Anda di halaman 1dari 22

Tugas Akuntansi Syariah

WAKAF

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah yang


di ampuh oleh Ibu Sitti Nurnaluri, SE., M.Si

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5 (Kelas C)

Muh Alfathir Z Rauf (B1C119130)

Muhammad Apri anugrah (B1C119131)

Muhammad Zamil Hamid (B1C119132)

Muhamad Alfarik (B1C119135)

Muhammad Bintang Pasya (B1C119136)

Muhammad Sandy (B1C119137)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur  kami panjatkan  atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah sehingga penulisan makalah akuntansi syariah ini  dapat
terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas makalah akuntansi syariah yang di ampuh oleh Ibu Sitti Nurnaluri, SE,
M.SI.

Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat.
Dengan ini, kami memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak
kekurangan. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Kendari, November 2021

Kelompok 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................................................................4
Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
Tujuan...............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. KARAKTERISTIK WAKAF......................................................................................................6
B. PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENYAJIAN, DAN PENGUNGKAPAN
WAKAF............................................................................................................................................9
PENGAKUAN..............................................................................................................................9
PENGUKURAN.........................................................................................................................13
PENYAJIAN..............................................................................................................................13
PENGUNGKAPAN....................................................................................................................14
C. PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS WAKAF.....................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................20
KESIMPULAN...............................................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan
kesejahteraan ekonomi, akhir-akhir ini keberadaan lembaga wakaf menjadi
sangat strategis. Disamping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang
berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan
pentingnya kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial) Dan wakaf merupakan
salah satu diantara hukum Islam yang bertitik temu secara konkrit dengan
peraturan yang berlaku di Indonesia.

Di Indonesia wakaf dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam


sejak agama Islam masuk ke Indonesia yang juga menjadi salah satu
penunjang pengembangan agama dan masyarakat Islam. Masalah wakaf
khususnya perwakafan tanah milik, jika dikaitkan dengan Undang undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria adalah
sangat penting, sehingga kemudian perlu diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, tentang Perwakafan Tanah Milik yang
selanjutnya dikuatkan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004, tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2006, sebagai aturan pelaksanaannya, sehingga wakaf tanah dapat
digunakan sebagai salah satu sarana pengembangan penghidupan
beragama dalam bermasyarakat yang semakin luas dan kongkrit,
khususnya bagi umat Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan materiil
dan sprituil menuju masyarakat adil dan makmur.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan wakaf ?
2. Apa saja unsur unsur wakaf ?
3. Apa saja informasi yang perlu di laporkan pada wakaf?
4. Bagaimana laporan entitas wakaf ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masala di atas maka yang menjadi tujuan
penyusunan makalah ini yaitu utuk mengetahui :
1. Pengertian wakaf
2. Unsur unsur wakaf
3. Inforasi yang diperlukan pada akad wakaf
4. Laporan entitas wakaf
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK WAKAF

1. DEFINISI WAKAF
Menurut Undang-udang No 41 tahun 2004 tentang wakaf, definisi
wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

2. UNSUR WAKAF
Unsur wakaf meliputi wakif, nazhir, aset wakaf, ikrar wakaf,
peruntukan aset wakaf dan jangka waktu wakaf

1. Wakif (Pewakaf atau orang yang mewakafkan)


Wakif meliputi perseorangan, organisasi dan badan hukum.
Dalam hal wakif perseorangan, wakif merupakan orang yang dianggap
kompeten dalam membelanjakan hartanya. Dalam hal ini, seorang wakif
harus memiliki beberapa kriteria, yaitu: merdeka, berakal sehat, dewasa
(baligh), tidak berada di bawah pengampuan atau tidak terhalang
melakukan perbuatan hukum dan pemilik sah harta benda wakaf.
2. Nazhir
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari
wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
Menurut Undang-undang No 41 tahun 2001 tentang wakaf, nazhir wakaf
meliputi, perseorangan, organisasi atau badan hukum. Kesemua jenis
nazhir ini harus terdaftar pada menteri dan Badan Wakaf Indonesia
melalui Kantor Urusan Agama setempat.
3. Aset Wakaf
Aset yang diwakafkan dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Aset tidak bergerak, seperti atas tanah, bangunan, atau bagian
bangunan di atas tanah, tanaman dan benda lain terkait tanah, hak
milik satuan rumah susun dan lainnya.
b. Aset bergerak, seperti uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan,
hak kekayaan intelektual, hak sewa, dan lainnya. Aset wakaf harus
dikelola dan dikembangkan olah Nazhir sesuai dengan tujuan, fungsi
dan peruntukannya. Di samping itu, aset wakaf tidak dapat dijadikan
jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan ditukar atau dialihkan
melalui pengalihan hak lainnya, kecuali diatur oleh peraturan
perundang-undangan.
4. Ikrar Wakaf
Ikrar bisa diartikan sebagai pernyataan dari wakif atau disebut
juga dengan sighat. Bentuk pernyataan yang diikrarkan bisa berupa lisan,
kiasan, tulisan, atau sebuah tindakan. Wakaf dari seorang wakif bisa
diterima cukup dengan ijab dari wakif saja. Perlunya sighat atau ikrar
(pernyataan) dari wakif dilakukan karena ini terkait dengan pelepasan
harta milik seorang wakif serta juga harus diiringi dengan niat yang ikhlas
untuk melakukan ikrar wakaf.
5. Peruntukan Aset Wakaf
Wakaf bertujuan untuk memanfaatkan aset wakaf sesuai
dengan fungsinya. Sementara fungsi wakaf adalah untuk mewujudkan
potensi dan manfaat ekonomis aset tersebut untuk kepentingan ibadah
dan memajukan kesejahteraan umum. Wakaf diperuntukan untuk:
a. Sarana dan kegiatan ibadah
b. Sarana dan kegiatan pendidikan dan kesehatan
c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, dan
beasiswa
d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat dan
e. Kemajuan dan kesejahteraan umum lain.
6. Jangka Waktu Wakaf
Ditinjau dari segi waktu, wakaf dikelompokkan menjadi dua:
a. Muabbad
Wakaf yang diberikan untuk selamanya atau bersifat kekal (dalam
artian umur). Pemanfaatannya bisa lebih lama digunakan bagi para
penerima wakaf. Hal ini berdasarkan pendapat Imam Syafi’i
Rahimahullah Ta’ala dan Imam Hambali Rahimahullah Ta’ala.
b. Mu’aqqat
Wakaf yang diberikan untuk jangka waktu tertentu. Wakaf
jenis ini berlaku dalam kurun waktu tertentu, setelah itu wakaf ini
bebas untuk digunakan selain keperluan wakaf, karena jangka
waktunya sudah habis. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Maliki
Rahimahullah Ta’ala.

B. PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENYAJIAN, DAN PENGUNGKAPAN


WAKAF

1. PENGAKUAN
PSAK 112: Akuntansi Wakaf mengatur bahwa entitas wakaf
mengakui penerimaan aset wakaf dari wakif (aset wakaf awal) pada saat
entitas wakaf memiliki kendali secara hukum dan fisik atas aset tersebut.
Adapun syarat pengakuan aset wakaf awal dalam laporan keuangan
adalah, terjadinya pengalihan kendali atas aset dari wakif kepada entitas
wakaf dengan terpenuhinya kedua kondisi berikut:
a. Telah terjadi pengalihan kendali atas aset wakaf secara hukum
b. Telah terjadi pengalihan kendali atas manfaat ekonomi dari aset
wakaf.

Kondisi di atas pada umumnya akan dapat terpenuhi pada saat terjadi
akta
Ikrar wakaf – yaitu terjadi pengalihan kendali aset wakaf secara hukum –
yang terjadi pengalihan kendali aset wakaf secara hukum – yang disertai
dengan pengalihan kendali fisik atas aset, dari wakif kepada entitas
wakaf. Kendali atas aset wakaf secara hukum juga dapat terpenuhi,
misalnya, ketika wakif mentransfer dana langsung ke rekening entitas
wakaf melalui lembaga keuangan. Dalam kondisi tertentu, bisa saja
terjadi kemungkinan entitas wakaf telah menerima aset dan memperoleh
manfaat ekonominya, tetapi aset tersebut belum dialihkan secara hukum
sebagai aset wakaf awal. Misalnya, wakif telah mewakafkan tanah dan
telah menyerahkan tanah tersebut untuk digunakan sesuai
peruntukannya, tetapi belum dibuat akta ikrar wakaf. Dalam kasus
seperti ini, tanah tersebut belum dapat diakui sebagai aset dalam laporan
keuangan entitas wakaf. Sebagai alternatif, tanah tersebut diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas wakaf baru akan mengakui
tanah sebagai aset wakaf dalam laporan keuangan pada saat dilakukan
akta ikrar wakaf.
Di samping ketentuan tentang syarat pengakutan aset wakaf,
pada PSAK 112: Akuntansi Wakaf juga dinyatakan bahwa entitas wakaf
perlu mengidentifikasikan jenis aset wakaf awal yang akan diakui dalam
laporan keuangan berdasarkan manfaatnya. Secara umum, beberapa
manfaat aset melekat pada aset tersebut, seperti tanah dan bangunan,
sehingga tidak memerlukan identifikasi yang mendalam. Akan tetapi
beberapa aset lain memerlukan identifikasi yang mendalam untuk
menentukan jenis aset wakaf awal. Misalnya, wakaf atas hasil panen dari
kebun kelapa sawit yang dikelola oleh wakif untuk periode waktu
tertentu. Dalam kasus ini, jenis aset wakaf awal yang diakui adalah hasil
panen dari kebun sawit selama periode waktu tertentu, bukan kebun
sawitnya.
Dalam beberapa kasus juga terjadi wasiat wakaf, di mana si
wakif berjanji akan menyerahkan hartanya sebagai wakaf begitu dia
sudah meninggal dunia. Jika entitas wakaf menerima wasiat wakaf
seperti ini, maka entitas wakaf tidak mengakui aset yang akan
diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan periode
berjalan. Wasiat wakaf tidak memenuhi kriteria pengakuan aset wakaf,
meskipun pihak yang memberi wasiat telah memiliki aset yang akan
diwakafkan. Dalam kasus seseorang berwasiat akan mewakafkan
hartanya saat meninggal, entitas wakaf tidak mengakui aset wakaf pada
saat menerima wasiat wakaf. Entitas wakaf baru akan mengakui aset
wakaf pada saat pihak yang berwasiat meninggal dunia dan menerima
aset yang diwakafkan.
Perlakuan yang sama juga dilakukan jika entitas wakaf
menerima janji (wa’d) berwakaf, di mana entitas wakaf tidak mengakui
aset yang akan diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan
periode berjalan. Janji untuk berwakaf tidak memenuhi kriteria
pengakuan aset wakaf, walaupun dalam bentuk janji tertulis. Misalnya,
seseorang berjanji akan mewakafkan sebagian manfaat polis asuransi di
masa mendatang. Entitas wakaf tidak mengakui aset wakaf awal pada
saat menerima janji tersebut, karena aset yang akan diwakafkan belum
menjadi milik dari pihak yang berjanji. Entitas wakaf baru akan
mengakui aset wakaf awal pada saat terjadi klaim asuransi dan menerima
kas dan setara kas dari perusahaan asuransi atas pembayaran sebagian
manfaat polis asuransi.

