Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Definisi & Tanda Gejala
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah 5
tahun terutama di negara yang sedang berkembang. Kematian balita di Indonesia yang
disebabkan penyakit respiratori terutama adalah pneumonia (Efni Yulia., et al, 2016).
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan
pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang
menyebabkan pneumonia adalah adenoviruses, rhinovirus, influenza virus, respiratory
syncytial virus (RSV) dan para influenza virus (Anwar Athena & Dharmayanti Ika,
2014). Pneumonia pada anak balita seringkali bersamaan dengan terjadinya proses
infeksi akut pada bronkus yang disebut bronchopneumonia (Rasyid Zulmeliza, 2013).
Gejala penyakit pneumonia ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena paru
meradang secara mendadak. Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan sebanyak 60
kali per menit atau lebih pada umur balita < 2 bulan, 50 kali per menit atau lebih pada
anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada
anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun (Rasyid Zulmeliza, 2013). Selain itu,
gambaran klinis pneumonia ditandai dengan demam, takipnu, usaha napas meningkat,
disertai tarikan otot-otot dinding dada, disertai napas cuping hidung. Pada infeksi yang
berat dapat dijumpai sianosis dan gagal napas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki
dan mengi (Nurjannah, et al. 2012).
Pada umumnya, pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau bersin. Untuk
selanjutnya, kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses
inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung, yaitu percikan
droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, dan berbicara langsung
terhirup oleh orang di sekitar penderita, atau memegang dan menggunakan benda yang
telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita (Anwar Athena & Dharmayanti Ika,
2014).

1.2 Patofisiologi
Pneumonia adalah invasi saluran pernapasan bagian bawah, di bawah laring oleh
patogen baik melalui inhalasi, aspirasi, invasi epitel pernapasan, atau penyebaran
hematogen. Ada hambatan infeksi yang meliputi struktur anatomi (rambut hidung,
turbinat, epiglotis, silia), imunitas humoral dan seluler. Setelah hambatan ini dilewati,
terjadi infeksi, baik oleh penyebaran fomite / droplet (kebanyakan virus) atau kolonisasi
nasofaring (sebagian besar bakteri), menghasilkan peradangan dan cedera atau kematian
epitel dan alveoli di sekitarnya. Ini pada akhirnya disertai dengan migrasi sel-sel
inflamasi ke tempat infeksi, menyebabkan proses eksudatif, yang pada gilirannya
mengganggu oksigenasi. Dalam sebagian besar kasus, mikroba tidak teridentifikasi, dan
penyebab paling umum adalah etiologi virus (Ebeledike C & Ahmad T, 2020).
Ada empat tahap lobar pneumonia. Tahap pertama terjadi dalam 24 jam dan
ditandai oleh edema alveolar dan kongesti vaskular. Terdapat kakteri dan neutrofil. Red
hepatization adalah tahap kedua, dan memiliki konsistensi hati. Tahap ini ditandai oleh
neutrofil, sel darah merah, dan sel epitel yang dideklamasi. Deposit fibrin dalam alveoli
sering terjadi. Tahap ketiga gray hepatization terjadi 2-3 hari kemudian, dan paru-paru
tampak coklat gelap. Ada akumulasi hemosiderin dan hemolisis sel darah merah. Tahap
keempat adalah tahap resolusi, di mana infiltrasi seluler diserap, dan arsitektur paru
dipulihkan. Jika penyembuhan tidak ideal, maka itu dapat menyebabkan
parapneumonic effusions dan pleural adhesions. Pada bronkopneumonia, sering ada
potongan konsolidasi satu atau lebih lobus. Infiltrat neutrofilik terutama di sekitar pusat
bronkus (Ebeledike C & Ahmad T, 2020).

1.3 Epidemiologi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, dari tahun
ke tahun pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian bayi dan anak
balita di Indonesia. Penyakit pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah
diare (15,5% diantara semua balita) dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar
setiap tahunnya di fasilitas kesehatan. Prevalensi pneumonia balita di Indonesia
meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007 (Kemenkes RI,
2010). Pada Profil Kesehatan Republik Indonesia data tahun 2017 didapatkan angka
insiden pneumonia di Indonesia sebesar 20,54 per 1000 balita. Jumlah kasus pneumonia
balita di Indonesia pada tahun 2013 hingga 2017 mengalami kenaikan dan penurunan.
Pada tahun 2013 ditemukan kasus pneumonia balita sebanyak 571.547 kasus. Kasus
tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2014 menjadi 657.490 kasus. Penurunan angka
kasus terjadi pada tahun 2015 dengan besaran 554.650 kasus. Namun, pada tahun 2016
kembali mengalami kenaikan hingga sebanyak 568.146 kasus dan menurun pada tahun
2017 sebesar 511.434 kasus (Sari, 2019).
Pada Provinsi Bali, prevalensi pneumonia bayi (< 1 tahun) mencapai 12,9% dan
anak balita (1-4 tahun) mencapai 13,2%, dengan menduduki prevalensi tertinggi kedua
di seluruh Indonesia setelah Provinsi Gorontalo (Kemenkes RI, 2010)
BAB II
ISI
2.1 Algoritma HOAC 2
Collect Initial Data

Anak laki-laki berusia 4 tahun mengeluhkan sesak nafas,


demam, batuk, mual, nafas cuping hidung dan terdapat
sputum. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada & perut
karena merasa sesak dan nyeri pada bagian bahu bagian atas,
sebelumnya pasien jajan sembarangan, pasien tidak memiliki
riwayat imunisasi lengkap dan tidak mendapatkan ASI
waktu balita (Nurjamah, et al., 2012.)

Patient Identified Problems List

Tidak bisa beraktivitas seperti biasa karena mengalami sesak


nafas, batuk dan terdapat sputum.

Formulate Examination Strategy

 Vital Sign
 Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Konsultasi dokter
Aulkultasi)
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Fungsi Gerak
 Melakukan Pengukuran ( Scala nyeri dan
Kemampuan respirasi)

Conduct The Examination And Analyze The Data

 Vital sign:
o HR : Takikardi
o BP : Normal
o RR : Takipnea
o Temperature : Hipertermi
o Kesadaran : Composmentis
Conduct The Examination And Analyze The Data

 Inspeksi:
o Inspeksi Statis: bentuk dada retraksi, wajah pucat.
o Inspeksi Dinamis: Pasien terlihat sesak, nafas pendek
 Palpasi: Denyut nadi terirama beraturan namun terjadi peningkatan, badan terasa panas, spasme otot
perut dan tenderness pada bahu.
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : Crackles (Ronki basah pada paru)
 SkalaBorg (sesak nafas) : 4 (agak berat)
 Skala Borg (aktivitas fisik) : 13
- Pemeriksaan expansi thorax (untuk menilai kedalaman dan kualitas pergerakan dari setiap sisi dada)
 Pemeriksaan auskultasi : Ronki dan Mengi
 Pemeriksaan Spirometri : 75% (Sedang)
 Scala nyeri WBR : 4 (agak mengganggu)
 Pemeriksaan Penunjang :
o Rontgen : Infiltrat pada paru
o Laboratorium : Leukosit meningkat

Non-Patient Identified Problems

Existing Problems Anticipated Problems

 Pasien mengalami dyspnea  Terdapat perubahan postur tubuh ataupun


 Dada retraksi sangkar thorax
 Penurunan ventilasi paru  Terjadi penurunan ventilasi yang berat
 Terdapat nyeri akibat sesak dan spasme  Terjadi sianosis pada tubuh
pada otot bantu nafas  Empiema
 Auskultasi terdapat crackles (ronki)
 Perkusi redup
Occur Unless Intervention
 Kelainan postur tubuh seperti
barrel chest
Hypotesis  Penurunan kebugaran
Pneumonia  Hipertensi
 Pink Puffer/Blue Bloater

Refine Problems List

Establish Goals

Anticipated Problems
Existing Problems  Mencegah kelainan postur tubuh
 Mencegah inaktivitas sehingga mengalami
 Meningkatkan kapasitas/ventilasi paru penurunan V02Max
 Mengurangi Sputum  Mencegah iskemia jaringan yang
 Merileksasikan otot yang mengalami menyebabkan pink puffer atau blue blotter
spasme  Mencegah terjadinya empiema

Establish Testing Criteria Establish Predictive Criteria

 Terjadi peningkatan kemampuan  Ekspansi thorax


spirometri dan ekspansi thorax  6 MWT normal
 Tidak terdapat crackles (ronki) pada  Pulse Oximetry
auskultasi  Inspeksi tidak terdapat kebiruan pada
 Scala WBS terjadi penurunan tubuh (sianosis)
 Hasil radiologi dan laboratorium  Pemeriksaan Lab. Normal
negatif  Pemeriksaan radiologi & CT Scan

Konsultasi
Konsultasi dokter
dokter Status Problems & Goals

 Spirometri paru normal


 Ekspansi thorax normal
 Scala NRS (0)
 6 MWT (Normal)
 Radiologi & lab. normal
 Sputum (-)
Intervention strategy
 Planning jangka pendek
a. Mengatasi sesak nafas
b. Spasme otot berkurang
c. Sputum berkurang/hilang
d. Meningkatkan saturasi oksigen
 Planning jangka panjang
a. ADL kembali normal
b. Postur terkoreksi
c. Meningkatkan volume kapasitas paru
d. Edukasi dan home program

