapat digambarkan sebaik-baiknya dan secara efisien.

Gambar 2. 10 Rencana jalur sounding

2.5.3 Penentuan Titik–Titik Fix

Pemeruman dilakukan dengan membuat profil (potongan) pengukuran kedalaman.


Untuk mengetahui posisi kedalaman titik-titik perum, perlu dilaksanakan pengukuran
atau penentuan posisi untuk titik-titik sounding. Lajur-lajur perum didesain sedemikian
rupa sehingga memungkinkan pendeteksian perubahan kedalaman yang lebih
ekstrim.
Penentuan posisi titik-titik fix perum dilakukan dengan cara mengikatkan ketitik-titik
didarat, dan penentuan titik-titik fix perum juga tanpa menggunakan titik-titik di darat
tetapi bisa juga dilakukan dengan menggunakan satellite, yaitu dengan
menggunakan GPS.
Dari pengukuran kedalaman di titik-titik fix perum pada lajur-lajur perum yang telah
didesain, akan didapatkan sebaran titik-titik fix perum pada daerah survei yang nilai-
nilai pengukuran kedalamannya dapat dipakai untuk menggambarkan bathimetri yang
diinginkan. Berdasarkan sebaran angka-angka kedalaman pada titik-titik fix perum
itu, bathimetri perairan yang di survei dapat diperoleh dengan menarik garis-garis
kontur kedalaman. Penarikan garis kontur kedalaman dilakukan dengan membangun
grid dari sebaran data kedalaman. Dari grid yang dibangun, dapat ditarik garis-garis
yang menunjukkan angka-angka kedalaman yang sama.

2.5.4 Pengukuran Sounding (Pemeruman)

Pengukuran kedalaman air dilakukan pada titik-titik yang dipilih untuk mewakili
keseluruhan daerah yang akan dipetakan. Pada titik-titik tersebut juga dilakukan

II - 18
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

pengukuran untuk penentuan posisi. Titik-titik tempat dilakukannya pengukuran untuk


penentuan posisi dan kedalaman disebut sebagai titik fix perum. Pada setiap titik fix
perum harus juga dilakukan pencatatan waktu pada saat pengukuran untuk reduksi
hasil pengukuran terhadap nilai pasut.
Metode yang digunakan dalam pengukuran kedalaman perairan ini adalah Metode
Akustik. Penggunaan gelombang akustik untuk pengukuran-pengukuran bawah air
(termasuk : pengukuran kedalaman, arus dan sedimen) merupakan teknik yang
paling populer dalam hidrografi hingga saat ini.
Pelaksanaan pengukuran kedalaman air menggunakan alat echosounder.
Echosounder adalah alat yang tidak mengukur kedalaman air secara langsung, akan
tetapi mengukur waktu yang diperlukan gelombang suara untuk menempuh jarak dari
transduser ke dasar laut atau dari dasar laut kembali lagi ke transduser. Interval
waktu tersebut kemudian dikonversi menjadi kedalaman yaitu dengan mengalikan
waktu tersebut dengan kecepatan gelombang suara dalam air laut, sehingga :
1
D= Vxt
2
Dimana,
D : kedalaman air laut (m)
V : kecepatan gelombang suara dalam air laut (m/detik)
t : interval waktu (detik)
Recorder merupakan unit terpenting dari suatu alat perum gema. Interval waktu
gelombang suara yang dipancarkan transduser kedasar laut dan kembali ke
transduser diukur oleh recorder. Gelombang suara akan dipantulkan oleh dasar laut
sampai kembali ke permukaan laut dan diterima oleh receiver transduser.
Kemudian receiver transduser gelombang suara tersebut ditransformasikan kembali
menjadi energi listrik dan dikirim ke receiver. Oleh receiver sinyal-sinyal tersebut
diperkuat dan dikirim ke recorder. Pada recorder, diukur interval waktu yang
diperlukan pulsa gelombang suara untuk menempuh jarak dari transduser ke dasar
laut dan kembali lagi ke transduser.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kedalaman air laut adalah,
a. Data waktu pada saat pengukuran kedalaman.
b. Data kedalaman air pada saat pengukuran kedalaman air.

2.5.5 Pengukuran Posisi Horisontal

Pengukuran posisi horisontal dilakukan dengan menggunakan alat GPS Geodetik


metode Stop And Go. Sistem ini umumnya digunakan untuk penentuan posisi objek-

II - 19
Laporan Pengukuran Topografi dan Batimetri
FS Bendungan Sungai Pensiangan Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan

objek yang bergerak. Untuk merealisasikan tuntutan real-timenya, maka monitor


station mengirim koreksi diferensial ke pengguna secara real-time.

II - 20

Anda mungkin juga menyukai