Anda di halaman 1dari 28

KE L OM PO K 2

PERSPEKTIF
PENGUKUR
AN ATAS
KEGUNAAN
KEPUTUSA
Teori Akuntansi
N
INESYA TESALONIKA
WULOLO

OLEH B1C1 19 112

KELOMPOK 2
INTAN RAHMAFITA
B1C1 19 113

IDA BAGUS SURYA S


B1C1 19 109
ISHBIR MUHAMMAD
ECHSAN EFENDI
B1C1 19 114

INDAR WISYA
B1C1 19 111 JAMIA NUGRAH
B1C1 19 115
1.Apakah pasar sekuritas benar efisien ?
2.Apa alasan yang mendukung perspektif pengukuran ?
3.Bagaimana relevansi nilai informasi laporan keuangan ?
4.Bagaimana teori surplus bersih ohlson ?
5.Bagaimana liabilitas hukum auditor ?

RUMUSAN
MASALAH
2.1 APAKAH
PASAR
SEKURITAS
BENAR
EFISIEN?
2.1.1 PENGANTAR

Bias atribut diri dan momentum tentu saja tidak sesuai dengan efisiensi
pasar sekuritas dan teori keputusan yang mendasarinya. Berdasarkan
CAPM, return sekuritas yang tinggi hanya dapat diperoleh jika nilai resiko
beta yang lebih tinggi ditanggung. Namun Daniel dan Titman melaporkan
bahwa nilai resiko beta rata-rata dari portofolio momentum mereka ternyata
lebih rendah dari nilai beta portofolio pasar. Selain itu, momentum harga
saham menyiratkan adanya korelasi rangkaian positif dengan return
sekuritas, bertentangan dengan perilaku acak return saham berdasarkan
efisiensi pasar.
2.1.2 TEORI PROSPEK

Menurut teori prospek, seorang investor yang


tengah mempertimbangkan suatu investasi
yang beresiko ("suatu prospek") akan secara
terpisah mengevaluasi prospek gain
(kelebihan nilai jual atas nilai buku aset) dan
loss (kebalikan gain). Evaluasi yang terpisah
ini bertentangan dengan teori keputusan, di
mana para investor mengevaluasi keputusan
dalam hal dampaknya terhadap kekayaan
total.
2.1.3 TAMATKAH RIWAYAT NILAI BETA ?

di Amerika Serikat selama periode 1963-1990, Fama dan French


(1992), mendapati bahwa nilai beta, dan karenanya CAPM-nya, hanya
dapat sedikit menjelaskan return/kembalian saham. Malah mereka
menemukan kemampuan menjelaskan yang signifikan untuk rasio dari
nilai buku suatu saham biasa terhadap nilai pasar (B/M). Mereka juga
menemukan kekuatan penjelas untuk ukuran perusahaan.
Temuan Fama dan French tidak lantas tidak konsisten dengan perilaku investor
yang rasional dan pasar sekuritas yang efisien. Sebagai contoh, investor mungkin
membeli saham dari perusahaan yang memiliki nilai B/M rendah untuk melindungi
mereka dari resiko tak terdiversifikasi dari, katakanlah, penurunan dalam ekonomi
yang akan menimbulkan tekanan keuangan bagi banyak perusahaan

Namun demikian, hasil yang didapatkan oleh Fama dan French memang
mengancam CAPM, karena temuan tersebut menyiratkan bahwa nilai beta
bukanlah satu-satunya ukuran resiko yang relevan. Rendahnya kekuatan
menjelaskan nilai beta yang dikemukakan oleh Fama dan French, telah
mengakibatkan beberapa orang menyatakan bahwa nilai beta sudah "tamat/mati."
Meskipun demikian, ilmu perilaku keuangan memberi suatu perspektif yang
berbeda atas validitas CAPM dan beta. Yaitu, perilaku kembalian saham yang tidak
sesuai dengan CAPM dianggap sebagai bukti adanya inefisiensi pasar. Berkenaan
dengan hal ini, Daniel, Hirshleifer, dan Subrahmanyam (2001) menyajikan suatu
model yang mengasumsikan adanya dua jenis investor-yang rasional dan yang
terlalu percaya diri. Karena adanya investor yang rasional, nilai beta suatu saham
akan terkait secara positif dengan pengembaliannya, seperti dalam CAPM.
Namun demikian, para investor yang terlalu percaya diri akan bereaksi berlebihan
ketika mereka mengumpulkan informasi. Hal ini akan menyebabkan harga saham
suatu perusahaan terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan menyebabkan rasio B/M
perusahaan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sepanjang waktu, harga saham
akan kembali kepada tingkat efisiennya seiring dengan terungkapnya kepercayaan
diri yang terlalu tinggi tadi
2.1.4 VOLATILITAS BURSA SAHAM YANG
BERLEBIHAN
Ingatlah kembali dari CAPM bahwa, jika nilai beta dan tingkat bunga
bebas resiko dianggap konstan, maka suatu perubahan dalam return
yang diharapkan dari portofolio pasar, E(RMt), adalah satu-satunya
alasan terjadinya perubahan dalam return yang diharapkan dari saham
perusahaan j. Nah, penentu utama dari nilai E(RMt) adalah agregat
deviden yang diharapkan dari seluruh perusahaan dalam pasar tersebut-
semakin tinggi agregat deviden yang diharapkan, semakin banyak yang
akan diinvestasikan oleh para investor ke pasar, yang meningkatkan
permintaan atas saham dan mendorong indeks bursa saham ke atas (dan
sebaliknya). Akibatnya, jika pasar tersebut efisien, perubahan dalam
E(RMt) seharusnya tidak melebihi perubahan-perubahan dalam agregat
deviden yang diharapkan.
Gelembung bursa saham,
di mana harga saham
meningkat jauh di atas
2.1.5 GELEMBUNG nilai rasionalnya,
merupakan suatu kasus
BURSA SAHAM
ekstrim dari volatilitas
pasar yang berlebihan.
2.1.6 ANOMALI PASAR
SEKURITAS YANG EFISIEN
harga saham kadangkala butuh waktu tuk memberi
reaksi sepenuhnya terhadap informasi laporan
keuangan, sehingga return sekuritas abnormal akan
terus ada selama beberapa waktu setelah dirilisnya
informasi tersebut. Demikian pula, tampaknya
pasar tidak selalu mendapatkan seluruh muatan
informasi dari laporan keuangan. Kasus seperti ini
yang tampaknya tidak sesuai dengan efisiensi
pasar sekuritas disebut anomali dalam pasar
sekuritas yang efisien.
2.1.7 IMPLIKASI
INEFISIENSI PASAR
SEKURITAS TERHADAP
PELAPORAN KEUANGAN
Penyiapan pelaporan keuangan yang lebih baik, dengan
memberi investor lebih banyak bantuan dalam
memprediksi nilai dasar dari perusahaan, akan
mempercepat proses arbitrase ini. Bahkan, dengan
memangkas biaya-biaya analisis rasional, penyiapan
pelaporan keuanganyang lebih baik pun akan mengurangi
tingkat bias perilaku investor. Dengan demikian,
inefisiensi pasar sekuritas mendukung suatu perspektif
pengukuran.
LANJUT

2.2 ALASAN YANG


MENDUKUNG
PERSPEKTIF
PENGUKURAN
laporan pendapatan bersih hanya menjelaskan
sebagian kecil dari terjadinya variasi harga sekuritas
seputar tanggal pengumuman laba, dan bahwa bagian
yang dijelaskannya semakin sedikit. Hal ini
menimbulkan pertanyaan mengenai relevansi
penyediaan laporan keuangan berbasis biaya historis.
teori surplus bersih yang dikemukakan oleh Ohlson
menunjukkan bahwa nilai pasar suatu perusahaan dapat
dinyatakan dengan variabel laporan keuangan yaitu neraca dan
laporan laba-rugi. Meskipun teori surplus bersih berlaku bagi
akuntansi berbasis apapun, caranya menunjukkan bahwa nilai
perusahaan tergantung pada variabel akuntansi fundamental
sesuai dengan suatu perspektif pengukuran.
2.3 RELEVANSI NILAI
INFORMASI LAPORAN
KEUANGAN
banyak studi menyatakan bahwa respons pasar terhadap kabar
baik atau kabar buruk dari suatu laporan laba sebenarnya cukup
kecil, bahkan setelah dampak dari peristiwa yang memengaruhi
seluruh ekonomi telah dipertimbangkan Pada kenyataannya,
hanya 2% sampai 5% dari variabilitas abnormal return sekuritas
dalam kerangka waktu sempit seputar tanggal dirilisnya
informasi laba dapat dinyatakan disebabkan oleh laba itu sendiri.

informasi akuntansi tidak dapat menjelaskan seluruh variabilitas


return abnormal. Demikian pula sifat tidak statis dari parameter
seperti nilai beta dan volatilitas yang berlebihan yang
disebabkan oleh para investor non-rasional akan lebih
meningkatkan besarnya volatilitas harga saham yang akan
dijelaskan.
2.4 TEORI Fehlman dan Ohlson

SURPLUS
(1995) teori ini
mengasumsikan adanya
kondisi ideal dalam

BERSIH pasar modal, termasuk


ireleavansi deviden.

OHLSON
KEEP SMILE
2.4.1 Tiga Rumus untuk Nilai Perusahaan

teori ini telah cukup sukses menjelaskan dan


memprediksi nilai aktual perusahaan. Garis besar teori
yang dikemukakan di sini didasarkan pada suatu versi
yang disederhanakan dari tulisan Fehlman dan Ohlson
(1995), disebut (FO). Model teori surplus bersih juga
disebut model residual income (pendapatan residu).

UNTUK ILUSTRASI TERSEDIA DALAM


MAKALAH PADA HALAMAN 22-25
2.4.2 PERSISTENSI LABA
-------------------------------------------------
Fehlman dan Ohlson kemudian memasukkan konsep penting, yaitu persistensi laba, dalam teori
tersebut. Secara spesifik mereka berasumsi bahwa laba abnormal dihasilkan sesuai dengan rumus
berikut:
ox1a = (t)oxt-1a + Ʋt-1 + έt (6.2)

Fehlman dan Ohlson menyebut rumus ini sebagai earnings dynamic (dinamika laba). Nilai έt adalah dampak dari terjadinya keadaan dalam periode t terhadap laba abnormal,

sementara tanda "~" di atas ɛt menunjukkan bahwa dampak ini terjadi secara acak, pada awal setiap periode. Seperti dalam Contoh 2.2, nilai yang diharapkan dari terjadinya

keadaan adalah nol dan terjadinya keadaan tersebut tidak saling berhubungan dari satu periode ke periode selanjutnya.

Nilai ɷ menunjukkan parameter persistensi, di mana 0 ≤ ɷ < 1. Untuk ɷ = 0 kita memiliki kasus seperti Contoh 2.2, artinya laba abnormal tidak terus ada. Meskipun

demikian, ɷ > 0 bukannya tidak masuk akal

CONTOH TERSEDIA DALAM MAKALAH PADA HALAMAN 28-30


2.4.3 Model FO dapat digunakan untuk mengestimasi nilai
saham suatu perusahaan. Hal ini kemudian dapat

MENGESTI dibandingkan dengan nilai pasar aktual saham tersebut,


untuk mengindikasikan kemungkinan terjadinya
MASI NILAI penilaian lebih tinggi atau lebih rendah oleh pasar, dan
untuk membantu pembuatan keputusan investasi.
PERUSAHA
AN
CONTOH TERSEDIA DALAM MAKALAH PADA HALAMAN 30-32
jika kondisi tidak ideal, model yang menghasilkan prediksi terbaik
2.4.4 STUDI EMPIRIS adalah masalah empiris. Sebagai misal, sering dipedebatkan bahwa
ATAS MODEL model surplus bersih memiliki keunggulan karena menggunakan
SURPLUS BERSIH informasi laporan dalam
neraca perusahaan, dan akibatnya, harus memproyeksikan hanya pendapatan residu
atau abnormal. Model aliran kas dan model deviden harus memprediksikan aliran kas
total yang akan datang. Karena itu, model surplus bersih memiliki "lebih sedikit" hal
yang harus diprediksi, dan karenanya kurang rentan terhadap kesalahan.
Diperdebatkan pula bahwa model surplus bersih lebih mudah diterapkan daripada
model aliran kas. Model ini menggunakan informasi laporan keuangan yang telah ada
dan tidak harus menggunakan aliran kas balik dari laporan berbasis akuntansi akrual.

model surplus bersih memberi suatu alternatif bagi CAPM untuk estimasi biaya
modal.
2.5 Liabilitas Hukum Tampaknya diperlukan suatu bentuk
konservatisme yang lebih kuat, yang

Audite mengharuskan diperluasnya pemikiran nilai


pasar atau biaya yang lebih rendah. Badan
penentu standar telah melaksanakan
Bagaimana para auditor dapat melindungi diri dari beberapa standar seperti ini setelah
tekanan dan kewajiban potensial seperti ini? Salah terjadinya bencana yang melanda asosiasi
satu jawabannya tentunya, adalah penerapan pemberi pinjaman dan tabungan tadi, seperti
perilaku beretika, dengan menyadari bahwa uji pagu untuk goodwill dan aset modal.
kepentingan jangka panjang profesi akuntansi/audit
akan dipenuhi dengan tidak menyerah pada tekanan
yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk
mengulur atau membelokan interpretasi atas GAAP.
Dalam suatu sampel dari banyak perusahaan yang diambil selama tahun 1963-1990, Basu
mendapati korelasi yang secara signifikan jauh lebih tinggi bagi perusahaan dalam sampelnya
yang kinerjanya buruk dibandingkan bagi perusahaan yang menunjukkan kinerja yang baik,
sesuai dengan pendapatnya tadi.
Dengan menggunakan perspektif pengukuran, Basu melanjutkan pengkajiannya pada periode
tahun 1983-1990. Periode ini telah ditengarai dengan meningkatnya jumlah gugatan terhadap
auditor, dan secara kasar berhubungan dengan kejadian setelah bencana kegagalan asosiasi
pemberi pinjaman dan tabungan yang dijelaskan di atas. la mendapati bahwa konservatisme lebih
meningkat dalam periode ini dibandingkan dengan periode sebelumnya, ketika gugatan hukum
tidak sebanyak dalam periode ini. Hal ini menunjukkan bahwa badan penentu standar bereaksi
terhadap kesulitan hukum yang dihadapi oleh para auditor dengan meningkatkan konservatisme,
seperti melalui uji pagu yang disebutkan di atas. Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai
gugatan hukum ini serta penjelasan berbasis regulasi untuk konservatisme.
Kesimpulan
Perspektif informasi diperkuat lagi dengan pengembangan teori surplus bersih dari Ohlson, yang menekankan
peranan mendasar dari informasi akuntansi keuangan dalam menentukan nilai perusahaan. Teori ini
menyiratkan suatu peranan yang lebih mendasar bagi laporan keuangan dalam melaporkan nilai perusahaan
dibandingkan perspektif informasi. yang menganggap informasi akuntansi sebagai salah satu dari banyak
sumber informasi yang saling bersaing untuk mencuri perhatian pasar yang efisien. Karenanya teori surplus
bersih secara alami mengarah kepada perspektif pengukuran.
Tentu saja, perspektif pengukuran juga menemui masalah reliabilitas. Akibatnya, kami tidak mengharapkan
perspektif pengukuran dapat meluas sampai pada suatu rangkaian laporan keuangan yang utuh atas dasar nilai
wajar. Pertanyaannya lebih pada masalah cakupan-sampai sejauh mana nilai wajar menggantikan biaya historis
dalam penyusunan laporan keuangan? Sebagai konsekuensinya, dalam bab selanjutnya kami akan membahas
GAAP dari perspektif penentuan nilai. Selalu ada komponen nilai kini dan nilai pasar yang substansial bagi
laporan keuangan. Namun seperti yang akan kita ketahui, dalam tahun terakhir kita telah menyaksikan
munculnya sejumlah standar baru untuk nilai wajar
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai