Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PENGELOLAAN PERSEDIAAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan I yang


diampuh oleh Ibu Dr. Intihanah, SE., M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 4

Jamiah Nugrah (B1C119115) Pinky Astuti (B1C119149)

Lin Wisly Jipu (B1C119121) Rifal Hayan Sosi (B1C119154)

Muh. Assegaf Arifin P (B1C119127) Riska Aulia F.Z (B1C119158)

Muh. Aidil (B1C119134) Siska (B1C119163)

Nur Azizah (B1C119142)

KELAS C
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Pengelolaan Persediaan”. Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Manajemen Keuangan.

Dalam kesempatan ini, kami tidak lupa pula mengucapkan terima kasih
kepada Dosen pembimbing ibu Dr Intihanah, SE., M.Si. serta semua pihak yng
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat berdasarkan pengetahuan dari referensi buku dan


informasi dari internet. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
kami menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Untuk itu demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat
mengharapkan adanya saran, kritik dan masukan yang sangat bersifat
membangun.

Kendari, 10 Desember 2020

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Pengertian Persediaan...................................................................................5
B. Arti Penting Persediaan.................................................................................6
C. Jenis-Jenis Persediaan...................................................................................7
D. Pengendalian Persediaan...............................................................................9
E. Beberapa Sistem Pengawasan persediaan.......................................................
F. Economic Order Quantity (EOQ)...............................................................13
G. Titik Pemesanan Kembali Dan Persediaan Keamanan...............................17
H. Just In Time (JIT)........................................................................................19
I. Kaitan Pengelolaan Persediaan dengan Manajemen Keuangan.................27
BAB III..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
A. Rangkuman.................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

Persediaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikelola
oleh perusahaan, di samping aspek lainnya. Bagi perusahaan yang bergerak dalam
bidang produksi barang, maka kebutuhan persediaan berupa persediaan bahan
mentah atau bahan setengah jadi. Ketersediaan persediaan bahan mentah atau
bahan setengah jadi untuk proses produksi selanjutnya akan dapat menghindari
tersendatnya proses produksi sebagai akibat jika dapat disediakan sesuai jadwal
kebutuhan produksi. Lebih dari itu dalam jangka panjang persediaan perlu guna
menghindari kelangkaan bahan baku atau kenaikan harga yang tak terduga.
Terjadinya kelangkaan bahan baku mengakibatkan tersendatnya proses produksi,
sedangkan kenaikan bahan baku akan menaikkan ongkos produksi, sehingga akan
berpengaruh pada harga jual.

Sementara itu, bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan


tersedianya barang dagangan secara tepat waktu pada saat dibutuhkan juga sangat
penting. Jangan sampai pada saat dibutuhkan justru persediaan barang yang
diinginkan tidak dapat terpenuhi. Bagi perusahaan yang bergerak dalam usaha
dagang nilai penting persediaan juga tidak lepas dari kelangkaan barang dagangan
dan kenaikan harga yang tak terduga. Oleh karena itu, baik bagi perusahaan
manufaktur maupun perusahaan dagang, persediaan perlu dikelola secara besar,
sehingga dapat membantu kelancaran usahanya.

Dalam makalah ini dibahas mengenai pengertian persediaan, arti penting


persediaan, jenis-jenis persediaan, pengendalian persediaan, Economic order
quantity (EOQ), titik pemesanan kembali dan persediaan keamanan, just in time
(JIT), sistem pengawasan persediaan, dan kaitan pengelolaan persediaan dengan
manajemen keuangan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan

Persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang melakukan
kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan. Keberadaannya tidak saja
dianggap sebagai beban (liability) karena merupakan pemborosan (waste), tetapi
sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan (asset) yang dapat segera
dicairkan dalam bentuk uang tunai (cash).

Pengelolaan persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian


untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga. Apabila jumlah
persediaan terlalu besar (overstock) mengakibatkan timbulnya dana menganggur
yang besar, juga menimbulkan resiko kerusakan barang yang lebih besar dan
biaya penyimpanan yang tinggi. Namun jika persediaan terlalu sedikit
mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena
seringkali barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang
dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya
penjualan, bahkan hilangnya pelanggan.

Berikut pendapat para ahli mengenai persediaan :

1. C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan CarlS. Wareen


“istilah persediaan (inventory) merupakan barang dagangan yang
disampaikan untuk dijual dalam operasi perusahaan dan merupakan barang
yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”.
2. Prawirosentono
Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan
dalam bentukpersediaan bahan mentah (bahan baku / raw material, bahan
setengah jadi / work in process dan barang jadi / finished goods).
3. Ikatan akuntansi indonesia
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, persediaan merupakan:
a. Tersedia untuk dijual (dalam kegiatan operasi normal)
b. Dalam proses produksi (dalam kegiatan usaha normal)
c. Dalam bentuk bahan atu perlengkapam (supllies) untuk digunakan
proses produksi atau pemberian jasa.

Dengan adanya persediaan akan memberikan beberapa keuntungan bagi


perusahaan, yaitu:
1. Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan untuk bahan proses produksi
secara tepat karena tersedianya bahan baku yang dibutuhkan.
2. Digunakan untuk berjaga-jaga terhadap kenaikan harga bahan baku
yang dapat memengaruhi harga jual.
3. Guna mengantisipasi terhadap kekurangan atau kelangkaan bahan
baku.
4. Tersedianya bahan baku dapat memenuhi pesanan secara cepat.
5. Mampu mengatur alokasi dana untuk berbagai kebutuhan lainnya.

B. Arti Penting Persediaan

Keberadaan persediaan memiliki nilai strategis bagi perusahaan. Disamping


beberapa keuntungan yang dikemukakan di atas, persediaan memiliki nilai yang
sangat tinggi, hal ini disebabkan sekitar 25% atau lebihdari investasi yang
ditanamkan dalam modal usaha berupa persediaan. Artinya, persediaan
mendominasi aktiva lancar perusahaan yang merupakan modal kerja guna
memutar roda perusahaan.

Lebih dari itu biasanya rasiopersediaan terhadappenjualan umumnya berkisar


antara 20% sampai 30%. Dalam hal ini biasanya semakin besar penjualan akan
meningkatkan jumlah persediaan yang dibutuhkan, demikian pula sebaliknya.