(a) Aset Wakaf Temporer


Meskipun secara umum wakaf dipahami sebagai bentuk penyerahan
harta yang bersifat selamanya, praktik wakaf yang hanya ditujukan untuk
jangka waktu tertentu (wakaf temporer) juga dikenal, terutama di kalangan
mazhab Maliki. Di dalam PSAK 112, aset wakaf temporer adalah aset wakaf
dalam bentuk kas yang diserahkan oleh wakif kepada entitas wakaf untuk
dikelola dan dikembangkan dalam jangka waktu tertentu. Hasil pengelolaan
dan pengembangan dari aset wakaf temporer selama jangka waktu tertentu, aset
wakaf berupa kas akan dikembangkan kepada wakif. Entitas wakaf mengakui
penerimaan wakaf dengan jangka waktu tertentu (wakaf temporer) sebagai
liabilitas.
Entitas wakaf mengakui penerimaan wakaf temporer sebagai liabilitas,
bukan
penghasilkan, karena entitas wakaf wajib mengembalikan aset yang
diwakafkan ke wakif di masa mendatang, sebagaimana diatur di dalam akta
ikrar wakafnya. Sedangkan penghasilkan entitas wakaf adalah manfaat yang
dihasilkan oleh aset wakaf temporer berupa imbal hasil.
Sebagai contoh, wakil mewakafkan uang sejumlah Rp1.000 selama satu
tahun ke entitas wakaf. Imbal hasil dari dana tersebut selama satu tahun adalah
Rp100. Entitas wakaf mengakui Rp1.000 sebagai liabilitas dan Rp100 sebagai
penghasilan berupa penerimaan wakaf temporer.

(b) Penyusutan Dan Amortisasi Aset Wakaf

Sebagaimana yang lazim dipraktikkan di dalam masyarakat, sebagian


besar aset wakaf adalah aset yang dapat disusutkan (depreciable) seperti
kendaraan, mesin dan bangunan. Hal ini memunculkan perdebatan apakah
asset wakaf tersebut harus disusutkan mengingat sifat keabadian yang
melekat pada aset wakaf. DSAS IAI memutuskan bahwa aset wakaf yang
bersifat depreciable akan disusutkan dan diamortisasi sebagaimana perlakuan
akuntansi yang lazim untuk aset sejenis. Adapun beban penyusutan dan
amortisasi aset wakat dicatat sebagai bagian beban penyaluran manfaat wakaf
kepada mauquf alaih

(c) Hasil Pengelolaan Dan Pengembangan


Agar manfaat aset wakaf bisa terus diberikan kepada mauquf alaih
dalam jangka
panjang, maka nazhir diharuskan untuk mengelola aset wakaf yang ada agar
terus berkembang. Hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf
merupakan tambahan manfaat ekonomis dalam bentuk tambahan aset yang
bersumber dari aset wakaf yang ada, berupa berbagai macam bentuk
penghasilan, seperti imbal hasil, dividen, dan bentuk penghasilan lainnya.
PSAK 112: Akuntansi Wakaf paragraf 32 mengatur bahwa hasil neto
pengelolaan dan pengembangan aset wakaf merupakan hasil pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf setelah dikurangin beban yang terkait. Hasil neto
pengelolaan dan pengembangan aset wakaf termasuk selisih pelepasan aset
yang bersumber dari aset wakaf awal. Misalnya, entitas wakaf menerima wakaf
1.000 lembar saham. Sebagian dividen dari saham tersebut kemudian
digunakan untuk memperoleh tambahan 100 lembar saham. Ketika dilakukan
pelepasan atas tambahan 100 lembar saham tersebut diperoleh keuntungan
sebesar Rp200, maka Rp200 tersebut merupakan bagian dari hasil pengelolaan
dan pengembangan aset wakaf. Hasil pengelolaan dan pengembangan aset
wakaf sebagian besar disalurkan kepada mauquf alaihi dan sebagain lainnya
digunakan untuk perolehan aset baru. DSAS IAI memutuskan bahwa aset baru
yang berasal dari hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf merupakan
tambahan aset wakaf.
Lebih lanjut, pada paragraph 35 PSAK 112: Akuntansi Wakaf, diatur
beberapa hal yang tidak termasuk ke dalam hasil neto pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf, yaitu:

1. Hasil pengukuran ulang atas aset wakaf.


Misalnya, entitas wakaf menerima wakaf berupa tanah seharfa 10.000.
Tanah tersebut kemudian diukur ulang pada nilai wajar menjadi Rp15.000.
selisih Rp5.000 bukan merupakan bagian dari hasil pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf.