Tactic

 Melatih kemampuan otot pernafasan


dan pengaturan nafas
 Mengeluarkan sputum
 Merileksasikan otot yang spasme

2.2 Diagnosa ICF


A. Functioning and Disability : Chapter 4 Functions and Structure of the
cardiovascular, hematological, immunological and respiratory systems
1. Body Function :
 b280 Sensation of pain :b28011 Pain in chest, b28012 Pain in
stomach
 b410 Heart Function, b4100 Heart rate
 Functions of the respiratory system (b440-b449) : b440 Respiration
functions, b4400 Respiration rate
 Additional functions and sensations of the cardiovascular and
respiratory systems (b450-b469) : b450 Additional respiratory
functions, b455 Exercise tolerance functions, b4552 Fatigability,
b460 Sensations associated with cardiovascular and respiratory
functions,
2. Body structure :
 s430 Structure of respiratory system: s4301 Lungs, s43011 Alveoli,
s4303 Muscles of respiration
3. Activity limitation :
 d4500 Walking short distance
 d455 Moving around
4. Participation Restriction :
 d815 Preschool education
 d910 Community life
 d920 Recreation and leisure
B. Contectual Factor
1. Environmental Factor
 e2600 Air quality
 e310 Immediate Family
2. Personal Factor berhubungan dengan usia yaitu sering dijumpai pada
bayi atau anak dibawah umur 5 tahun , jenis kelamin, status sosial,
pengalaman hidup dan lain sebagainya yang tidak diklasifikasikan dalam
ICF (ICF, 2001).
2.3 Protokol Intervensi
Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence
Breathing Exercise Tujuan : Latihan dilakukan Azizah,
(Pursed Lips Breathing) Meningkatkan tekanan selama 10 menit Nataliswati,
parsial oksiigen dalam sebanyak 2 kali (pagi Anantasari,
arteri, yang dan sore). Pengaruh latiha
menyebabkan breathing
penurunan tekanan perubahan R
terhadap kebutuhan pneumonia
oksigen dalam proses Lawang. Jurna
metabolisme tubuh, Kebidanan (Jou
sehingga menyebabkan and Midwife
penurunan sesak pp.188-194.
Prosedur :
Menginstruksikan anak
untuk bernapas dalam
melalui hidung, bahu
rileks, dada atas tenang,
perut sedikit naik,
kemudian instruksikan
anak untuk
menghembuskan napas
perlahan melalui mulut.
Chest Tujuan : Chest physioterapy Chaves, G.S., F
Physiotherapy Untuk mengeluarkan dilakukan sekitar 20 Santino, T.A.
(Conventional cairan sputum atau menit dan termasuk P.A.M., Frego
technique) mukus yang berlebihan postural drainage, and Mendonca,
di dalam bronkus yang vibration, perkusi, Chest physio
Hal – hal yang perlu tidak dapat dikeluarkan hufffing, coughing, dan pneumonia in
diperhatikan : Postural oleh silia normal dan Thoracic squeezing. Cochrane Da
- Dalam drainage batuk. dan dilakukan sebelum Systematic Revi
memberikan Prosedur : makan pagi dan malam
fisioterapi pada memposisikan anak atau 1 – 2 jam sesudah
anak harus diingat
dengan bantuan makan
keadaan anatomi
dan fisiologi pada gravitasi untuk
anak seperti pada memobilisasi sekresi
bayi yang belum menuju bronkus utama. -
mempunyai Vibration Tujuan :
mekanisme batuk Untuk melonggarkan
yang baik sehingga dan mengeluarkan
mereka tidak dapat sekresi jalan napas.
membersihkan
jalan nafas secara Prosedur :
sempurna. Gerakan getaran yang
- Fisioterapis harus dilakukan dengan
mendapatkan
menggunakan ujung
kepercayaan dari
anak-anak, karena jari-jari atau seluruh
anak-anak tersebut permukaan telapak
sering tidak tangan, dengan gerakan
koperatif. getaran tangan secara
halus dan gerakannya
Indikasi : sedapat mungkin
- Profilaksis untuk ditimbulkan pada
mencegah pergelangan tangan
penumpukan
yang diakibatkan oleh
sekret yaitu pada
pasien yang kontraksi otot – otot
memakai lengan atas dan bawah
ventilator, Tujuan :
melakukan tirah Untuk menggerakkan
baring lama, sekresi paru.
produksi sputum Prosedur :
meningkat seperti Menepuk dinding dada
pada fibrosis
dengan tangan
kistik atau
bronkiektasis dan ditelungkupkan atau tiga
Perkusi
batuk yang tidak jari dengan jari tengah
efektif. yang dirangkai. ketuk
- Mobilisasi sekret berulang kali dengan
tertahan yaitu kecepatan tiga per detik
pada pasien
pada bagian segmen
dengan atelektasis
yang disebabkan bronkopulmoner yang
oleh sekret, abses perlu dikeringkan.
paru, pneumonia, Tujuan :
pre dan post Membantu pengeluaran
operatif dan sekret atau sputum.
pasien neurologi Huffing Prosedur :
dengan Ekspirasi cepat pada
kelemahan umum
volume tinggi yang
dan gangguan
menelan atau dilakukan oleh pasien.
batuk. Coughin Tujuan :
g Untuk mengeluarkan
Kontra indikasi dahak dan menjaga paru
mutlak : – paru agar tetap bersih
kegagalan jantung, Prosedur :
anak dapat diminta
batuk. Pada anak-anak
yang tidak kooperatif,
stimulasi atau gelitik
trakea dapat dilakukan
dengan meletakkan jari
telunjuk atau ibu jari
pada sisi anterior leher
terhadap trakea tepat di
atas takhta sternum
dengan tekanan lembut
ke dalam dalam pola
melingkar saat anak
mulai menghembuskan
napas.
Tujuan :
Metode ini menstimulasi
status asmatikus, mekanisme batuk
renjatan dan normal melalui
perdarahan masif, peningkatan tekanan
tension intrathoracic.
pneumotoraks, Prosedur :
haemoptosis, Teknik ini, tidak
Thoracic
gangguan sistem memerlukan peralatan
squeezin
kardiovaskuler khusus, digunakan
g secara eksklusif untuk
seperti hipotensi,
hipertensi, infark thorax. Tangan
diletakkan di sepertiga
miokard, akut infark
bagian bawah thorax.
dan aritmia, edema Terapis kemudian
paru, efusi pleura memberikan tekanan
yang luas. untuk meningkatkan
volume ekspirasi paksa
Kontra indikasi (FEV) sebesar 30%.
Thoracic expansion exercise Tujuan : Langkah ini diulangi Mahfudzoh,
Efektif dalam sebanyak 3 – 5 kali oleh Herawati,
memperbaiki ventilasi pasien, jika pasien
Penatalaksanaa
alveoli untuk merasa napasnya lebih
memperbaiki pertukaran ringan, pasien dibimbing Fisioterapi P
gas tanpa meningkatkan untuk mengulangi Pneumonia D
kerja pernapasan, kembali dari kontrol
Surakarta
mengatur frekuensi dan pernapasan awal.
pola napas sehingga dissertation,
dapat mengurangi air Muhammadiyah
tapping, mengurangi
spasme otot, nyeri dada,
dan sesak napas dan
dapat memperbaiki
sangkar thoraks.
Prosedur :
Latihan mobilisasi dada
merupakan latihan yang
menggabungkan
gerakan aktif dari batang
tubuh atau ekstremitas
dengan breathing.
Langkah untuk
melakukan TEE yaitu
anak dalam posisi
duduk, anak kemudian
dibimbing untuk
menarik napas dalam
secara perlahan lalu
menghembuskannya
secara perlahan hingga
udara dalam paru-paru
terasa kosong.
Infrared Tujuan : Waktu yang dibutuhkan Mahfudzoh,
Memberikan rileksasi untuk penggunaan Herawati,
pada otot-otot infrared sama antara
Penatalaksanaa
pernapasan, dengan anak – anak dan dewasa
adanya rileksasi pada yaitu sekitar 10 – 30 Fisioterapi P
otot- otot tersebut maka menit. Pneumonia D
nyeri akibat spasme
Surakarta
otot berkurang.
Prosedur : dissertation,
Pada penggunaan lampu Muhammadiyah
non luminous infrared di
letakkan dengan jarak
lampu yang digunakan
adalah antara 45 – 60
cm, sinar diusahakan
tegak lurus dengan
daerah yang diobati
yaitu area otot – otot
pernapasan. Pada
penggunaan lampu
luminous jarak lampu
antara 35 – 45 cm, sinar
diusahakan tegak lurus
dengan daerah yang
diobati yaitu otot – otot
pernapasan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Home Program


1 Breathing Exercise  adalah suatu metode pernafasan untuk meningkatkan
kinerja organ paru-paru. Pernafasan yang baik dan teratur dapat menstabilkan
tekanan darah dan memperbaiki respirasi (Hermansyah dkk., 2015). Prosedur
melakukan latihan pernapasan yaitu dengan menginstruksikan anak untuk
bernapas dalam melalui hidung, bahu rileks, dada atas tenang, perut sedikit naik.
Kemudian instruksikan anak untuk menghembuskan napas perlahan melalui
mulut. Lakukan latihan ini sebanyak tiga atau empat kali lalu beristirahat (Kisner &
Colby, 2007).

2 Thoracic Expansion Exercise  Mobilisasi sangkar thoraks adalah salah


satu dari banyak teknik dan sangat penting dalam fisioterapi dada
konvensional untuk meningkatkan mobilitas dinding dada dan
meningkatkan fungsi pernapasan. Baik mobilisasi dada pasif atau aktif
dapat membantu meningkatkan mobilisasi dinding dada, fleksibilitas, dan
kemampuan dada. Konsep dari teknik ini dengan meningkatkan panjang
otot interkostal dan membantu melakukan kontraksi otot yang efektif
(Leelarungrayub, 2012). Latihan mobilisasi dada merupakan latihan yang
menggabungkan gerakan aktif dari batang tubuh atau ekstremitas dengan
breathing. Digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan
mobilitas dinding dada, batang tubuh, dan bahu yang mempengaruhi
ventilasi atau postur (Kisner & Colby, 2007). Langkah untuk melakukan
TEE yaitu anak dalam posisi duduk, anak kemudian dibimbing untuk menarik
napas dalam secara perlahan lalu menghembuskannya secara perlahan hingga
udara dalam paru-paru terasa kosong. Langkah ini diulangi sebanyak 3 – 5 kali
oleh pasien, jika pasien merasa napasnya lebih ringan, pasien dibimbing untuk
mengulangi kembali dari kontrol pernapasan awal.