Penyediaan persediaan yang dibutuhkan sesuai perhitungan juga akan dapat


memengaruhi uang kas,jika memang dibeli secara tunai. Atau apat memengaruhi
utang dagang atau pinjaman jika dibeli secara kredit. Artinya, persediaan juga
memiliki kaitan yang erat dengan kas dan utang dagang.

Secara umumhubungan utama besarnya investasi dalam persediaan


dipengaruhi oleh:

1. Jumlah penjualan

Jumlah penjualan, artinya besar kecilnya penjualan yang dilakukan suatu


perusahaan akan berhubungan erat dengan jumlah investasi yang dibutuhkan.
Makin besar jumlah penjualan, maka makin besar jumlah investasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi penjualan, demikian pula sebaliknya. Oleh karena
itu, prediksi penjualan kedepan harus juga memerhatikan jumlah persediaan yang
harus tersedia dan investasi yang harus disiapkan untuk mendukung persediaan.

2. Waktu dan segi tehnis proses produksi


Waktu dan segi teknis proses produksi, artinya jangka waktu dan proses
teknis produksi akan memengaruhi besarnya investasi dalam persediaan. Makin
panjang proses produksi, maka investasi dalam persediaan semakin besar,
demikian pula sebaliknya.

3. Daya tahan dan faktor mudahnya rusak barang

Daya tahan dan faktor mudahnya rusak barang, artinya kualitas suatu barang
tergantung rentang waktunya sebelum digunakan. Makin lama persediaan yang
ada untuk digunakan, maka akan memengaruhi kualitas barang yang ada dan pada
akhirnya barang akan cepat rusak dan tidak dapat digunakan. Untuk barang yang
mudah rusak rentang waktu yang dibutuhkan tidak terlalu panjang, guna menjaga
kualitas persediaan tersebut.

4. Kemudahan pengadaan kembali persediaan

Kemudahan pengadaan kembali persediaan, artinya pada saat dibutuhkan,


maka kecepatan pemenuhan persediaan dapat dilakukan secara tepat waktu,
sehingga tidak mengganggu proses produksi. Demikian pula untuk usaha dagang
agar tidak mengganggu kelancaran barang tiba di pelanggan sesuai dengan waktu
pesanan. Oleh karena itu, faktor-faktor iniperlu dipertimbangkan guna
menghindari kerugian yang lebih besar.

5. Konsekuensi kehabisan persediaan suatu barang.

Konsekuensi kehabisan persediaan suatu barang, artinya jangan sampai


barang persediaan mengalami kelangkaan, kalau hal ini terjadi maka akan
menambah biaya investasi guna memenuhi atau mencari persediaan. Lebih dari itu
akan menghambat proses produksi atau penyediaan barang ke pelanggan. Oleh
karena itu, harus diperhitungkan secara matang agar hal kelangkaan ini jangan
sampai terjadi.

6. Faktor harga beli

Faktor harga beli, hal ini merupakan harga yang harus dibayar untuk
memenuhi persediaan. Jika pada saat tertentu nilai persediaan menjadi mahal,
maka otomatis biaya investasi akan meningkat dan pada akhirnya akan
memengaruhi harga jual dan keuntungan perusahaan. Lebih dari itu dengan
meningkatnya harga beli jelas akan menambah biaya investasi perusahaan dalam
persediaan.

C. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan terdiri dari beberapa jenis,
dan tergantung dari jenis perusahaannya. Artinya, jenis persediaan untuk
perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang atau perusahaan jasa.
Khusus untuk perusahaan dagang biasanya jenis persediaan tidak terlalu banyak
yaitu hanya satu jenis barang saja, namun item barangnta yang relatif banyak
untuk disediakan. Begitu pula dengan usaha jasa, jenis persediaan yang dimiliki
juga relatif lebih sedikit dika dibandingkan dengan perusahaan manufaktur.

Dalam praktiknya paling tidak terdapat tiga jenis persediaan, khususnya


untuk perusahaan manufaktur, yaitu :

1. Bahan baku;
2. Barang dalam proses (barang setengah jadi); dan
3. Barang jadi.

Dikarenakan perusahaan manufaktur kegiatannya adalah membuat suatu


produk, maka harus melalui proses tertentu. Artinya, proses yang dilalui mulai
dari penyediaan bahan baku sampai menjadi barang jadi. Bahan baku (material
inventory) atau sering disebut dengan bahan mentah merupakan bahan yang akan
dimasukkan dalam proses produksi pertama kali. Hasil dari proses ini dapat
berbentuk barang setengah jadi atau barang jadi. Jumlah persediaan bahan baku
biasanya dipengaruhi oleh :

a. Seberapa besar perkiraan produksi yang akan datang.


b. Bagaimana sifat musiman produksi.
c. Keandalan sumber pengadaan persediaan yang ada.
d. Tingkat efisiensi pertahapan operasi pembelian dan produksi.
e. Sifat dari bahan baku.
f. Harga bahan baku.
g. Kapasitas gudang atau tempat yang dimiliki.
h. Dan pertimbangan lainnya.

Barang dalam proses (work inprocess inventory) merupakan bahan baku


yang sudah diproses, sehingga menjadi barang dalam proses atau dikenal juga
dengan nama barang setengah jadi. Faktor-faktor yang memengaruhi persediaan
barang dalam proses adalah :

a. Ketersediaan bahan baku, artinya jika bahan baku tidak tersedia dengan
kebutuhan makan akan menghambat proses barang setengah jadi.
b. Jangka waktu masa produksi, yaitu waktu yang diperlukan. Artinya, waktu
mulai dari memasukkan bahan baku sampai menjadi barang setengah jadi.
c. Perputaran persediaan, dalam hal ini untuk mempersingkat masa produksi
dapat dilakukan dengan cara:
 Memperbaiki teknik produksi, sehingga proses barang jadi menjadi
lebih cepat, atau
 Cara lainnya adalah membeli bukannya membuat barang setengah jadi.

Persediaan barang jadi (finished good inventory) merupakan barang yang


sudahmelalui tahap barang setengah jadi dan siap untuk dijual ke pasar atau ke
konsumen.ketersediaan barang jadi ditentukan bagian produksi dan penjualan.
Artinya, perlu koordinasi antara tingkat produksi dengan tingkat penjualan.
Faktor-faktor yang memengaruhi barang jadi antara lain:

a. Tersedianya barang dalam proses, artinya jika barang setengah jadi tersedia
maka proses untuk menyediakan barang jadi akan lebih mudah.
b. Kebutuhan barang di pasar, artinya jika permintaan barang di pasar
meningkat maka otomatis akan mempercepat membuat barang jadi agar
tersedia di gudang.

D. Pengendalian Persediaan

Persediaan perlu dikelola secara baik, melalui perencanaa, pelaksanaan,


pengawasan dan pengendariannya. Pengelolan persediaan agar berjalan sesuai
dengan rencana perusahaan harus memerhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Harus ada persediaan dasar sebagai penyeimbang keluar masuknya barang


dari perusahaan. Artinya yang harus ada angka besarnya persediaan dan
sangat tergantung dari keluar masuknya barang apakah teratur atau tidak.
2. Perlunya menyediakan pengamanan persediaan (safety stock). Karena sering
terjadinya hal-hal yang tidak terduga, maka perlu ada pengamanan persediaan
untuk memenuhi kebutuhan persediaan saat bila dibutuhkan.

Dalam praktiknya rata-rata tingkat persediaan aktual adalah sama dengan


jumlah daripda dasar, persediaanpengaman, dan persediaan antisipasi. Berkaitan
dengan pengendalian persediaan jangan sampai terjadi kekurangan atau
kelebihan, maka perlu dilakukan :

1. Merencanakan secara matang persediaan yang akan datang, di mana hal ini
berkaitan erat dengan produksi, harga dan prediksi penjualan.
2. Melakukan pengeloaan keluar masuknya persediaan sehingga tidak terjadi
keterlambatan atau kerusakan.
3. Mengawasi terhadap keluar masuknya persediaan, mana yang keluar duluan
dan mana yang perlu dimasukkan.
4. Mengantisipasi secara tepat untuk memenuhi kebutuhan yang mendadak,
akibat lonjakan permintaan atau sebaliknya terjadi penurunan penjualan atau
produksi dengan berbagai sebab.

Biaya Yang Berkaitan Dengan Persediaan

Salah satu yang cukup penting yang berkaitan dengan persediaan adalah
masalah biaya. Hal ini penting untuk di perhatikan karena akan berpengaruh
langsung kepada nilai persediaan dan harga jual ke konsumen nantinya. Bukan
tidak mungkin karena salah dalam mengelola akan berakibat harga jual akan
meningkat. Untuk itu perlu di ketahui lebih dahulu biaya-biaya yang akan
berkaitan dengan persediaan.

Biaya-biayayang berkaitan dengan persediaan dapat dikelompokkan ke


dalam klasifikasi biaya sebagai berikut:

1. Pengelolaan persediaan.
2. Kekurangan persediaan.
3. Pemesanan dan penerimaan persediaan.

Dari ketiga klasifikasi di atas, akan mengakibatkan tiga macam jenis biaya
persediaan yaitu pengelolaan (pemeliharaan), biaya pesan, dan total biaya
persediaan.

1. Biaya pengelolaan (currying cost)

Biaya pengelolaan yaitu merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan


pemilikan persediaan yang mencakup antara lain baya modal yang ditanamkan
dalam persediaan. Artinya merupakan biaya-biaya yang seharusnya ada untuk
mengelola persediaan seperti:

 Biaya penyimpanan atau biaya pergudangan.


 Asuransi.
 Pajak kekayaan.
 Biaya penyusutan fisik.
 Keusangan (ketinggalan model).

Besarnya jumlah biaya pengelolaan biasanya sekitar atau bahkan lebih dari
25% dari investasi dalam nilai persediaan. Untuk mencari besarnya jumlah biaya
pengelolaan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara umum total biaya
pengelolaan atau Total Carrying Cost (TCC) dapat dicari sebagai berikut:
TCC= % biaya pengelolaan (C) x harga per unit (P) x rata-rata jumlah unit (A)

Contoh, bila PT koba melakukan pemesanan hanya 1 kali saja selama setahun
sebesar Q= 6.000 unit, dengan harga penyimpanan per unit Rp. 60,-. Dengan
demikian, rata-rata persediaa untuk tahun tersebut adalah:

A = Q/2 = 6.000/2 = 3.000 unit

Dan rata-rata investasi 3.000 unit x Rp. 60,- = Rp. 180.000

Apabila pemesanana 2 kali setahun, maka masing-masing 3.000 dan rata-rata


persediaan:

A = Q/2 = 3.000/2 = 1.500 unit

Sehingga dapat di peroleh:

TCC = 0,25 (Rp. 60,-)(3.000) = Rp. 45.000,-

Kalau perusahaan memesan 2 kali:

TCC = %biaya pengeluaran (C) x harga per unit (P) x rata-rata jumlah unit (A)

TCC = 0,25 (Rp. 60,-)(1.500) = Rp. 22.500

2. Biaya Pesanan (Ordering Cost)

Biaya pesanan merupakan biaya yang terjadi karena perusahaan melakukan


pemesanan barang atau bahan baku. Komponen yang termasuk dalam biaya
pesanan antara lain:

 Biaya surat menyurat dan telepon antar kantor.


 Biaya persiapan produksi.
 Biaya persekali pesan.
 Biaya kirim dan penerimaan.

Jika biaya pesanan, pengiriman dan penerimaan perusahaan (OC) adalah Rp.
200,- jumlah order yang ditempatkan (N) dengan asumsi pemakaian tahunan (U)
= 6.000, A = 1.500 dan N = 30, maka Total Ordering Cost (TOC) dapat dicari
sebagai berikut:

TOC = OC x N = Rp. 200,- x 30 = Rp. 6.000,-

3. Total Biaya Persediaan


Total biaya persediaan atau Total inventory Cost (TIC) merupakan jumlah
biaya persediaan yang harus dikeluarkan perusahaan. Atau dengan kata lain
penggabungan dari total biaya pengelolaan (TCC) dengan total biaya pesan
(TOC). Untuk mencari biaya persediaan dapat dicari sebagai berikut:

TIC = TCC + TOC

Jika diketahui A= Q/2 dan N = U/2, maka persamaannya adalah

TIC = CP(Q/2) + OC(U/Q)

Setelah diketahui biaya-biaya yang dikeluarkan, maka Economic Order


Quantity (EOQ) atau jumlah pesanan yang paling ekonomis dapat dicari sebagai
berikut:


2VU
EOQ = … … … .
CP

Dari soal di atas diperoleh:

EOQ = 2 ¿ ¿
¿ √
EOQ =
√ Rp. 2.400 .00 ,−¿ … … … … … … … . ¿
Rp .15 ,−¿

EOQ = √ 160.000

= 400 unit/pesan

Jika jumlah pesanan 15 kali dalam setahun (6.000/400 = 15) atau setiap 24
hari (360/15), maka total biaya pesanan adalah:

TIC = CP(Q/2) + OC(U/Q)

TIC = Rp. 15,- (400/2) + Rp. 200,- (6.000/400)

= Rp. 3.000.- + Rp. 3.000,-

= Rp. 6.000,-

Dengan mengetahui EOQ dan dengan asumsi saldo awal dan akhir
persediaan nihil, maka rata-rata penyediaan yang optimal adalah:

EOQ 400
A= 2 = 2 = 200 unit
E. Beberapa Sistem Pengawasan persediaan

Jumlah persediaan di kaitkan dengan variabel tertentu. Cara ini merupakan


cara yang sangat sederhana. Misalkan perusahaan menetapkan bahwa persediaan
barang jadi rata – rata akan sebesar satu bulan penjualan. Dengan demikian
apabila penjualan meningkat, rata – rata persediaan juga akan meningkat,
demikian pula kalua menurun. Cara lain misalnya mengaitkan kapan harus
memesan kembali dan jumlah yang di pesan di hubungkan dengan kebutuhan
selama periode tertentu. Misalkan kebijakan perusahaan adalah memesan bahan
baku pada saat jumlah bahan tinggi mencapai dua minggu kebutuhan produksi,
dan jumlah yang di pesan sebesar kebutuhan dua bulan produksi.

Cara – cara yang sederhana tersebut memungkinkan bagian gudang untuk


mengajukan permohonan pembelihan bahan baku apabila melihat bahwa
persediaan telah mencapai batas yang telah di tetapkan. Yang lebih dulit adalah
untuk persediaan barang jadi. Di perlukan koordinasi antara bagian pemasaran
dengan bagian produksi, terutama untuk perusahaan yang menghasilakan
berbagai jenis produk. Sebab dapat saja terjadi bagian produksi justru
memproduksikan jenis barang yang tidak diminta oleh pasar, sedangkan
permintaan produk lain tidak dapat di penuhi karena persediaanya kosong.

F. Economic Order Quantity (EOQ)

Pada bahasan sebelumnya sudah diuraikan sekilah tentang Economic Order


Quantity (EOQ) dalam pengendalian persediaan. Untuk jenis usaha tertentu,
permasalahan persediaan sangat penting untuk dipertimbangkan dan dianalisis.
Salah satu teknik persediaan yang sering digunakan adalah metode Economic
Order Quantity (EOQ).

EOQ merupakan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan
dengan biaya yang paling rendah. Artinya setiap kali memesan bahan mentah
perusahaan dapat menghemat biaya yang akan dikeluarkan. Tujuan EOQ adalah
agar kuantitas persediaan yang dipesan baik dan total biaya persediaan dapat
diminimumkan sepanjang periode perencanaan produksi.
Hal-hal yang berkaitan dengan EOQ dan sangat perlu untuk diperhatikan
adalah masalah klasifikasi biaya. Pentingnya klasifikasi biaya akan memudahkan
kita dalam melakukan analisis, sehingga hasil yang akan diperoleh dapat diakui
kebenarannya.

Secara umum klasifikasi biaya yang akan dilakukan adakah sebagai berikut:

a. Biaya angkut/penyimpanan atau Carrying cost (CC).


b. Biaya pemesanan atau Ordering Cost (OC).
c. Biaya total atau total cost (TC)

Kemudian formula untuk menghitung atau mencari EOQ dapat dilakukan


sesuai keadaan. Pada pembahasan ini hanya akan digunakan dua formula yaitu
pertama perhitungan EOQ dengan kebutuhan tetap dan yang kedua untuk
menghitung EOQ dengan kapasitas lebih.

Berikut ini untuk mengaplikasikan kedua formula di atas maka akan dibut
dalam dua buah kasus.

1. EOQ dengan kebutuhan tetap

Rumus yang digunakan untuk mencari EOQdengan kebutuhan tetap adalah


sebagai berikut:


2. D .OC
Q = ………….
CC

Di mana :

D = Demand

Q = Quantity (EOQ)

D/Q = jumlah pemesanan selama setahun

Q/2 = Rata-Rata Persediaan

OC = Biaya pemesanan (ordering cost)

CC = Biaya penyimpanan (carrying cost)

Dan rumus selanjutnya:

Q
CC = Biaya penyimpanan/tahun
2
D
CC = Biaya pemesanan/tahun
Q

Dengan demikian, total biaya/tahun adalah :

Q D
TC = 2 cc + Q oc

Jadi:


2. D . OC
Q = …………
CC

Contoh soal:

PT Jebus mennginginkan barang 6.000 unit/tahun dengan biaya pemesanan


Rp. 5,- (OC), sedangkan biaya penyimpanan Rp. 6,-/unit (CC).

Pertanyaan:

Anda diminta untuk menghitung pesanan paling ekonomis dengan EOQ.

Jawab:

D/Th = 6.000 unit

CC = Rp. 6,-/unit/tahun

OC = Rp. 5,-/pesan


2. D . OC
Q = … … … ..
CC


2 x 6.000 x 5
Q = ………………. = √ 10.000 = 100 unit
6
(unit)

Jadi, pesanan yang paling ekonomis adalah 100 unit.


Q D
TC = CC + OC
2 Q
100 6.000
TC = (6) + (5) = Rp. 600,-
2 100
Jumlah biaya yang akan dikeluarkan untuk pesanan 100 unit adalah Rp. 600,-.
Jika D diukur dengan rupiah, amak CC dan Q juga diukur dengan rupiah, dengan
menggunakan rumus di atas maka diperoleh hasilnya sebagai berikut:
D/Tahun = 15 x 6.000 = Rp. 90.000,-
¿
CC = Rp .6 ,− Rp. 15 ,−¿¿ ¿ Rp. 0,400,-/tahun

Q =
1.500,-
√ 2 x Rp .90.000 ,−x Rp . 5 ,−¿ … … … … … … … … … … … … . ¿
Rp . 40 ,−¿
= Rp.

(dalam Rp)

Jadi, optimal order adalah Rp. 1.500,-

2. Kasus EOQ dengan kapasitas lebih

PT Muntok bergerak dalam bidang usaha supermarket, bermaksud mengubah


metode persediaannya, mengingat selama ini sering kali terjadi keterlambatan dan
tidak efisiennya biaya yang telah dikeluarkan.

Metode yang digunakan adalah untuk menentukan berapa biaya yang paling
ekonomis untuk setiap kali pesan serta tidak akan terjadi keterlambatan seperti
masa lalu.

Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Demand = 1.000 unit setiap hari

Kemampuan produksi (P) = 2.000 unit

Ordering cost (OC) = Rp. 12.000,-

Carrying cost (CC) = Rp. 16,-

Pertanyaan:

1. Berapa EOQ dalam nit dan rupiah ?


2. Berapa safety stock yang harus disediakan ?

Jawaban:

2. D . P 2. D. P
Qo = … … … .. x … … …
( P−D ) C


2 ( 1.000 )( 2.000 ) ( 12.000 )
Qo = …………………… …………
( 2.000−1.000 ) 16

Qo = √ 3.000 .000

Qo = 1.732 unit

Qo(P−D) D
Tc = CC (OC)
2(P) P

( 1.732 ) (2.000−1.000) 1.000


TaR = (16) + (12.000) = Rp. 12.928,-
2( 2.000) 2.000

Apabila dibandingkan dengan Q 2.000 unit, maka:

( 2.000 ) (2.000−1.000) 1.000


TaR = (16) + (12.000) = Rp. 14.000,-
2(2.000) 2.000

Kesimpulan, bandingkan TaR Qo = 1.732 dengan Q = 2.000 dapat menghemat


14.000 – 12. 928 = Rp. 1.072,-.

Economic Order Quantity. Salah satu model yang paling sering di bicarakan
dalam berbagai buku teks adalah model Economic Order Quantity (EOQ). Model
ini mendasarkan pada pemikiran yang sama denga sewaktu kita membicarakan
model persediaan pada pengelolaan kas. Pemikiranya adalah bahwa:

1. Kalau perusahaan memiliki rata – rata persediaan yang besar untuk jumlah
kebutuhan yang sama dalam suatu periode, berarti perusahaan tidak perlu
melakukan pembelian terlalu sering. Jadi menghemat biaya pembelian
(pemesanan).
2. Tetapi kalau perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bisa
menghemat biaya pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan
dalam jumlah yang besar pula. Berarti menaggung biaya simpan yang
terlalu tinggi.
3. Karena itu perlu dicarai jumlah yang akan membuat biaya persediaan
terkecil. Biaya persediaan adalah biaya simpan plus biaya pembelian
(pemesanan).
Misalkan kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar D satuan.
Pemakaian barang di lakukan secara ajeg setiap waktu. Perusahaan tersebut
memesan Q satuan setiap kali pesan. Dengan demikian frekuensi pesanan dalam
satu tahun adalah,

Frekuensi pesanan dalam satu tahun = D/Q

Persediaan yang di miliki oleh perusahaan akan berkisar dari 0 sampai dengan Q
satuan. Dengan demikian rata – rata persediaan buku adalah,

Rata – rata persediaan = (Q/2) satuan

Kalua biaya simpan per satuan per tahun dinyatakan sebagai i, maka biaya simpan
per tahun yang akan di tanggung perusahaan adalah,

Biaya simpan per tahuan = (Q/2)i

Apabilah setiap kali perusahaan memesan memerlukan biaya sebesar o, maka


biaya pemesanan dalam satu tahun adalah,

Biaya pemesanan dalam satu tahun = (D/Q)o

Dengan demikian total biaya persediaan dalam satu tahun (kita beri notis Y)
adalah,

Y = (Q/2) + (D/Q)o
…..(9.1)

Biaya ini yang harus di minimumkan. Untuk itu persamaan (9.1) tersebut kita
derivasikan terhadapa Q, dan kita buat sama dengan nol.

(dY/dQ) = (i/2) - (oD/Q2) = 0

(oD/Q2) = (i/2)
iQ2 = 2oD

Q = [(2oD)/i]1/2

Yang juga bisa dinyatakan sebagai,

2 oD
Q=√
i
…..(9.2)

Misalkan bahwa kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar 3.600
satuan, dengan harga Rp 50.000 per satuan. Krbiasaan perusahaan adalah
meakukan pembelian setiap bulan sekali. Biaya simpan (termaksuk biaya modal)
berkisar 18% per tahun sedangkan biaya setiap kali memesan sebesar Rp 200.000.
berdasarkan kebiasaan tersebut, maka biaya persediaanya adalah sebagai berikut:

Jumlah yang di pesan setiap bulan = 3.600/12

= 300 satuan

Nilai rata – rata persediaan = (300 x Rp 50.000)/2

= Rp 7,50 juta

Biaya simpan dalam satu tahun = Rp 7,50 juta x 18%

= Rp 1,35 juta

Biaya pesan dalam satuan tahun = Rp200.000 x 12

= Rp 2,40 juta

Total biaya persediaan = Rp 1,35 + Rp 2,40

= 3,75 juta

Dengan menerapkan model EOQ, perusahaan akan dapat menekan biaya


persediaannya. Penerapan rumus EOQ menghasilkan jumlah pembelian sebagai
berikut:
Q = [(2 x 3.600 X Rp200.000)/(0,18)(Rp50.000)]1/2

= 400 satuan

Dengan demikian maka :

Biaya pesan = (3.600/400) x Rp 200.000

= Rp 1,80 juta

Biaya simpan = [(400 x Rp 50.000)/2] x 18%

= Rp 1,80 juta

Total biaya persediaan = Rp 1,80 + Rp 1,80

= Rp 3,60 juta

Yang berarti perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 150.000 dalam satu
tahun

Apabila waktu yang di perlukan sejak saat bahan di pesan sampai dengan bahan
sampai di perusahaan adalah selam setengah bulan (di sebut sebagai lead time),
maka perusahaan harus memesan pada saat bahan baku mencapai D/24 Tingkat
persediaan ini di sebut titik pemesanan kembali (reorder point).

Dalam contoh yang kita gunakan berarti titik pesan kembalinya adalah,

3.600/24 = 150 unit

Jadi pada waktu jumlah bahan baku telah mencapai 150 unit, perusahaan akan
melakukan pemesanan kembali.

Untuk berjaga – jaga terhadap ketidak pastian, baik dalam hal penggunaan
maupun dalam hal lead time, perusahaan mungkin menetapkan perlunya
persediaan keamanan (safety stocks). Sebab mungkin terjadi bahwa selama lead
time penggunaan bahan meningkat, atau pengiriman bahan mengalami
keterlambatan, bukanya setenga bulan tetapi mencapai satu bulan. Dengan
demikian apabila perusahaan tidak memiliki (sefty stocks) sebanya 150 unit.

Penentuan besarnya persediaan keamanan bisa di lakukan dengan


membandingkan biaya kerugian yang di harapkan kalu perusahaan kehabisan
persediaan (expected loss pada saat perusahaan mengalami stockout) dengan
tambahan biaya karena memiliki safety stock yang lebih besar. Cara ini
memerlukan estimasi tentang stockout costs dan probabilitas kehabisan bahan.

Cara yang lain adalah dengan menetukan beberapa probabilitas kehabisan


bahan. Yang biasa di terima oleh perusahaan. Semakain kecil probabilitas ini
semakin besar safety stocks ditentukan. Pengalaman biasanya di pergunakan
sebagai dasar penentuan safety stock ini.

Sekarang misalkan perusahaan menentukan safety stocks sebanyak 150


unit. Apa yang terjadi dengan rata – rata persediaan? Sebelum perusahaan
menentukan safety stocks perkembangan jumlah bahan baku di tunjukan pada
gambar 9.1

400

Reorder point
150

0
Waktu

Gambar 9.1. perkembangan persediaan bahan baku sewakru tidak memiliki


safety stocks

Pada saat tidak terdapat safety stocks maka jumlah persediaan maksimal
adalah 400 unit, dengan minimal nol unit. Karena itu rata – rata persediaan adalah
200 unit. Selama satu tahun terhadap 9 “segitiga”, karena di lakukan 9x pembelian
selama satu tahun tersebut. Reorder point dilakukan pada titik 150 unit.
Pada saat di tentukan persediaan keamanan sebanyak 150 unit, maka
perkembangan persediaan bahan baku akan Nampak seperti gambar 9.2.

550

300 Reorder point

SAFETY STOCKS

Gambar 9.2. perkembangan persediaan bahan baku sewakru tidak memiliki


safety stocks sebanyak 150 unit

Perhatikan bahwa dengan adanya persediaan keamanan sebanyak 150 unit


akan membuat persediaan maksimum mencapai 550 unit, dan minimum 150 unit.
Dengan demikian rata – rata persediaan adalah 350 unit. Meskipun demikian
frekuensi pembelian selama satu tahun tetap tidak mengalami perubahan, yaitu 9x.
Hanya saja karena reorder point di lakukan pada saat persediaan mencapai 300
unit.

Masalah yang perlu di perhatikan dalam penerapan model tersebut adalah


asumsi – asumsi yang mendasarinya. Sebagai missal model tersebut menggunakan
asumsi harga bahan baku konstan. Bisa terjadi pada saat di perkirakan akan terjadi
kenaikan harga bahan baku, perusahaan sengaja membeli dalam jumlah besar.
Demikian juga kadang – kadang perusahaan melakukan pembelian di atas jumlah
yang paling ekonomis (atau melanggar kebijakan yang bisa dianut) dengan
maksud untuk memperoleh quantity discount.

Untuk ilustrasi misalkan perusahaan diatas memperoleh tawaran quantity


discount sebesar 2% apabila perusahaan membeli dalam jumlah minimal 1.000
unit setiap kali pembelian. Apabila perusahaan memanfaatkan discount ini, maka
biaya yang dapat dihemat adalah,

2% x 3.600 x Rp 50.000 = Rp 3.600.000

Tetapi sebagai akibatnya biaya persediaan akan naik apabila dibandingkan dengan
biaya persediaan dengan menggunakan EOQ. Biaya persediaan akan sebesar,

Biaya pesan = 3,6 x Rp 200.000 = Rp 720.000

Biaya simpan = (1000/2) x 0,18 x Rp 50.000 = Rp 4.500.000

Biaya persediaan = Rp 5.220.000

Dengan demikian tambahan biaya persediaan adalah,

Rp 5.220.000 – Rp 3.600.000 = Rp 1.620.000

Karena tambahan biaya masi lebih kecil dibandingkan dengan diskon yang
dinikmati, maka perusahaan sebaiknya memanfaatkan tawaran quantity discount
tersebut. Dengan demikian perusahaan tidak akan membeli dalam jumlah sesuai
dengan rumus EOQ.

G. Titik Pemesanan Kembali Dan


Persediaan Keamanan

1. Titik pemesanan kembali (Reorder Point)

Dalam memproduksi atau menghasilkan suatu barang, barang tentu diperlukan


waktu, terutama untuk memesan barang atau bahan baku. Barang atau bahan baku
ini harus tersedia pada saat dibutuhkan, oleh karena itu waktu atau masa
pemesanan ini harus benar-benar diperhitungkan secara matang agar tidak
mengganggu proses produksi atau penjualan suatu barang yang diinginkan
konsumen. Waktu pemesanan ini dikenal dengan titik pemesanan kembali atau
Recorde Point (ROP).
Pengertian dari Titik Pesanan Kembali adalah waktu bagi perusahaan akan
memesan kembali persediaan yang dibutuhkan, atau batas waktu pemesanan
kembali dengan melihat jumlah minimal persediaan yang ada. Hal ini penting
dilakukan agar supaya jangan sampai terjadi kekurangan bahan pada saat
dibutuhkan. Jumlah pemesanan kembali dapat dihitung dengan berbagai cara,
misalnya dengan probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stock dan
dihitung selama tenggang waktu (lead time). Lead time maksudnya adalah
tenggang waktu antara saat perusahaan memesan dan saat barang yang dipesan
datang.

Terdapat banyak model reorder point yang dapat digunakan sesuai dengan
kondisi perusahaan. Dalam makalah ini akan dibahas model jumlah permintaan
maupun masa tenggang waktu konstan (constant demand rate, constant lead time).

Rumus untuk mencari adalah:

Pemesanan kembali = tenggang waktu x penggunaan harian

2. Persediaan keamanan (Safety Stock)

Dalam praktiknya permintaan barang atau penjualan tidak menentu tergantung


dari berbagai fakor yang memengaruhinya. Terkadang permintaan suatu barang
menurun atau bahkan meningkat dari yang dianggarkan, sehingga perusahaan
harus mampu untuk memenuhi meningkatnya permintaan tersebut. Untuk
mengantisipasi melonjaknya permintaan yang tak terduga atau dikenal dengan
sefety stock (SS) secepatnya.

Secara sederhana, safety stock diartikan sebagai persediaan pengaman atau


persediaan tambahan yang dilakukan perusahaan agar tidak terjadi kekurangan
bahan. Safety Stock sangat diperlukan guna mengantisipasi membludaknya
permintaan akibat dari permintaan yang tak terduga.

Besarnya safety stock dapat dihitung dengan memerhitungkan beberapa faktor


penentu, seperti:
1. Penggunaan bahan baku rata-rata, artinya harus diketahui dahulu berapa
rata-rata penggunaan bahan baku perusahaan.

2. Faktor waktu, yang digunakan untuk menyediakan persediaan pengaman


tersebut.

3. Biaya yang digunakan.artinya besarnya biaya yang dibebankan untuk


melakukan persediaan pengaman.

Disamping faktor penentu diatas dalam menentukan safaty stock diperlukan


standar kuantitas yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Persediaan minimum, yang diperlukan oleh perusahaan dan tidak boleh


kurang dari yang sudah ditetapkan.

2. Besarnya pesanan standar, merupakan biaya pesanan yang dilakukan


sesuai dengan standar yang berlaku.

3. Persediaan maksimum, jumlah persediaan maksimal.

4. Tingkat pemesanan kembali, merupakan jumlah pemesanan kembali pada


saat dibutuhkan.

5. Administrasi persediaan.

Ilustrasi kedua contoh tersebut adalah:

PT Air Kuday setiap hari membutuhkan 150 unit bahan mentah.


Kebutuhan ini akan diantar atau dikirim oleh pengantar 10 hari setelah PT Air
Kuday memesan atau menelpon (lead time). Pertanyaan, kapan PT Air Kuday
akan melakukan pemesanan kembali:

Rumus yang digunakan untuk menghitung Reorder Point adalah sebagai


berikut:

RoP = Dh + SS

Di mana:
Rop = Reorder Point

Dh = Permintaan yang diharapkan

SS = Selama tenggang waktu (lead time)

Jawab:

Diketahui:

Demand : 150 bahan mentah

Lead Time : 10 Hari

ROP = 150 x 10 = 1.500 unit bahan mentah

Artinya PT Air Kuday harus menelepon atau memesankembali apabila


minimal Stock bahan mentah di gudang tinggal 1.500 unit.

Dalam praktiknya penggunaan bahan mentah setiap hari berfluktuasi secara


tidak menentu atau berpariasi. Dalam kasus seperti ini perusahaan harus
menyediakan Safety stock atau persediaan pengaman. Tujuannya agar perusahaan
tidak kehabisan stock yang dibutuhkan.

Ilustrasi dari kasus diatas, misalnya safety stock 1.500 unit, lead time 10 hari
dengan pemakaian per hari 150 unit, maka titik pemesanan kembali dapat
dihitung:

RoP = 1.500 unit x 10 (150) = 3.000 unit

Artinya, jika pada saat persediaan tinggal 3.000unit, perusahaan melakukan


pemesanan.

Dalam kasus ini jika safety stock 1.500, lead time 10 hari dan pemakaian per
hari 150 unit, namun barang tiba 8 hari, maka persediaan barang di gudang 1.800
unit, diperoleh dari (3.000 – (150 x 8 hari), dan ini berarti safety stock belum
tersentuh. Namun jika pemakaian barang meningkat menjadi 180 unit per hari,
maka yang tersedia di gudang 1.200 unit diperoleh dari (3.000 – (180 x 10 hari).
H. Just In Time (JIT)

Sistem persediaan yang kedua di samping EOQ adalah Just In Time (JIT).
Sistem persediaan yang di kembangkan di jepang yang dikenal dengan nama just
in time (JIT), berusaha mengurangi banyaknya persediaan yang di simpan, hal ini
bertentangan dengan sistem lama yang mengandalkan jumlah persediaan yang
banyak. Dengan kata lain, Just In Time merupakan penentu jumlah persediaan
yang diperoleh dan dimasukkan dalam produksi secara tepat pada saat dibutuhkan
perusahaan.

Tujuan dasar dari JIT adalah untuk menghasilkan atau menerima item yang
diminta pada saat dibutuhkan atau tepat waktu, atau dengan kata lain mengurangi
persediaan yang menghasilkan kualitas produk dan fleksibilitas yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam sistem JIT semua jenis persediaan
akan dikurangi sampai batas minimum (jika memungkinkan sampai tidak ada
persediaan sama sekali), namun walaupun persediaan barang atau bahan tidak
dapat dikurangi sampai titik nol, harus dilakukan pengawasan secara ketat,
sehingga persediaan dapat diminimalkan seminimal mungkin. Hasil pengurangan
biaya persediaan merupakan hasil paling nyata dari sistem JIT, sehingga
memberikan hasil perbaikan dalam produktivitas, kualitas produk, dan
fleksibilitas.

Proses produksi yang menggunakan pengawasan persediaan JIT idealnya


adalah:

1. Membutuhkan sistem informasi persediaan dan produksi yang tepat.

2. Pembelian dengan efisien tinggi.

3. Pemasok yang dapat diandalkan.

4. Sistem pengelolaan yang efisien.

Perbedaan EOQ dengan JIT teletak pada jumlah persediaan yang paling
minimal harus disediakan. Dalam sistem JIT persediaan akan dikurangi sampai
titik minimum yang mendekati nol. Di samping itu dalam sistem just in time tidak
dibenarkan biaya pemesanan yang bersifat tetap. Untuk mengurangi biaya
pesanan perlu dilakukan langkah-langkah yang berkesinambungan, seperti:

1. Guna menghemat waktu dan jumlah pengiriman tidak terlalu besar sesuai
kebutuhan dan jadwal yang telah ditentukan.

2. Barang yang diterima di pemasok harus memiliki kualitas terbaik


sehingga, tidak mengulang pengiriman kembali sehingga menghemat waktu dan
biaya.

