Anda di halaman 1dari 25

Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan

Kecamatan Pedamaran Timur

BAB

6
INOVASI

Pada bab ini dijelaskan modifikasi atau inovasi konsultan yang diusulkan berdasarkan Kerangka
Acuan Kerja (KAK) untuk menningkatkan kinerja dalam melaksanakan pekerjaan jasa konsultansi
ini, misalnya meniadakan kegiatan yang dianggap tidak perlu atau menambahkan kegiatan lain
atau mengusulkan pentahapan kegiatan yang berbeda.

6.1 Istilah dan Definisi Pada Peta

 Area of Interest (AOI)


Area yang menjadi lokasi pelaksanaan dalam pekerjaan penyediaan peta dasar untuk peta
rencana tata ruang
 Citra Satelit Resolusi Sangat Tinggi
Citra Satelit yang menggambarkan kondisi spasial sangat teliti dengan ketelitian spasial
kurang dari atau sama dengan 0,65 meter
 Ground Control Point (GCP)
Titik kontrol yang digunakan dalam proses pengolahan orthorektifikasi dan berfungsi sebagai
referensi koordinat
 Independent Check Point (ICP)
Titik kontrol yang tidak disertakan dalam proses orthorektifikasi, namun digunakan sebagai
referensi untuk cek ketelitian dari data yang dihasilkan dalam pengolahan citra
 Incidence Angle
Sudut yang diukur dari arah sensor yang menghadap permukaan tanah terhadap garis
vertikal/normal
 Koreksi Radiometrik
Proses untuk memperbaiki nilai intensitas pada data yang diakibatkan oleh efek sudut dan
posisi matahari saat pencitraan, topografi permukaan bumi, kondisi atmosfer, dan/atau
sensor

6-1
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

 Koreksi Geometrik
Proses untuk memperbaiki posisi/koordinat data sehingga sesuai dengan posisi di permukaan
bumi
 Multispektral
Citra yang dibuat dengan menggunakan sensor kanal jamak (lebih dari satu)
 Orthorektifikasi
Proses koreksi geometrik yang bertujuan untuk memperbaiki distorsi geometri yang
disebabkan oleh karakteristik sensor, arah penginderaan, dan pergeseran relief sehingga arah
penginderaan memiliki proyeksi perspektif
 Pankromatik
Data citra yang berasal dari seluruh spektrum gelombang tampak
 Peta Dasar
Peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di permukaan
bumi, digambarkan pada suatu bidang datar dengan Skala, penomoran, proyeksi, dan
georeferensi tertentu.
 Rational Polynomial Coefficient (RPC)
Parameter yang menggambarkan hubungan geometris antara citra dengan tanah (ground)
yang memungkinkan pemrosesan citra tanpa memerlukan model fisik sensor
 Resolusi Spasial
Ukuran terkecil objek di lapangan yang dapat direkam pada citra
 Scene Citra
Cakupan citra satelit per file yang akan digunakan. Satu scene citra bisa lebih besar atau lebih
kecil dari AOI. Namun dalam satu AOI harus mengikutsertakan seluruh scene citra yang
berada di dalam AOI tersebut.
 Skala Besar
Data geospasial dan informasi geospasial dengan skala 1:10.000 dan lebih besar
 Sistem Referensi Geospasial
Suatu sistem referensi koordinat, yang digunakan dalam pendefinisian dan penentuan posisi
suatu entitas geospasial mencakup posisi horizontal, posisi vertikal maupun nilai gayaberat
berikut perubahannya sebagai fungsi waktu
 Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI2013)
Sistem Referensi Geospasial yang digunakan secara nasional dan konsisten untuk seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta kompatibel dengan sistem referensi
geospasial global

6-2
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

 Tie Point
Titik pada citra yang menggambarkan lokasi yang sama pada beberapa citra yang
bertampalan

6.2 Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang
Standar Pengumpulan Data Geospasial Dasar Untuk Pembuatan Peta Dasar Skala Besar

Data Geospasial Dasar yang digunakan untuk pembuatan Peta Dasar Skala Besar paling rendah
memiliki ketelitian setengah dari ketelitian peta dasar yang akan dibuat.
Standar Pengumpulan Data Geospasial Dasar Untuk Pembuatan Peta Dasar Skala Besar
merupakan acuan dalam penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar. Peta Dasar Skala Besar
adalah peta dasar pada skala:
a. 1:1.000;
b. 1:2.500;
c. 1:5.000; dan
d. 1:10.000.
Data Geospasial Dasar yang digunakan untuk pembuatan Peta Dasar Skala Besar paling rendah
memiliki ketelitian setengah dari ketelitian peta dasar yang akan dibuat.
Pengumpulan Data Geospasial Dasar untuk Pembuatan Peta Dasar Skala Besar dilaksanakan
dengan:
a. survei pemotretan udara menggunakan kamera metrik;
b. survei pemotretan udara menggunakan kamera nonmetrik; dan
c. survei LiDAR (Light Detection and Ranging).

6.2.1 Sumber Standar Pengumpulan Data Geospasial Dasar Untuk Pembuatan Peta Dasar
Skala Besar Dengan Survei Pemotretan Udara Menggunakan Kamera Metrik
Standar ini menetapkan prosedur standar pengumpulan data geospasial dasar untuk pembuatan
peta dasar skala besar metode survei pemotretan udara menggunakan kamera metrik,
membahas tentang persyaratan peralatan, persiapan pengumpulan data, pengukuran titik
kontrol, survei dan pengolahan pemotretan udara, hasil dan manajemen data, serta standar
kontrol kualitas. Standar ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengumpulan data geospasial
dasar untuk pembuatan peta dasar skala besar metode survei pemotretan udara menggunakan
kamera metrik agar hasil yang diperoleh memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Standar persyaratan untuk peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data geospasial dasar
untuk pembuatan peta dasar skala besar metode survei pemotretan udara menggunakan kamera
metrik disajikan dalam table di bawah ini:

6-3
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Tabel 6.1 Peralatan dan Persyaratannya