3 PosturalDrainage
Prinsip postural drainage adalah penempatan posisi anak yang benar dan
membawa udara agar tekanan dalam rongga dada lebih rendah dari
tekanan atmosfer sehingga udara dapat bergerak ke paru saat inspirasi.
Tujuan dari postural drainase adalah mengeluarkan apa saja yang
terkumpul dalam rongga pleura agar rongga pleura normal (Arif Muttaqin,
2008). Teknik postural drainage yaitu

a. Pastikan anak dalam posisi meniarap dan letakkan bantal di bawah


perut. Pastikan bantal tersebut tidak terlalu tebal. Kemudian
condongkan sedikit posisi bantal dengan kedudukan kapala anak
bawah dan kaki diatas, pastikan kaki lurus. Ibu menepuk selama
kurang lebih 15 menit dan beralih di kiri dan kanan tubuh anak.
Tujuan menepuk adalah untuk melonggarkan kahak di dalam paru-
paru dan 15 menit selepas selesai menepuk, biasanya anak akan
batuk atau bersin dan sekaligus mengeluarkan dahak dalam bentuk
muntah. Jika dahak ini terletan tidak masalah, karena dahak
tersebut akan keluar menerusuri najis mereka. Sebelum melakukan
Teknik penepukan ini, pastikan anak minum susu sejam atau
sengah jam sebelum mengeluarkan muntah.
4 Forced Expiration Technique : posisi anak duduk, selanjutnya pasien
diminta untuk mengambil napas dalam secukupnya lalu mengkontraksikan
otot perutnya untuk menekan napas saat ekspirasi dan menjaga agar mulut
serta tenggorokan tetap terbuka. Huffing dilakukan sebayak 2 – 3 kali
dengan cara yang sama, lalu ditutup dengan batuk efektif untuk
mengeluarkan sputum. (Yogyakarta, R. S. P. R. Active Cycle Of Breathing
Technique)

3.2 Edukasi
Berikan nasihat kepada orang tua untuk mencegah terpapar dari rokok, dan
sebagai bagian dari perawatan primer yang antisipatif, mendidik orang tua mengenai
paparan menular di kemudian hari di pusat penitipan anak, sekolah, dan lingkungan
serupa serta pentingnya mencuci tangan. Selain itu, diskusikan manfaat yang dapat
diterima anak dari imunisasi pneumokokus dan imunisasi influenza tahunan serta
potensi manfaat dan biaya RSV imun globulin. Tekankan surveilans pada masalah
jangka panjang dengan pertumbuhan, perkembangan, otitis, penyakit saluran napas
reaktif, dan komplikasi lainnya. Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan bagi orang
tua maupun caregiver terhadap anak yang mengalami pneumonia, yaitu:

 Aktivitas yang memperberat kondisi pneumonia pada anak dan/atau terpapar


faktor risiko dari pneumonia dan hindari perokok pasif yang memperberat
gejala.
 Asupan cairan/makanan yang sesuai dengan kebutuhan
 Pencegahan infeksi, seperti penggunaan tisu ketika batuk dan bersin
 Lakukan pemeriksaan suhu setidaknya satu kali pada pagi hari dan sore hari.
Segera ke dokter apabila suhu diatas 102oF (38.9oC) pada anak diatas 6 bulan,
atau suhu tubuh diatas 100.4oF (38oC) pada anak-anak dibawah 6 bulan
 Tanda-tanda yang memburuk atau tidak membaik, seperti batuk yang parah,
dan demam yang tidak kunjung sembuh dalam waktu 3 hari setelah
mengonsumsi antibiotic, serta adanya perubahan warna kuku dan bibir
 Mengonsumsi semua obat-obatan, khususnya antibiotik, mesikpun pasien
merasa lebih baik setelah terapi karena berisiko terhadap pemulihan yang tidak
baik dan bakteri yang resisten terhadap antibiotik jika tidak dikonsumsi secara
konsisten. Selain itu, juga jangan gunakan antibiotik untuk pneumonia untuk
kasus infeksi lainnya
 Istirahat, tetapi jangan berada di tempat tidur sepanjang hari, lebih baik bangun
dan berkeliling
 Minum banyak cairan agar tetap terhidrasi Pulmonary hygiene
 Pencegahan VTE
Kebanyakan anak yang menggunakan antibiotic menunjukkan kondisi yang membaik
dalam 48 jam setelah penanganan awal. Beri nasihat kepada orang tua dan peringatan
untuk melihat tanda dari meningkatkan kesulitan bernapas dan mencari penanganan
medis sesegera mungkin jika gejala dan tanda muncul.
DAFTAR PUSTAKA

American Thoracic Society. 2016. What is Pneumonia?. Am J Respir Crit Care Med.
193: 1-2.
Anwar Athena & Dharmayanti Ika. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Voume 8 (8). Hal. 359 – 365.
Azizah, R.A.U., Nataliswati, T. and Anantasari, R., 2018. Pengaruh latihan pursed lips
breathing terhadap perubahan RR pasien pneumonia di RSUD Lawang. Jurnal
Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5(3), pp.188-194.
Bennett, N.J. 2018. Pediatric Pneumonia. Tersedia pada
https://emedicine.medscape.com/article/967822-overview#a1, [Diakses 20 Mei
2020]
Chaves, G.S., Freitas, D.A., Santino, T.A., Nogueira, P.A.M., Fregonezi, G.A. and
Mendonca, K.M., 2019. Chest physiotherapy for pneumonia in children.
Cochrane Database of Systematic Reviews, (1).
Ebeledike C & Ahmad T. 2020. Pediatric Pneumonia. Stat Pearls. Dilihat 17 Mei 2020 :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536940/
Efni Yuliana, Machmud R, Pertiwi Dian. 2016. Faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas. Volume 5(2). Hal. 365 – 370.
Elsevier. 2019. Pneumonia. Tersedia pada
https://www.elsevier.com/__data/assets/pdf_file/0009/974628/CPG_IP_Pneumo
nia-Peds.pdf, [Diakses 20 Mei 2020]
Hermansyah, Nina, R.K., & Aminoto, T. 2015. Pengaruh Breathing Exercise Terhadap
Kualitas Hidup Lanjut Usia di Panti Werdha Ria Pembangunan. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kesehatan, vol.2(2).
‘International Classification of Functioning , Disability and Health’ (2001) World
Health Organization.
Kemenkes RI. 2010. Pneumonia Balita. Buletin Jendela Epidemiologi. Vol: 3.
Kisner, C. & Colby, L.A. 2007. Theraputic Exercise and Techniques. third edition.
United States of America : Fad avis Company.
Leelarungrayub, D. 2012. Chest Mobilization Techniques for Improving Ventilation
and Gas Exchange in Chronic Lung Disease. Thailand : Departement of Physical
Therapy.

Mahfudzoh, S. and Herawati, I., 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus


Pneumonia Di BBKPM Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Nurjannah, Sovira N, Anwar S. 2012. Profil Pneumonia pada Anak di RSUD Dr.
Zainoel Abidin, Studi Retrospektif. Sari Pediatri. Volume 13 (5). Hal. 324 –
328.
Rasyid Zulmeliza. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia
Anak Balita di RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal Kesehatan
Komunitas, Volume 2 (3). Hal. 136 – 140.
Ritz, S.B. 2016. Ventricular Septal Defect (VSD). Tersedia pada
https://kidshealth.org/en/parents/vsd.html?view=ptr&WT.ac=p-ptr, [Diakses 20
Mei 2020]
Sari, M.P. and Cahyati, W.H., 2019. Tren Pneumonia Balita di Kota Semarang Tahun
2012-2018. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 3(3), pp.407-416.
Yogyakarta, R. S. P. R. Active Cycle Of Breathing Technique (Acbt) Terhadap
Peningkatan Nilai Vep1, Jumlah Sputum, Dan Mobilisasi Sangkar Thoraks Pada
Pasien Ppok Di.

Anda mungkin juga menyukai