SEMESTER 11.4A.35
PERTEMUAN KE 4
MEMBAHAS : ANALISA PEMBANDING LAPORAN KEUANGAN
(LANJUTAN)
DOSEN : Hendra Lesmana S.Pd M.Ak
1. TUJUAN ANALISIS
Laporan Keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak - pihak yang
berkepentingan apabila data tersebut diperbandingan untuk dua periode atau lebih, dan
dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan
yang akan diambil.
Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan kemajuan
perusahaan, factor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh penganalisa, adalah
A. Liquiditas
Menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya
tepat pada waktunya, dan juga perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan
tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva
lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan “liquid“. Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat segera
memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan “liquid”
Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 :
a. Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan atau kreditur dinamakan
“liquiditas badan usaha”
b. Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses produksi atau pihak intern perusahaan
dinamakan “liquiditas perusahaan”
B. Solvabilitas
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikwidasikan baik kewajiban keuangan jangka panjang maupun jangka
pendek. Apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva dan kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “solvabel“. Sebaliknya
apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil dari pada jumlah hutangnya, berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan “insolvabel”.
Dalam hubungannya antara likwiditas dan solvabilitas ada 4 kemungkinan keadaan yang
dapat dialami oleh perusahaan :
1. Perusahaan yang likwid dan solvable
2. Perusahaan yang likwid tetapi insolvable
3. Perusahaan yang likwid dan insolvable
4. Perusahaan yang likwid tetapi solvable
D. Stabilitas usaha
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan usSahanya dengan stabil, yang
diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga
atas hutang – hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang – hutang tersebut tepat pada
waktunya, serta kemampua perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para
pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau kritis keuangan.
Dari factor factor tersebut maka bagi para kreditur yang terpenting adalah factor
rentablilitas, karena rentabilitas ini merupakan jaminan yang utama bagi para kreditur
tersebut tanpa mengabaikan factor – factor lainnya. Betapapun besarnya likwiditas atau
solvabilitas suatu perusahaan kalau perusahaan tersebut tidak mampu menggunakan
modalnya secara efesien atau tidak mampu memperoleh laba yang besar, maka perusahaan
tersebut pada akhirnya akan mengalami kesulitan keuangan dengan mengembalikan hutang -
hutangnya.
2. PROSEDUR ANALISIS
Agar menganalisa laporan keuangan dengan hasil yang memuaskan maka kita perlu
mengetahui latar belakang dari kata keuangan tersebut. Penganalisa juga harus mempunyai
kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup didalam mengambil suatu kesimpulan, dan juga
harus memperhatikan dan mempertimbangkan perubahan kondisi perusahaan dan perubahan
tingkat harga yang terjadi.
Bentuk dan isi laporan keuangan tidak ada keseragaman di antara perusahaan-
perusahaan industri maupun perdagangan, sehingga klasifikasi yang ada dalam laporan
keuangan suatu perusahaan akan berbeda-beda dengan perusahaan yang lain. Perbedaan-
perbedaan ini mungkin disebabkan karena :
1. Laporan tersebut disesuaikan dengan tekanan atau tujuan management atau maksud
penggunaan laporan tersebut.
2. Perbedaan pendapat diantara mereka yang menyusun laporan tersebut.
3. Perbedaan pengetahuan serta pengalaman daripada akuntan yang menyusun laporan.
4. Adanya kegagalan untuk menerapkan sebutan-sebutan atau klasifikasi yang terbaru yang
telah diterima umum atau lazim digunakan.
Ada 2 metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan :
1. Analisa horisontal
Analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau
beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horisontal ini disebut
juga sebagai metode analisa dinamis.
2. Analisa vertikal
Apanila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja yaitu
dengan perbandingan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan
tersebut. Analisa vertikal disebut juga metode analisa yang statis.
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut :
Analisa perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik analisa dengan
cara memperbandingan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan
menunjukkan :
Tread atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam
persentase adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi
daripada keadaan keuangannya, apakah meenunjukkan tendensi tetap, naik atau
bahkan turun.
Laporan dengan persentase perkomponen atau common size statement adalah suatu
metode analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva
terhadap total aktivanya.
Analisa sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengetahui
sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab
berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
Analisa sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-
sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta
penggunaan uang kas selama periode tertentu.
Analisa ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau kombinasi dari
kedua laporan tersebut.
Analisa perubahan laba kotor adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab
perubahan laba kotor
Analisa break-even adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang
harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan
break even ini dapat mengetahui tingkat keuntungan atau kerugian pada periode
tersebut.
Jadi metode dan teknik analisa manapun yang digunakan, semuanya ini adalah
merupakan permulaan dari proses analisa untuk menganalisa laporan keuangan , dan
bertujuan untuk membuat data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Neraca menunjukkan aktiva, hutang dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu,
dengan demikian Neraca yang diperbandingkan (comparative balance sheet) menunjukkan
aktiva, hutang serta modal perusahaan pada dua tanggal atau lebih untuk satu perusahaan,
atau pada tanggal tertentu untuk dua perusahaan yang berbeda. Dengan memperbandingkan
neraca untuk dua tanggal atau lebih akan dapat diketahui perubahan–perubahan yang terjadi.
Kolom (E) atau kolom ratio dihitung dengan membagi jumlah rupiah tiap pos dari
tahun yang diperbandingkan dengan tahun pembanding atau tahun dasar. Kolom (F) atau
prosentase dari total dihitung dengan cara membagi masing-masing pos aktiva dengan jumlah
aktivanya dan masing-masing pos pasiva dibagi dengan jumlah pasiva, sedangkan pos-pos
biaya dibagi dengan jumlah penjualan bersih. (masalah prosentase dari total ini akan dibahas
lebih lanjut dalam analisa prosentase per komponen).
Dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan yang menunjukkan data
absolutnya saja maka kita akan mengalami kesulitan, karena sulit untuk mengetahui adanya
hubungan-hubungan ataupun perubahan-perubahan yang penting di antara data-data absolut,
oleh karena itu di dalam perbandingan tersebut ditunjukkan juga kenaikan atau penurunan
dalam jumlah rupiahnya.
Besarnya perubahan dalam jumlah rupiah dari tahun ke tahun sebaiknya juga diikuti
dengan menentukan perubahan relatipnya yang dinyatakan dalam prosentase, sehingga kita
mengetahui proporsi perubahan yang terjadi, seperti contoh misalnya piutang dan hutang
masing-masing telah bertambah dengan Rp. 25.000, dilihat jumlah rupiahnya menunjukkan
perubahan yang sama, tetapi apabila dinyatakan dengan prosentase bertambahnya piutang
hanya meliputi 10% sedangkan dalam hutang merupakan kenaikan 50%.
Untuk dapat lebih menjelaskan perbandingan laporan keuangan dapat juga
ditambahkan suatu kolom lain yaitu kolom ratio (yaitu kolom E). Ratio yang lebih dari satu
berarti bahwa jumlah dalam yang dibandingkan lebih besar daripada jumlah dalam tahun
pembanding atau menunjukkan adanya kenaikan, sebaliknya kalau ratio lebih rendah dari
pada satu berarti ada penurunan. Dengan diketahuinya prosentase dari total untuk masing-
masing pos maka akan diketahui pula perubahan proporsi masing-masing pos tersebut dari
periode ke periode berikutnya.
5. TAHUN PEMBANDING
Apabila laporan keuangan yang di perbandingkan terdiri dari dua neraca atau laporan
laba rugi laba dari dua periode atau antara neraca dan laporan rugi laba yang di rencanakan
(budget) dengan realisasinya maka penentuan data pembandingnya tidak akan di temukan
kesulitan yaitu sebagai pembanding.Tetapi kalau data/ laporan keuanagan yang
diperbandingkan lebih dari dua periode atau tahun maka yang digunakan sebagai tahun
pembanding ( tahun dasar )dengan cara sebagai berikut :
3. Dasar pembandingnya adalah rata-rata dari jumlah kumulatif seluruh periode yang
bersangkutan. Hal ini akan bermanfaat sekali apabila di terapkan pada. Laporan rugi laba
karena penganalisa akan dapat mengetahui rata-rata dari beberapa tahun dan dapat
menentukan jumlah –jumlah atau pos-pos mana yang menyimpang dari jumlah rata - rata
dapat segera mencari faktor - faktor penyebabnya. Bentuk laporan tersebut nampak sebagai
berikut :
Setelah diadakaan perhitungan terhadap data yang di peroleh maka langkah
berikutnya dilakukan analisa terhadap perubahan- perubahan yang terjadi. Langkah – langkah
dalam analisa ini dimulai dari analisa terhadap perubahan jumlah totalnya (misalnya
perubahan jumlah aktiva ) kemudian analisa terhadap perubahan sub total (misalnya
perubahan yang terjadi pada aktiva lancer, hutang lancar ,aktiva tetap dan perubahan -
perubahan yang terjadi dalam masing- maisng pos dengan memperbandingkan atau
menghubungkan antara perubahan yang satu dengan perubahan lainnya sehingga akhirnya
akan dapat di Tarik berbagai kesimpulan dari hasil analisa tersebut.
Jika laporan keuangan disajikan secara bulanan ataupun kwartalan, maka
pembandingan dapat dilakukan secara bulanan ataupun kwartalan .Data Pembanding dapat di
ambil dari bulan- bulan atau kwartal yang sama dari tahun sebelumnya atau dengan
memperbandingkan antara bulan atau kwartal yang satu dnegan bulan atau kwartal lain dalam
tahun yang sama.
Contoh :
Laporan keuangan PT Nusa Indah yang di perbandingkan terdiri dari neraca per 31
Desember 1977 dan 1978 serta laporan rugi – laba untuk periode-periode tersebut yang
berakhir pada tanggal 31 Desember adalah sebagai berikut :
PT. NUSA INDAH
Perbandingan Laporan Rugi-Laba
Untuk Tahun 1977 & 1978
PT. NUSA INDAH
Neraca Perbandingan
31 Desember 1977, 1978
Analisis :
Berdasarkan data neraca dan laporan rugi laba diatas dapat di tentukan hal- hal apa yang
menunjukkan perubahan –perubahan penting dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Perubahan- perubahan lain yang penting yang terjadi selama tahun 1978 dari PT Nusa Indah
dapat dikemukan sebagai berikut :
Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentages)
ini diperlukan dasar pengukurannya atau tahun dasar. Biasanya data atau laporan keuangan
dari tahun yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa tersebut
dianggap sebagai tahun dasar (base year). Pemilihan tahun yang paling awal sebagai tahun
dasar ini bukan merupakan suatu keharusan; karena tahun yang paling awal tersebut belum
tentu menunjukan keadaan yang norma atau representatif. Sedapat mungkin periode atau
laporan keuangan yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun yang paling normal di
antara tahun – tahun yang dianalisa tersebut.
Agar trend itu dapat diperbandingkan maka harus dipenuhi beberapa syaratnya, antara lain :
1. Prinsip – prinsip akuntansi yang digunakan pada waktu melaukan pencatatan akuntansi
dilakukan secara konsisten dalam tahun – tahun yang bersangkutan.
2. Selama periode yang bersangkutan tidak terjadi perubahan nilai uang atau kenaikan harga –
harga yang amat berbeda (inflasi maupun deflasi).
8. ILUSTRASI ANALISA TREND DALAM PROSENTASE
Analisis :
Dari laporang keuangan PT. SARI INDAH yang terdiri dari Neraca dan Laporan Rugi-Laba
tahun 1974, 1975, 1976, 1977 dan 1978 dengan menggunakan tahun dasar 1974 dapat
diketahui bahwa telah terjadi perubahan – perubahan atau kecenderungan – kecenderungan
baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, hal ini
terbukti bahwa :
a. Posisi keuangan jangka pendek menunjukkan perkembangan yang menguntungkan walaupun
hutang jangka pendek naik, namun kenaikan itu telah diimbangi dengan kenaikan aktiva
lancar dengan tingkat yang lebih besar. Aktiva lancar naik dari Rp. 1.600.000 menjadi Rp.
2.060.000 (29%) sedangkan hutang lancar naik dari Rp. 460.000 menjadi Rp. 510.000 (11%).
Kenaikan penjualan dari Rp. 2.800.000 menjadi Rp. 4.260.000 (52%) diimbangi dengan
penurunan piutang sebesar 2%. Hal ini menunjukan bahwa bagian penagihan bekerja lebih
efektif atau adanya syarat – syarat penjualan yang mendorong para langganan membeli
dengan tunai atau membayar hutangnya dalam jangka pendek.
b. Kenaikan persediaan barang dagangan dari Rp. 620.000 menjadi Rp. 1.060.000 (71%)
menunjukan perkembangan yang kurang menguntungkan, karena kenaikan penjualan tersebut
hanya diimbangi dengan kenaikan penjualan sebesar 52%. Hal ini menunjukan ada investasi
yang terlalu besar dalam persediaan (kebijaksanaan dalam persediaan yang kurang tepat).
c. Dalam jangka waktu 5 tahun perusahaan tidak melakukkan pengeluaran investasi, hal ini
terbukti adanya pertambahan aktiva tetap yang sangat kecil selama 5 tahun tersebut, yaitu
dari Rp. 2.780.000 menjadi Rp. 2.910.000 (naik 5%). Kenaikan aktiva teta[ yang kecil ini
justru penjualan naik 52% apakah kenaikan penjualan ini disebabkan oleh bertambahnya
volume penjualan atau adanya kenaikan harga – harga pada umumnya.
d. Ditinjau dari faktor solvabilitas menunjukan bahwa para kreditor semakin terjamin, margin of
safety para kreditor naik dari 517% di tahun 1974 menjadi 554% dalam tahun 1978.
Kenaikan hutang dari Rp. 710.000 menjadi Rp. 760.000 (7%) diimbangi dengan kenaikan
modal sendiri (owner’s equity) dari Rp. 3.670.000 menjadi Rp. 4.210.000 (15%).
e. Ditinjau dari faktor rentabilitas menunjukkan bahwa perusahaan semakin rendabel, karena
kenaikan laba operasi dari Rp. 240.000 menjadi Rp. 620.000 (naik 158%) sedangkan aktiva
tetap hanya naik 5%.
f. Ditinjau dari segi effisiensi menunjukkan bahwa perusahaan semakin effisien, hal ini terbukti
dengan adanya kenaikan penjualan 52% diimbangi kenaikan harga pokok dengan tingkat
yang lebih rendah (46%) dan kenaikan biaya penjualan 28%. Dengan kata lain management
semakin mampu untuk mengadakan pengawasan biaya dan ongkos – ongkos dalam rangka
menaikkan penjualan.
Metode untuk merubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi
prosentase-prosentase tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing dengan 100 %
2. Hitunglah ratio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara
membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah
masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos rugi-laba dengan
total penjualan nettonya, dikalikan 100%.
Dari data laporan keuangan PT NUSA INDAH tahun 1977 dan 1978 seperti Nampak dalam
halaman 46 dapat diketahui prosentase dari total, hitungan prosentasi –prosentase tersebut
adalah sebagai berikut :
Ini berarti bahwa saldo piutang dagang pada tanggal 31 des 1977 sebesar 31 % dari jumlah
aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1.- aktiva diinvestasikan dalam bentuk piutang
dagang sebesar Rp. 0,31.
Ini berarti bahwa saldo utang lancar tanggal 31 des 1978 sebesar 20 % dari jumlah pasiva (
utang dan modal) 31 des 1978 atau setiap Rp.1.- pasiva per 31 des 1978 Rp.0,20 berupa utang
lancar atau setiap Rp.1.- aktiva dibiayai dari utang dagang sebesar Rp. 0,20.
Ini berarti bahwa harga pokok penjualan 1977 adalah sebesar 89 % dari penjualan netto 1977
atau setiap Rp.1,- penjualan maka sebesar Rp 0,89 akan terserap dalam harga pokok
penjualan.
10. EVALUASI TERHADAP COMMON SIZE STATEMENT
Dalam Laporan Prosentase Per Komponen (Common Size Statement) semua komponen
semua komponen atau pos dihitung prosentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih
meningkatkan atau menaikkan mutu atau kewajiban data maka masing – masing pos atau
komponen tersebut tidak hanya dihitung prosentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung
prosentase masing – masing komponen terhadap sub totalnya; misalnya komponen aktiva
lancar dihubungkan atau ditentukan prosentasenya terhadap jumlah aktiva lancar, komponen
hutang lancar terhadap jumlah hutang lancar dan sebagainya.
a. Laporan dengan prosentase per komponen menunjukan prosentase dari total aktiva yang
telah diinvestasikan dalam masing – masing jenis aktiva.
Contohnya :
b. Laporan dengan cara ini juga menunjukkan distribusi daripada hutang dan modal. jadi
menunjukkan sumber – sumber dari mana dana yang diinvestasikan dalam aktiva tersebut.
Contonya :
Hal ini disebabkan karena total passiva (tota hutang dan modal) bertambah dengan
rate yang lebih cepat daripada bertambahnya hutang obligasi, atau mungkin juga dalam data
absolutnya mengalami penurunan, tetapi dalam laporan dengan prosentase per komponen
justru menunjukkan kenaikan.
c. Prosentase per komponen yang terdapat dalam neraca akan merupakan prosentase per
komponen terhadap tota aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke tahun
hanya akan menunjukkan trend daripada hubungan (trend of relationship), dan tidak
menunjukkan ada atau tidaknya perubahan secara absolut.
Contohnya :
Contoh Soal Study Kasus
1. Berikut adalah laporan neraca perbandingan dan laporan rugi-laba perbandingan PT. JASJUS
MANIA tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.
PT JASJUS MANIA
Neraca Perbandingan
31 Desember 2012 - 2016
PT JASJUS MANIA
Laporan Rugi Laba Perbandingan
Untuk Tahun 2012 - 2016
Berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba PT. JASJUS MANIA diatas
tentukanlah :
a. Trend dalam prosentase tahun 2013 sampai 2016 dengan tahun dasar 2012
b. Berilah analisa mengenai trend dalam prosentase yang telah dihitung pada poin a
Jawab :
a. Trend dalam prosentase tahun 2013 sampai 2016 dengan tahun dasar 2012
b. Berilah analisa mengenai trend dalam prosentase yang telah dihitung pada poin a
Dari laporang keuangan PT. JASJUS MANIA yang terdiri dari Neraca dan Laporan Rugi-
Laba tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016 dengan menggunakan tahun dasar 2012 dapat
diketahui bahwa telah terjadi perubahan – perubahan atau kecenderungan – kecenderungan
baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, hal ini
terbukti bahwa :
a. Posisi keuangan jangka pendek menunjukkan perkembangan yang menguntungkan walaupun
hutang jangka pendek naik, namun kenaikan itu telah diimbangi dengan kenaikan aktiva
lancar dengan tingkat yang lebih besar. Aktiva lancar naik dari Rp. 1.910.000 menjadi Rp.
2.370.000 (24%) sedangkan hutang lancar naik dari Rp. 570.000 menjadi Rp. 610.000 (7%).
Kenaikan penjualan dari Rp. 4.000.000 menjadi Rp. 5.260.000 (32%) diimbangi dengan
penurunan piutang sebesar 2%. Hal ini menunjukan bahwa bagian penagihan bekerja lebih
efektif atau adanya syarat – syarat penjualan yang mendorong para langganan membeli
dengan tunai atau membayar hutangnya dalam jangka pendek.
b. Kenaikan persediaan barang dagangan dari Rp. 720.000 menjadi Rp. 1.160.000 (61%)
menunjukan perkembangan yang kurang menguntungkan, karena kenaikan penjualan tersebut
hanya diimbangi dengan kenaikan penjualan sebesar 32%. Hal ini menunjukan ada investasi
yang terlalu besar dalam persediaan (kebijaksanaan dalam persediaan yang kurang tepat).
c. Dalam jangka waktu 5 tahun perusahaan tidak melakukkan pengeluaran investasi, hal ini
terbukti adanya pertambahan aktiva tetap yang sangat kecil selama 5 tahun tersebut, yaitu
dari Rp. 3.780.000 menjadi Rp. 3.910.000 (naik 3%). Kenaikan aktiva tetap yang kecil ini
justru penjualan naik 32% apakah kenaikan penjualan ini disebabkan oleh bertambahnya
volume penjualan atau adanya kenaikan harga – harga pada umumnya.
d. Dari faktor solvabilitas dapat ditunjau dari penurunan hutang dari Rp. 920.000 menjadi Rp.
860.000 (7%) diimbangi dengan kenaikan modal sendiri (owner’s equity) dari Rp. 4.770.000
menjadi Rp. 5.420.000 (14%).
e. Ditinjau dari faktor rentabilitas menunjukkan bahwa perusahaan semakin rendabel, karena
kenaikan laba operasi dari Rp. 330.000 menjadi Rp. 600.000 (naik 82%) sedangkan aktiva
tetap hanya naik 3%.
f. Ditinjau dari segi effisiensi menunjukkan bahwa perusahaan semakin effisien, hal ini terbukti
dengan adanya kenaikan penjualan 32% diimbangi kenaikan harga pokok dengan tingkat
yang lebih rendah 31% dan kenaikan biaya penjualan 2%. Dengan kata lain management
semakin mampu untuk mengadakan pengawasan biaya dan ongkos – ongkos dalam rangka
menaikkan penjualan.
2. Berikut adalah data PT. DA SQUAD dari tahun 2000, 2001, 2002 dan 2003
Dari data diatas hitunglah Common Size (%) untuk tahun 2000, 2001, 2002 dan 2003!
Jawab :