Anda di halaman 1dari 8

MODUL V

ANALISIS RASIO

Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-


gabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan rugi-laba dan neraca.
Dengan cara rasio semacam itu diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan
hilang.
1.1. ANALISIS RASIO
Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam
kategori, yaitu:

1.1.1 Rasio Likuiditas


Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang
dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Dua rasio likuiditas jangka pendek
yang sering digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick (sering juga disebut acid
test ratio).
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah
menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). berikut ini perhitungan
rasio lancar untuk:

Aktiva Lancar
Rasio Lancar = Hutang Lancar

Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio
lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan
mempunyai pengaruh yang tidak bbaik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva
lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan
aktiva tetap.
Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas, piutang, dan persediaan),
persediaan biasanya dianggap merupakan aset yang paling tidak likuid. Dengan
alasan demikian, persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan rasio
quick. Berikut ini perhitungan rasio quick:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 1
Aktiva Lancar – Persediaan
Rasio quick =
Hutang Lancar

Sama seperti halnya rasio lancar, angka yang terlalu tinggi untuk persediaan
menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang, sedangkanangka yang terlalu kecil
menunjukkan risiko likuiditas yang lebih tinggi.

1.1.2 Rasio Aktivitas


Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Empat rasio aktivitas
yang akan dibahas adalah adalah: (1) Rata-rata umur piutang, (2) Perputaran
persediaan, (3) Perputaran Aktiva Tetap, (4) Perputaran Total Aktiva.
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang
(merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin
besar dana yang tertanam pada piutang. Rata-rata umur piutang dapat dihitung
melalui dua tahap yaitu dengan menghitung perputaran piutang dan kemudian
menghitung rata-rata umur piutang.

Penjualan
Perputaran Piutang =
Piutang

Rata-rata umur Piutang = 365 / Perputaran Piutang

Angka rata-rata piutang yang terlalu tinggi menunjukkan kemungkinan tidak


kembalinya piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang terlalu rendah bisa jadi
merupakan indikasi kebijakan piutang yang terlalu ketat, dan ini akan menurunkan
penjualan dari yang seharusnya bisa dimanfaatkan.
Rasio aktivitas yang kedua adalah rasio perputaran pesediaan. Berikut ini
perhitungan rasio aktivitas persediaan:
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan =
Persediaan

Rata-rata umur Persediaan = 365 / Perputaran Persediaan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 2
Perputaran piutang yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan
berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektifitas manajemen persediaan.
Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-
manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.

Perputaran aktiva tetap bisa dihitung dengan cara formula di bawah ini:
Penjualan
Perputaran Aktiva Tetap =
Aktiva Tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan


penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan menggunakan aktiva
tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap
tersebut.
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran
total aktiva. Rasio menggunakan formula sebagai berikut ini:
Penjualan
Perputaran Total Aktiva =
Total Aktiva

Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan
manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen
mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran modalnya (investasi).

1.1.3 Rasio Solvabilitas


Rasio ini mengukur komponen perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya. Ada beberapa macam rasio yang bisa dihitung: rasio total hutang
terhadap total aset, Rasio hutang-modal saham, Rasio Times Interest Earned, Rasio
fixed charges coverage.

Total Hutang
Rasio total hutang =
terhadap total aset Total Aset

Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio
yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage)
yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 3
Rentabilitas Modal Saham (Return on Equity atau ROE) dengan cepat, tetapi
sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham (ROE) akan
menurun cepat pula. Risiko perusahaan dengan financial leverage yang tinggi akan
semakin tinggi pula.
Rasio lainnya adalah Times Interest Earned yang dihitung sebagai berikut ini:

Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)


TIE =
Bunga

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang dengan laba


sebelumbunga pajak. Bisa juga dikatakan rasio ini menghitung seberapa besar laba
sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga. Rasio
yang tinggi menunjukkan situasi yang “aman”, meskipun barang kali juga
menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan hutang (penggunaan financial leverage)
perusahaan. Sebaliknya, rasio yang rendah memerlukan perhatian dari pihak
manajemen.
Jika TIE mengukur kemampuan perusahaan membayar beban tetap bunga,
rasio lain akan menghitung kemampuan perusahaan membayar beban tetap total,
termasuk biaya sewa. Rasio ini dinamakan rasio fixed charge coverage. Berikut ini
formula perhitungan rasio tersebut.

EBIT + Biaya Sewa


Fixed Charge
=
Coverage Bunga + Biaya Sewa

Rasio di atas memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan hutang,


tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan hutang (debt
capacity) perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai efek yang sama dengan
beban bunga.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 4
1.1.4 Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga
rasio yang sering dibicarakan, yaitu: profit margin, return on total asset (ROA), dan
return on equity (ROE).
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaanmenghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisien) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio profit margin bisa
dihitung sebagai berikut:
Laba Bersih
Profit Margin =
Penjualan

Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan


menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang
rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tigkat biaya yang tertentu,
atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi
dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan
ketidakefisienan manajemen.
Rasio profitabilitas yang lain adalah Return On Total Asset (ROA). Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat
aset yang tertentu. ROA sering disebut juga sebagai ROI (Return On Investment).
Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut:

Laba Bersih
ROA =
Total Aset

Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti


efisiensi manajemen.
Return On Equity (ROE), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini bisa dihitung sebagai
berikut:

Laba Bersih
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 5
1.1.5 Rasio Pasar
Rasio yang terakhir adalah rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif
terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut
investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan
terhadap rasio-rasio ini. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung, sebagai berikut:

Harga Pasar perlembar


PER =
Earning perlembar

Dividen perlembar
Dividend yield =
Harga Pasar perlembar

Dividen perlembar
Pembayaran Dividen =
Earning perlembar

1.2. ANALISIS DU PONT


Untuk mempertajam analisis, Du Pont mengembangkan analisis yang
memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset (asset utilization). Analisis ini
menghubungkan tiga macam rasio sekaligus yaitu ROA, profit margin, dan
perputaran aktiva. ROA dapat dipecah sebagai berikut:

ROA = Profit Margin X Perputaran Aktiva

ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran aktiva. Untuk menaikkan
ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan
mempertahankan perputaran aktiva, dengan menaikkan perputaran aktiva dan
mempertahankan profit margin, atau dengan cara menaikkan keduanya.

Dapat disimpulkan bahwa untuk menaikkan ROE, maka perusahaan


mempunyai alternatif seperti:
(1) Menaikkan ROA, yang bisa dilakukan dengan cara menikkan profit margin
atau menaikkan perputaran aktiva, atau keduanya sambil mempertahankan
tingkat hutang.
(2) Menaikkan financial leverage, yang berarti menaikkan hutang. Dengan
menaikkan hutang, pembagi dalam persamaan di atas (denominator) akan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 6
menjadi lebih kecil, dan dengan demikian ROE akan lebih besar sambil
mempertahankan tingkat ROA.
(3) Menaikkan ROA dan hutang secara bersamaan.

1.3. BEBERAPA KETERBATASAN


Meskipun analisis laporan keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa
keterbatasan yang perlu diperhatikan:
(1) Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan pada
harga perolehan (historical cost). Metode harga perolahan dipakai oleh akuntansi
karena metode tersebut dinilai paling obyektif dibanding metode lain. Metode
akuntansi juga mendasarkan pada metode akrual yang berusaha
mempertemukan pendapatan dengan biaya-biaya yang berkaitan dengan usaha
memperoleh pendapatan tersebut. Metode semacam ini tidak memperhatikan
kapan muncul atau keluarnya kas. Dalam jangka pendek, antara metode kas
dengan metode akrual barangkali tidak menghasilkan informasi yang sama.
(2) Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa alternatif metode
akuntansi. Dua perusahaan yang mempunyai kondisi yang sama, barangkali
akan memberikan informasi yang berbeda karena perbedaan metode akuntansi.
(3) Upaya perbaikan barangkali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk
memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan nampak bagus.
Sebagai contoh, sebelum tanggal neraca manajemen bisa meminjam hutang
jangka panjang dan menyimpan kas pinjaman tersebut. Aktiva lancar akan naik
dan rasio lancar perusahaan akan kelihatan baik. Sesudah tanggal neraca, kas
barangkali dipakai untuk melunasi hutang jangka panjang, dan kondisi likuiditas
jangka pendek kembali keasalnya yang tidak begitu bagus.
(4) Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan
yang bergerak pada beberapa bidang usaha (industri). Untuk perusahaan
semacam ini, analis akan kesulitan memilih pembandingnya karena perusahaan
tersebut bergerak pada beberapa industri. Juga data-data divisi untuk
mengetahui prestasi divisi biasanya tidak lengkap dilaporkan, sehingga analis
akan mengalami kesulitan menganalisis prestasi divisi-divisi dalam perusahaan.
(5) Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama yang
berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang seperti investasi jangka
panjang. Laporan keuangan yang menggunakan harga perolehan akan
cenderung terlalu rendah melaporkan data-data laporan keuangan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 7
(6) Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri. Ada
beberapa perusahaan yang tidak bagus yang dipakai juga untuk perhitungan
rata-rata industri. Juga rata-rata industri bukan merupakan standar yang selalu
baik, yang seharusnya diikuti oleh perusahaan karena rata-rata industrinya
hanya rata-rata perusahaan di industri. Perusahaan yang ingin sukses biasanya
harus berada di atas rata-rata industri, bukannya sama dengan rata-rata industri.
Angka yang lebih rendah dibandingkan rata-rata industri juga tidak selalu berarti
buruk. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan baik-
buruknya suatu angka.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 8

Anda mungkin juga menyukai