Menurut (Harahap. 2002 : 301) menjelaskan bahwa semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan hutang lancar, maka akan semakin tinggi juga kemampuan sebuah perusahaan
dalam menutupi kewajiban jangkan pendeknya.
Sebagai contoh ilustrasinya jika rasio lancar 1:1 atau 100% itu menunjukan kalau aktiva lancar
bisa menutupi seluruh hutang lancar. Maka suatu persusahaan akan dikatakan sehat jika
rasionya berada di atas angka 1 atau di atas 100%. Tidak hanya itu saja aktiva lancar juga
harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
Apabila muncul perbedaan yang begitu signifikan antara current ratio dengan quick ratio,
yang dimana posisi dari quick ratio menurun sedangkan untuk current rationya justru
meningkat, hal tersebut memperlihatkan kalau terjadi sebuah investasi yang besar pada
persediaan.
Tidak hanya itu saja rasio ini juga akan memperliahtkan kemampuan dari aktiva lancar yang
paling likuid serta bisa menutupi hutang lancar. Dimana semakin besar dari Quick Ratio maka
akan semakin baik pula, akantetapi untuk angka rasio ini tidaklah harus mencapai angka 100%
atau 1:1 artinya meskipun rasionya tidak mencapai angka 100% dan hanya bisa mendekati
angka 100% saja maka perusahaan juga sudah dapat dikatakan sehat (Harahap, 2002 hal
302).
• Cash Ratio
Cash Rasio ini memiliki fungsi yakni untuk membandingkan antara kas dan juga aktiva lancar
yang dapat dengan segera mungkin menjadi uang kas dengan hutang lanca. Kas yang
dimaksud dalam hal ini adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan ada juga yang
berada di bank yang berupa rekening koran.
Berbeda lagi dengan harta setara dengan kas atau near cah yang merupakan harta lancar
yang bisa dengan mudah serta cepat untuk bisa diuangkan kembali, hal tersebut terjadi
karena bisa dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Negara yang menjadi domisili dari
perusahaan yang berkaitan.
Dibawah ini terdapat rumus dari Cah Ratio :
Rasio ini akan memperlihatkan porsi jumlah kas di tambah dengan setara kas selanjutnya
dibandingkan dengan total aktiva lancar. Dan apabila kondisi semakin besar maka akan
semakin baik juga, rasio ini juga mirip dengan Quick Ratio, dimana angkanya tidak harus
mencapai angka 100% (Harahap, 2002 hal 302).
2. Rasio Aktivitas
Yaitu rasio yang dipakai untuk mengukur efesiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva
(asset) yang dimilikinya. Kinerja dari rasio ini juga akan melihat pada beberapa asset yang
perusahaan miliki dan selanjutnya rasio ini akan menentukan berapa tingkat aktivitas-
aktivitas asset tersebut pada tingkatan tertentu.
Jika terjadi aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu hal tersebut menyebabkan
semakin besarnya dana kelebihan aktiva lain yang lebih produktif. Disini terdapat beberapa
rasio yang dipakai untuk pengalokasian dana kelebihan tersebut.
Dalam analisis aktiva rasio yang digunakan ialah :
Akan tetapi sebaliknya jika perputaran persediaan yang perusahaan miliki ternyata rendah
maka hal itu memperlihatkan kalau kurang adanya keefektifan dalam pengelolaan
persediaan pada perusahaan tersebut.
Berikut ini terdapat rumus perhitunganya:
• Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang ini dipakai untuk mengukur dengan rata-rata piutang yang sudah
dikumpulkan dalam satu tahun. Dan kegunaan daru rasio ini juga ialah untuk mengukur
kualitas piutang serta efesiensi perusahaan dalam mengumpulkan piutang dan juga kebijakan
kredit yang dikeluarkanya.
Rasio ini juga sangat erat sekali kaitanya dengan hubungan analisis terhadap modal kerja,
sebab analisis ini akan memperlihatkan seberapa cepat piutang dalam perusahaan berputar
dan selanjutnya berubah menjadi kas.
Untuk mengetahui jangka waktu pelunasan dapat dilihat dari angka jumlah hari piutang,
dimana hal ini menunjukkan lamanya suatupiutang dapat ditagih.
Untuk menghitung rasio perputaran bisa menggunakan rumus berikut ini:
Sutrisno, 2001:251 berpendapat bahwa rasio ini berfungsi guna mengukur efektivitas
pengelolaan persediaan, dimana semakin tinggi tingkat perputaranya maka akan semakin
efektif juga pengelolaan persediaanya.
Dalam hal ini Sutrisno di dalam bukunya memaparkan kalau rasio ini adalah ukuran efektif
pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan, sebab semakin tingginya perputaran
maka akan semakin efektif juga perushaan dalam memanfaatkan aktivitasnya.
Namun beda halnya dengan industri yang bergerak dalam bidang jasa yang hanya
mempunyai proporsi aktiva yang lebih kecil, tentu rasio ini tidak begitu penting untuk
diperhatikan.
Untuk menghitung perputaran aktiva tetap bisa menggunakan rumus dibawah ini:
3. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas merupakan Rasio yang digunakan dalam pengukuran seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang dan juga mengukur kemampuan perusahaan pada saat
membayar seluruh kewajibanya baik jangka pendek maupun jangka panjang jika perusahaan
dilikuidasi (dibubarkan).
Rasio Solvabilitas ini juga merupakan rasio yang mempunyai kemampuan dalam memenuhi
kewajiban jangkan panjang jika sebuah perusahaan dilukidasi. Perusahaan yang mempunyai
kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar seluruh hutang-hutangya disebut juga
sebagai perusahaan yang solvable, sedangkan jika tidak disebutkan dikenal sebagai
perusahaan yang insovable.
Berhubungan dengan perhitungan rasio solvabilitas yang dapat digunakan yakni seperti
berikut :
• Rasio total hutang terhadap total aktiva (Total debt to total Assets ratio)
Rasio ini memiliki sebuah fungsi yakni mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh utang atau seberapa besar hutang perusahaan dapat berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
Rasio hutang atau yang biasanya dikenal dengan Debet ratio ini bisa digunakan untuk
mengukur presentase besarnya dana yang bersumber dari hutang yang perusahaan miliki
baik yang berjangka pendek ataupun yang berjangka panjang.
Nah berikut ini rumus yang bisa digunakan dalam mengukur besarnya hutang pada suatu
perusahaan.
Apabila anda mempunyai sebuah perushaan kami disini menyarankan agar sebaiknya
besaran hutang tidaklah melebihi modal sendiri. Hal tersebut ditjukan supaya beban
tetapnya tidak terlalu tinggi , maka bisa disimpulkan apabila semakin kecil rasio ini semakin
baik. Artinya apabila semakin kecil hutang terhadap moda maka akan semakin aman.
Berikut ini terdapat rumus yang bisa anda gunakan:
4. Rasio Profitabilitas
Menurut sofyan safri harapah (2008 : 304)
Sebuah kemampuan perusahaan pada saat mendapatkan keuntungan melalui seluruh
kemampuan dan sumber yang dimiliki seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan lain sebagainya merupakan pengertian dari Rasio Profitabilitas.
Rasio yang satu ini sangat diperhatikan sekali sebab rasio ini berhubungan dekat dengan
lekangsungan hidup sebuah perusahaan dan dibawah ini beberapa rasio yang termasuk
dalam rasio rentabilitas:
Jika nilai ROI nya semakin tinggi maka akan semakin baik, rasio ini digunakan untuk mengukur
jumlah rupiah dari laba bersih sesudah pajak yang diperoleh dari setiap rupiah investasi yang
dikeluarkan.
5, ROA (Return On Assets)
Didalam buku Sutrisno 2001:254 memaparkan kalau ROA dikenal juga sebagai rentabilitas
ekonomi, yang dimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan seluruh
aktiva yang perusahaan miliki saat ini.
Pada hal ini yang akan didapat adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT
Dibawah ini rumus untuk mencari ROA:
E. Manfaat Analisis Laporan Keuangan Bank
Berikut ini terdapat beberapa manfaat yang bisa dirasakan oleh sebuah bank dengan
adanya analisis rasio keuangan antaralah yakni:
Jadi untuk bisa menganalisis kemampuan keuangan yang disajikan pada Laporan Keuangan
Realisasi Anggaran , bisa dilakukan dengan berbagai analisis seperti dibawah ini :
1. Rasio Keuangan Kemandirian Keuangan Daerah
Untuk menghitung Rasio Keuangan Kemandirian bisa dihitungan dengan cara
membandingkan total penerimaan Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan jumlah
pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman daerah. Angkan rasio
yang semakin tinggi memperlihatkan pemerintah daerah semakin tinggi kemandirian
keuangan daerahnya (Mahmudi, 2010:142)
Anda bisa melihat pola hubungan dengan kemampuan daerah dari sisi keuangan pada tabel
dibawah ini untuk dijadikan sebagai pedoman.
Sumber, Halim,2004:189
3. Rasio Efesiensi
Pada saat menjalankan roda pemerintahan, maka pemerintah diharuskan mampu untuk
melaksanakan semua kegiatan secara efeseien. Maka untuk melihat efesien atau tidaknya
bisa di tentukan dari rasio efesinse.
Jadi efesiensi ini bisa diukur dengan rasio antara output dan input, output yang semakin tinggi
dari pada input maka tingkat efesiensi suatu organisasi dianggap tinggi pula.
Untuk bisa menetapkan efesiensi pengelolaan keuangan daerah, bisa kita ukur dengan tabel
kriterian kinerja keuangan berikut ini: