Anda di halaman 1dari 92

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

STANDAR PENGEMBANGAN
KAWASAN METROPOLITAN

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 1


STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

1. RUMUSAN KINERJA KAWASAN METROPOLITAN


BERKELANJUTAN
PEMBANGUNAN KAWASAN METROPOLITAN BERKELANJUTAN adalah:
upaya terus menerus untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk
metropolitan dengan cara mewujudkan peran sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi regional yang terintegrasi dengan perwujudan keadilan sosial dan
kelestarian lingkungan jangka panjang, didukung dengan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Untuk dapat mencapai pengembangan kawasan metropolitan yang memenuhi prinsip–
prinsip berkelanjutan, maka disusunlah kriteria untuk mengukur kinerja kawasan
metropolitan berdasarkan aspek fisik/lingkungan, sosial, ekonomi, dan tata kelola.
Berikut merupakan definisi masing–masing pengukuran kinerja kawasan metropolitan
yang berkelanjutan berdasarkan aspek fisik/lingkungan, sosial, ekonomi dan tata kelola.
Adapun rumusan kriteria kawasan metropolitan berkelanjutan berdasarkan masing–
masing aspek dapat dilihat pada Tabel 6.1

FISIK/LINGKUNG Kawasan metropolitan yang kuantitas dan kualitas sumber daya


AN alam dan lingkungannya dapat memenuhi kebutuhan manusia
akan keamanan & kenyamanan hidup, sosial budaya, dan
lingkungan serta mendukung peran kawasan metropolitan
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

SOSIAL Kawasan metropolitan yang warganya hidup layak, aman dan


nyaman, serta memiliki kesempatan yang setara dalam
pembangunan ekonomi dan sosial budaya untuk kehidupan
yang lebih berkualitas

EKONOMI Kawasan metropolitan yang produktif dan menyejahterakan


dengan memanfaatkan potensi sosial budaya, kreativitas lokal,
dan sumber daya secara efisien

TATA KELOLA Kawasan metropolitan yang dikelola dalam sistem yang terpadu,
inklusif, responsif dan efisien
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

Tabel 1 Rumusan Kinerja Kawasan Metropolitan Berkelanjutan

SINTESA KINERJA KAWASAN METROPOLITAN


ASPEK
BERKELANJUTAN
FISIK/ LINGKUNGAN Tersedianya akses terhadap rumah yang layak dan terjangkau
Kawasan metropolitan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
yang kuantitas dan pelayanan dasar serta berada dalam lingkungan yang sehat,
kualitas sumber daya aman, serasi, dan teratur.
alam dan
Prasarana sekurang-kurangnya antara lain mencakup:
lingkungannya dapat
a. jaringan jalan;
memenuhi kebutuhan
b. sistem penyediaan air minum;
manusia akan
c. jaringan drainase;
keamanan &
d. sistem pengelolaan air limbah;
kenyamanan hidup,
e. sistem pengelolaan persampahan; dan
sosial budaya, dan
f. sistem proteksi kebakaran.
lingkungan serta
Sarana sekurang-kurangnya antara lain mencakup:
mendukung peran
a. sarana pemerintahan:
kawasan metropolitan
b. sarana pendidikan;
sebagai pusat
c. sarana kesehatan;
pertumbuhan
d. sarana peribadatan;
ekonomi
e. sarana perdagangan;
f. sarana kebudayaan dan rekreasi; dan
g. sarana ruang terbuka hijau.
Utilitas umum sekurang-kurangnya antara lain mencakup:
a. jaringan listrik;
b. jaringan telekomunikasi;
c. jaringan gas.
Tersedianya akses terhadap sistem transportasi dan mobilitas
untuk semua yang aman, terjangkau, mudah diakses,
berkelanjutan, dan dapat melayani kebutuhan pembangunan
ekonomi dan sosial budaya di kawasan metropolitan
Termanfaatkannya sumber daya alam berkelanjutan dan
berkurangnya dampak lingkungan perkotaan yang merugikan
dengan cara:
 Menggunakan sumber daya energi terbarukan dan
berkelanjutan serta melakukan konversi energi
 Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas sumber
daya air
 Meningkatkan kualitas udara
 Meningkatkan kualitas tutupan lahan
 Menggunakan lahan secara efisien dan optimal (kompak,
polisentris, fungsi kawasan yang terpadu, guna lahan
campuran, vertikal)
 Melakukan pengelolaan sampah berkelanjutan dalam sistem
regional
 Melakukan pengelolaan air limbah yang layak dalam sistem
regional
 Mengurangi emisi karbon dan gas rumah kaca
 Melestarikan keanekaragaman hayati
Terbangunnya ketahanan kota terhadap perubahan iklim dan
risiko bencana
Tersedianya ruang publik terbuka dan ruang terbuka hijau
yang aman, inklusif dan mudah dijangkau oleh semua
Terjaganya warisan budaya dan alam, baik benda maupun tak
benda, melalui upaya preservasi, perlindungan, dan
konservasi.
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

SINTESA KINERJA KAWASAN METROPOLITAN


ASPEK
BERKELANJUTAN
SOSIAL Tersedianya akses terhadap layanan sosial dasar untuk semua
penduduk di kawasan metropolitan, yaitu pelayanan
Kawasan metropolitan
kesehatan serta pendidikan formal dan informal yang
yang warganya hidup
berkualitas
layak, aman dan
nyaman, serta Tersedianya fasilitas peningkatan keterampilan dan
memiliki kesempatan pendidikan tenaga kerja sesuai perkembangan terkini
yang setara dalam
pembangunan Terdapatnya muatan lokal tentang budaya, bahasa,
ekonomi dan sosial pengetahuan, dan seni tradisional dalam kurikulum
budaya untuk pendidikan formal dan informal serta lembaga kepemudaan
kehidupan yang lebih lokal
berkualitas Peningkatan keamanan dan ketenteraman warga terutama
bagi perempuan dan anak, manula, dan penyandang
disabilitas.
Berkurangnya jumlah korban dampak bencana di kawasan
metropolitan
EKONOMI Terjadinya peningkatan produktivitas ekonomi regional
berbasis potensi, inovasi, dan kreativitas lokal
Kawasan metropolitan
yang produktif dan Tersedianya lapangan kerja layak dan berkualitas serta
menyejahterakan peluang penghidupan bagi penduduk usia produktif, lansia,
dengan dan difabel sehingga dapat mengurangi jumlah penduduk
memanfaatkan miskin dan rentan.
potensi sosial budaya,
kreativitas lokal, dan Berkurangnya kerugian ekonomi langsung akibat bencana di
sumber daya secara kawasan metropolitan
efisien
TATA KELOLA Peningkatan partisipasi langsung masyarakat dan swasta
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan
Kawasan metropolitan
metropolitan
yang dikelola dalam
sistem yang terpadu, Adanya program-program kemitraan untuk membiayai
inklusif, responsif dan pembangunan kawasan metropolitan
efisien
Adanya Dokumen Strategi Pengurangan Risiko Bencana
tingkat daerah untuk setiap daerah yang termasuk dalam
lingkup wilayah metropolitan
Adanya program-program peningkatan kapasitas masyarakat
dalam menghadapi risiko bencana dan dampak perubahan
iklim
Terintegrasinya perencanaan metropolitan dengan proyeksi
populasi dan kebutuhan sumber daya
Adanya sistem pembayaran jasa lingkungan dan ekosistem
perkotaan antarkabupaten/kota di dalam lingkup kawasan
metropolitan
Terjadinya peningkatan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat dalam hal pemeliharaan lingkungan dan
partisipasi aktif dalam pembangunan di kawasan metropolitan
Adanya program dan kegiatan peningkatan kapasitas
kelembagaan dan aparatur pemerintah dalam perencanaan,
pembiayaan, pembangunan dan pengelolaan perkotaan
secara umum dan kawasan metropolitan secara khusus
Adanya lembaga koordinasi dan kerja sama antarpemerintah
setingkat metropolitan yang fungsional dan terpadu
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

SINTESA KINERJA KAWASAN METROPOLITAN


ASPEK
BERKELANJUTAN
Termanfaatkannya teknologi informasi dan komunikasi dalam
perencanaan, pembiayaan, pembangunan dan pengelolaan
kawasan metropolitan
Terjadinya peningkatan penegakan hukum yang berkeadilan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Tersedianya kerangka regulasi kawasan metropolitan yang
terpadu dengan regulasi nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota
Terjaminnya pelayanan administrasi dan tata kelola
kependudukan berbasis administrasi serta perlindungan sosial
bagi seluruh warga
Sumber: Hasil Sintesa dari Rujukan Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan di Indonesia, 2019
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

2. RUMUSAN STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN


METROPOLITAN
2.1. KONSEPSI STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN
METROPOLITAN BERKELANJUTAN
Standar Pengembangan Kawasan Metropolitan disusun untuk memastikan kawasan
metropolitan memiliki kinerja yang memenuhi prinsip–prinsip pembangunan
berkelanjutan. Muatan standar yang akan disusun meliputi definisi dan kriteria kawasan
metropolitan, delineasi kawasan metropolitan, standar terkait aspek penataan ruang dan
lingkungan, serta standar terkait aspek sosial, ekonomi dan tata kelola. Jenis standar
yang akan disusun meliputi standar preskriptif yang bersifat ketat, rinci dan terukur,
serta standar performa yang memuat kriteria yang bersifat luwes sehingga dapat
menyesuaikan kondisi daerah setempat. Standar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan kawasan metropolitan berdiri sendiri maupun aglomerasi, baik yang
sudah ada (eksisting), maupun kawasan metropolitan yang direncanakan. Berikut
merupakan bagan yang menunjukan konsepsi standar pengembangan kawasan
metropolitan.

Gambar 1 Konsepsi Standar Pengembangan Kawasan Metropolitan


Dalam penerapannya, Standar Pengembangan Kawasan Metropolitan merupakan rujukan
atau acuan bagi seluruh pemangku kepentingan agar kawasan metorpolitan yang
dikembangkan dapat memenuhi perannya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
dan memiliki kinerja sebagai kawasan metropolitan yang berkelanjutan dan berdaya
saing. Kondisi kawasan metropolitan yang ada di Indonesia berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik fisik maupun kemampuan sumber daya (alam, uang, manusia) yang dimiliki.
Hal ini berarti upaya pemenuhan standar dalam pengembangan kawasan metropolitan
juga akan berbeda bagi setiap kawasan metropolitan. Dengan tersedianya Standar
Pengembangan Kawasan Metropolitan ini (didukung dengan dirumuskannya metode
pengukuran capaian kinerja metropolitan), diharapkan Pemerintah dan pemerintah
daerah dapat mengetahui kondisi riil kawasan metropolitan dan upaya yang perlu
dilakukan Pemerintah dan pemerintah daerah untuk mencapai kinerja yang sesuai
dengan standar.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 6


STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

Gambar 2 Ilustrasi Pemanfaatan Standar dalam Proses Menuju Metropolitan


Berkelanjutan

2.2. DRAFT STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN


METROPOLITAN BERKELANJUTAN
Standar pengembangan kawasan metropolitan yang memenuhi prinsip–prinsip
pembangunan berkelanjutan disusun berdasarkan kriteria panataan ruang dan
lingkungan, meliputi kriteria terkait struktur ruang yang jelas dan terpadu,
keseimbangan fungsi lindung dan fungsi budidaya sesuai daya dukung dan daya
tampung, serta ketahanan kawasan metropolitan yang berwawasan lingkungan.
Penyusunan standar berdasarkan aspek penataan ruang dan lingkungan diharapakan
dapat memberikan dampak positif terhadap aspek sosial dan ekonomi serta akan
berimplikasi terhadap kelembagaan kawasan metropolitan. Struktur materi standar yang
memenuhi kriteria – kriteria penataan ruang dan lingkungan ditunjukkan oleh Tabel 6.2.
Adapun struktur materi standar berdasarkan aspek sosial, ekonomi dan tata kelola
ditunjukkan oleh Tabel 6.3.
Tabel 2 Struktur Materi Standar Aspek Penataan Ruang Dan Lingkungan

KRITERIA VARIABEL KOMPONEN SUB KOMPONEN


STRUKTUR PEMBAGIAN PUSAT    
RUANG YANG KEGIATAN
JELAS DAN
PEMBAGIAN FUNGSI    
TERPADU
SISTEM JARINGAN SISTEM JARINGAN MOBILITAS
PRASARANA TERPADU TRANSPORTASI
TRANSPORTASI UMUM
PRASARANA / JARINGAN
TRANSPORTASI
SISTEM JARINGAN ENERGI  
SISTEM JARINGAN  
TELEKOMUNIKASI
SISTEM JARINGAN SUMBER  
DAYA AIR
SISTEM JARINGAN KETERPADUAN SISTEM
PRASARANA PERKOTAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (SPAM)

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 7


STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

KRITERIA VARIABEL KOMPONEN SUB KOMPONEN


SISTEM JARINGAN
DRAINASE
SISTEM PENGELOLAAN AIR
LIMBAH
SISTEM PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH DAN PELAYANAN RUMAH
PERKOTAAN DASAR
PRASARANA PERUMAHAN
SARANA PERUMAHAN
UTILITAS UMUM
FASILITAS UMUM & SOSIAL  
PERKOTAAN
KESEIMBANGA OPTIMALISASI    
N FUNGSI PEMANFAATAN RUANG
LINDUNG DAN
PENYEDIAAN RUANG RUANG TERBUKA PUBLIK  
FUNGSI
PUBLIK TERBUKA DAN
BUDIDAYA
RTH RUANG TERBUKA HIJAU  
SESUAI DAYA
DUKUNG & PELESTARIAN WARISAN    
DAYA ALAM & SAUJANA
TAMPUNG
PENGENDALIAN    
KAWASAN TERBANGUN
KETAHANAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI  
KAWASAN DAYA ALAM
METROPOLITA BERKELANJUTAN LAHAN  
N YG
BERWAWASAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI  
LINGKUNGAN
KUALITAS LINGKUNGAN UDARA  
HIDUP
EMISI KARBON DAN GAS  
RUMAH KACA
KETAHANAN BENCANA    

Tabel 3 Struktur Materi Standar Aspek Sosial, Ekonomi Dan Tata Kelola

Tabel 4 KRITERIA VARIABEL

KESETARAAN PELAYANAN AKSES TERHADAP LAYANAN SOSIAL DASAR


KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
AKSES TERHADAP FASILITAS PENINGKATAN
KAPASITAS DAN KOMPETENSI TENAGA KERJA

PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL  

PENINGKATAN KEAMANAN & LINGKUNGAN AMAN & TENTERAM


KETENTERAMAN PENDUDUK
PENGURANGAN KERUGIAN SOSIAL EKONOMI
AKIBAT BENCANA

PERTUMBUHAN EKONOMI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS EKONOMI

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 8


STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

Tabel 4 KRITERIA VARIABEL

TATA KELOLA EKONOMI DAERAH

KESEMPATAN KERJA & LAPANGAN KERJA LAYAK & PELUANG


PENGHIDUPAN PENGHIDUPAN

KAPASITAS WARGA & PARTISIPASI PENINGKATAN KAPASITAS WARGA

PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT

KELEMBAGAAN & KAPASITAS PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR


APARATUR PEMERINTAH

LEMBAGA KOORDINASI & KERJA SAMA

KEMITRAAN & KERJA SAMA KERJA SAMA PEMERINTAH & BADAN USAHA

KERJA SAMA ANTARKOTA/KAB

KAPASITAS KETAHANAN BENCANA STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA

KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KEBIJAKAN DAN REGULASI


PENEGAKAN HUKUM
PENEGAKAN HUKUM

PENGEMBANGAN TIK (TEKNOLOGI PEMANFAATAN TIK


INFORMASI KOMUNIKASI)
PENGELOLAAN DATA

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 9


STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

Tabel 5 Rumusan Standar Pengembangan Kawasan Metropolitan Aspek Penataan


Ruang Dan Lingkungan
SUB
STANDAR PENGEMBANGAN
KRITERIA VARIABEL KOMPONEN KOMPONE
KAWASAN METROPOLITAN
N
STRUKTUR PEMBAGIAN Kawasan metropolitan memiliki
RUANG PUSAT kawasan perkotaan inti sebagai
YANG JELAS KEGIATAN pusat kegiatan utama dan
DAN kawasan perkotaan di sekitarnya
TERPADU sebagai pusat kegiatan
penyeimbang.
Terdapat pusat kegiatan skala
regional, nasional hingga
internasional di kawasan
perkotaan inti sesuai kegiatan
utama yang dikembangkan di
kawasan metropolitan.
Terdapat pusat kegiatan di
kawasan perkotaan di sekitar
kawasan perkotaan inti sebagai
penyeimbang perkembangan
kawasan perkotaan inti.
PEMBAGIAN Kawasan perkotaan inti dan
FUNGSI kawasan perkotaan di sekitarnya
masing-masing memiliki fungsi
yang jelas dan saling melengkapi
sesuai dengan fokus
pengembangan dan tujuan
penataan ruang kawasan
metropolitan serta potensi dan
kriteria kelayakan teknis masing-
masing kawasan untuk fungsi
yang ditetapkan.
Pusat kegiatan di kawasan
perkotaan inti dapat berupa
pusat pemerintahan,
perdagangan dan jasa, dan
pelayanan perkotaan skala
regional hingga internasional,
pusat pariwisata, industri,
maritim, pendidikan tinggi.
Pusat kegiatan di kawasan
perkotaan di sekitarnya dapat
berupa pusat pemerintahan,
pelayanan perkotaan, dan
perdagangan dan jasa skala lokal
dan regional, pusat pendidikan
tinggi, industri, pariwisata,
pertahanan dan keamanan, serta
pusat permukiman.
SISTEM SISTEM MOBILITAS Sistem transportasi (sarana dan
JARINGAN JARINGAN prasarana transportasi) lintas
PRASARANA TRANSPORTASI batas administratif yang terpadu
TERPADU dengan sistem transportasi lokal
untuk melayani kemudahan
pergerakan pekerjaan,
perumahan, dan perjalanan
tersedia dalam berbagai pilihan
sesuai karakteristik pergerakan
orang, jasa dan barang.
Waktu dan biaya rata-rata
komuting semakin kecil
PRASARANA Sistem prasarana / jaringan
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

SUB
STANDAR PENGEMBANGAN
KRITERIA VARIABEL KOMPONEN KOMPONE
KAWASAN METROPOLITAN
N
/ SISTEM transportasi terdiri dari berbagai
JARINGAN jaringan yang menjadi alur
pergerakan / mobilitas barang
dan manusia beserta sejumlah
prasarana pendukungnya. Sistem
prasarana / jaringan transportasi
ini meliputi jaringan berbagai
moda transportasi.

Sistem jaringan transportasi


yang terpadu melingkupi
kebutuhan pergerakan dalam
satu kawasan metropolitan
dimana keterhubungan antar
pusat dan sub pusat kegiatan
terlayani oleh hierarki jaringan
yang dapat menampung
kapasitas volume kendaraan
sesuai bangkitan pergerakan
untuk setiap jenis pusat skala
pelayanan
TRANSPORT Sistem angkutan umum
ASI UMUM multimoda dan antarmoda yang
terintegrasi antara kawasan
permukiman dan pusat-pusat
kegiatan tersedia dan mudah
diakses oleh semua (perempuan,
anak, manula, disabilitas).
Sistem Angkutan Umum Massal
berbasis rel dan non rel
antarkota dan dalam kawasan
perkotaan tersedia dan mudah
diakses oleh semua (perempuan,
anak, manula, disabilitas).
SISTEM Sistem jaringan energi melayani
JARINGAN seluruh kawasan metropolitan
ENERGI secara terpadu serta dapat
memenuhi kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan
pengembangan kegiatan
ekonomi kawasan.
Sistem jaringan energi
memanfaatkan sumber daya
energi hijau (energi alternatif
terbarukan dan rendah karbon)
SISTEM Sistem jaringan telekomunikasi
JARINGAN melayani pusat kegiatan dan
TELEKOMUNIKA permukiman di kawasan
SI metropolitan dan secara kualitas
dapat menunjang pemanfaatan
teknologi informasi dan
komunikasi dalam perencanaan,
pembiayaan, pembangunan dan
pengelolaan kawasan
metropolitan.
SISTEM Sumber daya air permukaan
JARINGAN (situ, embung, danau, waduk,
SUMBER DAYA sungai, dan sumber lainnya) dan
AIR sumber air tanah (cekungan air
tanah) tersedia sepanjang musim
dengan kualitas yang memenuhi
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

SUB
STANDAR PENGEMBANGAN
KRITERIA VARIABEL KOMPONEN KOMPONE
KAWASAN METROPOLITAN
N
baku mutu air (Indeks Kualitas
Air meningkat).
Prasarana sumber daya air
(sistem pengendalian banjir,
sistem jaringan irigasi, sistem
jaringan rawa, dan sistem
pengamanan pantai) tersedia
dan dapat berfungsi sesuai
kebutuhan.
SISTEM KETERPADU Sitem jaringan listrik,
JARINGAN AN SISTEM telekomunikasi, gas, air minum,
PRASARANA dan air limbah menggunakan
PERKOTAAN sistem terpadu bawah tanah
(common service tunnel).
SPAM diselenggarakan secara
terpadu dengan sistem
pembuangan air limbah
domestik terpusat (SPALD-T),
Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT), dan Tempat
Pengolahan Akhir (TPA).
SISTEM Semua penduduk dan kegiatan
PENYEDIAA yang berlangsung di kawasan
N AIR metropolitan terlayani oleh
MINUM prasarana pelayanan air minum
(SPAM) berupa sistem penyediaan air
minum perpipaan yang terpadu
dengan sistem jaringan sumber
daya air dengan kualitas air
layak minum.
Sistem penyediaan air minum
terpadu dengan sistem
pengelolaan air limbah.
SISTEM Seluruh kawasan metropolitan
JARINGAN terlayani oleh sistem jaringan
DRAINASE drainase berwawasan lingkungan
yang terpadu dengan sistem
pengendalian banjir.
SISTEM Semua penduduk dan kegiatan
PENGELOLA yang berlangsung di kawasan
AN AIR metropolitan terlayani oleh
LIMBAH sistem pengelolaan air limbah
domestik (SPALD) kota dan
regional yang terpisah dengan
sistem drainase dan jaringan
sumber daya air dan memenuhi
standar baku mutu air buangan
dan baku mutu sumber air baku.
Sistem pengelolaan air limbah
regional didukung dengan IPAL
domestik skala kota dan regional
serta IPAL industri dan rumah
sakit.
SISTEM Pengelolaan sampah dari rumah
PENGELOLA tangga hingga TPA
AN menggunakan prinsip
PERSAMPAH pengurangan volume sampah
AN dari sumber (3R) dan didukung
oleh teknologi pengolahan dan
pembuangan sampah yang
ramah lingkungan (komposter,
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

SUB
STANDAR PENGEMBANGAN
KRITERIA VARIABEL KOMPONEN KOMPONE
KAWASAN METROPOLITAN
N
daur ulang, Bank Sampah, waste
to energy).
Sistem pengelolaan sampah
regional berupa TPA regional
dengan sistem operasional
Sanitary Landfill dilengkapi
dengan fasilitas pengurangan
sampah 3R.
SISTEM Sistem proteksi kebakaran aktif
PROTEKSI dan pasif tersedia sesuai
KEBAKARAN Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran (RISPK)
Kota/Kabupaten.
PENYEDIAAN RUMAH DAN RUMAH Semua rumah tangga memiliki
FASILITAS PELAYANAN akses terhadap hunian yang
PERKOTAAN DASAR layak dan terjangkau
Jumlah penduduk perkotaan
yang tinggal di permukiman
kumuh berkurang
PRASARANA Semua penduduk dapat
PERUMAHA mengakses prasarana pelayanan
N dasar perumahan, sekurang-
kurangnya terdiri atas jaringan
jalan, SPAM, sistem jaringan
drainase, sistem pengelolaan air
limbah, sistem pengelolaan
persampahan, dan sistem
proteksi kebakaran.
SARANA Semua penduduk dapat
PERUMAHA mengakses sarana pelayanan
N dasar perumahan, sekurang-
kurangnya terdiri atas sarana
pemerintahan, pendidikan,
kesehatan, peribadatan,
perdagangan, kebudayaan dan
rekreasi, dan sarana RTH sesuai
dengan skala pelayanan dan
jumlah penduduk yang dilayani
UTILITAS Semua penduduk dapat
UMUM mengakses utilitas umum
pelayanan dasar perumahan,
sekurang-kurangnya terdiri atas
jaringan listrik, jaringan
telematika, dan jaringan gas.
FASILITAS Fasilitas umum dan sosial
UMUM & perkotaan skala regional hingga
SOSIAL internasional tersedia di pusat
PERKOTAAN kegiatan di kawasan perkotaan
inti.
Fasilitas umum dan sosial
perkotaan skala lokal dan
regional tersedia di pusat
kegiatan di kawasan perkotaan
di sekitarnya.
KESEIMBAN OPTIMALISAS Pemanfaatan ruang secara
GAN FUNGSI I vertikal (di atas permukaan
LINDUNG PEMANFAAT tanah maupun di dalam bumi),
DAN FUNGSI AN RUANG kompak, dan pola campuran,
BUDIDAYA terutama pada pusat-pusat
SESUAI kegiatan.
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

SUB
STANDAR PENGEMBANGAN
KRITERIA VARIABEL KOMPONEN KOMPONE
KAWASAN METROPOLITAN
N
DAYA Perumahan yang dibangun
DUKUNG & adalah perumahan ramah
DAYA pejalan kaki dan transit dimana
TAMPUNG sarana dasar permukiman skala
lingkungan perumahan berada
dalam radius jangkauan jarak
berjalan kaki (± 1 Km).
Fasilitas hunian di pusat kegiatan
berupa rumah susun dengan
kepadatan tinggi yang
terintegrasi dengan kegiatan
ekonomi dan sosial kawasan
dalam pola campuran.
PENYEDIAAN RUANG Ruang Terbuka Publik yang
RUANG TERBUKA aman, iklusif dan mudah
PUBLIK PUBLIK dijangkau oleh semua penduduk
TERBUKA terutama anak, perempuan dan
DAN RTH kelompok rentan terdistribusi
secara berhirarki sesuai proporsi
kebutuhannya yang diindikasi
berdasarkan jumlah populasi dan
luas area pada setiap
tingkatannya serta dapat
digunakan untuk kegiatan
olahraga, sosial, seni, serta
aktivitas pelestarian lingkungan.
RUANG Ruang Terbuka Hijau yang aman
TERBUKA HIJAU dan dapat diakses oleh semua
penduduk terdistribusi secara
berhirarki dengan luas paling
sedikit 30% (tiga puluh persen)
dari luas kawasan metropolitan
PELESTARIA Seluruh kota/kabupaten di dalam
N WARISAN kawasan metropolitan yang
ALAM & memiliki warisan budaya dan
SAUJANA alam (benda maupun tak benda)
dikembangkan sebagai Kota
Pusaka berbasis karakter sosial
budaya (heritage city).
PENGENDALI Alokasi kawasan lindung sesuai
AN kondisi, karakter, dan fungsi
KAWASAN ekosistem kawasan metropolitan
TERBANGUN (Indeks kualitas tutupan lahan
meningkat)
Kegiatan budidaya perkotaan
dikembangkan secara terpadu
dan memiliki keterkaitan
antarkegiatan sesuai dengan
fungsi kawasan, dengan alokasi
yang mempertimbangkan
bioekoregion (berbasis wilayah
sungai dan SDA).
Luasan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang terdapat di
dalam kawasan metropolitan
dipertahankan.
KETAHANAN PEMANFAAT ENERGI Penghematan energi dilakukan
KAWASAN AN SUMBER dengan cara menggunakan
METROPOLIT DAYA ALAM energi terbarukan dan rendah
AN YG BERKELANJU karbon sebagai sumber daya
BERWAWAS TAN energi perkotaan dan
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

SUB
STANDAR PENGEMBANGAN
KRITERIA VARIABEL KOMPONEN KOMPONE
KAWASAN METROPOLITAN
N
AN Potensi pengolahan sampah
LINGKUNGA menjadi energi dimanfaatkan
N sebagai salah satu sumber daya
energi rumah tangga dan
perkotaan (instalasi biogas,
instalasi pembangkit listrik
tenaga sampah).
Desain infrastruktur, bangunan
dan gedung yang ramah
lingkungan
Indeks Perilaku Penggunaan
Bahan Bakar meningkat
LAHAN Lahan perkotaan dimanfaatkan
secara efisien dan optimal
melalui:
 pemanfaatan ruang yang
kompak dan pola ruang
campuran di pusat-pusat
kegiatan;
 pengembangan kawasan
metropolitan dengan fungsi
antarpusat yang saling
melengkapi;
 pengembangan bangunan
vertikal pada kawasan dengan
kepadatan tinggi;
 penyediaan ruang budidaya
dan lindung sesuai daya
dukung dan daya tampung
KEANEKARAGA Keanekaragaman hayati
MAN HAYATI jumlahnya tetap atau meningkat
sesuai dengan potensi sumber
daya yang ada.
KUALITAS UDARA Kualitas udara sesuai dengan
LINGKUNGA tingkat baku mutu kualitas udara
N HIDUP (Indeks kualitas udara
meningkat)
EMISI KARBON Indeks Perilaku Penyumbang
DAN GAS Emisi Karbon meningkat.
RUMAH KACA
KETAHANAN Indeks Risiko Bencana Indonesia
BENCANA (IRBI) menurun.
Seluruh kota/kabupaten di dalam
kawasan metropolitan memenuhi
indikator Kota Tangguh Bencana.
Sistem peringatan dini cuaca dan
iklim serta kebencanaan tersedia
dan berfungsi pada kawasan
rawan bencana.
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

SUB
STANDAR PENGEMBANGAN
KRITERIA VARIABEL KOMPONEN KOMPONE
KAWASAN METROPOLITAN
N
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

Tabel 6 Rumusan Standar Pengembangan Kawasan Metropolitan Aspek Sosial

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN


KRITERIA VARIABEL
METROPOLITAN

KESETARAAN AKSES Semua penduduk mendapatkan akses pada layanan


PELAYANAN TERHADAP kesehatan yang berkualitas.
SOSIAL DASAR LAYANAN Semua penduduk mendapatkan akses pada layanan
SOSIAL DASAR pendidikan yang berkualitas dan mendapat kesempatan
belajar sepanjang hayat yang merata.
Semua penduduk mendapatkan pelayanan administrasi
dan tata kelola kependudukan berbasis administrasi
serta perlindungan sosial yang terintegrasi dengan
sistem nasional

AKSES Setiap kota/kabupaten di dalam kawasan metropolitan


TERHADAP memiliki fasilitas peningkatan keterampilan dan
FASILITAS pendidikan tenaga kerja sesuai perkembangan
PENINGKATAN informasi dan teknologi terkini yang dapat diakses oleh
KAPASITAS DAN semua penduduk produktif.
KOMPETENSI
TENAGA KERJA

PENGEMBANGAN Seluruh jenjang pendidikan formal dan pendidikan


BUDAYA LOKAL informal memiliki muatan lokal tentang budaya, bahasa,
pengetahuan, dan seni tradisional.
Terbentuk minimal 1 (satu) lembaga kepemudaan lokal
skala metropolitan yang turut serta berperan
mengembangkan potensi budaya, bahasa, pengetahuan
dan seni tradisional.

PENINGKATAN LINGKUNGAN Setiap kota/kabupaten di dalam kawasan metropolitan


KEAMANAN & AMAN & memiliki sistem pencegahan dan penanggulangan
KETENTERAMAN TENTERAM kejahatan terpadu termasuk berbasis IT.
PENDUDUK
PENGURANGAN Jumlah korban (jiwa dan materi) dampak bencana
KERUGIAN berkurang
SOSIAL
EKONOMI
AKIBAT
BENCANA

Tabel 7 Rumusan Standar Pengembangan Kawasan Metropolitan Aspek Ekonomi

KRITERIA VARIABEL STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

PERTUMBUHA PENINGKATA PDB per kapita bertumbuh sesuai dengan kondisi nasional.
N EKONOMI N Produktivitas tenaga kerja bertumbuh dan menghasilkan nilai
PRODUKTIVIT tambah ekonomi.
AS EKONOMI
Produktivitas ekonomi regional berbasis potensi, inovasi, dan
kreativitas lokal meningkat dan memberikan kontribusi
signifikan pada pertumbuhan PDB nasional.

TATA KELOLA Setiap kota/kabupaten di dalam kawasan metropolitan memiliki


EKONOMI nilai Indeks Tata Kelola Ekonomi Daerah yang meningkat.
DAERAH

KESEMPATAN LAPANGAN Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) bertumbuh dan
KERJA & KERJA LAYAK memiliki akses pada layanan keuangan sehingga mampu
PENGHIDUPA & PELUANG menampung dan menyediakan lapangan kerja yang lebih
N PENGHIDUPA terlindungi.
N Lapangan kerja formal dan kewirausahaan bertambah dan
tingkat pengangguran usia produktif menurun.
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

Tabel 8 Rumusan Standar Pengembangan Kawasan Metropolitan Aspek Tata Kelola

KRITERIA VARIABEL STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN

KAPASITAS PENINGKATA Pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan


WARGA & N KAPASITAS perkotaan meningkat ditunjukkan dari nilai Indeks Perilaku
PARTISIPASI WARGA Peduli Lingkungan yang meningkat.

PENINGKATA Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan


N PARTISIPASI kawasan metropolitan dilakukan dengan partisipasi langsung
MASYARAKAT masyarakat dan swasta.

KEMITRAAN & KERJA SAMA Pelaksanaan pembangunan yang dibiayai melalui pola KPBU
KERJA SAMA PEMERINTAH jumlahnya bertambah.
& BADAN
USAHA

KERJA SAMA Terlembaganya sistem koordinasi antara Pemerintah dengan


ANTARKOTA/ pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) dan
KAB antarpemerintah kab/kota dalam kawasan metropolitan untuk
perencanaan, pembangunan dan pembiayaan pembangunan
kawasan metropolitan.
Sistem pembayaran jasa lingkungan dan ekosistem perkotaan
antarkab/kota dirumuskan dan diberlakukan di dalam lingkup
kawasan metropolitan

KAPASITAS STRATEGI Semua kota/kabupaten di dalam kawasan metropolitan


KETAHANAN PENGURANGA memiliki Dokumen Strategi Pengurangan Risiko Bencana
BENCANA N RISIKO
BENCANA

KAPASITAS Semua kota/kabupaten memiliki program-program peningkatan


MASYARAKAT kapasitas masyarakat dalam menghadapi risiko bencana dan
dampak perubahan iklim

KELEMBAGAA PENINGKATA Aparatur pemerintah kabupaten/kota secara berkala


N & N KAPASITAS mendapatkan program dan kegiatan peningkatan kapasitas
KAPASITAS APARATUR kelembagaan dan aparatur pemerintah dalam perencanaan,
APARATUR PEMERINTAH pembiayaan, pembangunan dan pengelolaan perkotaan secara
umum dan kawasan metropolitan secara khusus.

LEMBAGA Terbentuk lembaga koordinasi dan kerja sama antarpemerintah


KOORDINASI setingkat metropolitan yang fungsional dan terpadu
& KERJA
SAMA

KERANGKA KERANGKA Penyusunan kebijakan dan perencanaan metropolitan


REGULASI KEBIJAKAN dilakukan terintegrasi dengan proyeksi populasi dan kebutuhan
DAN DAN sumber daya.
PENEGAKAN REGULASI Regulasi mengenai perencanaan, pembangunan, pembiayaan
HUKUM dan pengelolaan kawasan metropolitan tersedia dalam
kerangka yang terpadu dengan regulasi nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.

PENEGAKAN Penegakan hukum yang berkeadilan sesuai dengan peraturan


HUKUM perundang-undangan yang berlaku mengalami peningkatan.

PENGEMBANG PEMANFAATA Perencanaan, pembiayaan, pembangunan dan pengelolaan


AN TIK N TIK kawasan metropolitan yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi dan dapat diakses oleh publik.

PENGELOLAA Data dalam skala kawasan metropolitan (Statistical


N DATA Metropolitan Area) tersedia dan diperbaharui secara berkala
serta dapat diakses oleh publik.
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

1
VARIABEL 1 PEMBAGIAN PUSAT KEGIATAN

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Kawasan metropolitan memiliki Pengembangan pusat-pusat kegiatan berbentuk struktur


pusat-pusat kegiatan, baik di monosentris atau polisentris dilakukan dengan mempertimbangkan
kawasan perkotaan inti maupun efisiensi penyediaan jaringan prasarana, meminimalkan pergerakan
kawasan perkotaan sekitarnya, dan penggunaan energi, memberikan kemudahan akses pada
yang dapat berbentuk struktur pelayanan dasar dan peluang/kesempatan kerja, serta mengurangi
monosentris atau polisentris. ketimpangan antarwilayah.

Kawasan metropolitan monosentris Pusat kegiatan utama memiliki fungsi utama yang berorientasi pada
adalah kawasan metropolitan yang kegiatan ekonomi utama kawasan metropolitan (sesuai dengan
memiliki satu kawasan perkotaan peran ekonomi kawasan metropolitan) dilengkapi dengan
inti sebagai pusat kegiatan utama pelayanan skala regional hingga nasional bahkan internasional.
dan beberapa kawasan perkotaan di
Pada kawasan metropolitan monosentris, pusat kegiatan utama
sekitarnya yang terhubung langsung
merupakan pusat pertumbuhan dan tempat konsentrasi aktivitas
ke pusat kegiatan utama.
ekonomi serta pelayanan dasar perkotaan, sementara kawasan
Kawasan metropolitan polisentris perkotaan di sekitarnya merupakan pusat permukiman yang
adalah kawasan metropolitan yang berorientasi pada pusat kegiatan utama.
memiliki satu atau lebih kawasan
Pada kawasan metropolitan polisentris, selain pusat kegiatan utama
perkotaan inti sebagai pusat
sebagai pusat pertumbuhan terdapat pusat kegiatan penyeimbang
kegiatan utama dan beberapa
yang dimaksudkan agar perkembangan metropolitan tidak hanya
kawasan perkotaan di sekitarnya
terfokus pada pusat kegiatan utama melainkan tersebar dalam
sebagai pusat kegiatan
beberapa pusat kegiatan sehingga terjadi keseimbangan antara
penyeimbang yang saling terhubung
kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya.
membentuk jejaring.
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 19
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Perkembangan pusat kegiatan utama dan fungsi kegiatannya yang


menjadi pemicu utama pergerakan dan perkembangan ekonomi
kawasan diimbangi oleh perkembangan di kawasan perkotaan di
sekitarnya dengan cara: mengembangkan fungsi kegiatan masing-
masing di pusat kegiatan penyeimbang yang saling melengkapi
dengan pusat kegiatan utama sesuai potensi wilayah serta
menyediakan kebutuhan pelayanan di dalam pusat kegiatan yang
dapat mengurangi ketergantungan akan fungsi pelayanan dasar
perkotaan di pusat kegiatan utama. Pusat kegiatan penyeimbang
dapat memiliki fasilitas pelayanan skala lokal, regional, hingga
internasional, sesuai dengan fungsi yang diemban dalam konteks
metropolitan.

Sebagai konsekuensi, diperlukan pembagian peran antar pusat-


pusat kegiatan / pusat perkotaan di dalam kawasan metropolitan;
Perlu adanya perencanaan untuk mendorong perkembangan pusat-
pusat kegiatan penyeimbang agar dapat mengimbangi
pertumbuhan pusat kegiatan utama.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 20


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 2 PEMBAGIAN FUNGSI

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Kawasan perkotaan inti dan Setiap daerah kota/kabupaten dalam kawasan metropolitan
kawasan perkotaan di sekitarnya melakukan penyesuaian arah pembangunan wilayahnya dalam
masing-masing memiliki fungsi konteks metropolitan.
yang jelas dan saling melengkapi
Apabila kawasan metropolitan dikembangkan dengan lebih dari satu
sesuai dengan fokus
kawasan perkotaan inti sebagai pusat kegiatan utama, kedua
pengembangan dan tujuan
kawasan perkotaan inti tersebut memiliki fungsi utama yang
penataan ruang kawasan
berbeda tetapi secara bersama-sama mendukung pencapaian
metropolitan serta potensi dan
tujuan pengembangan kawasan metropolitan.
kriteria kelayakan teknis masing-
masing kawasan untuk fungsi yang Fungsi yang dikembangkan di kawasan perkotaan inti menjadi
ditetapkan. rujukan bagi pengembangan fungsi di kawasan perkotaan di
sekitarnya, dimana kawasan perkotaan di sekitarnya dapat hanya
berfungsi sebagai kawasan permukiman atau memiliki fungsi-fungsi
kegiatan yang dapat menjadi penyeimbang pembangunan. Fungsi
yang dikembangkan di kawasan perkotaan di sekitar kawasan
perkotaan inti dapat berupa fungsi kegiatan yang sama dengan
kegiatan yang dikembangkan di kawasan perkotaan inti namun
memiliki skala pelayanan yang berbeda, atau fungsi kegiatan yang
tidak terdapat di kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan
lainnya karena disesuaikan dengan strategi dan potensi setiap
kawasan perkotaan namun tetap dalam kesatuan pengembangan

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 21


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

kawasan metropolitan.

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 1 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

SUB KOMPONEN MOBILITAS


1.1

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Sistem transportasi (sarana dan Sustainable transport merefleksikan perimbangan antara kebutuhan
prasarana transportasi) lintas batas mobilitas dengan kebutuhan akses, kualitas lingkungan dan kualitas
administratif yang terpadu dengan hidup kawasan permukiman (the needs for mobility and safety and
sistem transportasi lokal untuk with the needs for access, environmental quality, and neighborhood
melayani kemudahan pergerakan livability). Artinya, ada system transport yang berjenjang guna
pekerjaan, perumahan, dan menunjang kemudahan mobilitas pergerakan barang dan jasa
perjalanan tersedia dalam berbagai (system transport penunjang mobilitas terdiri dari pengaturan
pilihan sesuai karakteristik pengaturan hierarki jaringan jalan, ketersediaan hub/perhentian
pergerakan orang, jasa dan barang. kendaraan umum, jalur angkutan, hingga manajemen lalu lintas)

Neotradional Development: pengembangan kota yang mengacu


Waktu dan biaya rata-rata komuting kepada ciri-ciri kota tradisional dengan mengutamakan kemudahan
semakin kecil bagi pergerakan pejalan kaki, traffic calming dsb. Contoh
penerapan: urban village, transit oriented development, pedestrian
city, dsb;

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 22


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 1 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

SUB KOMPONEN PRASARANA / JARINGAN TRANSPORTASI


1.2

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN
Sistem Jaringan Transportasi Darat (Jalan dan Rel)
Sistem prasarana / jaringan
 Tersedia jalan arteri yang menghubungkan antar pusat inti
transportasi terdiri dari berbagai
atau antara pusat inti dengan luar kawasan (untuk lalu lintas
jaringan yang menjadi alur
regional agar tidak terganggu oleh lalu lintas lokal)
pergerakan / mobilitas barang dan
 Adanya jaringan jalan yang menghubungkan pusat perkotaan
manusia beserta sejumlah
inti dengan pusat-pusat permukiman di luar kawasan
prasarana pendukungnya. Sistem
perkotaan inti untuk kemudahan akses dari dan menuju pusat
prasarana / jaringan transportasi ini
inti kawasan
meliputi jaringan berbagai moda
 Skala / kelas jalan akan menentukan jenis moda angkutan
transportasi.
umum yang melayani skala pergerakan terkait (angkutan
Sistem jaringan transportasi yang umum massal untuk jalan arteri dan jalan kolektor serta
terpadu melingkupi kebutuhan angkutan feeder untuk jalan kolektor dan jalan local)
pergerakan dalam satu kawasan  Jaringan rel dikembangkan sesuai dengan system pusat
metropolitan dimana kegiatan dan hierarki yang berlaku pada system jaringan jalan.
keterhubungan antar pusat dan sub Sistem Jaringan Transportasi Perairan (Sungai, Danau, Laut)
pusat kegiatan terlayani oleh  Tersedia hub/terminal yang mendukung transportasi perairan
hierarki jaringan yang dapat sesuai dengan struktur ruang kawasan serta keberadaan
menampung kapasitas volume pusat-pusat kegiatan yang terhubung dengan badan air pada
kendaraan sesuai bangkitan kawasan metropolitan yang dapat menjadi jalur pergerakan /
pergerakan untuk setiap jenis pusat mobilitas barang dan/atau penumpang
skala pelayanan  Jaringan jalan

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 23


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 1 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

SUB KOMPONEN TRANSPORTASI UMUM


1.3

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Sistem angkutan umum multimoda Adanya angkutan umum massal regional berkapasitas menengah
dan antarmoda yang terintegrasi dan besar yang melayani jalur transportasi regional
antara kawasan permukiman dan menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan (pusat utama dengan
pusat-pusat kegiatan tersedia dan pusat sekunder dan antar pusat sekunder).
mudah diakses oleh semua Angkutan umum massal regional ditunjang dengan angkutan umum
(perempuan, anak, manula, dari kawasan/pusat-pusat permukiman (feeder)
disabilitas).
Angkutan umum di kawasan / pusat-pusat permukiman (feeder)
dapat berupa moda kendaraan angkutan kota hingga angkutan
berbasis online

Sistem Angkutan Umum Massal Angkutan umum massal dapat berbasis non-rel maupun rel, dengan
berbasis rel dan non rel antarkota kapasitas besar dan melalui jalur-jalur pusat kegiatan utama di
dan dalam kawasan perkotaan kawasan perkotaan, mulai dari hub pusat sekunder di luar kota inti
tersedia dan mudah diakses oleh hingga masuk ke dalam wilayah kota inti
semua (perempuan, anak, manula,
disabilitas).

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 24


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 2 SISTEM JARINGAN ENERGI

SUB KOMPONEN

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Sistem jaringan energi melayani System jaringan energi disediakan dengan mempertimbangkan
seluruh kawasan metropolitan kapasitas penduduk yang akan ditampung dalam suatu kawasan
secara terpadu serta dapat metropolitan
memenuhi kebutuhan masyarakat Pengembangan system jaringan terdiri dari system pembangkit
dan kebutuhan pengembangan listrik tersendiri untuk kawasan metropolitan hingga system
kegiatan ekonomi kawasan. jaringan distribusi yang menghubungkan perkotaan di kawasan
metropolitan hingga hinterland metropolitan

Sistem jaringan energi Sistem jaringan energi secara bertahap dikembangkan dengan
memanfaatkan sumber daya energi mengikuti standar energi hijau dan terbarukan.
hijau (energi alternatif terbarukan Besaran operasionalisasi pemanfaatan energi baru/terbarukan pada
dan rendah karbon) kawasan metropolitan harus meningkat dalam setiap tahun ataupun
setiap periode pembangunan

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 25


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 3 SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI

SUB KOMPONEN

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Sistem jaringan telekomunikasi Kawasan metropolitan terhubung oleh system jaringan


melayani pusat kegiatan dan telekomunikasi terpadu, baik melalui distribusi kabel maupun
permukiman di kawasan nirkabel.
metropolitan dan secara kualitas Penggunaan teknologi terbaru untuk perkabelan (fiber optic)
dapat menunjang pemanfaatan maupun nirkabel (mengikuti standar teknologi terbaru 4G, 4.5G, 5G,
teknologi informasi dan komunikasi dst) berlaku untuk seluruh kawasan metropolitan dari mulai pusat
dalam perencanaan, pembiayaan, perkotaan inti, pusat sekunder, hingga wilayah pinggiran
pembangunan dan pengelolaan metropolitan.
kawasan metropolitan.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 26


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 4 SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR

SUB KOMPONEN

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Sumber daya air yang tersedia Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
sepanjang musim dengan kualitas dalamnya yang harus dikelola sesuai peraturan yang berlaku (PP no 121
yang memenuhi syarat kualitas air tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air).
baku air minum dan kuantitas yang
Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan,
memenuhi standar kebutuhan
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian,
minimal perkotaan.
serta transparansi dan akuntabilitas.

Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan


lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya
air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi
yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.

Pengelolaan Sumber Daya Air Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan,
harus mempertimbangkan semua melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
fungsi sumber daya air. konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air. Pengusahaan Sumber Daya Air adalah upaya
pemanfaatan Sumber Daya Air (air permukaan dan air tanah) untuk
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 27
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

memenuhi berbagai kebutuhan usaha sesuai prioritas dengan


memperhatikan prinsip:

a. tidak mengganggu, mengesampingkan, dan meniadakan hak rakyat


atas Air;

b. perlindungan negara terhadap hak rakyat atas Air;

c. kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia;

d. pengawasan dan pengendalian oleh negara atas Air bersifat mutlak;

e. prioritas utama pengusahaan atas Air diberikan kepada badan usaha


milik negara atau badan usaha milik daerah; dan

f. pemberian Izin Pengusahaan Sumber Daya Air dan Izin Pengusahaan Air
Tanah kepada usaha swasta dapat dilakukan dengan syarat tertentu dan
ketat

(PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015


TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR)

Prasarana sumber daya air Prasarana SDA adalah bangunan air (waduk/reservoir, bangunan irigasi,
terintegrasi di seluruh kawasan bangunan pengatur sungai/perlindungan tebing sungai) beserta bangunan
metropolitan agar dapat berfungsi lain (perpipaan, saluran, dll) yang menunjang kegiatan pengelolaan
sumber daya air, baik langsung maupun tidak langsung.
optimal memenuhi kebutuhan
penduduk metropolitan dan Prasarana SDA di kawasan metropolitan harus terintegrasi melalui
berbagai aktivitasnya. jaringan perpipaan/saluran untuk memenuhi seluruh kebutuhan penduduk
metropolitan dan berbagai aktivitasnya.
Prasarana sumber daya air (air tanah dan permukaan) harus mendapat
perlindungan dari berbagai kegiatan.
Jenis Kegiatan yang Diperbolehkan dalam Radius Sempadan:

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 28


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 29


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

SUB KOMPONEN KETERPADUAN SISTEM


3.1

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Sistem jaringan listrik, Jaringan Utilitas Terpadu merupakan penanaman jaringan utilitas
telekomunikasi, gas, air minum, dan bersama (terpadu) di bawah tanah dengan mempergunakan daerah
air limbah menggunakan sistem manfaat jalan sebagai tempat penanaman 1. Penanaman jaringan
terpadu bawah tanah (common utilitas dalam terowongan bawah tanah ini berfungsi untuk
service tunnel). menyatukan berbagai keperluan utilitas pembangunan dan
pengembangan kota seperti pipa listrik, telekomunikasi, air bersih,
dan berbagai keperluan layanan bawah tanah lainnya.

Dibangunnya service tunnel ini selain untuk meningkatkan


keandalan pasokan layanan, terowongan ini juga dapat
memudahkan pemasangan dan pemeliharaan instalasi jaringan
baru sehingga dalam pembangunannya terowongan ini harus
menyediakan layanan cadangan 100% untuk pengembangan pada
perubahan utilitas.

Penyelenggaraan SPAM harus Penyelenggaraan SPAM meliputi SPAM jaringan perpipaan dan SPAM
dilaksanakan secara terpadu bukan jaringan perpipaan. Pengembangan SPAM harus terintegrasi
dengan sistem jaringan sumber dengan pengembangan sistem sumber daya air di seluruh kawasan
daya air dan penyelenggaraan metropolitan.
sanitasi (SPAL dan pengelolaan
Penyelenggaraan SPAL meliputi pengelolaan air limbah domestic
sampah) untuk mencegah
dan pengelolaan air limbah non domestic. SPAL domestic dapat
pencemaran Air Baku dan menjamin
dilakukan menggunakan SPALD setempat dan SPALD terpusat. SPAL
keberlanjutan fungsi penyediaan Air
non domestic dapat dilakukan secara mandiri ataupun terpadu
1
Banin, Ahmad, dkk. 2017. Model Jaringan Utilitas Terpadu bawah tanah di Kota Banjarbaru. Vol. 13 No. 1, April 2017
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 30
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Minum antar berbagai kegiatan non domestic.

Penyelenggaraan pengelolaan sampah dilakukan melalui kegiatan


pengurangan dan penanganan. Kegiatan pengurangan sampah
mulai dari sumber sampah, skala kawasan, skala kota, atau
regional. Kegiatan penanganan sampah dilakukan secara
terintegrasi mulai tahap pemilahan/pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan, dan pemrosesan.

Keterpaduan SPAM, SPAL dan Pengelolaan sampah pada kawasan


metropolitan menjamin keterpaduan dan keberlanjutan semua
sistem untuk memberikan pelayanan yang merata dan handal serta
terjaganya kualitas sumber daya air dan lingkungan secara
menyeluruh.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 31


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

SUB KOMPONEN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)


3.2

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua penduduk dan kegiatan yang Air minum yang dimaksud adalah air minum rumah tangga yang
berlangsung di kawasan melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
metropolitan terlayani oleh SPAM memenuhi persyaratan kualitas air minum meliputi persyaratan
terintegrasi yang menjamin kualitas, mikrobiologi, Fisika, kimia, dan radioaktif (Peraturan Menteri
kuantitas dan kontinuitasnya Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Air
memenuhi standar yang berlaku. Minum).

Standar Pengembangan Air Minum adalah Akses air minum


universal dan merata yang aman dan terjangkau bagi semua
(Target 6.1 SDGs Tujuan 6), dengan kuantitas yang memenuhi
standar kebutuhan air minum yang berlaku

Pengembangan SPAM dilakukan melalui SPAM jaringan perpipaan


dan SPAM jaringan non perpipaan. Pada Kawasan metropolitan
semaksimal mungkin menggunakan SPAM jaringan perpipaan untuk
menjamin kuantitas dan kualitas air minum yang dihasilkan, serta
kontinuitas pengaliran air minum (Pasal 4 PP No. 122 Tahun 2015)
di seluruh kawasan metropolitan dengan memanfaatkan jaringan
sumber daya air yang juga terintegrasi di seluruh kawasan
metropolitan.

Diperlukan penyusunan RISPAM regional yang mengintegrasikan


seluruh RISPAM yang ada di masing-masing kabupaten/kota dalam
kawasan metropolitan untuk menjamin keterpaduan dan
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 32
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

keberlanjutan sistem sumber daya air dan pengembangan SPAM


jaringan perpipaan.

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

SUB KOMPONEN SISTEM JARINGAN DRAINASE


3.3

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Seluruh kawasan metropolitan Penyelenggaraan system drainase menganut system pemisahan


terlayani oleh sistem jaringan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah
drainase berwawasan lingkungan pada wilayah perkotaan (Permen PU no 12 tahun 2014 Pasal 4 dan
(eko – drainase) yang terpadu Permen PUPR no 4 tahun 2017 pasal 7).
dengan sistem pengendalian banjir
Diperlukan penyusunan rencana induk sistem drainase
lingkup metropolitan.
perkotaan/regional di kawasan metropolitan, dengan
mengintegrasikan seluruh rencana induk drainase pada semua
kabupaten/kota dalam kawasan metropolitan untuk menjamin
keterpaduan sistem jaringan drainase mulai dari drainase utama
hingga drainase kawasan permukiman..

Drainase Berwawasan Lingkungan adalah pengelolaan drainase yang


tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan.
Drainase tidak hanya berfungsi untuk membebaskan daerah
perkotaan dari serangan banjir, tetapi juga bertugas mengatasi
pencemaran air tanah. Terdapat 2 (dua) pola yang umum dipakai

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 33


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

untuk mengelola drainase yang berwawasan lingkungan, yaitu:

 Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan


membuat kolam penampungan/kolam detensi.
 Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat
sumur resapan, saluran resapan, bidang resapan atau kolam
resapan/kolam retensi.

(sumber : Prayitno, Dian Ariesta. 2013. Studi Potensi Penerapan


Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan Pada Kecamatan Rungkut
kota Surabaya. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November)

Manfaat pembangunan drainase berwawasan lingkungan:

 Air hujan diolah untuk dimanfaatkan kembali


 Pengisian kembali air tanah
 Meningkatkan kualitas ekologi

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 34


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

SUB KOMPONEN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH


3.4

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua penduduk dan kegiatan SPAL domestic dapat dilakukan menggunakan SPALD setempat dan SPALD terpusat.
yang berlangsung di kawasan
Untuk kawasan metropolitan, semaksimal mungkin menggunakan SPALD terpusat
metropolitan terlayani oleh
dengan menggunakan sistem jaringan perpipaan terintegrasi di seluruh kawasan
sistem pengelolaan air limbah
metropolitan dan IPAL regional yang memenuhi kriteria teknis.
domestik (SPALD)
Untuk kawasan yang secara teknis tidak memungkinkan penggunaan SPALD terpusat,
maka wajib menggunakan SPALD setempat yang aman dan memenuhi kriteria teknis,
dilengkapi dengan bangunan Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) yang melayani
seluruh kawasan metropolitan secara terpadu. IPLT harus dijalankan dengan program
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal.

Semua effluent IPAL dan IPLT harus memenuhi baku mutu air limbah yang berlaku
(Permen LHK No 68 Tahun 2018 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik). Jika efluen
dialirkan ke badan air, maka juga harus memenuhi stream standard yang berlaku.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 35


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

(Sumber : Permen LHK No 68 Tahun 2018 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik)

Air limbah non domestic Kriteria teknis pengelolaan limbah harus memenuhi standar teknis yang berlaku.
(Industri, Rumah sakit, dll) juga Standar efuen yang berlaku harus memenuhi peraturan yang berlaku (Permen KLHK
harus dikelola dengan IPAL No. p.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang Perubahan kedua atas peraturan
yang memenuhi kriteria teknis menteri Lingkungan Hidup nomo 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah).
dan standar efluen yang
berlaku.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 36


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

SUB KOMPONEN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH


3.5

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Pengelolaan sampah dilakukan Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
secara terpadu dalam sistem dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
regional yang melayani seluruh sampah yang dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu
kawasan metropolitan. ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi
masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah
perilaku masyarakat.

Kegiatan pengurangan meliputi kegiatan pembatasan timbulan


sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
sampah. Kegiatan pengurangan dapat dilakukan dalam skala
kawasan, kota, maupun regional secara terintegrasi pada seluruh
kawasan metropolitan.

Penanganan sampah merupakan rangkaian kegiatan pemilahan


sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan
sampah. Sistem penanganan sampah harus mempertimbangkan
kegiatan pengurangan (3R) pada setiap tahapan pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan dan pemrosesan. Sistem pengangkutan
sampah dilakukan terintegrasi pada semua kawasan metropolitan
menuju TPST/TPA regional. Sistem pemrosesan sampah di TPST/TPA
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan residu

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 37


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

pengolahan harus ditimbun secara aman menggunakan metoda


Sanitary Landfill. (UU no 18/2008, PP no 81/2012 dan PermenPU no
3/2013)

Beberapa terminology dalam pengelolaan sampah:

 Pembatasan timbulan sampah adalah upaya meminimalisasi


timbulan sampah yang dilakukan sejak sebelum dihasilkannya
suatu produk dan/atau kemasan produk sampai dengan saat
berakhirnya kegunaan produk dan/atau kemasan produk;
 Pendauran ulang sampah adalah upaya memanfaatkan kembali
sampah menjadi barang yang berguna setelah melalui proses
pengolahan terlebih dahulu;
 Pemanfaatan kembali sampah adalah upaya untuk mengguna
ulang sampah sesuai dengan fungsi yang sama atau fungsi yang
berbeda dan/atau mengguna ulang bagian dari sampah yang
masih bermanfaat tanpa melalui suatu proses pengolahan
terlebih dahulu.
 Pemilahan adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan
sampah sesuai dengan jenis;
 Pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan
sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPS 3R;
 Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber
atau TPS menuju TPST atau TPA dengan menggunakan
kendaraan bermotor atau tidak bermotor yang didesain untuk
mengangkut sampah.
 Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi,
dan/atau jumlah sampah; dan
 Pemrosesan akhir sampah adalah kegiatan mengembalikan
sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media
lingkungan secara aman.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 38


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

SUB KOMPONEN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


3.6

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Sistem proteksi kebakaran aktif dan Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
pasif tersedia sesuai Rencana Induk yang maksud meliputi kesatuan sistem yang terdiri atas peralatan,
Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
Kota/Kabupaten. bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif,
sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Sistem proteksi kebakaran aktif secara lengkap terdiri atas sistem


pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem
pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan
slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan
kimia, seperti APAR (alat pemadam api ringan) dan pemadam khusus.

sistem proteksi kebakaran pasif yang dimaksud merupakan sistem


proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan
penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat
ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan.
Sedangkan kompartemensasi merupakan usaha untuk mencegah

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 39


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

penjalaran kebakaran dengan cara membatasi api dengan dinding,


lantai, kolom, balok yang tahan terhadap api untuk waktu yang sesuai
dengan kelas bangunan gedung.

Di setiap kawasan dipastikan tersedianya akses ke sumber air untuk


keperluan penanggulangan kebakaran.

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA TERPADU

KOMPONEN 3 SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

SUB SISTEM JARINGAN EVAKUASI BENCANA


KOMPONEN 3.6

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Jaringan evakuasi bencana adalah Ruang evakuasi bencana adalah ruang yang diperuntukkan untuk
ruang evakuasi bencana yang terdiri menampung penduduk yang sedang menghindari ancaman
atas jalur evakuasi dan tempat bencana terdiri atas jalur evakuasi dan tempat evakuasi. Jalur
evakuasi. Jaringan evakuasi Evakuasi adalah jalur yang menghubungkan hunian dengan tempat
bencana tersedia sesuai dengan evakuasi sementara maupun jalur yang menghubungkan tempat
jenis ancaman bencana yang evakuasi sementara dengan tempat evakuasi akhir.
terdapat di kawasan metropolitan.
Tempat Evakuasi Sementara (TES) yaitu tempat singgah sementara
yang dapat dijangkau oleh pengungsi dengan cepat untuk
menyelamatkan diri dari ancaman bencana. TES dapat berbentuk
RTH, RTNH, kantor pemerintah/swasta, GSG, GOR, gedung sekolah,
dll.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 40


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

Tempat Evakuasi Akhir (TEA) yaitu tempat singgah akhir di zona


aman bencana bagi pengungsi karena tidak memungkinkan untuk
kembali ke hunian masing-masing. TEA untuk bencana alam selain
gempa bumi berupa bangunan gedung skala kecamatan atau skala
kota berdaya tampung besar dan permanen yang berada di zona
aman bencana (ZAB), dalam bentuk asrama haji, GSG, ataupun
gedung olah raga. TEA untuk bencana gempa bumi dapat berupa
RTH skala kecamatan atau skala kota berdaya tampung besar,
dalam bentuk taman atau lapangan olah raga.

TES dan TEA disediakan dengan cara membangun baru atau


melakukan penyesuaian terhadap fasilitas/komponen ruang kota
yang sudah ada untuk memenuhi persyaratan dasar tempat
evakuasi bencana.

Kapasitas tempat evakuasi harus disesuaikan dengan kebutuhan


ruang yang dibutuhkan oleh pengungsi. Besaran ruang evakuasi
dihitung berdasarkan:

1. jumlah penduduk;
2. luas wilayah Zona Rawan Bencana; dan
3. perkiraan intensitas masing-masing jenis bencana.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 41


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 4 PENYEDIAAN FASILITAS PERKOTAAN

KOMPONEN 1 RUMAH DAN PELAYANAN DASAR

SUB KOMPONEN RUMAH


1.1

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua rumah tangga memiliki Yang dimaksud dengan “rumah yang layak huni dan terjangkau”
akses terhadap hunian yang layak adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan
dan terjangkau dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan
penghuninya, yang mampu dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat. (UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman)
Tidak ada penduduk perkotaan yang Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria
tinggal di permukiman kumuh kekumuhan ditinjau dari:
a. bangunan gedung;
b. jalan lingkungan;
c. penyediaan air minum;
d. drainase lingkungan;
e. pengelolaan air limbah;
f. pengelolaan persampahan; dan
g. proteksi kebakaran.
(Permen PUPR No. 02 Tahun 2016 ttg Peningkatan Kualitas
terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh)
Perumahan vertical pada pusat- Pembangunan perumahan vertical (rumah susun / apartemen) -
pusat kegiatan (pusat inti kawasan baik rumah milik maupun rumah sewa - pada pusat-pusat
dan pusat sekunder) permukiman perkotaan dan pusat-pusat kegiatan yang menjadi
area bangkitan pergerakan utama pada pusat-pusat kawasan.
Pembangunan vertikal sebagai salah satu kriteria untuk kawasan
metropolitan (menggunakan ratio vertical vs landed house)
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 42
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 4 PENYEDIAAN FASILITAS PERKOTAAN

KOMPONEN 1 RUMAH DAN PELAYANAN DASAR

SUB KOMPONEN PRASARANA PERUMAHAN


1.2

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua penduduk dapat mengakses Semua penduduk dapat terlayani kebutuhan fasilitas prasarana dasar
prasarana pelayanan dasar perumahan, yaitu sekurang – kurangnya memiliki akses 100%
perumahan, sekurang-kurangnya terhadap pemenuhan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat
terdiri atas SPAM, sistem melalui jaringan perpipaan, 100% akses terhadap pelayanan sistem
pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat, serta 100%
pengelolaan persampahan, dan akses terhadap pemenuhan pelayanan pengelolaan persampahan.
sistem proteksi kebakaran.
Strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta
kualitas pengelolaan persampahan yaitu:
 Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana
persampahan;
 Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran
pelayanan;
 Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran
pelayanan;
 Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary
landfill;
 Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional;
 Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna
dan berwawasan lingkungan.

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan


adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana,
baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 43


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan
dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Persyaratan teknis
sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
dapat mengacu pada SNI yang berlaku.

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 4 PENYEDIAAN FASILITAS PERKOTAAN

KOMPONEN 1 RUMAH DAN PELAYANAN DASAR

SUB KOMPONEN SARANA PERUMAHAN


1.3

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua penduduk dapat mengakses Semua penduduk dapat terlayani kebutuhan fasilitas pelayanan
sarana pelayanan dasar perumahan, perkotaan sesuai dengan standar pelayanan perkotaan yang
sekurang-kurangnya terdiri atas memuat ketersediaan, keterjangkauan, kemanfaatan dan keadilan
sarana pemerintahan, pendidikan, dalam pelayanan perkotaan.
kesehatan, peribadatan,
perdagangan, kebudayaan dan
rekreasi, dan sarana RTH sesuai Standar Pelayanan Perkotaan yang dimaksud dalam melihat SPP
dengan skala pelayanan dan jumlah Perkotaan yang berlaku (saat ini masih berupa rancangan).
penduduk yang dilayani

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 44


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 4 PENYEDIAAN FASILITAS PERKOTAAN

KOMPONEN 1 RUMAH DAN PELAYANAN DASAR

SUB KOMPONEN UTILITAS UMUM


1.4

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua penduduk dapat mengakses Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan
utilitas umum pelayanan dasar lingkungan hunian (UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
perumahan, sekurang-kurangnya Kawasan Permukiman).
terdiri atas jaringan listrik, jaringan
Semua penduduk dapat terpenuhi kebutuhannya untuk pemenuhan
telematika, dan jaringan gas.
sekurang - kurangnya jaringan listrik, telematika dan gas.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 45


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 1 STRUKTUR RUANG YANG JELAS DAN TERPADU

VARIABEL 4 PENYEDIAAN FASILITAS PERKOTAAN

KOMPONEN 2 FASILITAS UMUM DAN SOSIAL PERKOTAAN

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Fasilitas umum dan sosial perkotaan Fasilitas umum dan fasilitas sosial mengacu pada Rancangan
skala regional hingga internasional Standar Pelayanan Perkotaan adalah sebagai berikut.
tersedia di pusat kegiatan di
Fasilitas umum terdiri atas: perumahan dan permukiman; energi;
kawasan perkotaan inti.
transportasi publik; komunikasi dan informasi; perdagangan dan
jasa; keamanan; rekreasi dan pariwisata; sarana dan prasarana MICE
(Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition); pemadam
kebakaran; dan penanggulangan kebencanaan.

Fasilitas sosial terdiri atas: pendidikan; kesehatan; peribadatan; air


layak minum dan penyehatan lingkungan; ketahanan pangan; ruang
terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau; seni, olahraga dan
kebudayaan; persampahan; tempat pemakaman; dan pusat
pelayanan sosial.

Jumlah, jenis, dan skala pelayanan fasilitas umum dan sosial


disesuaikan dengan cakupan pelayanan dan peran kawasan di dalam
kawasan metropolitan dan kebutuhan pelayanan masyarakat dan
kegiatan yang dilayani.

Fasilitas umum dan sosial yang berbentuk bangunan gedung harus


memenuhi prinsip keandalan, yaitu keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, serta kemudahan yang dibuktikan melalui pemilikan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) (UU
No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung).
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 46
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Fasilitas umum dan sosial perkotaan Fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas yang diadakan untuk
skala lokal dan regional tersedia di kepentingan umum. Contoh dari fasilitas umum (fasum) adalah jalan,
pusat kegiatan di kawasan perkotaan angkutan umum, saluran air, jembatan, fly over, under pass, halte,
di sekitarnya alat penerangan umum, jaringan listrik, banjir kanal, trotoar, jalur
busway, tempat pembuangan sampah, dan lain sebagainya. Adapun
fasilitas sosial yang dimaksud adalah fasilitas yang diadakan oleh
pemerintah atau pihak swasta yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat umum dalam lingkungan pemukiman. Contoh dari
fasilitas sosial (fasos) adalah puskemas, klinik, sekolah, tempat
ibadah, pasar, tempat rekreasi, taman bermain, tempat olahraga,
ruang serbaguna, makam, dan lain sebagainya.

Kawasan perkotaan di sekitar kawasan dilengkapi oleh fasum dan


fasos dengan pelayanan skala regional hingga nasional bahkan
internasional.

Pusat kegiatan penyeimbang dilengkapi oleh fasum dan fasos


dengan pelayanan skala lokal dan regional.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 47


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 2 KESEIMBANGAN FUNGSI LINDUNG DAN FUNGSI BUDI DAYA SESUAI DAYA DUKUNG &
DAYA TAMPUNG

2 VARIABEL 1 OPTIMALISASI PEMANFAATAN RUANG

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Pemanfaatan ruang secara vertikal Pemanfaatan ruang vertikal adalah pengoptimalan lahan dengan
(di atas permukaan maupun di melakukan pemanfaatan ruang secara tegak lurus baik di atas
dalam bumi), kompak, dan pola permukaan tanah maupun di dalam bumi dengan batas geometri
campuran, terutama pada pusat- tertentu yang disesuaikan dengan kondisi geografis daerah,
pusat kegiatan. sehingga dapat meningkatkan daya tampung kegiatan dengan
kuantitas/luas lahan terbangun yang tetap sama (PP No. 13 Tahun
2017 ttg RTRWN).

Kota kompak adalah kota dengan peningkatan kepadatan penduduk


permukiman dan kawasan terbangun, intensifikasi aktivitas
ekonomi, sosial, dan budaya perkotaan, ukuran, struktur dan bentuk
kota yang dimanipulasi dalam rangka mencapai manfaat
keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari
pemusatan fungsi-fungsi perkotaan (Kamus Istilah Pengembangan
Wilayah, BPIW, 2016)

Pemanfaatan ruang secara kompak adalah pemanfaatan ruang


yang mengintegrasikan jaringan prasarana dan sarana dengan
kawasan permukiman yang bertujuan untuk mewujudkan efisiensi
dalam pemanfaatan lahan dan meminimalisasi pergerakan manusia
(PP No. 13 Tahun 2017 ttg RTRWN)

Kawasan Campuran adalah yang memiliki dua fungsi pemanfaatan


ruang atau lebih yang bersinergi baik dalam satu bangunan
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 48
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

maupun bangunan terpisah atau blok terpisah yang memiliki


integrasi fungsional dan fisik antar komponen fungsi pemanfaatan
ruang (Permen ATR/BPN No. 16 Tahun 2017)

Fasilitas hunian di pusat kegiatan berupa hunian bertingkat


(vertikal) dengan kepadatan tinggi(>200 jiwa/ha) dan berada pada
satu kesatuan kawasan dengan kegiatan ekonomi dan sosial dalam
kawasan campuran

Perumahan yang dibangun adalah Perumahan yang ramah bagi pejalan kaki merupakan kawasan
perumahan ramah pejalan kaki dan perumahan yang dilengkapi dengan sarana pelayanan dasar yang
transit dimana sarana dasar dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki (400-500 meter)
permukiman skala lingkungan sehingga memungkinkan warga untuk berjalan kaki dalam
perumahan dan akses ke melakukan kegiatan kesehariannya. Kawasan ramah pejalan kaki
transportasi umum berada dalam harus terintegrasi dengan transportasi umum dan/atau jalur sepeda
radius jangkauan jarak berjalan kaki untuk keperluan perjalanan di luar jangkauan jarak berjalan kaki.
(400-500 meter).

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 49


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 2 KESEIMBANGAN FUNGSI LINDUNG DAN FUNGSI BUDI DAYA SESUAI DAYA DUKUNG & DAYA
TAMPUNG

VARIABEL 2 PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK

KOMPONEN 1 RUANG TERBUKA HIJAU

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Ruang Terbuka Hijau publik yang Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau
aman, dapat diakses dan mudah mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
dijangkau oleh semua penduduk tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah
terdistribusi secara berhirarki maupun yang sengaja ditanam.
dengan luas paling sedikit 20% (dua
RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
puluh persen) dari luas kawasan
daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan
metropolitan dilengkapi dengan
masyarakat secara umum.
Ruang Terbuka Hijau privat dengan
luas paling sedikit 10 % (sepuluh RTH aman berarti RTH yang bebas dari bahaya dan gangguan
persen) dari luas kawasan sehingga pengunjung tidak merasa takut atau khawatir. RTH yang
metropolitan. dapat diakses dan mudah dijangkau oleh semua penduduk berarti
RTH terbuka bebas dikunjungi tanpa batas waktu tertentu, dapat
dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat, dan dapat dijangkau
warga dengan berbagai kondisi fisik (anak-anak, difabel, lansia).

Distribusi RTH di kawasan metropolitan dapat terdiri atas (Forman,


2008):

a. RTH pada area pusat kegiatan


 RTH berukuran besar dalam pola berskala besar berbentuk
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 50
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN
LINGKUNGAN - -ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN
koridor (jalan, rel KA, garis pantai, dll)
 RTH berukuran besar dalam pola berskala besar berbentuk
petak/titik (taman kota besar, taman semi-natural berukuran
besar, area delta, sistem pertemuan jalur-jalur rel KA, kebun
binatang, dll)
 RTH berukuran kecil dalam pola berskala halus berbentuk
koridor (deretan pohon, deretan tanaman perdu dan semak,
deretan petak-petak RTH berukuran kecil)
 RTH berukuran kecil dalam pola berskala halus berbentuk
petak/titik (taman kota kecil, taman semi-natural berukuran
kecil, situs bersejarah/budaya, taman pemakaman, area
hijau pinggir jalan)
b. RTH di dalam kawasan metropolitan, di luar pusat kegiatan
 Koridor berukuran lebar (sabuk hijau, rangkaian taman-
taman besar, koridor/jalur hijau)
 Koridor berukuran medium hingga lebar (koridor sungai atau
kanal, koridor sistem jaringan, koridor tepi jalan, jalur pohon
atau semak, deretak petak-petak RTH berukuran kecil)
 Petak/titik berukuran medium (area semi-natural berukuran
kecil, taman, pemakaman)
 Petak/titik berukuran medium hingga besar (taman
heterogen, area natural atau semi-natural berukuran besar,
taman bonai, danau, RTH di area pusat perbelanjaan, taman
kota)
RTH berukuran besar di kawasan metropolitan diprioritaskan dalam
bentuk Hutan Kota karena memiliki fungsi ekologis yang lebih tinggi.

Penyediaan dan pemanfaatan RTH publik merupakan bagian dari


penerapan konsep pembangunan hijau dengan standar dan kriteria
mengacu pada pedoman yang berlaku.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 51


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 2 KESEIMBANGAN FUNGSI LINDUNG DAN FUNGSI BUDI DAYA SESUAI DAYA DUKUNG & DAYA
TAMPUNG

VARIABEL 2 PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK

KOMPONEN 2 RUANG TERBUKA NON HIJAU

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Ruang Terbuka Non Hijau yang Ruang terbuka non hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang
aman, dapat diakses dan mudah tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun
dijangkau oleh semua penduduk yang berupa badan air.
terutama anak, perempuan dan
RTNH publik adalah RTNH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
kelompok rentan, terdistribusi
daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat
secara berhirarki sesuai proporsi
secara umum.
kebutuhannya yang diindikasi
berdasarkan jumlah populasi dan RTNH aman berarti RTNH yang bebas dari bahaya dan gangguan sehingga
luas area pada setiap tingkatannya, pengunjung tidak merasa takut atau khawatir. RTNH yang dapat diakses
serta dapat digunakan untuk oleh semua penduduk berarti RTNH terbuka bebas dikunjungi tanpa batas
kegiatan olahraga, sosial, seni, serta waktu tertentu, dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat, dan
aktivitas pelestarian lingkungan. dapat dijangkau warga dengan berbagai kondisi fisik (anak-anak, difabel,
lansia).

Fungsi utama RTNH adalah fungsi sosial budaya, antara lain dapat
berperan sebagai wadah aktifitas sosial budaya masyarakat dalam wilayah
kota/kawasan perkotaan terbagi dan terencana dengan baik;
pengungkapan ekspresi budaya/kultur lokal; merupakan media komunikasi
warga kota; tempat olahraga dan rekreasi; dan wadah dan objek
pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

Fungsi tambahan RTNH adalah fungsi ekologis, ekonomi, arsitektural dan


darurat (jalur evakuasi/titik kumpul).
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 52
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Standar penyediaan, kriteria, dan arahan pemanfaatan RTNH mengacu


pada pedoman yang berlaku.

KRITERIA 2 KESEIMBANGAN FUNGSI LINDUNG DAN FUNGSI BUDI DAYA SESUAI DAYA DUKUNG & DAYA
TAMPUNG

VARIABEL 3 PELESTARIAN WARISAN ALAM, BUDAYA & SAUJANA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Seluruh kota/kabupaten di Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang
dalam kawasan metropolitan bernilai dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi,
yang memiliki warisan alam, serta rajutan berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset
budaya, dan/atau saujana pusaka dalam wilayah/kota atau bagian dari wilayah/kota, yang hidup,
dikembangkan sebagai Kota berkembang, dan dikelola secara efektif.
Pusaka berbasis karakter sosial
Aset pusaka terdiri atas:
budaya (heritage city).
 pusaka alam, yaitu bentukan alam yang istimewa (contoh: danau);
 pusaka budaya, yaitu hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang
istimewa dari lebih 500 (lima ratus) suku bangsa di tanah air
Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa
Indonesia dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang
sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud
(contoh: candi, patung) dan pusaka tidak berwujud (contoh: tarian);
 pusaka saujana, yaitu gabungan pusaka alam dan pusaka budaya
dalam kesatuan ruang dan waktu (contoh: Kampung Baduy).
Perencanaan dan implementasi program sebagai Kota Pusaka merujuk
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 53
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

pada pedoman Kota Pusaka yang dikeluarkan Pemerintah.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 54


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 2 KESEIMBANGAN FUNGSI LINDUNG DAN FUNGSI BUDI DAYA SESUAI DAYA DUKUNG & DAYA
TAMPUNG

VARIABEL 4 PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Alokasi kawasan lindung sesuai Indeks Kualitas Tutupan Lahan diukur berdasarkan luas tutupan
kondisi, karakter, dan fungsi lahan dan dinamika vegetasi dan merupakan nilai komposit dari 5
ekosistem kawasan metropolitan (lima) indeks, yaitu Indeks Tutupan Hutan, Indeks Performance
(Indeks kualitas tutupan lahan Hutan, Indeks Kondisi Tutupan Tanah, Indeks Konservasi Badan Air,
meningkat) dan Indeks Kondisi Habitat).

Metode perolehan data dan perhitungan IKTL merujuk pada metode


yang digunakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
pada kawasan metropolitan.

Kualitas tutupan lahan semakin baik apabila nilai Indeks Kualitas


Tutupan Lahan mendekati angka 100.

Selain memastikan alokasi berdasarkan rencana tata ruang,


pemerintah juga melakukan upaya pengendalian perubahan
peruntukan kawasan hutan untuk alokasi lahan pembangunan bagi
sektor non kehutanan dengan mempertimbangkan kualitas
lingkungan, karakter sumber daya alam, fungsi ekologi, dan
kebutuhan lahan untuk pembangunan secara berkelanjutan.

Kegiatan budi daya perkotaan Keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya mengandung
dikembangkan secara terpadu dan pengertian bahwa kawasan budi daya yang dikembangkan bersifat

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 55


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

memiliki keterkaitan antarkegiatan saling menunjang satu sama lain (sesuai dengan peran kawasan
sesuai dengan fungsi kawasan, metropolitan) sehingga dapat mewujudkan sinergi dalam
dengan alokasi yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (PP No. 13 Tahun 2017
mempertimbangkan bioekoregion ttg RTRWN)
(berbasis wilayah sungai dan SDA).
Kegiatan budi daya dikembangkan dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung serta jasa ekosistem yang tidak terbatas
pada wilayah administrasi kota/kabupaten dan/atau wilayah
delineasi metropolitan, tetapi dalam lingkup bioekoregion.

Bioekoregion adalah bentang alam yang berada di dalam satu


hamparan kesatuan ekologis yang ditetapkan oleh batas-batas
alam, seperti daerah aliran sungai, teluk, dan arus (UU No. 1 thn
2014 ttg Perubahan atas UU 27/2007).

Kegiatan budi daya dibatasi dan dikendalikan perkembangannya


pada kawasan rawan bencana dan memiliki risiko tinggi bencana
dan dampak perubahan iklim, serta pada lokasi yang memiliki nilai
konservasi tinggi. (PP No. 13 Tahun 2017 ttg RTRWN)

Untuk memastikan kegiatan budi daya dikembangkan sesuai


dengan daya dukung dan daya tampung (berbasis bioekoregion)
maka diperlukan pengembangan sistem imbal jasa lingkungan
antardaerah dan perangkat lainnya.

Luasan Lahan Pertanian Pangan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan
Berkelanjutan yang telah ditetapkan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan
di dalam kawasan metropolitan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi
dipertahankan. kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional ( UU 41
Thn 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan)

Apabila di dalam Kawasan Metropolitan terdapat lahan pertanian


yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B), baik yang berada di dalam maupun di luar Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B), maka pengembangan
permukiman dan/atau kegiatan budi daya terbangun lainnya tidak
dapat dilakukan pada lahan yang telah ditetapkan tersebut.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 56


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN
LINGKUNGAN -

-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 3 KETAHANAN KAWASAN METROPOLITAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

VARIABEL 1 PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN

3
HIDUP

KOMPONEN 1 SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN

SUB KOMPONEN ENERGI


1.1

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Kawasan metropolitan Energi terbarukan didefinisikan sebagai sumber energi yang


dikembangkan sebagai kota yang ketersediaannya dapat terus menerus diperbaharui (tidak akan
mandiri secara energi dengan cara habis) / dipulihkan kembali secara alami melalui proses yang
menggunakan energi terbarukan berkelanjutan. Pemanfaatan energi terbarukan akan mendorong
dan rendah karbon sebagai sumber pada upaya penyediaan sumber energi yang berkelanjutan dan
daya energi perkotaan pemanfaatan energi yang lebih ramah lingkungan karena rendahnya
emisi yang dihasilkan. Sumber energi terbarukan berasal dari
sumber non-fosil berupa: Panasbumi, Mikrohidro, Tenaga Surya,
Tenaga Gelombang, Tenaga Angin, dan Biomasa.

Sumber energi terbarukan didefinisikan sebagai sumber energi yang


dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola
dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar
matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu
lapisan laut. (Permen ESDM no.12/2017 tentang Pemanfaatan
Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listik)

 Panasbumi:

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 57


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

o Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung


di dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral
ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi.
o Pemanfaatan Tidak Langsung energi panas bumi dilakukan
melalui proses pengubahan dari energi panas dan/atau
fluida menjadi energi listrik.
 Tenaga Surya:
o Pemanfaatan matahari sebagai sumber energi tenaga
surya dapat dilakukan melalui pengembangan sel surya
dan menara surya
o Matahari bisa digunakan untuk menghasilkan listrik
dengan bantuan panel surya yang dapat mengolah energi
panas matahari menjadi listrik
 Tenaga Bayu (Angin):
o Pembangkit Tenaga Bayu merupakan pembangkit listrik
yang memanfaatkan energi angin (bayu) menjadi listrik
 Tenaga Mikrohidro:
o Pembangkitan listrik mikro hidro (PLTMH) merupakan
alternatif pengadaan tenaga listrik dengan memanfaatkan
semaksimal mungkin energi air yang dapat
ditangkap oleh peralatan utamanya yang disebut
turbin/kincir air
 Tenaga Gelombang / Pasang Surut
o Pemanfaatan energi gelombang air laut menjadi
pembangkit tenaga gelombang / pasang surut dapat
dilakukan pada wilayah perkotaan Metropolitan yang
berada pada wilayah pesisir dengan kekuatan gelombang
tertentu.
o Pemanfaatan tenaga gelombang dapat dilakukan dengan
mengembangkan sumber energi berupa:
 Tidal Power: menggunakan dam atau bendungan
untuk dimanfaatkan dalam proses konversi energi
pasang surut menjadi energi listrik.
 Tidak Fence: menggunakan instalasi yang sama
dengan tidal power, namun dalam skala yang lebih
besar. Tidal fence bisa dibangun antar pulau dengan
jarak tertentu atau antara daratan dengan sebuah

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 58


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

pulau serta damnya juga dapat dimanfaatkan untuk


sarana transportasi antar pulau
 Tidal Turbin: dikenal juga dengan istilah turbin lepas
pantai (offshore turbin). Sistem ini menyerupai atau
sama dengan pembangkit listrik turbin angin namun
versi bawah laut. Lokasi yang strategis untuk jenis ini
dekat dengan pantai pada kedalaman 20 – 30 meter
 Biomasa:
o Potensi pengolahan sampah menjadi energi dimanfaatkan
sebagai salah satu sumber daya energi rumah tangga dan
perkotaan melalui instalasi biogas / instalasi pembangkit
listrik tenaga sampah (salah satu acuannya: Perpres
35/2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi
Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik Berbasis
Teknologi Ramah Lingkungan).
o Pemanfaatan Biomasa sebagai sumber energi antara lain
melalui Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dan
Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Kota (PLTSa)

Desain infrastruktur, bangunan dan Bangunan hijau atau bangunan konstruksi hijau merupakan
gedung yang ramah lingkungan dan bangunan yang dibangun dan dikembangkan dengan struktur dan
memenuhi standar Bangunan Hijau pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut,
mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi,
perawatan, renovasi, dan peruntuhan.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 59


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 3 KETAHANAN KAWASAN METROPOLITAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

VARIABEL 1 PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

KOMPONEN 1 SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN

SUB KOMPONEN LAHAN


1.2

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Lahan yang tersedia dapat Lahan yang tersedia dalam lingkup kawasan metropolitan dikelola
memenuhi kebutuhan dengan memanfaatkan TIK sehingga dapat terintegrasi antara
pengembangan kawasan pengelolaan tanah, air, keanekaragaman hayati, dan sumber daya
metropolitan tanpa terjadi alih lainnya, untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan manusia
fungsi lahan, hilangnya lahan sambil tetap mempertahankan jasa ekosistem dan mata
produktif, ekosistem yang rawan pencaharian masyarakat.
dan penting dan tidak mebimbulkan
Perencanaan pemanfaatan sumber daya lahan dilakukan dalam
dampak lingkungan.
rencana tata ruang yang dilengkapi KLHS.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 60


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 3 KETAHANAN KAWASAN METROPOLITAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

VARIABEL 1 PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

KOMPONEN 2 KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

SUB KOMPONEN KUALITAS UDARA


2.1

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Kualitas udara harus memenuhi Indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di Indonesia
baku mutu udara ambien dengan adalah Indek Standar Pencemar Udara (ISPU) sesuai dengan Keputusan Menteri
Indeks Standar Pencemar Udara Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH / 1997 Tentang Indeks
(ISPU) pada level baik. Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) adalah
laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih
atau tercemarnya kualitas udara dan bagaimana dampaknya terhadap
kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari.
Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap
kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika. ISPU
ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen
dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10).

Metode perolehan data dan perhitungan IKU merujuk pada metode yang
digunakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tetapi dengan data
pada tingkat kawasan metropolitan.

Setiap Kawasan metropolitan wajib memiliki SPKUA (Stasiun Pemantau Kualiats


Udara) yang beroperasi secara otomatis dan terus menerus. Data hasil
pemantauan SPKU terintegrasi dgn Pusat Data di Kota dan KLHK.

Di Indonesia ISPU dihitung berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian


STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 61
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997, dengan


kategori sbb:

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 62


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 3 KETAHANAN KAWASAN METROPOLITAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

VARIABEL 1 PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

KOMPONEN 2 KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

SUB KOMPONEN KUALITAS AIR


2.2

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Kualitas air sesuai dengan tingkat Indeks kualitas air (IKA) digunakan sebagai alat ukur untuk
baku mutu kualitas air dengan menyatakan kondisi kualitas lair yang lebih menyeluruh dengan
Indeks Kualitas Air pada level tidak beberapa parameter yang kompleks ke dalam bentuk yang
tercemar. sederhana. Indeks kualitas air memberikan nilai tunggal terhadap
kualitas air yang diperoleh dari integrasi beberapa parameter
penyusunnya.

Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan
kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu
tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang
ditetapkan (Kepmen LH no 115 tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air). Penentuan status mutu air dapat
menggunakan Metoda STORET atau Metoda Indeks Pencemaran,
dengan metode indeks pencemaran air sungai (PIj).

Perhitungan Indeks Kualitas Air menggunakan nilai indeks


pencemaran air sungai (Plj). Nilai PIj > 1 artinya bahwa air sungai
tersebut tidak memenuhi baku mutu air kelas I sebagaimana
dimaksud PP No. 82 Tahun 2001.

Metode perolehan data dan perhitungan IKA merujuk pada metode


yang digunakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 63


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

untuk sungai yang melintasi kawasan metropolitan.

Kualitas air semakin baik apabila nilai Indeks Kualitas Air mendekati
angka 100.

KRITERIA 3 KETAHANAN KAWASAN METROPOLITAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

VARIABEL 1 PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

KOMPONEN 2 KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

SUB KOMPONEN KUALITAS TUTUPAN LAHAN


2.3

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Luasan tutupan hutan minimal 30 % Indeks Kualitas Tutupan Lahan diukur dari tutupan lahan yang Jangan ditetapkan dengan nomenklatur “hutan” tapi
dari luas wilayah administrasi, meliputi: gunakan luas tutupan lahan.
memiliki kualitas kinerja
1. Tutupan hutan terdiri atas 7 kelas hutan.
(performance hutan) yang
2. Tutupan vegetasi non-hutan meliputi:
meningkat, dapat berfungsi untuk Penentuan Standar dapat merujuk pada Permen PU
a. Belukar dan Belukar Rawa yang berada pada Kawasan Hutan,
konservasi tanah dan air, dan dapat Lahan gambut yang memiliki status fungsi lindung, Lahan
berfungsi mempertahankan dengan kemiringan > 25%, dan Sempadan sungai, danau,
keanekaragaman hayati (Indeks serta pantai.
Kualitas Tutupan Lahan meningkat) b. Data RTH yang meliputi Hutan Kota, Taman Kota, Taman
Kehati, dan Kebun Raya.
c. Pada areal rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) untuk dapat
memberikan informasi dinamika temporal dari perubahan
tutupan lahan di atas permukaan bumi.
Indeks Kualitas Tutupan Lahan diukur berdasarkan luas tutupan

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 64


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

lahan dan dinamika vegetasi dan merupakan nilai komposit dari 5


(lima) indeks, yaitu Indeks Tutupan Hutan, Indeks Performance
Hutan, Indeks Kondisi Tutupan Tanah, Indeks Konservasi Badan Air,
dan Indeks Kondisi Habitat).

Metode perolehan data dan perhitungan IKTL merujuk pada metode


yang digunakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
tetapi untuk tataran kawasan metropolitan.

Kualitas tutupan lahan semakin baik apabila nilai Indeks Kualitas


Tutupan Lahan mendekati angka 100.

Berdasarkan UU n0 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang


disebutkan luasan RTH minimal 30% dari luas wilayah administrasi.
Untuk kawasan metropolitan, RTH diprioritaskan berupan Hutan Kota
yang mempunyai fungsi ekologis yang lebih tinggi.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 65


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 3 KETAHANAN KAWASAN METROPOLITAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

VARIABEL 1 PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

KOMPONEN 2 KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

SUB KOMPONEN EMISI KARBON DAN GAS RUMAH KACA


2.4

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Pada tingkat individu, Indeks Dalam level individu, emisi karbon dapat dikurangi dengan
Perilaku Penyumbang Emisi Karbon mengontrol perilaku sehari-hari, terutama perilaku yang berpotensi
meningkat. menyumbang pada emisi karbon. Indeks Perilaku Penyumbang Emisi
Karbon adalah pengukuran terhadap perilaku masyarakat yang
mendukung munculnya emisi karbon, yaitu pernah tidaknya
melakukan uji emisi kendaraan dan perawatan mesin dalam setahun
terakhir dan penggunaan AC di rumah maupun saat berkendara.

Metode perolehan data dan perhitungan IPPEK merujuk pada metode


yang digunakan Biro Pusat Statistik dalam lingkup kawasan
metropolitan.

Perilaku penyumbang emisi membaik apabilai nilai Indeks PPEK


mendekati angka 1.

Mendukung Pemerintah dalam Konsep pembangunan kawasan megapolitant harus dapat


upaya pencapaian kontribusi yang mewujudkan pembangunan kota rendah emisi dan berketahanan
iklim. Mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim dan memitigasi
STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 66
-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

ditetapkan secara nasional dampak perubahan iklim Perlu dilakukan inventarisasi GRK dan
(Nationally Determined penyusunan aksi mitigasi.
Contribution-NDC) melalui
mengurangi emisi sebesar 29% Kontribusi GRK yang ditetapkan mencakup kegiatan:
dengan upaya sendiri dan menjadi a. energi;
41% jika ada kerja sama b. kehutanan;
internasional dari kondisi tanpa ada c. pertanian;
d. limbah;
aksi (business as usual) pada tahun
e. proses produksi dan penggunaan produk
2030

Tata cara penyelenggaraan Inventerisasi GRK sesuai dengan Permen


LHK 73/2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pelaporan
Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Sedangkan Pedoman
penghitungan penurunan emisi GRK sesuai dengan Perdirjen
Pengendalian Perubahan Iklim No. 9 Tahun 2018.
Hasil penyelenggaraan Invenatrisasi GRK dilaporkan melalui SIGN
Smart (http://signsmart.menlhk.go.id). Sedangkan pelaksanaan aksi
mitigasi perubahan iklim dilaporankan melalui Sistem Registri
Nasional (http://ditjenppi.menlhk.go.id/srn/)

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 67


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

KRITERIA 3 KETAHANAN KAWASAN METROPOLITAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

VARIABEL 2 KETAHANAN BENCANA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Indeks Risiko Bencana Indonesia Indeks Risiko Bencana adalah indeks yang dihitung dari potensi
(IRBI) menurun. kemungkinan korban dan dampak yang akan ditimbulkan dari suatu
bencana. Penentuan indeks risiko bencana dilakukan dengan
menggabungkan nilai indeks ancaman, penduduk terpapar,
kerugian, dan kapasitas. Penghitungan dilakukan dengan merujuk
pada metode penghitungan indeks yang digunakan oleh BNPB.

Semakin menurun nilai Indeks Risiko Bencana Indonesia (dengan


asumsi bahwa bahaya atau ancaman bencana dan kerentanan di
daerah tersebut kondisinya tetap) berarti potensi timbulnya korban
dan dampak bencana semakin kecil.

Penurunan nilai Indeks Risiko Bencana dapat dilakukan dengan


strategi peningkatan Indeks Kapasitas.

Seluruh kota/kabupaten di dalam Kota/Kabupaten Tangguh Bencana adalah kota/kabupaten yang


kawasan metropolitan memenuhi mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan bencana dan
indikator Kota Tangguh Bencana. memulihkan diri dari akibat bencana secara tepat waktu dan

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 68


-ASPEK PENATAAN RUANG DAN LINGKUNGAN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

efisien, sambil tetap mempertahankan struktur-struktur dan fungsi-


fungsi dasarnya. Kabupaten/kota yang tangguh mampu menahan
guncangan dan tekanan-tekanan dari ancaman bencana alam dan
ancaman terkait iklim.

Aspek Kota/Kabupaten Tangguh Bencana meliputi aspek legislasi,


perencanaan, kelembagaan, pendanaan, pengembagan kapasitas,
dan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Sistem peringatan dini multi- Pemerintah menyiapkan sistem peringatan dini multi-bencana
bencana tersedia dan berjalan. (sesuai dengan jenis ancaman bencana yang terdapat di kawasan
metropolitan) dan memastikan sistem tersebut dapat berjalan
dengan penerapan sistem yg terintegrasi antarlembaga ataupun
antarpihak-pihak terkait, didukung inovasi teknologi dan kearifan
lokal.

STANDAR PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN 69


-ASPEK EKONOMI -

ASPEK SOSIAL

KRITERIA 1 KESETARAAN PELAYANAN SOSIAL DASAR

1
VARIABEL 1 AKSES TERHADAP LAYANAN SOSIAL DASAR

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua penduduk mendapatkan Akses pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah akses terhadap
akses pada layanan kesehatan yang fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan tenaga
berkualitas. kesehatan yang dapat dicapai oleh masyarakat yang tidak terhalang
oleh keadaan geografis seperti lama perjalanan, jarak serta dapat
Semua penduduk mendapatkan
akses pada layanan pendidikan yang terjangkau secara ekonomi oleh seluruh lapisan masyarakat.
berkualitas dan mendapat
kesempatan belajar sepanjang hayat
yang merata. Akses pelayanan pendidikan yang dimaksud adalah akses terhadap
Semua penduduk mendapatkan fasilitas pendidikan formal maupun non formal termasuk pelayanan
pelayanan administrasi dan tata penunjang pendidiakan seperti perpustakaan dan museum yang
kelola kependudukan berbasis dapat dicapai oleh masyarakat yang tidak terhalang oleh keadaan
administrasi serta perlindungan geografis seperti lama perjalanan, jarak serta dapat terjangkau
sosial yang terintegrasi dengan secara ekonomi oleh seluruh lapisan masyarakat.
sistem nasional
-ASPEK SOSIAL -

-ASPEK SOSIAL -

KRITERIA 1 KESETARAAN PELAYANAN SOSIAL DASAR

VARIABEL 2 AKSES TERHADAP FASILITAS PENINGKATAN KAPASITAS DAN KOMPETENSI TENAGA KERJA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Setiap kota/kabupaten di dalam Fasilitas peningkatan keterampilan dan pendidikan tenaga kerja
kawasan metropolitan memiliki berupa Balai Latihan Kerja yang melayani kegiatan
fasilitas peningkatan keterampilan pelatihan keterampilan dan/atau pendalaman keahlian bagi
dan pendidikan tenaga kerja sesuai penduduk produktif (antara 15 sampai 64 tahun) yang memerlukan.
perkembangan informasi dan
teknologi terkini yang dapat diakses
oleh semua penduduk produktif.
-ASPEK SOSIAL -

KRITERIA 2 PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL

2
VARIABEL 1 PENDIDIKAN

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Seluruh jenjang pendidikan formal Kurikulum Muatan Lokal adalah kurikulum yang disusun berdasarkan


dan pendidikan informal memiliki kebutuhan daerah yang bahan kajian dan pelajarannya disesuaikan
muatan lokal tentang budaya, dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi serta
bahasa, pengetahuan, dan seni kebutuhan pembangunan, daerah yang diorganisasikan dalam mata
tradisional. pelajaran yang berdiri sendiri.

Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang di peroleh


secara teratur, sistematis, bertingkat atau berjenjang, dan dengan
mengikuti syarat-syarat yang jelas.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan


lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal
dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan.
-ASPEK SOSIAL -

KRITERIA 2 PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL

VARIABEL 2 LEMBAGA KEPEMUDAAN

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Terbentuk minimal 1 (satu) Organisasi kepemudaan adalah wadah pengembangan Apakah hanya lembaga kepemudaan
lembaga kepemudaan lokal skala potensi pemuda (UU No. 40 Tahun 2009 tentang
metropolitan yang turut serta Kepemudaan).
berperan mengembangkan ”skala metropolitan” itu seperti apakah?
potensi budaya, bahasa, Perlu adanya pendefinisian skala
pengetahuan dan seni metropolitan yang dimaksud.
tradisional.

Mungkin lebih baik apabila dihilangkan

Lembaga kepemudaan perlu melihat


kondisi demografi di masing – masing
daerah.
-ASPEK SOSIAL -

KRITERIA 3 PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETENTERAMAN PENDUDUK

3
VARIABEL 1 LINGKUNGAN AMAN DAN TENTERAM

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Setiap kota/kabupaten di dalam Pencegahan kejahatan adalah proses antisipasi, identifikasi dan
kawasan metropolitan memiliki estimasi risiko akan terjadinya kejahatan dan melakukan inisiasi
sistem pencegahan dan atau sejumlah tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi
penanggulangan kejahatan terpadu kemungkinan atas terjadinya aksi kejahatan. Pencegahan dapat
termasuk berbasis IT. dilakukan dengan cara mengintervensi akar penyebab; mencegah
kesempatan terjadinya kejahatan pada tempat dan waktu tertentu
melalui pengaturan, desain atau manipulasi lingkungan manusia
atau lingkungan fisik; memobilisasi penghuni lingkungan tempat
tinggal tertentu untuk mencegah kejahatan melalui pengendalian
sosial informal atau pembangunan (kapasitas) komunitas; inisiatif
untuk membantu pelanggar hukum berhenti dari perilaku jahatnya;
dan pemolisian proaktif, berorientasi pada komunitas, dan
berorientasi masalah. Sistem pencegahan kejahatan dilakukan
termasuk berbasis Teknologi Informasi Komunikasi, misalnya
melalui aplikasi tombol panik dan polisiku.
-ASPEK SOSIAL -

KRITERIA 3 PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETENTERAMAN PENDUDUK

VARIABEL 2 PENGURANGAN KERUGIAN SOSIAL EKONOMI AKIBAT BENCANA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Ancaman bencana tidak Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
menimbulkan korban (jiwa dan mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
materi) masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 Thn 2007 tentang
Penanggulangan Bencana).