No Peralatan Persyaratan Peralatan
Sistem kamera udara merupakan kamera
metrik yang dilengkapi dengan:
a. Sensor digital dengan resolusi ≥ 60 MP
untuk sensor ukuran medium format atau
resolusi ≥ 100 MP untuk sensor dengan
ukuran large format;
b. Perangkat lunak untuk mengonversi foto
1 Sistem kamera udara udara dari format raw data ke format TIFF;
c. Sistem posisi dan orientasi GNSS dan IMU;
d. Perangkat lunak pengolah trajectory;
e. Perangkat lunak manajemen jalur terbang;
f. Sertifikat kalibrasi kamera;
g. Display monitor untuk pilot;
h. Gyro stabilizer; dan
i. Forward Motion Compensation
a. Dapat mengompensasi:
1) Heading paling kecil ± 20°;
2 Gyro stabilizer 2) Pitch paling kecil ± 5°; dan
3) Roll paling kecil ± 5°.
b. Terintegrasi dengan IMU.
Sistem receiver GNSS tipe geodetik yang
memiliki kemampuan untuk:
a. Signal Tracking minimal GPS (L1, L2C);
Global Navigation
b. Akurasi pengukuran statik post processing:
3 Satellite System
1) Horizontal: 3 mm + 0,1 ppm
(GNSS) receiver
2) Vertikal: 3,5 mm + 0,4 ppm; dan
c. Dilengkapi perangkat lunak pengolah data
GNSS.
Memiliki lubang yang khusus dibuat untuk
4 Pesawat udara
survei udara.
Memiliki kemampuan untuk:
a. Melakukan triangulasi udara dengan
metode pengamatan titik secara otomatis;
b. Melakukan editing titik secara manual
(meliputi penambahan, pengurangan dan
pemindahan);
c. Menerima data GNSS dan IMU sebagai
data masukan;
d. Melakukan pembagian subblok;
e. Mengolah data dengan algoritma bundle
Perangkat lunak
5 block adjustment;
pengolah data
f. Memberikan statistik keluaran per titik
hasil perhitungan meliputi sigma naught,
residual, dan RMSE;
g. Melakukan dense image matching untuk
membentuk DSM dan DTM;
h. Mengolah foto udara menjadi ortofoto;
i. Membentuk seamline secara otomatis;
j. Melakukan editing seamline secara
k. manual; dan
l. Membentuk mosaik ortofoto dan tiling.

6-4
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Sumber : Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020

Tabel 6.2 Output Kegiatan Survei Pemotretan Udara Menggunakan Kamera


Metrik dan Ketentuannya
No Output Ketentuan
a. Datum: SRGI 2013
b. Sistem Koordinat: Geografis
Ketentuan c. Proyeksi: Transverse Mercator
1
Umum d. Sistem Grid: Universal Transverse
Mercator
e. Sistem Referensi Tinggi: Geoid
Koordinat titik a. ketelitian posisi horisontal dan vertikal:
2
kontrol 0,15 x nilai ketelitian peta
a. Position Dilution of Precision (PDOP): < 3,5
b. Ketelitian Posisi Horisontal dan Vertikal: ≤
2 cm
3 Data trajectory c. Ketelitian Orientasi:
 Omega ≤ 0,005°
 Phi ≤ 0,005°
 Kappa ≤ 0,01°
a. Pertampalan ke muka (forward overlap) ≥
60%.
b. Pertampalan ke samping (side overlap) ≥
30%.
c. Ground Sampling Distance (GSD) pada
nadir:
 Skala Peta Dasar 1:10.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 30
 Skala Peta Dasar 1:5.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 15
4 Foto udara
 Skala Peta Dasar 1:2.500, Nilai GSD
(cm) ≤ 10
 Skala Peta Dasar 1:1.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 8
d. Cakupan awan ≤10% di setiap foto udara
dan awan tidak menutupi obyek bangunan
atau transportasi.
e. Kemiringan foto (omega dan phi) tidak
lebih dari 3°, dihitung terhadap bidang
datar yang bersinggungan dengan tanah.
a. Sigma naught <1 ukuran piksel (mikron);
b. Rata-rata residual tie point <1 ukuran
piksel (mikron);
c. Residual maksimal setiap tie point yang
dibentuk secara otomatis <2,5 ukuran
5 Model stereo piksel (mikron);
d. Residual maksimal setiap tie point yang
dibentuk secara manual <20 mikron; dan
e. Residual setiap ICP terhadap model dan
ketelitian model terhadap ICP: 0,4 x nilai
ketelitian peta.
6 Ortofoto a. resolusi spasial sebagai berikut:
 Skala Peta Dasar 1:10.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 30

6-5
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

No Output Ketentuan
 Skala Peta Dasar 1:5.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 15
 Skala Peta Dasar 1:2.500, Nilai GSD
(cm) ≤ 10
 Skala Peta Dasar 1:1.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 8
b. Residual setiap ICP terhadap ortofoto dan
ketelitian ortofoto terhadap ICP: 0,5 x nilai
ketelitian peta.
Sumber : Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020

6.2.2 Sumber Standar Pengumpulan Data Geospasial Dasar Untuk Pembuatan Peta Dasar
Skala Besar Dengan Survei Pemotretan Udara Menggunakan Kamera Nonmetrik
Standar ini menetapkan prosedur standar pengumpulan data geospasial dasar untuk pembuatan
peta dasar skala besar metode survei pemotretan udara menggunakan kamera non metrik,
membahas tentang persyaratan peralatan, persiapan pengumpulan data, pengukuran titik
kontrol, survei dan pengolahan pemotretan udara, hasil dan manajemen data, serta standar
kontrol kualitas. Standar ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengumpulan data geospasial
dasar untuk pembuatan peta dasar skala besar metode survei pemotretan udara menggunakan
kamera non metrik agar hasil yang diperoleh memiliki kualitas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Standar persyaratan untuk peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data geospasial dasar
untuk pembuatan peta dasar skala besar metode survei pemotretan udara menggunakan kamera
non metrik disajikan dalam Tabel di bawah ini:
Tabel 6.3 Peralatan dan Persyaratannya
No Peralatan Persyaratan Peralatan
Sistem kamera udara merupakan kamera non
metrik yang dilengkapi dengan:
a. Sensor digital;
b. Lensa fixed;
1 Sistem kamera udara
c. Sistem posisi GNSS; dan
d. Perangkat lunak pengolah trajectory
Dengan tambahan peralatan yang
bersifat opsional: Sistem orientasi IMU.
Sistem receiver GNSS tipe geodetic yang
memiliki kemampuan untuk:
a. Signal Tracking minimal GPS (L1, L2C);
b. Akurasi pengukuran statik post
Global Navigation Satellite
2 processing:
System (GNSS) Receiver
1) Horisontal: 3 mm + 0,1 ppm
2) Vertikal: 3,5 mm + 0,4 ppm; dan
c. Dilengkapi perangkat lunak pengolah
data GNSS.
a. Memiliki lubang yang khusus dibuat
3 Pesawat udara tanpa awak untuk survei udara; dan
b. Dilengkapi sistem autopilot

6-6
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

No Peralatan Persyaratan Peralatan


Perangkat keras dan perangkat lunak yang
memiliki kemampuan untuk:
a. Menyusun jalur terbang;
Ground Control Station
4 b. Berkomunikasi dengan system autopilot
(GCS)
pesawat udara tanpa awak; dan
c. Mengirimkan perintah ke pesawat udara
tanpa awak
Memiliki kemampuan untuk:
a. Melakukan triangulasi udara dengan
metode pengamatan titik secara
otomatis;
b. Menerima data GNSS dan IMUbsebagai
data masukan;
c. Mengolah data dengan tekniknstructure
from motion;
Perangkat lunak pengolah d. Memberikan statistik keluaran per titik
5
data hasil perhitungan berupa residual, dan
RMSE;
e. Melakukan dense image matching untuk
membentuk DSM dan DTM;
f. Mengolah foto udara menjadi ortofoto;
g. Membentuk seamline secara otomatis;
h. Melakukan editing seamline secara
manual; dan
i. Membentuk mosaik ortofoto dan tiling.
Sumber : Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020

Tabel 6.4 Output Kegiatan Survei Pemotretan Udara Menggunakan Kamera


Nonmetrik dan Ketentuannya
No Output Ketentuan
a. Datum: SRGI 2013
b. Sistem Koordinat: Geografis
Ketentuan c. Proyeksi: Transverse Mercator
1
Umum d. Sistem Grid: Universal Transverse
Mercator
e. Sistem Referensi Tinggi: Geoid
Koordinat titik a. ketelitian posisi horisontal dan vertikal:
2
kontrol 0,15 x nilai ketelitian peta
a. Position Dilution of Precision (PDOP): < 3,5
b. Ketelitian Posisi Horisontal dan Vertikal: ≤
2 cm
3 Data trajectory c. Ketelitian Orientasi:
 Omega ≤ 0, 05°
 Phi ≤ 0,05°
 Kappa ≤ 0,1°
4 Foto udara a. Pertampalan ke muka (forward overlap) ≥
80%.
b. Pertampalan ke samping (side overlap) ≥
60%.
c. Ground Sampling Distance (GSD) pada
nadir:
 Skala Peta Dasar 1:10.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 15

6-7
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

No Output Ketentuan
 Skala Peta Dasar 1:5.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 10
 Skala Peta Dasar 1:2.500, Nilai GSD
(cm) ≤ 5
 Skala Peta Dasar 1:1.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 3
d. Cakupan awan tidak lebih dari 10% di
setiap foto udara dan obyek yang tertutup
awan bukan merupakan bangunan atau
transportasi
f. Sigma naught <1 ukuran piksel (mikron);
g. Rata-rata residual tie point <1 ukuran
piksel (mikron);
h. Residual maksimal setiap tie point yang
dibentuk secara otomatis <2,5 ukuran
5 Model piksel (mikron);
i. Residual maksimal setiap tie point yang
dibentuk secara manual <20 mikron; dan
j. Residual setiap ICP terhadap model dan
ketelitian model terhadap ICP: 0,4 x nilai
ketelitian peta.
c. resolusi spasial sebagai berikut:
 Skala Peta Dasar 1:10.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 30
 Skala Peta Dasar 1:5.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 15
 Skala Peta Dasar 1:2.500, Nilai GSD
6 Ortofoto
(cm) ≤ 10
 Skala Peta Dasar 1:1.000, Nilai GSD
(cm) ≤ 8
d. Residual setiap ICP terhadap ortofoto dan
ketelitian ortofoto terhadap ICP: 0,5 x nilai
ketelitian peta.
Sumber : Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020

6.2.3 Sumber Standar Pengumpulan Data Geospasial Dasar Untuk Pembuatan Peta Dasar
Skala Besar Dengan Survei Lidar
Standar ini menetapkan prosedur standar pengumpulan data geospasial dasar untuk pembuatan
peta dasar skala besar metode survei LiDAR, membahas tentang persyaratan peralatan,
persiapan pengumpulan data LiDAR, pengukuran ICP, survei dan pengolahan data LiDAR, hasil
dan manajemen data, serta standar kontrol kualitas. Standar ini dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pengumpulan data geospasial dasar untuk pembuatan peta dasar skala besar metode
survei LiDAR agar hasil yang diperoleh memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Standar persyaratan untuk peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data geospasial dasar
untuk pembuatan peta dasar skala besar metode survei LiDar disajikan dalam Tabel di bawah ini:
Tabel 6.5 Peralatan dan Persyaratannya

6-8
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

No Peralatan Persyaratan Peralatan


Merupakan nstru pemindai Laser yang
dilengkapi dengan:
a. Sertifikat kalibrasi nstrument LiDAR;
b. Perangkat lunak rencana jalur terbang;
b. Perangkat lunak pengolah data
1 S1i stem LiDAR trajectory;
c. Pulse Rate minimal 100 Khz;
d. Scan Rate minimal 40 Hz;
e. Field of View minimal 20°; dan
f. Sistem posisi dan orientasi GNSS dan
IMU.
Sistem receiver GNSS tipe geodetic yang
memiliki kemampuan untuk:
a. Signal Tracking minimal GPS (L1, L2C);
b. Akurasi pengukuran statik post
Global Navigation Satellite
2 processing:
System (GNSS) Receiver
c. Horisontal: 3 mm + 0,1 ppm
d. Vertikal: 3,5 mm + 0,4 ppm; dan
e. Dilengkapi perangkat lunak pengolah
data GNSS.
Memiliki lubang yang khusus dibuat untuk
3 Pesawat udara
survei udara.
Memiliki kemampuan untuk:
a. membaca format file LAS;
b. melakukan strip adjustment;
c. melakukan filtering/klasifikasi point
Perangkat lunak pengolah clouds secara otomatis;
4
data d. membentuk Model Key Point;
e. pengelolaan dan pemrosesan point
clouds dalam jumlah besar; dan
f. pembuatan, editing, dan penghitungan
surface model dari point clouds.
Sumber : Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020

Tabel 6.6 Output Kegiatan Survei Pemotretan Udara dengan Survei Lidar dan Ketentuannya
No Output Ketentuan
a. Datum: SRGI 2013
b. Sistem Koordinat: Geografis
Ketentuan c. Proyeksi: Transverse Mercator
1
Umum d. Sistem Grid: Universal Transverse
Mercator
e. Sistem Referensi Tinggi: Geoid
a. ketelitian posisi horisontal dan vertikal:
2 Koordinat ICP
0,15 x nilai ketelitian peta
d. Position Dilution of Precision (PDOP): < 3,5
e. Ketelitian Posisi Horisontal dan Vertikal: ≤
2 cm
3 Data trajectory f. Ketelitian Orientasi:
 Omega ≤ 0,005 °
 Phi ≤ 0,005 °
 Kappa ≤ 0,01 °
4 Point cloud per a. Format LAS 1.2
jalur b. point density:
 Skala Peta Dasar 1:10.000, Point

6-9
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

No Output Ketentuan
density (PPM) ≥ 2
 Skala Peta Dasar 1:5.000, Point
density (PPM) ≥ 4
 Skala Peta Dasar 1:2.500, Point
density (PPM) ≥ 6
 Skala Peta Dasar 1:1.000, Point
density (PPM) ≤ 8
c. Tidak ada gap data LiDAR didalam satu
jalur ataupun antar jalur
Point cloud a. Perbedaan posisi point cloud kelas ground
5
terkoreksi antar jalur tidak lebih besar dari 10 cm
a. a. Klasifikasi dilakukan berdasarkan format
LAS 1.2 dari ASPRS;
Point cloud b. Residual vertikal setiap ICP terhadap kelas
6
terklasifikasi ground dan ketelitian vertikal kelas ground
terhadap ICP:
0,5 x nilai ketelitian peta
a. Memiliki resolusi spasial:
 Skala Petan Dasar 1:10.000, Resolusi
Spasial ≤ 30 cm
 Skala Peta Dasar 1:5.000, Resolusi
7 Intensity image Spasial ≤ 15 cm
 Skala Peta Dasar 1:2.500, Resolusi
Spasial ≤ 10 cm
 Skala Peta Dasar 1:1.000, Resolusi
Spasial ≤ 8 cm
Sumber : Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020

6.3 Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2013/2001 Tentang Sistem
Referensi Geospasial Indonesia 2013

Dalam Peraturan Kepala ini Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang
menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau
di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam system koordinat tertentu. Sedangkan Data
Geospasial yang selanjutnya disingkat DG adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau
ukuran, dan/atau karakteristik objek alam, dan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada,
atau di atas permukaan bumi.
SRGI2013 sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas:
a. Sistem Referensi Geospasial Horizontal; dan
b. Sistem Referensi Geospasial Vertikal.

6.3.1 Sistem Referensi Geospasial Horizontal


Sistem Referensi Geospasial Horizontal terdiri atas:
a. Sistem Referensi Koordinat

6-10
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Sistem Referensi Koordinat merupakan sistem koordinat geosentrik 3(tiga) dimensi dengan
ketentuan:
 titik pusat sistem koordinat berimpit dengan pusat massa bumi sebagaimana digunakan
dalam ITRS
 satuan dari sistem koordinat berdasarkan Sistem Satuan Internasional (SI); dan
 orientasi sistem koordinat bersifat equatorial, dimana sumbu Z searah dengan sumbu
rotasi bumi, sumbu X adalah perpotongan bidang equator dengan garis bujur yang
melalui greenwich (greenwich meridian), dan sumbu Y berpotongan tegak lurus
terhadap sumbu X dan Z pada bidang equator sesuai dengan kaidah sistem koordinat
tangan kanan, sebagaimana digunakan dalam ITRS
b. Kerangka Referensi Koordinat
Kerangka Referensi Koordinat merupakan realisasi dari Sistem Referensi Koordinat, yaitu berupa
JKG dengan nilai koordinat awal yang didefinisikan pada epoch 2012.0 tanggal 1 Januari 2012, yang
terikat kepada kerangka referensi global ITRF2008 atau hasil pemutakhirannya. JKG sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 terdiri atas:
 Sebaran stasiun pengamatan geodetik tetap/kontinu;
 Sebaran titik pengamatan geodetik periodik; dan
 Sebaran titik kontrol geodetik lainnya.
c. Datum Geodetik
Datum Geodetik menggunakan elipsoida referensi World Geodetic System 1984 (WGS84), dimana
titik pusat elipsoida referensi berimpit dengan titik pusat massa bumi yang digunakan dalam
ITRS. World Geodetic System 1984 (WGS84) memiliki nilai parameter:
Tabel 6.7 Parameter World Geodetic System 1984 (WGS84)
No Parameter Notasi Nilai
Setengah sumbu
1 a 6.378.137,0 meter
panjang elipsoida
Setengah sumbu 6.356.752,314245
2 b
pendek elipsoida meter
Faktor pegepengan
3 1/f 298,257223563
bumi
Kecepatan sudut
7.292.115 x 10-11
4 nominal rata-rata Ω
radian/detik
sumbu rotasi bumi
Kecepatan sudut
3,986004418 x 1014
5 nominal rata-rata GM
meter3/detik2
sumbu rotasi bumi
Sumber : Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2013/2001

d. Perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu

6-11
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu merupakan vektor perubahan nilai koordinat
sebagai fungsi waktu dari suatu titik kontrol geodesi yang diakibatkan oleh pengaruh pergerakan
lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi.
(2) Vektor perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu ditentukan berdasarkan pengamatan
geodetik. Dalam hal vektor perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu tidak dapat
ditentukan berdasarkan pengamatan geodetik maka digunakan suatu model deformasi kerak
bumi yang diturunkan dari pengamatan geodetik di sekitarnya. Vektor perubahan nilai koordinat
sebagai fungsi waktu harus segera diperbarui apabila terjadi pemutakhiran pemodelan ITRS yang
menjadi rujukan SRGI2013 maupun sebab-sebab lainnya. Vektor perubahan nilai koordinat sebagai
fungsi waktu yang mutakhir harus dapat diakses oleh seluruh pengguna dengan mudah dan
cepat.

6.3.1 Sistem Referensi Geospasial Vertikal


Sistem Referensi Geospasial Vertikal adalah geoid. Geoid diturunkan berdasarkan survei
gayaberat yang terikat kepada JKG. JKG harus terikat kepada IGSN71 atau hasil pemutakhirannya.
Dalam hal geoid belum tersedia secara memadai, maka dapat digunakan permukaan laut rata-
rata setempat yang ditentukan berdasarkan pengamatan pasang surut laut selama sekurang-
kurangnya 18,6 (delapan belas koma enam) tahun. Dalam hal pengamatan pasang surut laut tidak
tersedia selama periode 18,6 (delapan belas koma enam) tahun maka digunakan kedudukan
muka laut rata-rata sementara berdasarkan pengamatan pasang surut laut selama sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun.

6.4 Peraturan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 16 Tahun 2014 Tentang
Tata Cara Pengelolaan Peta Rencana Tata Ruang

Ketelitian Peta adalah ketepatan, kerincian dan kelengkapan data, dan/atau informasi
georeferensi
dan tematik, sehingga merupakan penggabungan dari sistem referensi geometris, Skala, akurasi,
atau kerincian basis data, format penyimpanan secara digital termasuk kode unsur, penyajian
kartografis mencakup simbol, warna, arsiran dan notasi, serta kelengkapan muatan peta.
Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG adalah data tentang lokasi geografis, dimensi,
atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam, dan/atau buatan manusia yang berada di bawah,
pada, atau di atas permukaan bumi. Pengelolaan data Peta Rencana Tata Ruang dilakukan sejak
pengumpulan DG sampai dengan tersusunnya Peta Rencana Tata Ruang.
Pengelolaan data Peta Rencana Tata Ruang dilaksanakan melalui tahapan:

6-12
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

a. pengumpulan DG;
b. pemrosesan DG;
c. penyajian;
d. penyimpanan;
e. pengamanan; dan
f. penyebarluasan.
Peta Rencana Tata Ruang diselenggarakan dengan menggunakan Peta Dasar dan Peta Tematik
melalui metode proses spasial yang ditentukan. Peta Dasar dan Peta Tematik diselenggarakan
dengan ketelitian tertentu. Ketelitian tertentu merujuk pada Peraturan Kepala BIG tentang
Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar.

6.4.1 Pengumpulan Data Geospasial


Pengumpulan DG dilaksanakan untuk mengkompilasi DG yang dibutuhkan di dalam penyusunan
Peta Rencana Tata Ruang. DG yang dibutuhkan terdiri dari:
a. Peta Dasar; dan
b. Peta Tematik Tertentu.
DG yang dibutuhkan dikompilasi dari kementerian/Lembaga dan/atau pemerintah daerah. Dalam
hal diperlukan data tambahan untuk melengkapi DG hasil kompilasi dapat dilakukan survei
lapangan. DG harus dalam bentuk yang siap diproses lebih lanjut. Bentuk yang siap diproses lebih
lanjut harus dalam bentuk format basisdata geospasial.

6.4.2 Pemrosesan Data Geospasial


Pemrosesan DG sharus memperhatikan metode proses spasial dan standar tertentu. Metode
proses spasial meliputi:
a. penyamaan sistem proyeksi geometris;
b. generalisasi;
c. kodefikasi digital; dan
d. indeks lembar Peta luaran.
DG yang telah melalui metode proses spasial dianalisis untuk penyusunan Peta Rencana Tata
Ruang.
Tabel 6.8 Struktur Data dan Atribut

Atribut /
No Nama Unsur Domain / Isian Kolom
Kolom
01_BATAS_ADMINIT Batas Negara/Provinsi/Batas Kabupaten,Kota/Batas
1 JENIS
RASI_LN Kecamatan/Batas Desa

6-13
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Atribut /
No Nama Unsur Domain / Isian Kolom
Kolom
STATUS Definitif/Indikatif
SUMBER Contoh: PPBW, Kemendagri, BNPP
PROVINSI Contoh: Nusa Tenggara Timur
KABUPATEN Contoh: Timor Tengah Utara
02_BATAS_ADMINIT
2 KECAMATAN Contoh: Insana Utara
RASI_AR
DESA Contoh: Humusu
SUMBER Contoh: PPBW, Kemendagri, BNPP
JENIS Batas BWP/Batas SBWP/Batas Blok
3 03_BATAS_BWP_LN
SUMBER Contoh: Analisis Perencanaan , 2017
BWP Nama BWP
SBWP Nama Sub BWP
4 04_BATAS_BWP_AR
BLOK Nama Blok
SUMBER Contoh: Analisis Perencanaan , 2017
JENIS Beton/Kayu/Batu/Bambu/Lainnya
5 05_JEMBATAN_PT Contoh: CSRT BIG 2013, Ditjen Bina Marga 2017, dan
SUMBER SKL 2017
JENIS Jalan/Rel/Landas Pacu/Dermaga/Terminal
FUNGSI Arteri/Kolektor/Lokal/Lingkungan/Setapak/Lainnya
06_TRANSPORTASI_L
6 NAMA Contoh: Jl. Gatot Subroto
N
Contoh: CSRT BIG 2013, Ditjen Bina Marga 2017, dan
SUMBER
SKL 2017
JENIS Jalan/Rel/Landas Pacu/Dermaga/Terminal
FUNGSI Arteri/Kolektor/Lokal/Lingkungan/Setapak/Lainnya
07_TRANSPORTASI_A
7 NAMA Contoh: Jl. Gatot Subroto
R
Contoh: CSRT BIG 2013, Ditjen Bina Marga 2017, dan
SUMBER
SKL 2017
JENIS Sungai/Saluran Air/ Lainnya
8 08_PERAIRAN_LN NAMA Contoh: Sungai Ciliwung
SUMBER Contoh: CSRT BIG 2013, dan SKL 2017
Sungai/Saluran
Air/Kolam/Rawa/Danau/Waduk/Tambak/
JENIS
Penampungan Air/Embung / Terumbu Karang
9 09_PERAIRAN_AR /Padang Lamun
NAMA Contoh: Sungai Ciliwung
SUMBER Contoh: CSRT BIG 2013, dan SKL 2017
JENIS Sesaat/MSL/Pasang Tertinggi/Surut Terendah
10 10_GARISPANTAI_LN
SUMBER LPI/CSRT BIG/ KSP
11_BANGUNAN
11 JENIS Klasifikasi sesuai lampiran 2
FASUM_AR
JENISBANGUNAN Klasifikasi sesuai lampiran 2
TOPONIM Contoh: Puskesmas Insana Utara
SUMBER Contoh: CSRT BIG 2013, dan SKL 2017
12 12_KONTUR_LN INTERVAL_KONTUR 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, dan seterusnya
SUMBER Contoh: DEMNAS, TerrasarX BIG, Tahun 2013
13_PENUTUP_LAHAN
13 TEMA Sesuai Lampiran 3
_AR

6-14
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Atribut /
No Nama Unsur Domain / Isian Kolom
Kolom
JENIS Sesuai Lampiran 3
JENISBANGUNAN Sesuai Lampiran 3
SUMBER Contoh: CSRT BIG 2013, dan SKL 2017
14 14_TOPONIM_PT JENIS_UTAMA Sesuai Lampiran 4
JENIS Sesuai Lampiran 4
KEGIATAN / OBJEK Sesuai Lampiran 4
TOPONIM Contoh: Tanjung Puting
SUMBER Contoh: CSRT BIG 2013, dan SKL 2017
FOTO "link foto"
Sumber : Spesifikasi Teknis Peta Dasar Untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

Tabel 6.9 Klasifikasi Bangunan

No Jenis (Wajib) Jenis Bangunan (Wajib) Toponim


Pertokoan
Ruko
Jasa
1 Bangunan Perdagangan dan
Pasar
Jasa
Supermarket
Mall
Warung
2 Bangunan Perkantoran Kantor Pemerintah
Kantor Swasta
Pabrik
3 Bangunan Industri Pergudangan
UKM
SD / Setingkat
SMP / Setingkat
SMA / Setingkat Wajib untuk unsur peta
4 Bangunan Pendidikan rupabumi yang memiliki
Perguruan Tinggi / Setingkat
nama
Pesantren
Pendidikan Lain
Terminal
Stasiun
Halte
5 Bangunan Transportasi
Pelabuhan
Dermaga
Bandara
SPBU
Rumah Sakit
Puskesmas
Posyandu
6 Bangunan Kesehatan
Klinik
Praktek Dokter

6-15
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

No Jenis (Wajib) Jenis Bangunan (Wajib) Toponim


Praktek Bidan
Lapangan Olahraga
Stadion
7 Bangunan Olahraga Padang Golf
Sirkuit
Fasilitas Olahraga Lainnya
Balai Warga
8 Bangunan Sosial Gedung Serbaguna
Panti Sosial
Gedung Pertemuan
Fasilitas Sosial Lain
Masjid
Mushola
9 Bangunan Peribadatan
Gereja
Vihara
Pura
Klenteng
Hotel dan Penginapan
Objek Wisata
Restoran
10 Bangunan Pariwisata dan Hiburan
Bioskop
Tempat Hiburan
Museum
Kantor Polisi
Rumah Tahanan
Bangunan Pertahanan dan Kodim
11
Keamanan Koramil
Pangkalan Militer
Fasilitas Hankam Lainnya
Perumahan
Apartemen
Rusun
12 Bangunan Permukiman
Asrama
Rumah Dinas
Rumah Adat
Telekomunikasi
Kelistrikan
Air Limbah
13 Bangunan Utilitas Drainase
Air Minum
Irigasi
Persampahan
Sumber : Spesifikasi Teknis Peta Dasar Untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

Tabel 6.10 Klasifikasi Penutupan Lahan

6-16
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Jenis Bangunan
No Tema (Wajib) Jenis (Wajib) Toponim (opsional)
(opsional)
Bangunan Perdagangan Jasa
Bangunan Perkantoran
Bangunan Industri
Bangunan Pendidikan
Bangunan Transportasi
Bangunan Kesehatan Sesuai Lampiran 2
Bangunan Olahraga
Bangunan Sosial
Bangunan Peribadatan
1 Bangunan Fasum
Bangunan Pariwisata
Bangunan Hankam
Bangunan Permukiman
Bangunan Utilitas
Jalan -
Rel -
Dermaga -
2 Transportasi Terminal -
Landas Pacu -
Sungai -
Saluran Air -
Kolam -
Danau -
untuk unsur peta
Waduk -
rupabumi yang
Tambak - memiliki nama
Penampungan Air -
3 Perairan Embung -
Terumbu Karang -
Padang Lamun -
Rawa -
Semak Belukar -
Padang Rumput -
Hamparan Pasir -
Lapangan Olahraga -
Permukaan/Lapangan
Diperkeras -
Pekarangan -
Tanaman Campuran -
Taman -
4 Area Terbuka Makam -
Jalur Hijau -
Tanah Kosong -
Median Jalan -
Pertambangan -
Hamparan Pasir -
Hutan Rawa/Gambut -
5 Hutan
Hutan Rimba -

6-17
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Jenis Bangunan
No Tema (Wajib) Jenis (Wajib) Toponim (opsional)
(opsional)
Hutan Mangrove -
Hutan Kota -
Hutan Lainnya -
Tegalan/Ladang -
Perkebunan -
6 Pertanian dan Perternakan
Sawah -
Peternakan -
Sumber : Spesifikasi Teknis Peta Dasar Untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

Tabel 6.11 Klasifikasi Toponimi


Survei Toponim /
Jenis Utama Jenis (Wajib) Kegiatn / Objek (Wajib) Nama Objek /
Klasifikasi Toponim (Wajib)
(Wajib) Kegiatan (Wajib)
Gunung
Toponim Relief Bukit
Unsur Alam Fisik Alamiah
Toponim Perairan Teluk
Provinsi
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Adminitratif Desa/Kelurahan/Kampung
Dusun
Toponim Wilayah Administrasi BWP
Adminitratif
SBWP
Perecanaan
Blok
Toponim Vegetasi dan Lahan Taman
Terbuka RTH dan RPTRA
RTH dan Sejenis Sejenis
Toponim Pemakaman Makam
Toponim Perekonomian
dan Perdagangan Limbah Limbah IPAL
Toponim Vegetasi dan
Lahan Terbuka Kebun Kebun Perkebunan
Toponim Pertambangan
Mineral Tambang Tambang "Nama Tambang"
Toponim Pemerintahan Kantor Pemerintah
Toponim Perekonomian Perkantoran
dan Perdagangan Kantor Swasta
Pertokoan
Ruko
Jasa
Perkantoran
dan Pasar
Toponim Perekonomian dan Perdagangan- Perdagangan Supermarket
Perdagangan Jasa dan Jasa Mall
Warung
Bank
Toponim Industri Pabrik
Toponim Perekonomian dan Industri Industri Pergudangan

6-18
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Survei Toponim /
Jenis Utama Jenis (Wajib) Kegiatn / Objek (Wajib) Nama Objek /
Klasifikasi Toponim (Wajib)
(Wajib) Kegiatan (Wajib)
Perdagangan UKM
SD / Setingkat
SMP / Setingkat
SMA / Setingkat
Perguruan Tinggi /
Toponim Pendidikan dan IPTEK Pendidikan Setingkat
Pesantren
Pendidikan Lain
Terminal
Stasiun
Toponim Transportasi Halte
Transportasi Pelabuhan
Dermaga
Bandara
Toponim Utilitas SPBU
Rumah Sakit
Puskesmas
Toponim Sarana Kesehatan Kesehatan Posyandu
Klinik
Fasilitas Umum
Praktek Dokter
dan Sosial
Praktek Bidan
Lapangan Olahraga
Stadion
Toponim Olahraga Olahraga Padang Golf
Sirkuit
Fasilitas Olahraga Lainnya
Balai Warga
Gedung Serbaguna
Toponim Sosial Sosial Panti Sosial
Gedung Pertemuan
Fasilitas Sosial Lain
Masjid
Mushola
Toponim Peribadatan Peribadatan Gereja
Vihara
Pura
Klenteng
Hotel dan Penginapan
Objek Wisata
Toponim Pariwisata, Seni, dan Pariwisata dan Pariwisata dan Restoran
Budaya Hiburan Hiburan
Bioskop
Tempat Hiburan
Museum
Toponim Pertahanan dan Pertahanan dan Pertahanan dan Kantor Polisi
Keamanan Keamanan Keamanan Rumah Tahanan
Kodim

6-19
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Survei Toponim /
Jenis Utama Jenis (Wajib) Kegiatn / Objek (Wajib) Nama Objek /
Klasifikasi Toponim (Wajib)
(Wajib) Kegiatan (Wajib)
Koramil
Pangkalan Militer
Fasilitas Hankam Lainnya
Perumahan
Apartemen
Toponim Permukiman Permukiman Permukiman Rusun
Asrama
Rumah Dinas
Rumah Adat
Sumber : Spesifikasi Teknis Peta Dasar Untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

6.5 Inovasi Rencana Detail Tata Ruang

Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Peraturan Zonasi perlu diapresiasi secara positif.
Pekerjaan penyusunan RDTR dan PZ adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan dengan metode-
metode yang efektif dan praktis disamping kebijakan-kebijakan teknis yang harus dituangkan di
dalam pelaksanaannya. Juga dibutuhkan suatu pola dan metode penyusunan perencanaan yang
efektif dan efisen agar hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil pekerjaan yang sesuai dengan rencana dan memenuhi spesifikasi yang sesuai prosedur akan
berdampak positif dari perencanaan yang akan dilaksanakan. Dengan suatu inovasi baru serta
penambahan standar teknis yang berhubungan dengan Perencanaan Teknis, maka pelaksanaan
pekerjaan diharapkan akan semakin praktis dan mudah diterapkan.
Perencanaan pekerjaan ini harus dilakukan secara professional, oleh karena itu perlu disediakan
tenaga-tenaga ahli yang sesuai bidangnya dengan syarat pengalaman sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Diharapkan juga tenaga – tenaga ahli ini selain professional juga memiliki etika
dan kebijakan teknis di dalam merencanakan suatu pekerjaan, khususnya dalam penyelesaian tugas
pada masing-masing divisi sehingga menghasilkan desain yang dapat dipertanggung jawabkan secara
efektif dan efisien.
1. Muatan RDTR
Muatan RDTR Kawasan Perkotaan, meliputi:
1) Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan.
2) Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan, meliputi:
 Struktur pemanfaatan ruang yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan
kegiatan kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan energi, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

6-20
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

 Pola pemanfaatan ruang yang meliputi pengembangan kawasan fungsional (kawasan


permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, perindustrian) dalam blok-
blok peruntukan.
3) Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan, meliputi:
 Arahan kepadatan bangungan (net density/KDB) untuk setiap blok peruntukan.
 Arahan kertinggian bangunan (maximum height/KLB) untuk setiap blok peruntukan.
 Arahan garis sempadan bangunan untuk setiap blok peruntukan.
 Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan.
 Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana.
4) Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional perkotaan.
Untuk dapat merumuskan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, kegiatan‐kegiatan
berikut perlu dilakukan terlebih dahulu dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
1) Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan
 Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan
perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah
setempat untuk pengembangannya.
 Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah kota
tepi air, urban heritage, dan sebagainya.
2) Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil analisis
kependudukan, sektor atau kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan
prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan
pertimbangan efisiensi pelayanan. Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup:
 Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan.
 Perkiraan ekbutuhan pengembangan ekonomi perkotaan.
 Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan.
 Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan.
 Kebutuhan ekstensifikasi.
 Kebutuhan intensifikasi.
 Perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.
 Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.

2. Aturan Intensitas Pemanfaatan Ruang

6-21
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran pembangunan yang diperoleh berdasarkan


Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH),
atau kepadatan penduduk. KDB maksimum, KLB maksimum, dan KDH minimum merupakan
aturan minimum sehingg aturan-aturan lain dapat juga ditambahkan seperti Koefisien Tapak
Basemen (KTB) maksimum, Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) maksimum, kepadatan
bangunan atau unit maksimum, dan kepadatan penduduk minimum.
Penetapan besar KDB maksimum didasarkan pada pertimbangan:
 Tingkat pengisian atau peresaan air (water recharge)
 Besar pengaliran air (kapasitas drainase)
 Jenis penggunaan lahan
 Harga lahan
Penetapan besar KLB maksimum didasarkan pada pertimbangan:
 Harga lahan
 Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana
 Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan
 Ekonomi dan pembiayaan
Penetapan besar KDH minimum didasarkan ada pertimbangan:
 Tingkat pengisian atau peresapan air (water recharge)
 Besar pengaliran air (kapasitas drainase)
 Rencana tata ruang (RTH, tipe zonasi, dll)
 Penetapan besar KTB maksimum didasarkan pada batas KDH minimum yang ditetapkan

3. Aturan Tata Massa Bangunan


Tata massa bangunan adalah bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu
persil atau tapak yang dikuasai. Pengaturan tata massa bangunan mencakup antara lain:
 Garis sempadan bangunan (GSB) minimum
GSB minimum ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran,
kesehatan, kenyamanan, dan estetika.
 Jarak bebas antar banggunan minimum
 Tinggi bangunan maksimum atau minimum
Ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, teknologi, estetikan,
dan prasarana.
 Amplop bangunan

6-22
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

Ditetapkan dengan mempertimbangkan GSB, tinggi bangunan maksimum, dan bukaan


langit.
 Tampilan bangunan (opsional)
Ditetapkan dengan mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan, tekstur
bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan, dan keserasian dengan lingkungan
sekitar.
 Aturan lain yang dianggap perlu

4. Aturan Prasarana Minimum


Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Cakupan prasarana yang diatur dalam
Peraturan Zonasi minimum adalah prasarana:
 Parkir
 Bongkar muat
 Dimensi jaringan jalan dan kelengkapannya (streetscape)
 Kelengkapan prasarana lainnya yang dianggap perlu
Penyediaan parkir untuk setiap zonasi dan setiap kegiatan ditetapkan dangan standar yang
berlaku umum untuk setiap kegiatan atau bangunan di daerah.
 Kegiatan-kegiatan yang melakukan bongkar muat diwajibkan menyediakan ruang bongkar
muat yang memadai.
 Kegiatan ini antara lain kegiatan perdagangan, pergudangan, pelayanan lainnya.
 Tidak diperkenankan melakukan bongkar‐muat di ruang milik jalan (rumija)
 Dimensi jaringan jalan dan kelengkapannya ditetapkan dengan mempertimbangkan fungsi
jalan, volume lalu‐lintas dan peruntukan zonasi.
 Kelengkapan jalan yang diatur paling sedikit meliputi badan jalan, trotoar, saluran drainase.
 Aturan tambahan dapat dikenakan untuk penyediaan bahu jalan, teluk jalan untuk
perhentian angkutan umum, dan median jalan.
Prasarana lainnya yang diperlukan dapat diwajibkan atau dianjurkan sesuai kebutuhan, seperti
penyediaan situ (retention/detention pond, ruang terbuka publik, dll). Materi aturan dapat
merujuk pada ketentuan prasarana yang diterbitkan oleh berbagai Kementerian/Lembaga.

5. Komponen-komponen Analisis dalam Penyusunan RDTR


Dalam penyusunan RDTR, analisis yang dilakukan secara sistematis dengan meninjau aspek‐
aspek yang mencakup:

6-23
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

1) Perkembangan sosial kependudukan, gambaran kegiatan sosial kependudukan dengan


memahami beberapa askep antara lain tingkat pertumbuhan penduduk, jumlah keluarga,
kegiatan sosial penduduk, tradisi budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan secara
kultural tradisional.
2) Prospek pertumbuhan ekonomi, gambaran sektor pendorong perkembangan ekonomi,
kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan tanah,
produktivitas kawasan, dan kemampuan perundangan pemerintah.
3) Daya dukung fisik dan lingkungan, kemampuan fisik, lingkungan dan lahan potensial bagi
pengembangan kawasan selanjutnya. Beberapa aspek yang harus dipahami antara lain:
kondisi tata guna lahan, kondisi bentang alam kawasan, lokasi geografis, sumber daya air,
status nilai tanah, izin lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.
4) Aspek legal konsolidasi lahan perencanaan, kesiapa administrasi dari lahan yang
direncakanan dari segi legalitas hukumnya.
5) Daya dukung prasarana dan fasilitas lingkungan seperti jenis infrastruktur, jagnkauan
pelayanan, jumlah penduduk yang terlayani dan kapasitas pelayanan.
6) Kajian aspek signifikansi historis kawasan, kaitan keududkan historis kawasan pada konteks
yang lebih besar misalnya sebagai aspek pelestarian pada skala kota/regional bahkan pada
skala nasional.

6. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RDTR


Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan. Masyarakat berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang
dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, produk
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku
pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat. Peran serta masyarakat dalam penataan
ruang menganut asas‐asas demokratis, kesetaraan gender, dan keterbukaan. Pendekatan ini
merupakan dasar bagi pendekatan “community driven planning” yang menjadikan masyarakat
sebagai penentu dan pemerintah sebagai fasilitatornya. Sejalan dengan proses penataan ruang
yang iteratif, maka keterlibatan masyarakat ada pada setiap proses tersebut dan selalu tanggap
dan mengikuti setiap dinamika dan perkembangan di dalam masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk pengajuan
usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah. Dalam mengajukan usul,
memberikan saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan
ruang bagian Kawasan Perkotaan dapat dilakukan melalui pembentukan forum kota, asosiasi

6-24
Penyusunan Peta Dasar Dan Peta Tematik Kecamatan Lempuing Jaya, Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Makmur, Dan
Kecamatan Pedamaran Timur

profesi, media massa, LSM, lembaga formal kemasyarakatan (sampai tingkat lembaga
perwakilan rakyat). Manfaat pelibatan masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan
antara lain adalah:
1) Memupuk pemahaman dan kesadaran akan hak, kewajiban dan peranannya dalam porses
pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki, dan tanggung jawab yang kuat terhadap
hasil‐hasilnya.
2) Meminimalkan konflik sehingga mempercepat proses kegiatan secara keseluruhan, serta
terbangunnya suatu ikatan di masyarakat.
3) Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat efisien dan efektif, jika sesuai
dengan kondisi yang ada, baik kebutuhan, keinginan maupun sumberdaya di masyarakat
4) Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal membentuk dan membangun
kepercayaan diri, kemampuan bermasyarakat dan bekerja sama.

6-25

Anda mungkin juga menyukai