3. Prosedur pengiriman dan peralatan yang digunakan perlu dimodifikasi,


termasuk produk yang akan dikirim sehingga dapat pula mengurangi waktu dan
biaya yang dikeluarkan.

Langkah ini juga dilakukan guna mengurangi keterlambatan pengiriman dan


mengurangi persediaan pengamanan. Namun perlu diingat bahwa keberhasilan
sistem JIT sangat tergantung dari proses produksi dan karakteristik industrinya.
Kemudian dalam sistem JIT membutuhkan sistem informasi yang baik sehingga
pada akhirnya penerapan JIT dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.

I. Kaitan Pengelolaan Persediaan dengan


Manajemen Keuangan

Apabila perusahaan persediaan dengan dikaitkan pada faktor tertentu (missal


produk atau penjual), sangat boleh jadi bahwa jumlah persediaan akan proposional
dengan faktor tersebut. Sebagai misalnya perusahaan menentukan bahwa
persediaan barang jadi sebesar setengah bulan penjualan. Dengan demikian
apabila penjualan dalam satu tahun sebesar Rp48.000 juta, maka persediaan akan
sebesar Rp48.000/24 = Rp2.000 juta. Apabila penjualan meningkat menjadi
Rp60.000 juta (naik 25%), maka persediaan akan naik menjadi Rp 60.000 juat/24
= Rp2.500 juta (juga naik 25%).
Dalam keadaan semacam ini masuk akal kalua menejer keuangan
menggunakan metode seles percentage untuk merencanakan keuangan , atau
menggunakan data tahun lalu sebagai dasar perbandingan rasio perputaran
persediaan.
Masalah menjadi lain kalua di terapkan model EOQ. Perhatikan bahwa
persamaan (9.2) tidak menunjukan sifat hubungan yang linear. Masalah akan
makin kompleks kalua dimasukan adanya faktor safety stocks. Penerapan model
ini menyebabkan kita tidak bisa membandingkan efisiensi pengaturan persediaan
(yang di ukur dengan perputaran persediaan) dari waktu kewaktu.

Kalau kita menggunakan contoh yang sama dengan contoh di atas, maka
seandainya perusahaan menerapkan model EOQ tanpa persediaan keamanan maka
perputaran perseidaan bahan baku adalah,

Pemakaian bahan/rata-rata persediaan = 180 juta/10 juta = 18x

Sekarang misalkan pemakaian bahan meningkat 25% menjadi 4.500 unit dalam
satu tahun. Perhitungan EOQ akan berubah menjadi,

Q = [(2 x 4.500 x Rp200.000)/(0,18)(Rp50.000)]1/2

Dengan demikian nilai rata – rata persediaan adalah,

(447 x Rp50.000)/2 = Rp 11,175 juta

Yang berarti perputaran persediaan bahan baku menjadi,

(4.500 x Rp50.000)/ Rp11,175 juta = 20,13x

Dengan demikian apabila dbandingkan dengan periode sebelumnya,


perputaran persediaan nampak meningkat. Hal ini mungkin di tafsirkan
membaiknya manajemen persediaan. Padahal sebenarnya kebijaksanaan yang di
terspkan sama saja. Yaitu menerapkan EOQ.

Fenomena sebaliknya akan muncul apabila pemakaian bahan berkurang.


Artinya, perputaran persediaan bahan baku akan merubah apabila diterapkan
model EOQ dan terjadi penurunan aktivitas perusahaan. Karena itulah
penggunaan rasio – rasio keuangan sebagai ukuran kinerja manajemen perlu
berhati – hati, dan pemahaman terhadap kebijaksanaan perusahaan perlu
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran.
BAB III

PENUTUP

A. Rangkuman

Persediaan adalah sejumlah barang yang disediakan oleh perusahaan pada


suatu tempat tertentu. Artinya adanya sejumlah barang yang disediakan
perusahaan guna memenuhi kebutuhan produksi atau penjualan barang dagangan.
Secara umum persediaan terdiri dari tiga jenis yaitu bahan baku, bahan setengah
jadi, dan barang jadi.

Di dalam persediaan ada namanya pengaturan persediaan. Pengaturan


persediaan pada umumnya berada di bawah wewenang bagian produksi atau
pembelian. Meskipun demikian, kepurusan-keputusan yang diambil akan
mempunyai dampak bagi keuangan perusahaan. Secara umum terdapat dua
kekuatan yang berlawanan untuk memiliki persediaan yang banyak atau sedikit.

Persediaan yang besar akan menimbulkan keluwesan yang lebih besar bagi
perusahaan, tetapi akan menimbulkan biaya yang besar pula. Sebaliknya
persediaan yang kecil akan menghemat biaya, tetapi dapat menimbulkan
gangguan produksi atau penjualan karena itulah muncul konsep “persediaan
hanya apabila diperlukan”. Berbagai metode dicoba untuk mengukur persediaan,
dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki
persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi kalau kehabisan persediaan.
DAFTAR PUSTAKA

Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti. 2015. Dasar-dasar manajemen keuangan Ed. 7
cet. 1. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan ( UUP STIM YKPN)

Kasmir. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan Ed. Pertama Cet. 1. Jakarta:


Kencana Predana Media Group

Musthafa. 2017. Manajemen keuangan – ed.1. Yogyakarta: CV. Andi Offset

Muchlisin Riadi. 2018. Pengertian, Fungsi dan Jenis-jenis Persediaan


(Inventory). https://www.kajianpustaka.com/2018/02/pengertian-fungsi-dan-jenis-
persediaan-inventory.html?m=1#:~:text=Pengertian%20Persediaan
%20(Inventory),digunakan%20untuk%20memenuhi%20tujuan%20tertentu.
Diakses Pada 10/12/2020 jam 18.51 WITA

Rusmin pati. 2013. Makalah manajemen persediaan.


https://id.scribd.com/doc/140886739/Makalah-Manajemen-Persediaan. Diakses
pada 10/12/2020 Jam 19.06 WITA

Anda mungkin juga menyukai