Tingkat risiko bencana diperlihatkan dengan potensi dampak


negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana. Potensi
dampak negatif ini menggambarkan potensi jumlah jiwa, kerugian
harta benda, dan kerusakan lingkungan yang terpapar oleh potensi
bencana. Tingkat risiko bencana ditentukan berdasarkan parameter
ancaman, kerentanan, dan kapasitas terkait bencana. Dengan
faktor ancaman dan kerentanan yang relatif sama, maka
meningkatnya kapasitas menghadapi bencana dapat meminimalkan
potensi terjadinya dampak negatif bencana.
-ASPEK EKONOMI -

ASPEK EKONOMI

KRITERIA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

1
VARIABEL 1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS EKONOMI

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

PDB per kapita bertumbuh sesuai PDB perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di Bagaimana cara menghitung share ekonomi
dengan kondisi nasional. suatu negara, yang diperoleh dari hasil pembagian PDB negara (PDRB, produktivitas ekonomi, dll) dalam skala
dengan jumlah penduduk. PDB per kapita bertumbuh sesuai dengan metropolitan (begitu pula dengan IPM dan
pertumbuhan ekonomi nasional. Kawasan metropolitan sebagai indeks sosial lainnya)
pusat pertumbuhan ekonomi dikembangkan untuk dapat terus
meningkatkan kontribusinya terhadap PDB nasional.

Produktivitas tenaga kerja Produktivitas tenaga kerja adalah tingkat kemampuan tenaga kerja
bertumbuh dan menghasilkan nilai dalam menghasilkan produk yang dipengaruhi oleh kemampuan,
tambah ekonomi. sikap, situasi dan keadaan lingkungan, motivasi, upah, tingkat
pendidikan, dan penerapan teknologi. Tingkat produktivitas tenaga
kerja memberikan informasi gambaran kondisi dan kualitas tenaga
kerja serta sejauh mana kontribusi tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan produktivitas tenaga kerja diantaranya dilakukan


melalui ketersediaan akses pada peningkatan pengetahuan,
keahlian, dan kompetensi bagi seluruh usia produktif.
-ASPEK EKONOMI -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Produktivitas ekonomi regional Peningkatan produktivitas ekonomi difokuskan pada sektor ekonomi
berbasis potensi, inovasi, dan yang merupakan potensi, inovasi dan kreativitas lokal.
kreativitas lokal meningkat dan
memberikan kontribusi signifikan
pada pertumbuhan PDB nasional.
-ASPEK EKONOMI -

KRITERIA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

VARIABEL 2 TATA KELOLA EKONOMI DAERAH

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Setiap kota/kabupaten di dalam Indeks TKED terdiri atas variabel perizinan usaha, biaya transaksi,
kawasan metropolitan memiliki nilai akses lahan, interaksi pemda dan pelau usaha, program
Indeks Tata Kelola Ekonomi Daerah pengembangan usaha swasta, kapasitas dan integritas kepala
yang meningkat. daerah, infrastruktur daerah, keamanan dan resolusi konflik,
ketenagakerjaan, dan kualitas peraturan daerah.

Tata kelola ekonomi daerah semakin baik apabila nilai indeks TKED
semakin mendekati angka 100.

Metode pendataan dan pengukuran indeks tata kelola daerah dapat


mengacu pada metode yang digunakan oleh Komite Pemantauan
Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD).
-ASPEK EKONOMI -

KRITERIA 2 KESEMPATAN KERJA DAN PENGHIDUPAN

2
VARIABEL LAPANGAN KERJA LAYAK & PELUANG PENGHIDUPAN

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Usaha Mikro, Kecil dan Menegah Pengertian usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mengacu pada
(UMKM) bertumbuh dan memiliki kriteria yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
akses pada layanan keuangan
Lapangan kerja yang lebih terlindungi adalah lapangan kerja formal.
sehingga mampu menampung dan
Peluang penghidupan dari lapangan kerja formal terbuka bagi
menyediakan lapangan kerja yang
semua orang, terutama perempuan, difabel, penduduk asli dan
lebih terlindungi.
komunitas lokal, serta penduduk miskin dan rentan.
Lapangan kerja formal dan
Ketersediaan lapangan kerja dan peluang penghidupan layak sejalan
kewirausahaan bertambah dan
dengan peningkatan produktivitas ekonomi.
tingkat pengangguran usia produktif
menurun.
-ASPEK TATA KELOLA -

ASPEK TATA KELOLA

KRITERIA 1 KAPASITAS WARGA DAN PARTISIPASI

1
VARIABEL 1 PENINGKATAN KAPASITAS WARGA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Pengetahuan dan kesadaran Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup diukur terhadap 4
masyarakat terhadap lingkungan dimensi, yaitu dimensi pengelolaan air, transportasi pribadi,
perkotaan meningkat ditunjukkan pengelolaan energi, dan pengelolaan sampah.
dari nilai Indeks Perilaku
Nilai IPKLH yang semakin besar (mendekati 1) menunjukkan
Ketidakpedulian Lingkungan Hidup
semakin tingginya tingkat ketidakpedulian lingkungan di wilayah
yang menurun.
tersebut sedangkan semakin kecil nilai IPKLH (mendekati 0)
menunjukkan semakin rendah tingkat ketidakpedulian (semakin
peduli) lingkungan di wilayah tersebut.

Metode perhitungan dan perolehan data IPKLH mengacu pada


metode yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik.
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 1 KAPASITAS WARGA DAN PARTISIPASI

VARIABEL 2 PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Kegiatan perencanaan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


pelaksanaan pembangunan kawasan Daerah (Partisipasi Masyarakat) adalah peran serta Masyarakat
metropolitan dilakukan dengan untuk menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan kepentingannya dalam
partisipasi langsung masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan daerah (PP No. 45 Tahun 2017 ttg
swasta. Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah)
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 2 KERJA SAMA

2
VARIABEL 1 KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Pelaksanaan pembangunan yang Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) adalah kerja
dibiayai melalui pola KPBU sama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan
jumlahnya bertambah. Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber
daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko di
antara para pihak. (Perpres 38 Thn 2015 ttg KPBU).

Tahapan dan proses pembiayaan pembangunan di kawasan


metropolitan melalui pola KPBU mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 2 KERJA SAMA

VARIABEL 2 KERJA SAMA ANTARKOTA/KABUPATEN

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Terlembaganya sistem koordinasi Sistem koordinasi antarpemerintah harus diformalkan secara


antara Pemerintah dengan reguler, baik melalui pemanfaatan TIK, kegiatan rapat koordinasi,
pemerintah daerah kelompok kerja, atau lembaga pengelola metropolitan, mengacu
(provinsi/kabupaten/kota) dan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai
antarpemerintah kab/kota dalam pemerintahan daerah.
kawasan metropolitan untuk
perencanaan, pembangunan dan
pembiayaan pembangunan kawasan
metropolitan.

Sistem pembayaran imbal jasa Mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antardaerah
lingkungan dan ekosistem perkotaan merupakan salah satu instrumen ekonomi lingkungan hidup berupa
antarkab/kota dirumuskan dan perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi sementara
diberlakukan di dalam lingkup pengembangan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup
kawasan metropolitan termasuk dalam instrumen insentif/disinsentif (UU No. 32 Tahun
2009 ttg PPLH)

Mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antardaerah


adalah cara-cara kompensasi/imbal yang dilakukan oleh orang,
masyarakat, dan/atau pemerintah daerah sebagai pemanfaat jasa
lingkungan hidup kepada penyedia jasa lingkungan hidup.

Sementara pembayaran jasa lingkungan hidup adalah


pembayaran/imbal yang diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan
hidup kepada penyedia jasa lingkungan hidup.

Prinsipnya adalah bahwa siapa yang mendapatkan manfaat dari


-ASPEK TATA KELOLA -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

jasa lingkungan, harus membayar untuk keberlanjutan penyediaan


jasa lingkungan dan ekosistem, dan siapa yang menghasilkan jasa
tersebut harus dikompensasi. Dalam mekanisme imbal jasa
lingkungan, penyedia jasa lingkungan menerima pembayaran
tergantung dari kemampuan mereka menyediakan jasa lingkungan
dan ekosistem yang diinginkan atau melakukan suatu kegiatan
yang sifatnya dapat menghasilkan jasa lingkungan tersebut.
-ASPEK TATA KELOLA -

-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 3 KAPASITAS KETAHANAN BENCANA

3
VARIABEL 1 STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua kota/kabupaten di dalam Penyusunan Dokumen Strategi Pengurangan Risiko Bencana


kawasan metropolitan memiliki mengacu pada THE SENDAI FRAMEWORK FOR DISASTER RISK
Dokumen Strategi Pengurangan REDUCTION 2015-2030.
Risiko Bencana
Strategi pengurangan risiko bencana bertujuan meningkatkan
kapasitas pemangku kepentingan yang terlibat dalam PRB serta
memberdayakan masyarakat setempat melalui rencana
pengelolaan yang lebih baik. Berdasarkan strategi tersebut
dilakukan integrasi PRB ke dalam kebijakan pembangunan daerah
serta dalam perencanaan dan pemrograman kegiatan di semua
tingkat Pemerintahan.
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 3 KAPASITAS KETAHANAN BENCANA

VARIABEL 2 KAPASITAS MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Semua kota/kabupaten memiliki Kapasitas atau kemampuan masyarakat menghadapi bencana


program-program peningkatan adalah sumber daya, pengetahuan, ketrampilan, dan kekuatan yang
kapasitas masyarakat dalam dimiliki seseorang atau masyarakat yang memungkinkan mereka
menghadapi risiko bencana dan untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri, mencegah, dan
dampak perubahan iklim memitigasi, menanggulangi dampak buruk, atau dengan cepat
memulihkan diri dari bencana.

Tingkat kapasitas masyarakat adalah salah satu faktor yang dapat


mengurangi tingkat risiko bencana.
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 4 KELEMBAGAAN DAN KAPASITAS APARATUR

4
VARIABEL 1 PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR PEMERINTAH

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Aparatur pemerintah Program dan kegiatan peningkatan kapasitas bagi ASN dapat
kabupaten/kota secara berkala berupa pendidikan, pelatihan, kursus, seminar, workshop dll yang
mendapatkan program dan kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi ASN
peningkatan kapasitas kelembagaan dalam menjalankan tugas-tugasnya terutama yang berkaitan
dan aparatur pemerintah dalam dengan pengelolaan dan pengembangan kawasan metropolitan.
perencanaan, pembiayaan,
pembangunan dan pengelolaan
perkotaan secara umum dan
kawasan metropolitan secara
khusus.
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 4 KELEMBAGAAN DAN KAPASITAS APARATUR

VARIABEL 2 LEMBAGA KOORDINASI DAN KERJA SAMA

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Terbentuk lembaga koordinasi dan Diperlukan lembaga koordinasi dan kerja sama setingkat
kerja sama antarpemerintah metropolitan yang memiliki kewenangan mengelola kawasan
setingkat metropolitan yang metropolitan dan mewakili seluruh stakeholder yang
fungsional dan terpadu. berkepentingan terhadap kawasan metropolitan dari tingkat
nasional hingga kabupaten/kota.

Pembentukan lembaga ini membutuhkan dukungan regulasi secara


nasional.
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 5 KERANGKA REGULASI DAN PENEGAKAN HUKUM

5
VARIABEL 1 KERANGKA KEBIJAKAN DAN REGULASI

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Penyusunan kebijakan dan Kebijakan pengembangan metropolitan serta perencanaan kawasan Apakah ada statement yang mendukung
perencanaan metropolitan dilakukan metropolitan dilakukan dengan memperhitungkan proyeksi pernyataan daya tampung dan daya dukung?
terintegrasi dengan proyeksi penduduk dan kebutuhan sumber daya sehingga tidak melebihi
Harus ada pendefinisian terhadap daya
populasi dan kebutuhan sumber daya dukung dan daya tampung kawasan.
dukung dan daya tampung yang dimaksud
daya.
dalam standar ini.

Regulasi mengenai perencanaan, Regulasi yang mengatur pengembangan kawasan metropolitan


pembangunan, pembiayaan dan adalah regulasi yang harmonis dan selaras dengan regulasi di
pengelolaan kawasan metropolitan tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten/kota
tersedia dalam kerangka yang
terpadu dengan regulasi nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota.
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 5 KERANGKA REGULASI DAN PENEGAKAN HUKUM

VARIABEL 2 PENEGAKAN HUKUM

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Penegakan hukum yang berkeadilan Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau
sesuai dengan peraturan perundang- berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
undangan yang berlaku mengalami pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam
peningkatan. kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum
memperhatikan tiga unsur, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan,
dan keadilan .
-ASPEK TATA KELOLA -

KRITERIA 6 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PEMERINTAHAN (E-


GOVERNMENT)

6 VARIABEL 1 PEMANFAATAN TIK

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Perencanaan, pembiayaan, Pengembangan kawasan metropolitan meliputi perencanaan,


pembangunan dan pengelolaan pembiayaan, pembangunan dan pengelolaannya dilakukan dengan
kawasan metropolitan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang memenuhi
memanfaatkan teknologi informasi prinsip transparansi dan keterbukaan informasi.
dan komunikasi dan dapat diakses
oleh publik.

KRITERIA 6 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PEMERINTAHAN (E-


GOVERNMENT)

VARIABEL 2 PENGELOLAAN DATA


-ASPEK TATA KELOLA -

KOMPONEN -

SUB KOMPONEN -

STANDAR PENGEMBANGAN MASUKAN


DEFINISI OPERASIONAL/PENJELASAN
KAWASAN METROPOLITAN

Data dalam skala kawasan Data kawasan metropolitan adalah data berbasis kecamatan yang
metropolitan (Statistical diperbaharui secara berkala oleh lembaga yang berwenang serta
Metropolitan Area) tersedia dan transparan dan terbuka bagi publik, baik secara online maupun
diperbaharui secara berkala serta offline.
dapat diakses oleh publik.

Anda mungkin juga menyukai