Anda di halaman 1dari 3

2.

Perbedaan GDP menghitung semua total pendapatan negara berdasarkan lingkup batas wilayah,
sedangkan GNP adalah menghitung total pendapatan negara dalam ruang lingkup warga negara.

3. faktor- faktor yang mempengaruhi nilai tukar:

Angka Inflasi

Secara umum, sebuah negara dengan tingkat inflasi yang konsisten lebih rendah menunjukkan
peningkatan nilai mata uang, sebagaimana daya belinya relatif meningkat terhadap mata uang
lainnya. Selama paruh terakhir abad kedua puluh ini, negara-negara yang inflasinya rendah adalah
termasuk Jepang, Jerman dan Swiss, sedangkan Amerika Serikat dan Kanada mencapai inflasi yang
rendah kemudian. Negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi biasanya akan mengalami
depresiasi pada mata uang mereka jika dibandingkan dengan mata uang mitra dagang mereka. Hal
ini juga biasanya disertai dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

Perbedaan pada Suku Bunga

Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berkorelasi satu sama lain. Dengan memanipulasi suku
bunga, bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia, memiliki pengaruh terhadap inflasi dan nilai tukar
sehingga mengubah tingkat suku bunga berdampak pada perubahan inflasi dan nilai mata uang.
Suku bunga yang lebih tinggi menawarkan keuntungan lebih bagi kreditur (pemberi pinjaman) relatif
lebih tinggi ketimbang negara-negara lain. Oleh karena itu, suku bunga yang lebih tinggi menarik
modal asing dan menyebabkan nilai tukar naik. Tentu ini juga berlaku sebaliknya, yakni suku bunga
yang lebih rendah cenderung menurunkan nilai tukar. Namun, dampak baik dari suku bunga yang
lebih tinggi ini kurang berarti, jika inflasi di dalam negeri jauh lebih tinggi dari pada negara lain, atau
jika faktor lain yang menjadi pendorong nilai mata uang turun

Defisit Akun Berjalan

Transaksi berjalan adalah neraca perdagangan antara negara dan mitra dagangnya yang merupakan
semua pembayaran antar negara untuk barang, jasa, bunga dan dividen. Defisit transaksi berjalan
menunjukkan negara ini menghabiskan lebih banyak dana pada perdagangan luar negeri daripada
pendapatannya, dan karena itu harus meminjam modal dari sumber-sumber asing untuk menutupi
defisit.

Dengan kata lain, negara membutuhkan lebih mata uang asing dari yang diterimanya melalui
penjualan ekspor, dan memasok lebih dari mata uang sendiri daripada permintaan mata uang asing
untuk produk-produknya. Kelebihan permintaan untuk mata uang asing menurunkan nilai tukar
mata uang dalam negeri. Penurunan ini akan terjadi terus sampai barang dan jasa domestik sudah
dianggap cukup murah untuk orang asing, dan aset asing terlalu mahal untuk dijual demi
kepentingan dalam negeri.

Utang Publik

Negara akan terlibat dalam pembiayaan defisit besar-besaran untuk membayar proyek-proyek
sektor publik dan pendanaan pemerintah untuk merangsang ekonomi domestik. Sementara,
faktanya, negara-negara dengan defisit publik dan utang yang besar kurang menarik bagi investor
asing. Alasannya? Sebuah utang besar mendorong inflasi, dan jika inflasi tinggi, utang tak akan
dibayar seketika dan akhirnya terbayar dengan dolar nyata lebih murah di masa depan.

Dalam skenario terburuk, pemerintah mungkin mencetak uang untuk membayar sebagian dari
hutang yang besar, tetapi meningkatkan jumlah uang beredar pasti menyebabkan inflasi. Apalagi,
jika pemerintah tidak dapat mengatasi defisit melalui cara-cara dalam negeri (menjual obligasi dalam
negeri, meningkatkan jumlah uang beredar), maka harus meningkatkan pasokan penjualan sekuritas
asing, sehingga menurunkan harga mereka. Akhirnya, utang besar dapat menimbulkan kekhawatiran
bagi orang asing, yakni ketika mereka percaya bahwa negara berisiko men-default (memutihkan)
utang-utangnya. Orang asing akan kurang bersedia untuk memiliki surat berharga dalam mata uang
dalam negeri jika risiko defaultnya besar. Untuk alasan ini, peringkat utang negara (sebagaimana
ditentukan oleh Moody atau Standard & Poor, misalnya) adalah penentu penting dari nilai tukar.

Ketentuan Perdagangan

Sebagai rasio yang membandingkan harga ekspor dan impor, ketentuan perdagangan yang terkait
dengan rekening giro dan neraca pembayaran. Jika harga ekspor suatu negara meningkat dengan
tingkat yang lebih besar daripada impornya, Ketentuan perdagangannya baik dan menguntungkan.
Peningkatan ketentuan perdagangannya menunjukkan permintaan yang lebih besar untuk ekspor
negara itu. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan meningkatnya pendapatan dari ekspor, yang
menyediakan peningkatan permintaan untuk mata uang negara (dan peningkatan nilai mata uang).
Jika harga ekspor naik dengan tingkat yang lebih kecil daripada impornya, nilai mata uang akan
menurun secara relative terhadap negara mitra dagang.

Stabilitas Politik dan Kinerja Ekonomi

Investor asing pasti mencari negara yang stabil dengan kinerja ekonomi yang kuat di mana untuk
menanamkan modalnya. Sebuah negara dengan situasi positif seperti itu akan menarik dana
investasi daripada negara-negara lain yang dianggap memiliki resiko politik dan ekonomi. Kekacauan
politik, misalnya, dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap mata uang dan pergerakan
modal beralih pada mata uang dari negara

5. perbedaan Ekspor impor dan contohnya:

ekspor adalah kegiatan atau aktivitas mengeluarkan barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan
mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku. Kegiatan ekspor biasanya dilakukan suatu negara
apabila negara menghasilkan produksi barang dalam jumlah besar dan kebutuhan akan barang
tersebut sudah terpenuhi di dalam negerinya. Sehingga, kelebihan barang tersebut dikirim ke negara
lain untuk dijualOrang atau lembaga yang menjual barang-barangnya ke luar negeri disebut sebagai
eksportir. Namun, eksportir diharuskan terdaftar secara resmi pada instansi pemerintah urusan
perdagangan.Sedangkan arti impor adalah kebalikan dari ekspor. Impor adalah kegiatan membeli
suatu produk atau barang dari luar negeri.Pada umumnya, pembelian barang impor adalah barang-
barang yang tak bisa diproduksi di dalam negeri. Orang atau lembaga yang mendatangkan barang
impor disebut dengan importir.
Contoh kegiatan ekspor dan impor Adapun contoh kegiatan ekspor adalah Indonesia
mengekspor kelapa sawit, kopi, dan karet ke berbagai negara di dunia, seperti Malaysia, China,
Jepang, Jerman, Kanada, dan negara lainnya. Sedangkan contoh kegiatan impor adalah negara
Indonesia yang setiap tahun mengimpor minyak dari negara-negara Timur Tengah.

Anda mungkin juga menyukai