PENGELOLAAN PERSEDIAAN
Disusun oleh:
Kelompok 4
KELAS C
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Pengelolaan Persediaan”. Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Manajemen Keuangan.
Dalam kesempatan ini, kami tidak lupa pula mengucapkan terima kasih
kepada Dosen pembimbing ibu Dr Intihanah, SE., M.Si. serta semua pihak yng
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Pengertian Persediaan...................................................................................5
B. Arti Penting Persediaan.................................................................................6
C. Jenis-Jenis Persediaan...................................................................................7
D. Pengendalian Persediaan...............................................................................9
E. Beberapa Sistem Pengawasan persediaan.......................................................
F. Economic Order Quantity (EOQ)...............................................................13
G. Titik Pemesanan Kembali Dan Persediaan Keamanan...............................17
H. Just In Time (JIT)........................................................................................19
I. Kaitan Pengelolaan Persediaan dengan Manajemen Keuangan.................27
BAB III..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
A. Rangkuman.................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
Persediaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikelola
oleh perusahaan, di samping aspek lainnya. Bagi perusahaan yang bergerak dalam
bidang produksi barang, maka kebutuhan persediaan berupa persediaan bahan
mentah atau bahan setengah jadi. Ketersediaan persediaan bahan mentah atau
bahan setengah jadi untuk proses produksi selanjutnya akan dapat menghindari
tersendatnya proses produksi sebagai akibat jika dapat disediakan sesuai jadwal
kebutuhan produksi. Lebih dari itu dalam jangka panjang persediaan perlu guna
menghindari kelangkaan bahan baku atau kenaikan harga yang tak terduga.
Terjadinya kelangkaan bahan baku mengakibatkan tersendatnya proses produksi,
sedangkan kenaikan bahan baku akan menaikkan ongkos produksi, sehingga akan
berpengaruh pada harga jual.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persediaan
Persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang melakukan
kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan. Keberadaannya tidak saja
dianggap sebagai beban (liability) karena merupakan pemborosan (waste), tetapi
sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan (asset) yang dapat segera
dicairkan dalam bentuk uang tunai (cash).
1. Jumlah penjualan
Daya tahan dan faktor mudahnya rusak barang, artinya kualitas suatu barang
tergantung rentang waktunya sebelum digunakan. Makin lama persediaan yang
ada untuk digunakan, maka akan memengaruhi kualitas barang yang ada dan pada
akhirnya barang akan cepat rusak dan tidak dapat digunakan. Untuk barang yang
mudah rusak rentang waktu yang dibutuhkan tidak terlalu panjang, guna menjaga
kualitas persediaan tersebut.
Faktor harga beli, hal ini merupakan harga yang harus dibayar untuk
memenuhi persediaan. Jika pada saat tertentu nilai persediaan menjadi mahal,
maka otomatis biaya investasi akan meningkat dan pada akhirnya akan
memengaruhi harga jual dan keuntungan perusahaan. Lebih dari itu dengan
meningkatnya harga beli jelas akan menambah biaya investasi perusahaan dalam
persediaan.
C. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan terdiri dari beberapa jenis,
dan tergantung dari jenis perusahaannya. Artinya, jenis persediaan untuk
perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang atau perusahaan jasa.
Khusus untuk perusahaan dagang biasanya jenis persediaan tidak terlalu banyak
yaitu hanya satu jenis barang saja, namun item barangnta yang relatif banyak
untuk disediakan. Begitu pula dengan usaha jasa, jenis persediaan yang dimiliki
juga relatif lebih sedikit dika dibandingkan dengan perusahaan manufaktur.
1. Bahan baku;
2. Barang dalam proses (barang setengah jadi); dan
3. Barang jadi.
a. Ketersediaan bahan baku, artinya jika bahan baku tidak tersedia dengan
kebutuhan makan akan menghambat proses barang setengah jadi.
b. Jangka waktu masa produksi, yaitu waktu yang diperlukan. Artinya, waktu
mulai dari memasukkan bahan baku sampai menjadi barang setengah jadi.
c. Perputaran persediaan, dalam hal ini untuk mempersingkat masa produksi
dapat dilakukan dengan cara:
Memperbaiki teknik produksi, sehingga proses barang jadi menjadi
lebih cepat, atau
Cara lainnya adalah membeli bukannya membuat barang setengah jadi.
a. Tersedianya barang dalam proses, artinya jika barang setengah jadi tersedia
maka proses untuk menyediakan barang jadi akan lebih mudah.
b. Kebutuhan barang di pasar, artinya jika permintaan barang di pasar
meningkat maka otomatis akan mempercepat membuat barang jadi agar
tersedia di gudang.
D. Pengendalian Persediaan
1. Merencanakan secara matang persediaan yang akan datang, di mana hal ini
berkaitan erat dengan produksi, harga dan prediksi penjualan.
2. Melakukan pengeloaan keluar masuknya persediaan sehingga tidak terjadi
keterlambatan atau kerusakan.
3. Mengawasi terhadap keluar masuknya persediaan, mana yang keluar duluan
dan mana yang perlu dimasukkan.
4. Mengantisipasi secara tepat untuk memenuhi kebutuhan yang mendadak,
akibat lonjakan permintaan atau sebaliknya terjadi penurunan penjualan atau
produksi dengan berbagai sebab.
Salah satu yang cukup penting yang berkaitan dengan persediaan adalah
masalah biaya. Hal ini penting untuk di perhatikan karena akan berpengaruh
langsung kepada nilai persediaan dan harga jual ke konsumen nantinya. Bukan
tidak mungkin karena salah dalam mengelola akan berakibat harga jual akan
meningkat. Untuk itu perlu di ketahui lebih dahulu biaya-biaya yang akan
berkaitan dengan persediaan.
1. Pengelolaan persediaan.
2. Kekurangan persediaan.
3. Pemesanan dan penerimaan persediaan.
Dari ketiga klasifikasi di atas, akan mengakibatkan tiga macam jenis biaya
persediaan yaitu pengelolaan (pemeliharaan), biaya pesan, dan total biaya
persediaan.
Besarnya jumlah biaya pengelolaan biasanya sekitar atau bahkan lebih dari
25% dari investasi dalam nilai persediaan. Untuk mencari besarnya jumlah biaya
pengelolaan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara umum total biaya
pengelolaan atau Total Carrying Cost (TCC) dapat dicari sebagai berikut:
TCC= % biaya pengelolaan (C) x harga per unit (P) x rata-rata jumlah unit (A)
Contoh, bila PT koba melakukan pemesanan hanya 1 kali saja selama setahun
sebesar Q= 6.000 unit, dengan harga penyimpanan per unit Rp. 60,-. Dengan
demikian, rata-rata persediaa untuk tahun tersebut adalah:
TCC = %biaya pengeluaran (C) x harga per unit (P) x rata-rata jumlah unit (A)
Jika biaya pesanan, pengiriman dan penerimaan perusahaan (OC) adalah Rp.
200,- jumlah order yang ditempatkan (N) dengan asumsi pemakaian tahunan (U)
= 6.000, A = 1.500 dan N = 30, maka Total Ordering Cost (TOC) dapat dicari
sebagai berikut:
√
2VU
EOQ = … … … .
CP
EOQ = 2 ¿ ¿
¿ √
EOQ =
√ Rp. 2.400 .00 ,−¿ … … … … … … … . ¿
Rp .15 ,−¿
EOQ = √ 160.000
= 400 unit/pesan
Jika jumlah pesanan 15 kali dalam setahun (6.000/400 = 15) atau setiap 24
hari (360/15), maka total biaya pesanan adalah:
= Rp. 6.000,-
Dengan mengetahui EOQ dan dengan asumsi saldo awal dan akhir
persediaan nihil, maka rata-rata penyediaan yang optimal adalah:
EOQ 400
A= 2 = 2 = 200 unit
E. Beberapa Sistem Pengawasan persediaan
EOQ merupakan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan
dengan biaya yang paling rendah. Artinya setiap kali memesan bahan mentah
perusahaan dapat menghemat biaya yang akan dikeluarkan. Tujuan EOQ adalah
agar kuantitas persediaan yang dipesan baik dan total biaya persediaan dapat
diminimumkan sepanjang periode perencanaan produksi.
Hal-hal yang berkaitan dengan EOQ dan sangat perlu untuk diperhatikan
adalah masalah klasifikasi biaya. Pentingnya klasifikasi biaya akan memudahkan
kita dalam melakukan analisis, sehingga hasil yang akan diperoleh dapat diakui
kebenarannya.
Secara umum klasifikasi biaya yang akan dilakukan adakah sebagai berikut:
Berikut ini untuk mengaplikasikan kedua formula di atas maka akan dibut
dalam dua buah kasus.
√
2. D .OC
Q = ………….
CC
Di mana :
D = Demand
Q = Quantity (EOQ)
Q
CC = Biaya penyimpanan/tahun
2
D
CC = Biaya pemesanan/tahun
Q
Q D
TC = 2 cc + Q oc
Jadi:
√
2. D . OC
Q = …………
CC
Contoh soal:
Pertanyaan:
Jawab:
CC = Rp. 6,-/unit/tahun
OC = Rp. 5,-/pesan
√
2. D . OC
Q = … … … ..
CC
√
2 x 6.000 x 5
Q = ………………. = √ 10.000 = 100 unit
6
(unit)
Q =
1.500,-
√ 2 x Rp .90.000 ,−x Rp . 5 ,−¿ … … … … … … … … … … … … . ¿
Rp . 40 ,−¿
= Rp.
(dalam Rp)
Metode yang digunakan adalah untuk menentukan berapa biaya yang paling
ekonomis untuk setiap kali pesan serta tidak akan terjadi keterlambatan seperti
masa lalu.
Pertanyaan:
Jawaban:
√
2. D . P 2. D. P
Qo = … … … .. x … … …
( P−D ) C
√
2 ( 1.000 )( 2.000 ) ( 12.000 )
Qo = …………………… …………
( 2.000−1.000 ) 16
Qo = √ 3.000 .000
Qo = 1.732 unit
Qo(P−D) D
Tc = CC (OC)
2(P) P
Economic Order Quantity. Salah satu model yang paling sering di bicarakan
dalam berbagai buku teks adalah model Economic Order Quantity (EOQ). Model
ini mendasarkan pada pemikiran yang sama denga sewaktu kita membicarakan
model persediaan pada pengelolaan kas. Pemikiranya adalah bahwa:
1. Kalau perusahaan memiliki rata – rata persediaan yang besar untuk jumlah
kebutuhan yang sama dalam suatu periode, berarti perusahaan tidak perlu
melakukan pembelian terlalu sering. Jadi menghemat biaya pembelian
(pemesanan).
2. Tetapi kalau perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bisa
menghemat biaya pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan
dalam jumlah yang besar pula. Berarti menaggung biaya simpan yang
terlalu tinggi.
3. Karena itu perlu dicarai jumlah yang akan membuat biaya persediaan
terkecil. Biaya persediaan adalah biaya simpan plus biaya pembelian
(pemesanan).
Misalkan kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar D satuan.
Pemakaian barang di lakukan secara ajeg setiap waktu. Perusahaan tersebut
memesan Q satuan setiap kali pesan. Dengan demikian frekuensi pesanan dalam
satu tahun adalah,
Persediaan yang di miliki oleh perusahaan akan berkisar dari 0 sampai dengan Q
satuan. Dengan demikian rata – rata persediaan buku adalah,
Kalua biaya simpan per satuan per tahun dinyatakan sebagai i, maka biaya simpan
per tahun yang akan di tanggung perusahaan adalah,
Dengan demikian total biaya persediaan dalam satu tahun (kita beri notis Y)
adalah,
Y = (Q/2) + (D/Q)o
…..(9.1)
Biaya ini yang harus di minimumkan. Untuk itu persamaan (9.1) tersebut kita
derivasikan terhadapa Q, dan kita buat sama dengan nol.
(oD/Q2) = (i/2)
iQ2 = 2oD
Q = [(2oD)/i]1/2
2 oD
Q=√
i
…..(9.2)
Misalkan bahwa kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar 3.600
satuan, dengan harga Rp 50.000 per satuan. Krbiasaan perusahaan adalah
meakukan pembelian setiap bulan sekali. Biaya simpan (termaksuk biaya modal)
berkisar 18% per tahun sedangkan biaya setiap kali memesan sebesar Rp 200.000.
berdasarkan kebiasaan tersebut, maka biaya persediaanya adalah sebagai berikut:
= 300 satuan
= Rp 7,50 juta
= Rp 1,35 juta
= Rp 2,40 juta
= 3,75 juta
= 400 satuan
= Rp 1,80 juta
= Rp 1,80 juta
= Rp 3,60 juta
Yang berarti perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 150.000 dalam satu
tahun
Apabila waktu yang di perlukan sejak saat bahan di pesan sampai dengan bahan
sampai di perusahaan adalah selam setengah bulan (di sebut sebagai lead time),
maka perusahaan harus memesan pada saat bahan baku mencapai D/24 Tingkat
persediaan ini di sebut titik pemesanan kembali (reorder point).
Dalam contoh yang kita gunakan berarti titik pesan kembalinya adalah,
Jadi pada waktu jumlah bahan baku telah mencapai 150 unit, perusahaan akan
melakukan pemesanan kembali.
Untuk berjaga – jaga terhadap ketidak pastian, baik dalam hal penggunaan
maupun dalam hal lead time, perusahaan mungkin menetapkan perlunya
persediaan keamanan (safety stocks). Sebab mungkin terjadi bahwa selama lead
time penggunaan bahan meningkat, atau pengiriman bahan mengalami
keterlambatan, bukanya setenga bulan tetapi mencapai satu bulan. Dengan
demikian apabila perusahaan tidak memiliki (sefty stocks) sebanya 150 unit.
400
Reorder point
150
0
Waktu
Pada saat tidak terdapat safety stocks maka jumlah persediaan maksimal
adalah 400 unit, dengan minimal nol unit. Karena itu rata – rata persediaan adalah
200 unit. Selama satu tahun terhadap 9 “segitiga”, karena di lakukan 9x pembelian
selama satu tahun tersebut. Reorder point dilakukan pada titik 150 unit.
Pada saat di tentukan persediaan keamanan sebanyak 150 unit, maka
perkembangan persediaan bahan baku akan Nampak seperti gambar 9.2.
550
SAFETY STOCKS
Tetapi sebagai akibatnya biaya persediaan akan naik apabila dibandingkan dengan
biaya persediaan dengan menggunakan EOQ. Biaya persediaan akan sebesar,
Karena tambahan biaya masi lebih kecil dibandingkan dengan diskon yang
dinikmati, maka perusahaan sebaiknya memanfaatkan tawaran quantity discount
tersebut. Dengan demikian perusahaan tidak akan membeli dalam jumlah sesuai
dengan rumus EOQ.
Terdapat banyak model reorder point yang dapat digunakan sesuai dengan
kondisi perusahaan. Dalam makalah ini akan dibahas model jumlah permintaan
maupun masa tenggang waktu konstan (constant demand rate, constant lead time).
5. Administrasi persediaan.
RoP = Dh + SS
Di mana:
Rop = Reorder Point
Jawab:
Diketahui:
Ilustrasi dari kasus diatas, misalnya safety stock 1.500 unit, lead time 10 hari
dengan pemakaian per hari 150 unit, maka titik pemesanan kembali dapat
dihitung:
Dalam kasus ini jika safety stock 1.500, lead time 10 hari dan pemakaian per
hari 150 unit, namun barang tiba 8 hari, maka persediaan barang di gudang 1.800
unit, diperoleh dari (3.000 – (150 x 8 hari), dan ini berarti safety stock belum
tersentuh. Namun jika pemakaian barang meningkat menjadi 180 unit per hari,
maka yang tersedia di gudang 1.200 unit diperoleh dari (3.000 – (180 x 10 hari).
H. Just In Time (JIT)
Sistem persediaan yang kedua di samping EOQ adalah Just In Time (JIT).
Sistem persediaan yang di kembangkan di jepang yang dikenal dengan nama just
in time (JIT), berusaha mengurangi banyaknya persediaan yang di simpan, hal ini
bertentangan dengan sistem lama yang mengandalkan jumlah persediaan yang
banyak. Dengan kata lain, Just In Time merupakan penentu jumlah persediaan
yang diperoleh dan dimasukkan dalam produksi secara tepat pada saat dibutuhkan
perusahaan.
Tujuan dasar dari JIT adalah untuk menghasilkan atau menerima item yang
diminta pada saat dibutuhkan atau tepat waktu, atau dengan kata lain mengurangi
persediaan yang menghasilkan kualitas produk dan fleksibilitas yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam sistem JIT semua jenis persediaan
akan dikurangi sampai batas minimum (jika memungkinkan sampai tidak ada
persediaan sama sekali), namun walaupun persediaan barang atau bahan tidak
dapat dikurangi sampai titik nol, harus dilakukan pengawasan secara ketat,
sehingga persediaan dapat diminimalkan seminimal mungkin. Hasil pengurangan
biaya persediaan merupakan hasil paling nyata dari sistem JIT, sehingga
memberikan hasil perbaikan dalam produktivitas, kualitas produk, dan
fleksibilitas.
Perbedaan EOQ dengan JIT teletak pada jumlah persediaan yang paling
minimal harus disediakan. Dalam sistem JIT persediaan akan dikurangi sampai
titik minimum yang mendekati nol. Di samping itu dalam sistem just in time tidak
dibenarkan biaya pemesanan yang bersifat tetap. Untuk mengurangi biaya
pesanan perlu dilakukan langkah-langkah yang berkesinambungan, seperti:
1. Guna menghemat waktu dan jumlah pengiriman tidak terlalu besar sesuai
kebutuhan dan jadwal yang telah ditentukan.
Kalau kita menggunakan contoh yang sama dengan contoh di atas, maka
seandainya perusahaan menerapkan model EOQ tanpa persediaan keamanan maka
perputaran perseidaan bahan baku adalah,
Sekarang misalkan pemakaian bahan meningkat 25% menjadi 4.500 unit dalam
satu tahun. Perhitungan EOQ akan berubah menjadi,
PENUTUP
A. Rangkuman
Persediaan yang besar akan menimbulkan keluwesan yang lebih besar bagi
perusahaan, tetapi akan menimbulkan biaya yang besar pula. Sebaliknya
persediaan yang kecil akan menghemat biaya, tetapi dapat menimbulkan
gangguan produksi atau penjualan karena itulah muncul konsep “persediaan
hanya apabila diperlukan”. Berbagai metode dicoba untuk mengukur persediaan,
dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki
persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi kalau kehabisan persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti. 2015. Dasar-dasar manajemen keuangan Ed. 7
cet. 1. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan ( UUP STIM YKPN)