Anda di halaman 1dari 9

Makalah Teori Ilmu Ekonomi

Analisis Melemahnya Rupiah Terhadap Dollar Akibat Pandemi Covid-19

Disusun Oleh :

Ranti Pramudhina Putri

19AK0005

S1 Akuntansi

STIE PRASETIYA MANDIRI GROUP LAMPUNG

Prodi S1 Akuntansi

TA. 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

Currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau harga mata

Uang domestik dalam mata uang asing. Harga satu mata uang dalam bentuk mata

Uang lain disebut nilai kurs. Nilai tukar ini mempengaruhi perekonomian dan

Kehidupan kita sehari-sehari, karena ketika rupiah menjadi lebih bernilai terhadap

Mata uang asing, maka barang-barang impor akan menjadi lebih murah bagi

Penduduk Indonesia dan barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih

Mahal bagi penduduk asing (Miskhin, 2008).

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan pada perdagangan
awal pekan ini. Rupiah melemah dan menembus level 16.550 per dolar AS, yang diakibatkan
oleh pandemi global virus Corona (Covid-19).

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.975 per dolar AS hingga 16.575
per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 19,36 persen.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai tukar rupiah pada saat ini?
2. Dampak perekonomian akibat dari pandemi Covid-19 saat ini?
3. Cara yang dilakukan agar dapat menstabilkan kembali perekonomian?
BAB II

PEMBAHASAN

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan pada perdagangan awal
pekan ini. Rupiah melemah dan menembus level 16.550 per dolar AS, yang diakibatkan oleh
pandemi global virus Corona (Covid-19).

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.975 per dolar AS hingga 16.575 per
dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 19,36 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia
(BI) rupiah dipatok di angka 16.608 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan
sebelumnya yang ada di angka 16.273 per dolar.
kurs mata uang memang bisa ada pengaruhnya jika situasi ini terjadi terus menerus (kenaikan harga
jual). Namun, pihaknya tidak akan serta-merta untuk menaikkan harga jual produknya.

Terpantau, nilai mata uang yang melemah selain rupiah hanya dolar Singapura sebesar 0,04 persen
pada waktu perdagangan yang sama. Sementara, mata uang negara di kawasan Asia lainnya
bergerak menguat.

Contohnya, baht Thailand menguat 0,22 persen, peso Filipina 0,25 persen, dan ringgit Malaysia 0,34
persen.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai anjloknya rupiah hingga tembus level
Rp16 ribu siang ini disebabkan oleh kepanikan pasar global menghadapi virus corona (covid-19).

Lihat juga:Putar Arah, Harga Emas Antam Menguat Rp824 Ribu per Gram

“Pasar panik akibat coronavirus yang menyebar secara global,” kata Ibrahim saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Jumat (20/3).

Diketahui, covid-19 kini telah menyebar ke lebih dari 100 negara dan telah merenggut lebih dari 8
ribu jiwa. Kondisi itu memicu kepanikan pasar global.

Kendati demikian, Ibrahim mengungkap fundamental ekonomi Indonesia masih kuat menghadapi
level nilai tukar rupiah saat ini. Ia menyebut pelemahan tersebut murni akibat kepanikan pasar yang
tidak terpengaruh kebijakan penurunan suku bunga bank sentral.

“Walaupun rupiah ke Rp16.500 per dolar AS, fundamental indonesia masih kuat, ini murni karena
panik saja, penurunan suku bunga saat ini kecil pengaruhnya,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia memprediksi level rupiah saat ini sudah mencapai level kunci, di mana kemungkinan
besar akan terus melemah bergantung perkembangan kabar virus corona.

“Ini level kunci, dan akan terus melemah sambil menunggu informasi virus corona,” pungkasnya.

7 Skenario Ekonomi dan Potensi Resesi Akibat Virus Corona

Dalam riset bertajuk “The Global Macroeconomic Impacts of Covid-19” ekonom Australian National
University, Warwick McKibbin dan Roshen Fernando meramalkan kegawatan luar biasa. Keduanya
menyebutkan dampak virus corona jauh lebih buruk ketimbang Flu Spanyol yang pada 1918-1919
menjadi pandemi paling mematikan sepanjang sejarah dengan menelan 40 juta korban jiwa.
(Baca: Resesi Ekonomi yang Lazim Mengiringi Pandemi Besar di Dunia)

Dampak ekonomi Covid-19 diperkirakan bisa mencapai US$ 2,4 triliun atau sekitar Rp 39.304 triliun.
Jauh lebih besar ketimbang penyakit pernapasan akut SARS yang pada 2003 memangkas ekonomi
dunia sebesar US$ 40 miliar atau Rp 656,72 triliun.

Kedua ekonom itu membuat tujuh skenario berdasarkan tingkat sebaran virus corona, kasus, dan
jumlah korban tewas. Skenario satu sampai tiga jika corona hanya terjadi di Tiongkok dan bersifat
sementara. Skenario empat hingga enam jika corona menyebar ke seluruh dunia dan bersifat
sementara. Sedangkan pada skenario tujuh yaitu ketika wabah corona meluas ke seluruh dunia dan
skala ringan, namun berulang pada tahun-tahun mendatang.

Mereka membuat prognosis berdasarkan lima faktor guncangan (shock). Yang pertama adalah
equity risk premium atau guncangan pasar modal. Kemudian ada suplai tenaga kerja, biaya produksi,
permintaan konsumsi, dan belanja pemerintah.

Secara garis besar, Indonesia menghadapi risiko kenaikan equity risk premium, penurunan suplai
tenaga kerja, kenaikan biaya produksi, penurunan permintaan, dan kenaikan anggaran belanja.

Berdasarkan simulasi itu, keduanya memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020
akan terkoreksi 1,3 % pada skenario empat; 2,8 % pada skenario lima; 4,7 % pada skenario enam,
dan 1,3 % pada skenario tujuh.

Tabel: Dampak Virus Corona terhadap Tenaga Kerja dan Ekonomi Indonesia 2020

Skenario Jumlah korban Koreksi PDB (%)

4 647 1,3

5 1.616 2,8
6 2.909 4,7

7 647 1,3

Sebelumnya, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020, pemerintah menargetkan
pertumbuhan ekonomi 5,3 %. Dengan skenario empat saja, pendapatan domestik bruto (PDB)
Indonesia akan jatuh di kisaran 4 %.

Langkah Pemerintah Menjaga Ekonomi Indonesia akibat Wabah Covid19

Menyebarnya virus Corona hampir di seluruh dunia, membuat perekonomian menurun.


Ketidakpastian global maupun domestik yang melambat karena beberapa faktor mengancam
pertumbuhan ekonomi. Apalagi kabar masuknya virus Corona ke Indonesia membuat sebagian besar
masyarakat tidak tenang dan mengalami disporia, berujung pada ketidakstabilan permintaan dan
persediaan. Dengan demikian pemerintah dinilai harus segera menyiapkan langkah-langkah
antisipatif agar ekonomi Indonesia tetap terjaga pertumbuhan nya.

Pengamat ekonomi (EconAct) ekonomi action Indonesia mengatakan ada beberapa langkah yang
harus diambil pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Pertama”sangat perlu dilakukan adalah menjaga daya beli domestik. Pemerintah harus menyiapkan
kebijakan fiskal ekspansif, yaitu meningkatkan belanja pemerintah untuk menstimulasi konsumsi
masyarakat. Lebih lanjut, bantuan sosial dalam berbagai formula terutama kepada 40℅masyarakat
terbawah, harus menjadi prioritas sembari tetap memperhatikan daya beli 40℅golongan menengah
keatas.

Kemudian langkah kedua menjaga kebijakan moneter agar tetap longgar. Menurut Romy keputusan
penurunan suku bunga sepanjang 2019 adalah hal yang cukup tepat. Saat ini industri perbankan
sedang menghadapi pengetatan likuiditas. Dalam kondisi tersebut, pemerintah jangan menerbitkan
surat berharga lebih besar, yang dapat memicu keributan likuiditas antara pemerintah dan swasta
(Crowding out effect).

Dilemastinya, disatu sisisi shortfall pajak membuat pemerintah tanpa ragu menerbitkan surat utang
dengan yeld yang justru berpeluang menyedot likuiditas. Akan tetapi, Disi lain kebijakan tersebut
justru kontraproduktif untuk sektor moneter karena beresiko memperketat likuditas. Karena itu,
sangat perlu mengatur irama dan jadwal penerbitan surat utang agar tak memperburuk keadaan.
Ketiga pemerintah harus menjaga daya saing industri manufaktur yang menyerap banyak tenaga
kerja, termasuk industri berbasis UMKM.

Salah satu nya dengan insentif fiskal yang diharapkan akan menjaga serapan tenaga kerja. Ini sangat
berguna dari sisi penjagaan konsumsi dan dari sisi upaya mempertahankan daya beli. Sementara itu,
penyiapan SDM handal juga perlu diutamakan untuk mengimbangi peluang pelebaran lapangan
pekerjaan dari sektor industri dan UMKM. Dari nilai ini, BI memutuskan untuk memangkas perkiraan
ekonomi pada tahun ini menjadi 5℅ sampai 5,4℅ dari sebelumnya 5,1-5,5℅.
Namun Pery meyakini perekonomian meningkat pada tahun 2021 menjadi 5,2-5,6%. Untuk menjaga
perekonomian tanah air, Bank Indonesia (BI) mengumumkan beberapa kebijakan untuk melawan
dampak virus Corona, setelah pemerintah mengkonfirmasi dua persen di tanah air. Pertama BI
meningkatkan intensitas intenfensi di pasar keuangan.

Kedua BI menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM) valuta asing bank-bank umum konvensional
yang sebelumnya 8%dari DPK sekarang 4% dari DPK.

Ketiga, BI menurunkan GWM rupiah sebesar 50 rupiah BPS yang dituju Kepada perbankan yang
melakukan kegiatan ekspor dan impor yang tentu dalam pelaksanaan berkoordinasi dengan
pemerintah. Keempat, BI memperluas jenis dan cakupan umderling transaksi bagi investor asing
didalam melakukan lindung nilai, termasuk demostik non delivery for what (DNDF). Kelima BI
menegaskan investor global dapat menggunakan Bank Kustodian, baik global maupun domestik,
dalam melakukan investasi di Indonesia. Kedepannya, BI akan terus memperkuat Koordinasi Dengan
pemerintah, OJK, LPSD, dan otoritas lainnya untuk menjaga fundamental ekonomi Indonesia.

Ditengah maraknya virus Corona di indoneia pemerintah harus menerapkan mekanisasi produksi
bahan pangan. Selain itu, perlu ada subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan produksi, seperti
pupuk. Kedua tingkat makro sandi menyarankan Jokowi mengganti sistem kuota pada perijinan
impor menjadi sistem tarif. Dia mengklaim sistem itu bisa menjaga stabilitas harga dan pasokan
disaat wabah seperti sekarang. Sistem tarif lebih sederhana karna instrumen nya dipegang oleh
pemerintah dan tidak melibat kan banyak player.

Dan menurut sandi juga, kondisi ditengah wabah virus Corona ini merupakan kesempatan bagi
Jokowi untuk membenahi perekonomian. Sebab perekonomian sudah pasti melambat. Usai
mengumumkan dua orang terpapar virus Corona belakangan menjadi 4 orang, pemerintah Indonesia
memprediksi pertumbuhan ekonomi melambat.
BAB III

KESIMPULAN

Melemah nya nilai tukar rupiah akibat dari Pandemi Covid 19 terus berlanjut, hal ini menyebabkan
perekonomian Indonesian terus mengalami penurunan yg signifikan. Langkah pemerintah dalam
penanganan masalah ini belum merubah menjadi baik perekonomian, maka dari itu dilakukan
langkah langkah untuk menstabilkan kembali perekonomian Indonesia dengan cara salah satunya
memangkas pengeluaran belanja negara.

BI juga telah mengeluarkan kebijakan kebijakan nya yang diharapkan dapat mampu menstabilkan
perekonomian dalam keadaan Darurat Pandemi Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/02/29/17224621/cara-pemerintah-pertahankan-
pertumbuhan-ekonomi-di-tengah-wabah-corona

https://www.kompasiana.com/naomitambunan/5e675d89097f36356f337202/langkah-pemerintah-
menjaga-ekonomi-indonesia-akibat-wabah-virus-corona

https://kolom.tempo.co/read/1322762/bahaya-ekonomi-di-masa-pandemi

https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/02/29/17224621/cara-pemerintah-pertahankan-
pertumbuhan-ekonomi-di-tengah-wabah-corona

https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/4206960/kepanikan-pasar-akibat-corona-
bikin-rupiah-tembus-rp-16-ribu

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/65553/3/BAB%

2520I.pdf&ved=2ahUKEwix_d-
W3broAhVuxzgGHepZDUIQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw03tr8BwKldzrvhTNCm6BNO

Anda mungkin juga menyukai