Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa
dalam sistem penyelenggaraan tata ruang, terdapat empat aspek yang dilakukan yaitu aspek
pengaturan tata ruang, pembinaan tata ruang, pelaksanaan penataan ruang dan pengawasan
penataan ruang. Di dalam aspek pelaksanaan penataan ruang meliputi tiga kegiatan yang
dilaksanakan yaitu perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Penyusunan Peraturan Zonasi didasarkan pada Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
kabupaten/kota dan Rencana Tata Ruang (RTR) kawasan strategis kabupaten/kota serta
berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Peraturan Zonasi,
berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan
ruang, ketentuan amplop ruang (KDH, KDB, KLB, GSB), ketentuan penyediaan sarana dan
prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan, seperti misalnya keselamatan penerbangan,
pembangunan pemancar alat komunikasi, pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi, dan
lain-lain. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya ditentukan dalam rencana rinci tata ruang.
Saat ini Pemerintah Kabupaten OKU Timur telah memiliki dokumen RDTR (Rencana Detail Tata
Ruang) Kawasan Strategis Perkotaan Gumawang. Namun rencana detail tersebut belum secara
eksplisit memuat Rencana Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) terhadap blok-blok
pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan. Untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 dan untuk lebih mengoperasionalkan RDTR Kawasan Strategis Perkotaan
Gumawang yang telah disusun tersebut, maka Pemerintah Kabupaten OKU Timur merasa
perlu untuk menyusun Peraturan Zonasi (PZ) Kawasan Strategis Perkotaan Gumawang.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang pada kecamatan tersebut
yaitu dengan melakukan review RDTR Kawasan Strategis Perkotaan Gumawang dan menyusun
Peraturan Zonasi (PZ) Kawasan Strategis Perkotaan Gumawang yang muatan materi dan
peraturan zonasinya akan mengacu pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi.
Tabel 1 Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
No Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Desa Kelurahan Dusun
1 Martapura Martapura 9 7 67
2 Bunga Mayang Negeri Ratu 8 - 34
3 Jayapura Bunga Mayang 8 - 35
4 Buay Pemuka Peliung Pulau Negara 13 - 62
5 Buay Madang Kurungan Nyawa 17 - 78
6 Buay Madang Timur Karang Tengah 33 - 125
7 Buay Pemuka Bangsa Raja Muncak Kabau 7 - 32
8 Madang Suku II Kota Negara 27 - 81
9 Madang Suku III Batumarta VI 15 - 100
10 Madang Suku I Rasuan 13 - 88
11 Belitang Madang Raya Tugu Mulyo 17 - 77
12 Belitang Gumawang 24 - 89
13 Belitang Jaya Karsa Jaya 17 - 56
14 Belitang III Nusa Bakti 20 - 65
15 Belitang II Sumber Jaya 27 - 97
16 Belitang Mulya Petanggan 12 - 40
17 Semendawai Suku III Sri Wangi 19 - 66
18 Semendawai Timur Burnai Mulya 21 - 92
19 Cempaka Cempaka 13 - 70
20 Semendawai Barat Betung 13 - 49
Sumber: Kabupaten OKU Timur Dalam Angka, 2019
Ogan Komering Ulu Timur secara geografis terletak di 103o40' - 104o33' Bujur Timur, dan 3o45'
dan 4o55' Lintang Selatan. Wilayah Provinsi Ogan Komering Ulu Timur, adalah berupa daratan
seluas 337.000 Ha atau 3.370 Km2.
• Sebelah utara : Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan
• Sebelah timur : Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan
• Sebelah selatan : Kabupaten OKU Selatan dan Provinsi Lampung
• Sebelah barat : Kabupaten OKU
Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten OKU Timur
No Kecamatan Luas (km2) Persentase
1 Martapura 102,16 3,03
2 Bunga Mayang 113,54 3,37
3 Jayapura 230,17 6,83
4 Buay Pemuka Peliung 154,13 4,57
5 Buay Madang 114,36 3,39
6 Buay Madang Timur 156,25 4,64
7 Buay Pemuka Bangsa Raja 192,95 5,73
8 Madang Suku II 129,34 3,84
9 Madang Suku III 195,32 5,80
10 Madang Suku I 211,25 6,27
11 Belitang Madang Raya 163,59 4,85
12 Belitang 354,5 10,52
13 Belitang Jaya 91,97 2,73
14 Belitang III 153,87 4,57
15 Belitang II 153,59 4,56
16 Belitang Mulya 45,97 1,36
17 Semendawai Suku III 297,77 8,84
18 Semendawai Timur 183,27 5,44
19 Cempaka 101 3,00
20 Semendawai Barat 225 6,68
Kabupaten OKU Timur 3370 100
Sumber: Kabupaten OKU Timur Dalam Angka, 2019
Isu Strategis
2. Bagian pusat pemerintahan Kawasan Strategis Perkotaan Gumawang (Sub BWP 2) yang
terdiri dari Desa Tugu Harum dikembangkan sebagai:
• Pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;
• Pertokoan;
• Pusat Pelayanan Pendidikan (Sekolah Menengah Atas Negeri, Sekolah Menengah
Kejuruan, dan Perguruan Tinggi);
• Taman kota;
• Pertanian;
• perkebunan
• Kawasan permukiman baru;
3. Bagian Pusat Kesehatan dan Transportasi (Sub BWP 3) Desa Rantau Jayaakan
dikembangkan dengan fungsi:
• Sub Pusat Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten OKU
Timur);
• Hotel/penginapan;
• Pusat Distribusi dan Koleksi Barang dan Jasa
• Pertokoan;
• Pertanian;
• Perkebunan;
• Perumahan;
4. Bagian pusat pelayanan lokal (Sub BWP 4) terdiri dari Desa Tulus Ayu dan Desa Joso
Winangun kedepannya akan dikembangkan dengan fungsi:
• Perdagangan skala lokal;
• Pengembangan kawasan permukiman;
• Pertanian;
• Perkebunan.
5. Bagian pusat pelayanan lokal (Sub BWP 5) terdiri dari Desa Jati Mulyo dan Desa
Tugumulyo :
• Perdagangan skala lokal;
• Pengembangan kawasan permukiman;
• Fasilitas kesehatan;
• Fasilitas pendidikan;
• Fasilitas peribadatan;
Tujuan penataan Sub BWP adalah untuk mengakomodir semua potensi dan fungsi
pengembangan kawasan Kawasan Strategis Perkotaan Gumawang. Kawasan Strategis
Perkotaan Gumawang diarahkan pada pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, serta
permukiman. Pengembangan yang akan dilakukan tersebut akan tetap mempertahankan
fungsi lahan pertanian yang ada. Berdasarkan kondisi potensial dan permasalahan Kawasan
Strategis Perkotaan Gumawang tersebut, maka ditetapkan tujuan penataan ruang yang ingin
dicapai yaitu
Kebutuhan listrik di Kawasan Strategis Perkotaan Gumawang pada tahun 2039 adalah
sebesar 18,58 MW dan membutuhkan gardu listrik sebanyak 93 unit.
3) RTH Kelurahan
Taman ini dapat berupa taman aktif, dengan fasilitas utama lapangan olahraga
(serbaguna), dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif,
dimana aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat pasif, misalnya duduk
atau bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan pohon-pohon
tahunan
4) RTH RW
RTH Rukun Warga (RW) dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan remaja,
kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan sosial lainnya di lingkungan RW
tersebut.
Kebutuhan ruang terbuka hijau di Kawasan Strategis Perkotaan Gumawang pada tahun
2039 membutuhan lahan seluas 9,1 hektar. Pada arahan pola ruang Kawasan Strategis
Perkotaan Gumawang ditetapkan luasan zona ruang terbuka hijau seluas 14,5 hektar.
Luas tersebut dapat menampung kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah
penduduk selama 20 tahun yang akan datang.
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Tujuan penetapan
zona sarana pelayanan umum untuk:
• Menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan pendidikan, kesehatan,
peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya dalam
upaya memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan jumlah penduduk
yang dilayani dan skala pelayanan fasilitas yang akan dikembangkan;
• Menentukan pusat-pusat pelayanan lingkungan sesuai dengan skala
pelayanan sebagaimana tertuang di dalam RTRW Kabupaten Ogan Komering
Ulu Timur; dan
• Mengatur hierarki pusat-pusat pelayanan sesuai dengan RTRW Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur.
d) Zona Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Tujuan penetapan:
• Menyediakan ruang bagi kegiatan-kegiatan produksi suatu barang yang
mempunyai nilai lebih untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan yang berkaitan dengan lapangan kerja
perekonomian lainnya; dan
• Memberikan kemudahan pertumbuhan industri baru dengan mengendalikan
pemanfaatan ruang lainnya, untuk menjaga keserasian lingkungan sehingga
mobilitas antar ruang tetap terjamin serta terkendalinya kualitas lingkungan.
e) Zona Perkantoran
f) Zona Pertanian
Peraturan Zonasi
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang
dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. RDTR dan PZ berfungsi sebagai:
1. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
2. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air right
development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah;
3. acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
4. acuan dalam pengenaan sanksi; dan
5. rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi
investasi.
Peraturan Zonasi bermanfaat dalam:
1. Menjamin dan menjaga kualitas lokal minimum yang ditetapkan;
1. Materi Wajib
a. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Ruang
Ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang merupakan aturan kegiatan pada setiap
zona. Ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang bertujuan untuk: Menjamin
kesesuaian antara kegiatan pemanfaatan ruang dengan penggunaan ruang atau jenis
zona yang direncanakan; Meminimalkan dampak negatif yang kurang sesuai dengan
tujuan penetapan zona; Mendorong penggunaan ruang yang sejalan dengan tujuan
penetapan zona.
Ketentuan teknis zonasi terdiri atas :
• Klasifikasi I = pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I memiliki sifat
sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Pemerintah kota tidak
dapat melakukan peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain terhadap
kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I.
• Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan
penggunaan lahan dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk pembatasan waktu
beroperasinya suatu kegiatan di dalam subzona maupun pembatasan
jangka waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang diusulkan;
2) Pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, maupun
ketinggian bangunan. Pembatasan ini dilakukan dengan menurunkan
nilai maksimal dan meninggikan nilai minimal dari intensitas ruang dalam
peraturan zonasi;
3) Pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah
ada, mampu melayani kebutuhan, dan belum memerlukan tambahan,
maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diizinkan atau diizinkan terbatas
dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
• Klasifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu
Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas
suatu kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan
tertentu yang dapat berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus.
e. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan terdiri atas :
1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang merupakan ketentuan yang
memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu
dengan tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam
peraturan zonasi. Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika
pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of
development rights (TDR) dan air right development yang dapat diatur lebih
lanjut dalam RTBL.
2) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif yang merupakan ketentuan yang
memberikan insentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan
rencana tata ruang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, serta
yang memberikan disinsentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak negatif bagi
masyarakat. Insentif dapat berbentuk kemudahan perizinan, keringanan pajak,
kompensasi, imbalan, subsidi prasarana, pengalihan hak membangun, dan
ketentuan teknis lainnya. Sedangkan disinsentif dapat berbentuk antara lain
pengetatan persyaratan, pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi,
pengenaan denda, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, atau
kewajiban untuk penyediaan prasarana dan sarana kawasan.
3) Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan
peraturan zonasi. Ketentuan ini berlaku untuk pemanfaatan ruang yang
izinnya diterbitkan sebelum penetapan RDTR/peraturan zonasi, dan dapat
dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar.
2. MATERI PILIHAN
a. Ketentuan Tambahan
Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada suatu zona
untuk melengkapi aturan dasar yang sudah ditetapkan. Ketentuan tambahan berfungsi
memberikan aturan pada kondisi yang spesifik pada zona tertentu dan belum diatur
dalam ketentuan dasar.
b. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki
fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta khusus
yang memiliki pertampalan (overlay) dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Komponen ketentuan khusus antara lain meliputi :
1) Zona keselamatan operasi penerbangan (KKOP);
2) Zona cagar budaya atau adat;
3) Zona rawan bencana;
4) Zona pertahanan keamanan (Hankam);
5) Zona pusat penelitian;
6) Zona pengembangan nuklir;
7) Zona Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU);
8) Zona gardu induk listrik;
9) Zona sumber air baku; dan
10) Zona BTS.
Ketentuan mengenai penerapan aturan khusus pada zona-zona khusus di atas
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
c. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku serta berisi panduan
yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Standar teknis yang
digunakan dalam penyusunan RDTR mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI),
antara lain SNI Nomor 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan Lingkungan dan/atau standar lain. Tujuan standar teknis
adalah memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang
diberlakukan di setiap zona.