2. Selisih dari pelepasan aset wakaf.


Misalnya, entitas wakaf menerima aset wakaf berupa logam mulia
seharga Rp1.000 yang diperuntukkan untuk kegiatan pendidikan. Kemudian
nazhir menjual logam mulia tersebut seharga Rp1.200, maka Rp1.200 tersebut
seluruhnya merupakan penghasilan penerimaan wakaf.
(d) Imbalan Nazhir

Sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola aset wakaf,


nazhir berhak mendapatkan imbalan dari hasil pengelolaan dan pengembangan
aset wakaf. Undang-udang wakaf mengatur bahwa imbalan bagi nazhir
tersebut tidak boleh melebihi 10% dari hasil pengelolaan dan pengembangan
aset wakaf.
PSAK 112: Akuntansi Wakaf mengatur bahwa dasar penentuan imbalan
untuk nazhir adalah hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf yang
telah direalisasikan dalam bentuk kas dan setara kas di periode berjalan. Hasil
neto yang telah direalisasikan tersebut:
1. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf di periode berjalan
2. Penyesuaian terhada aset neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf
periode berjalan yang kas dan setara kasnya belum diterima di periode
berjalan,
3. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf
di periode lalu yang kas dan setara kasnya diterima di periode berjalan.

2. PENGUKURAN
Pada saat pengakuan awal aset wakaf awal dari wakif diukur
sebagai berikut:
1. Aset wakaf awal berupa uang diukur pada nilai nominal.
2. Aset wakaf awal selain uang diukur pada nilai wajar.
Aset wakaf awal selain uang diukur pada nilai wajar saat
pengakuan awal. Namun, pada beberapa kondisi ketika nilai wajarnya
tidak dapat diukur secara andal, maka
aset wakaf awal tersebut tidak diakui dalam laporan keuangan. Aset wakaf
tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Jika kemudian
nilai wajar aset wakaf awal dapat ditentukan secara andal, maka aset wakaf
tersebut diakui dalam laporan keuangan. Laporan keuangan periode sebelumnya
tidak disesuaikan dengan pengakuan aset wakaf tersebut. Aset logam mulia diukur
pada nilai wajar dan perubahannya diakui sebagai dampak pengukuran ulang aset
wakaf. Aset logam mulia ini diukur nilai wajar tanggal pengukuran. Apabila
terjadi kenaikan atau penurunan nilai wajar, maka diakui sebagai dampak
pengukuran ulang aset wakaf.

3. PENYAJIAN

Entitas wakaf menyajikan aset wakaf temporer yang diterima sebagai


liabilitas. Hal
ini dikarenakan oleh, nazhir memiliki kewajiban untuk mengembalikan aset wakaf
kepada wakif pada saat jangka waktu wakaf sudah berakhir, sebagaimana
dituangkan di dalam ikrar wakafnya.

4. PENGUNGKAPAN
PSAK 112: Akuntansi Wakaf paragraf 46 mengatur tentang beberap
hal yang memerlukan pengungkapan oleh nazhir, yaitu: Kebijakan akuntansi
yang diterapkan pada penerimaan, pengelolaan, dan penyaluran wakaf.
1. Penjelasan mengenai nazhir
2. Penjelasan mengenai wakif yang signifikan secara individual
3. Penjelasan sebagai strategi pengelolaan dan pengembangan aset wakaf.
4. Penjelasan mengenai peruntukan aset wakaf
5. Jumlah imbalan nazhir dan persentasenya dari hasil neto pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf, dan jika terjadi perubahan diperiode berjalan,
dijelaskan alasan perubahannya.
6. Rekonsiliasi untuk menentukan dasar perhitungan imbalan nazhir
meliputi:
a. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode berjalan
b. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode berjalan
yang belum terealisasi dalam kas dan setara kas pada periode berjalan
c. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode lalu yang
terealisasi dalam kas dan setara kas pada pada periode berjalan
7. Jika ada wakaf temporer, penjelasan tentang fakta tersebut, jumlah, wakif
8. Rincian aset yang diterima dari wakif yang belum ada akta ikrar
wakafnya.
9. Jika ada wakaf melalui uang, penjelasan mengenai wakaf mengenai uang
yang belum direalisasi menjadi aset wakaf yang dimaksud
10. Jika ada aset wakaf yang tertukar dengan aset wakaf lain, penjelas
tentang hal tersebut termasuk jenis aset yang ditukar dan aset pengganti,
alasan, dan dasar hukum.
11. Jika ada hubungan pihak berelasi antara wakif, nazhir, dan/atau mauquf
‘alaih, maka diungkapkan:
a. Sifat hubungan
b. Jumlah dan jenis aset wakaf permanen atau temporer
c. Persentase penyaluran manfaat dari total penyaluran maanfaat wakaf
selama periode berjalan.

C. PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS WAKAF


Dalam menyusun laporan keuangan, entitas wakaf menyajikan laporan
keuangan wakaf yang tidak dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan
perusahaan atau organisasi atau badan hukum nazhir. Apabila entitas wakaf
memiliki pengendalian atas investasi pada entitas lain, maka laporan keuangan
entitas lain yang dikendalikan oleh entitas wakaf tesebut tidak dikonsolidasikan
atau tidak digabung dalam laporan keuangan entitas wakaf.
Menurut PSAK 112 paragraf 19, Laporan Keuangan Entitas Wakaf yang
lengkap meliputi:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan rincian aktivitas wakaf pada akhir periode;
3. Laporan aktivitas selama periode;
4. Laporan arus kas selama periode;
5. Catatan atas laporan keuangan.
Selanjutnya, bentuk masing-masing laporan tersebut dijelaskan
di dalam PSAK 101 Penyajina Laporan Keuangan Syariah, Lampiran D. Adapun
bentuk laporan
keuangan entitas wakaf adalah sebagai berikut:

(1) LAPORAN POSISI KEUNGAN PADA AKHIR PERIODE


Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, dan
liabilitas diklasifikasikan menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas
jangka panjang. Berikut contoh laporan posisi keuangan entitas wakaf
(2) LAPORAN RINCIAN ASET WAKAF
Karena DSAS IAI memutuskan bahwa aset baru yang diperoleh dari
hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf merupakan tambahan aset wakaf,
maka entitas wakaf perlu menyajikan menyajikan laporan perubahan aset
wakaf di mana laporan tersebut mengandung unsur yaitu aset wakaf yang
diterima dari wakif dan aset wakaf yang berasal dari hasil pengelolaan dan
pengembangan.
(3) LAPORAN AKTIVITAS
Entitas wakaf menyajikan laporan aktivitas yang mencakup unsur
sebagai berikut:
1. Penerimaan wakaf permanen
2. Penerimaan wakaf temporer
3. Dampak pengukuran ulang ase wakaf
4. Hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf
5. Penyaluran wakaf
(4) LAPORAN ARUS KAS
Entitas wakaf menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2: Laporan
Arus Kas, PSAK lain, dan ISAK yang relevan.

(5) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Entitas wakaf menyajikan catatan atas laporan keuangan atas laporan
keuangan sesuai dengan PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah

D. AKUNTANSI WAKIF
PSAK 112 hanya mengatur tentang wakif organisasi dan badan hukum
karena jenis nazhir ini dianggap memenuhi criteria sebagai entitas pelaporan.
Wakif mengakui asset wakaf yang diserahkan secara permanen kepada entitas
wakaf sebagai beban sebesar jumlah tercatat dari asset wakaf. Sedangkan
terkait dengan asset yang diserahkan secara temporer, wakif mengakuinya
sebagai asset yang dibatasi penggunaannnya. Wakif tidak menghentikan
pengakuan atas penyerahan asset wakaf temporer berupa kas karena entitas
wakf berkewajiban untuk mengembalikan asset tersebut kepada wakif setelah
jangka waktu wakaf berakhir.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Unsur wakaf meliputi wakif, nazhir, aset wakaf, ikrar wakaf, peruntukan
aset wakaf dan jangka waktu wakaf.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai