Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
(1707522001 / D1M)
Jadi kaitannya dampak dari suprime mortgage ini dengan risiko kredit
yaitu adanya kredit macet di sektor properti tersebut mengakibatkan efek
domino yang mengarah pada bangkrutnya beberapa lembaga keuangan di
Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan lembaga pembiayaan sektor properti
umumnya meminjam dana jangka pendek dari pihak lain yang umumnya
adalah lembaga keuangan. Jaminan yang diberikan perusahaan pembiayaan
kredit properti adalah surat utang (subprime mortgage securities) yang dijual
kepada lembaga-lembaga investasi dan investor di berbagai negara. Padahal,
surat utang tersebut tidak ditopang dengan jaminan debitor yang memiliki
kemampuan membayar kredit perumahan yang baik.
2. “Gap RSA-RSL adalah selisih jumlah aset dan liabilitas yang sensitif terhadap
tingkat bunga. Semakin besar gap nya makan akan semakin tinggi risiko bila
terjadi perubahan tingkat bunga.” Apakah pernyataan tersebut benar? Lalu
mengapa suatu perusahaan tetap menginginkan adanya gap tertentu?
Menurut pemahaman yang saya dapatkan dari sumber artikel – artikel
itu benar, karena pengaturan gap terjadi karena adanya kenaikan dan
penurunan asset yield dan liability cost rates yang dipengaruhi oleh naik
turunnya market rates yang pada gilirannya akan mempengaruhi pendapatan
sehingga Gap management sangat penting karena saat ini perbankan
berhadapan dengan volatilitas suku bunga yang tinggi (interest rate risk).
Resiko suku bunga adalah suatu resiko yang tidak dapat dihindari dan
merupakan suatu masalah yang harus dicarikan solusinya sehingga resiko
kerugian bisa diminimalisir. Oleh sebab itu, manajemen sangat membutuhkan
suatu sistem yang berfungsi untuk memonitoring dan mengontrol pergerakan
suku bunga yang sensitif.
b. IHGS Anjlok
Serupa dengan Rupiah, sentimen pelaku pasar terhadap virus
Corona membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus
mengalami penurunan. Tercatat sejak awal tahun sampai dengan bulan
Maret, IHSG tercatat turun 13,44 persen atau menuju level 5.452 poin.
Level tersebut tercatat sebagai yang terendah. IHSG tercatat berada di
poin terendah terakhir kalinya pada Mei 2017. Dan lagi-lagi, sebetulnya
bukan hanya Indonesia yang mengalami hal serupa. Indeks Wall Street
juga mengalami penurunan akibat merebaknya Covid-19. Indeks
utamanya seperti Dow Jones, S&P, dan Nasdaq harus terkoreksi antara
10-12 persen.
Sumber : Idntimes.com
Sumber : Idntimes.com
d. Sekolah diliburkan
Sekolah dari tingkat TK hingga SMA diliburkan selama dua pekan di
wilayah daerah tersebut dimulai pada Senin (16/3/2020) besok. Langkah
ini diambil untuk menyelamatkan seluruh warga Indonesia. Selain itu,
lembaga pendidikan non-formal juga diminta untuk melakukan kegiatan
belajar mengajar jarak jauh atau online. Sejumlah universitas atau
sekolah tinggi juga ada yang meniadakan kegiatan belajar mengajar di
kelas dan membatasi kegiatan dikampus.
Sumber : https://megapolitan.kompas.com
Sumber : Idntimes.com
Hal yang terjadi pada masker juga bisa berlaku pada bahan pokok.
Kok, bisa? Jelas bisa kalau banyak masyarakat memilih memborong
berbagai bahan pokok di pasar dan menimbunnya dengan alasan agar
tidak perlu keluar rumah demi mengurangi risiko penularan virus
Corona. Seperti yang terjadi di Depok, Jawa Barat pada Senin, 2 Maret
2020 malam lalu.
Sumer : Idntimes.com
Sumber : Suara.com
c. Pasar Swalayan
Pasar
swalayan, pengecer seperti Rewe di Jerman dan Carrefour di Prancis
juga laku keras. Barang-barang dagangan mereka,
terutama berupa makanan kaleng dan bahan makanan awetan nyaris
tidak lagi bisa dijumpai di rak-rak supermarket ini dalam beberapa hari
terakhir. Masyarakat yang panik membeli persediaan makanan dalam
jumlah besar. Serbuan di pasar-pasar swalayan ini mendorong para
investor untuk membeli saham perusahaan makanan kemasan.
Pengecer online seperti Amazon juga melihat kuatnya permintaan
karena pembeli cenderung berbelanja di toko online. Bahkan di
Indonesia pun, panic buying yang terjadi tentu membuat pihak
supermarket mendulang keuntungan lebih.
Sumber : https://www.liputan6.com