Anda di halaman 1dari 10

Neraca Pembayaran,

Kurs Valuta Asing dan


Kegiatan Perekonomian Terbuka

NERACA PEMBAYARAN
Neraca pembayaran adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukan nilai
transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di atara suatu negara lain
dalam suatu tahun tertentu. Neraca pembayaran dapat dibedakan menjadi dua
bagian utama yaitu neraca berjalan dan neraca modal.
1. Neraca Berjalan Neraca berjalan mencatat transaksi-transaksi berikut: a. Nilai
Ekspor Dan Impor Barang Tampak Transaksi ini meliputi hasil-hasil sektor
pertanian, barang-barang produksi industri dan barang-barang yang diproduksi
oleh sektor pertambangan dan berbagai jenis ekspor dan impor barang-barang
tampak lain. Neraca (yaitu perbedaan diatara ekspor dan impor) dari perdagangan
tampak yaitu berdagangan dalam barang-barang tampak, dinamakan neraca
perdagangan. b. Nilai Ekspor Dan Impor Barang-Barang Tak Tampak Transaksi
ini meliputi pembayaran biaya pengangkutan dan asuransi dari barang-barang
tampak yang diekspor atau diimpor, pembelanjaan para pelancong, dan pendapatan
investasi(yang meliputi keuntungan, bunga ke atas modal yang diinvestsikan, dan
dividen). Neraca perdagangan tak tampak yaitu nilai bersih ekspor dan impor jasa-
jasa, dinamakan neraca jasa. Nilai neraca jasa sesuatu negara yang positif berarti
negara tersebut lebih banyak menjual jasa-jasanya ke luar negeri dari membelinya
dari negara- negara lain. c. Pembayaran Pindahan Meliputi pembayaran pindahan
yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Transaksi ini meliputi
pembayaran di mana penerimanya tidak perlu “membayar” dalam bentuk uang
atau jasa. Contoh-contoh dari pembayaran pindahan adalah bantuan uang suatu
negara Arab ke Afghanistan, atau bantuan bahan makanan Amerika Serikat ke
penderita kelaparan di Afrika.
2. Neraca Modal Neraca modal meliputi dua golongan transaksi, yaitu aliran modal
jangka panjang dan aliran modal keuangan swasta. a. Aliran Modal Jangka
Panjang. Meliputi dua jenis aliran modal aliran modal resmi dan investasi langsung
oleh pihak swasta ke negara-negara lain. Aliran modal resmi adalah pinjaman dan
pembayaran diantara badan-badan pemerintah di sesuatu negara dengan Negara-
negara lain. Sedangkan investasi langsung swasta adalah penanaman modal
langsung, yaitu investor berupa mendirikan perusahan-perudahaan terutama
perindustrian. Modal yang dibelanjakan diperoleh dari negara asal perusahaan
tersebut. Perbedaan di antara modal jangka panjang yang diterima dari luar negeri
dengan modal jangka panjang yang di bayarkan ke luar negeri dinamakan neraca
modal jangka panjang. b. Modal Swasta dan Kesilapan-Ketinggalan Yang
dimaksudkan dengan “modal swasta” adalah aliran-aliran modal dalam bentuk
tabungan dan insvestasi keuangan yang dapat dengan cepat ditukarkan kembali
kepada valuta yang asal atau valuta lainnya. Akun kesilapan dan ketinggalan
merupakan akun yang menaksir besarnya aliran uang yang tidak dapat dicatat.
Dalam setiap neraca pembayaran perlu ada akun kesilapan dan ketinggalan untuk
memastikan agar perhitungan aliran ke luar dan aliran masuk adalah seimbangan.

CADANGAN VALUTA ASING


Aliran pembayaran dan investasi yang masuk ke dalam suatu negara pada waktu
tertentu biasanya berbeda dengan aliran luar untuk pembayaran dan investasi ke
luar negeri. Perbedaan diantara keduanya dinamakan “neraca keseluruhan”.
Apabila neraca keseluruhan bernilai positif, artinya adalah: aliran pembayaran dan
investasi ke sesuatu negara melebihi aliran yang sama ke negara-negara lain.
Dengan demikian, sebaiknya, nilai negatif menggambarkan bahwa aliran ke luar
melebihi aliran yang masuk. Dalam keadaan di mana sesuatu negara lebih banyak
membuat pembayaran ke luar negeri kalau dibandingkan dengan penerimaannya,
maka bank sentral harus mengurangi cadangan valuta asingnya untuk melakukan
pembayaran tersebut. Sebaliknya, apabila yang diterima dari negara-negara lain
adalah lebih banyak dari
membuat klasifikasi yang agak berbeda dalam mengemukakanua. Di Indonesia
neraca pembayaran disususn seperti yang ditunjukan oleh Tabel 12. Data yang
dikemukakan adalah untuk tahun 1996/67, yaitu tahun sebelum krisis moneter
melanda Indonesia, dan tahun 2000/01. Data tersebut dapat memberikan gmbaran
kasar tentang bagaimana bentuk hubungan ekonomi Indonesia dengan negara-
negara lain sebelum dan sesudah krisis moneter. Susunan neraca pembayaran ini
dapat dibedakan keada tiga golongan mutase keuangan, yaitu (i) transaksi berjalan,
(ii) transaksi modal, dan (iii) selisih perhitungan.
1. Transaksi Berjalan Data ini dibedakan kepada dua golongan : ekspor dan impor
barang, dan ekspor-impor neto jasa-jasa. Seterusnya seiap golongan data ini
dibedakan pula kepada ekspor dan impor Non-Migas dan Migas. Pada tahun
1996/97 ekspor Indonesia berada US$52,04 miliyar dan meningkat menjadi
US$65,4 milyar pada tahun 2000/01. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh
perkembagan ekspor Non-Migas yaitu dari US$39,3 milyar pada tahun 1996/97
menjadi US$ 50, milyar pada tahun 2000/01. Ekspor Migas hanya mengalami
kenaikan sebanyak kurang lebih US$ 2,3 milyar dan pertambahan tersebut
terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor dan gas alam. Dalam periode yang sama
impor merosot dari US$ 45,8 milyar menjadi US$$0,4 milyar dan penurunan ini
terutama disebabkan oleh pengurangan impor
Non-Migas, yaitu US$41,1 milyar kepada US$34,4 milyar. Sedangkan impor
Migas mengalami kenaikan (dari US$41,1 milyar menjadi hampir US$ 6 milyar)
Perkembangan ekspor dan impor seperti yang diterangkan diatas menyebabkan
dalam periode di atas neraca perdagangan mengalami perbaikan yang sangat
signifikan, yaitu surplusnya meningkat dari US$ 6,2 milyar mernjadi US&25,0
milyar. Perbaikan dalam neraca perdagangan ini menimbulkan efek yang positif
terhadap neraca transaksi berjalan yang mengalami sefisit dalam tahun 1996/07
(sebanyak lebih dari US$8 bilion) tetapi mengalami surplus pada tahun 2000/01
(sebanyak hampir US$ 8 milyar). Deficit ekspor dan impor jasa neto meningkat
dari US$ 14,3 milyar menjadi US$17,1 milyar. 2. Transaksi Modal Transaksi
berjalan memberikan gambaran tentang nilai transaksi yang diakibatkan oleh
kegiatan perdagangan barang dan jasa. Dengan demikian data yang ditunjukkan
menggambarkan nilai barang (seperti karet, minyak, hasil industry manufaktur)
dan jasa (seperti pelancongan, keuntungan dari investasi di luar negeri dan biaya
pengangkutan) yang diperdagangkan. Sedangkan transaksi modal menggambarkan
aliran ke luar masuk modal diantara Indonesia dengan negara-negara lain. a.
Transaksi modal Data transaksi modal dibedakan menjadi dua kelompok : nilai
neto aliran modal kepada pemerintah, dan nilai neto aliran swasta. Berbeda dengan
perkembangan dalam neraca perdagangan, yang menunjukkan pembaikan yang
cukup menggalakkan, transaksi modal menunjukkan arah aliran (trend) yang cukup
memperhatinkan. Data yang ditunjukkan memeberikan gambaran yang berikut:
1. Pinjaman pemerintah semakin meningkat dan pembayaran utang semakin merosot.
Pada tahun 1996/97 penerimaan pinjaman berjumlah hampir US$5,3 milyar dan
meningkat menjadi US$7,5 milyar pada tahun 2000/01. Sedangkan pelunasan
hutang merosot dari US$6,1 milyar menjadi US$4,3 milyar.
2. Aliran modal swasta menunjukkan gambaran yang lebih suram. Pada tahun
1996/97 aliran masuk neto modal swasta mencapai US$13, milyar dan terdiri dari
lebih US$6,5 milyar aliran penanaman modal langsung dan hampir US$6,6 milyar
aliran modal lainnya. Arah
neraca perdagangan dan aliran modal swasta semakin bertambah kukuh.
Menciptakan hal tersebut merupakan tanggung jawab kita bersama: pemerintah,
administrasi pemerintahan, pengusaha, dan juga masyarakat pada umumnya.
Sebagai contoh, aliran modal bukan saja memerlukan kestabilan ekonomi dan
prospek keteguhan sektor moneter, tetapi juga bergantung kepada kesabilan politik
dan sosial masyarakat. Seterusnya neraca perdagangan yang bertambah baik
memerlukan perkembangan ekspor yang pesat. Di samping para pengusaha perlu
berusaha ke arah itu, dorongan sangat diperlukan.

KURS VALUTA ASING


Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata
uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta
asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan,
yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang
asing. Kurs yang menunjukkan bahwa US$1 sama dengan Rp8,00 berarti untuk
memperoleh satu dolar Amerika Serikat dibutuhkan 8 rupiah Indonesia. Kurs
valuta di antara dua negara kerapkali berbeda di antara satu masa dengan masa
yang lainnya. Pada dasarnya, terdapat dua cara dalam menentukan kurs valuta
asing, yaitu:
1. Penentuan Kurs Dalam Pasar Bebas a. Permintaan Mata Uang Asing Kurs
pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan
apakah barang-barang di negara lain adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari
barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri. Misalnya pada mata uang yen
Jepang dan dolar Amerika Serikat. Apabila nilai mata uang dolar adalah tinggi,
yaitu misalnya kurs adalah satu dolar AS = 200 Yen, maka barang di Amerika
Serikat adalah relatif mahal. Barang yang berharga satu dolar di Amerika Serikat
memerlukan 200 yen, apabila penduduk Jepang ingin mengimpor barang Amerika
ke Jepang. Sebaliknya, apabila nilai mata uang dolar adalah rendah, misalnya satu
dolar AS = 100 yen, maka barang-barang Amerika menjadi relatif lebih murah.
Harga-harga barang Amerika Serikat yang semakin murah akan menaikkan
permintaan penduduk Jepang ke atas barang-barang Amerika Serikat. Sebagai
akibatnya, permintaan orang Jepang atas mata uang Amerika Serikat bertambah.
Berdasarkan contoh ini dapatlah dirumuskan bahwa permintaan penduduk Jepang
atas mata uang dolar Amerika Serikat mempunyai ciri-ciri berikut:
1. Semakin tinggi harga dolar Amerika Serikat, semakin sedikit permintaan atas mata
uang tersebut
2. Semakin rendah harga dolar Amerika Serikat, semakin banyak permintaan atas
mata uang tersebut. b. Penawaran Mata Uang Asing Penduduk Amerika Serikat
akan menukar dolarnya kepada yen Jepang karena mereka ingin memperoleh
barang-barang dari Jepang. Semakin banyak yen yang mereka peroleh dari
menukarkan setiap unit mata uang Amerika Serikat, semakin murah harga-harga
barang Jepang apabila dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat. Suatu barang yang
berharga 200 yen adalah sama dengan satu dolar apabila kurs pertukaran adalah
200 yen setiap dolar, dan menjadi dua dolar apabila kurs pertukaran adalah 100
yen setiap dolar. Berarti, harga dolar yang tinggi menambah pemrintaan ke atas
barang-barang Jepang, dan ini selanjutnya menambahkan penawaran dolar
Amerika Serikat. Dengan demikian penawaran dolar Amerika Serikat memiliki
ciri-ciri berikut:
3. Semakin tinggi harga mata uang Amerika Serikat, semakin banyak penawaran
mata uang tersebut
4. Semakin rendah harga mata uang Amerika Serikat, semakin sedikit penawaran
mata uang tersebut c. Penentuan Harga Mata Uang Asing Permintaan Gambar 12
sumbu datar menggambarkan jumlah mata uang dolar Amerika Serikat yang akan
diperjualbelikan di pasaran mata uang asing, dan sumbu tegak menunjukkan harga
dolar Amerika Serikat dinyatakan dalam nilai yen. Kurva permintaan atas dolar
adalah DD. Kurva tersebut, yang berbentuk menurun dari kiri atas ke kanan bawah,
berarti (i) apabila harga dolar tinggi permintaan dolar adalah sedikit (pada kurs
satu dolar = 250 yen, hanya satu bilion dolar yang diminta), dan (ii) semakin
rendah harga dolar semakin banyak kuantitas dolar yang diminta (misalnya, pada
kurs satu dolar = 100 yen sebanyak empat bilion dolar diminta oleh orang-orang
Jepang). Kursa SS adalah kurva penawaran atas mata uang dolar, dan dapat dilihat
dalam Gambar 12 bahwa bentuk kurva tersebut adalah menaik dari kiri bawah ke
kanan atas. Kurva seperti ini menggambarkan bahwa (i) apabila
dolar sama dengan 150 yen. Pada kurs ini permintaan dolar adalah sama dengan
penawaran dolar, yaitu sebanyak 2,5 bilion. Pemerintah Jepang memandang bahwa
kurs ini kurang sesuai, dan oleh sebab itu menentukan bahwa kurs pertukaran
adalah satu dolar sama dengan 250 yen. Dalam gambar ditunjukkan sebagai kurs I.
kurs ini menggambarkan bahwa harga yen dinilai terlalu rendah dari yang akan
ditetapkan oleh pasar bebas, yaitu pemerintah menetapkan harga per unit dolar
adalah 250 yen sedangkan di pasar bebas harga akan mencapai: satu dolar adalah
150 yen. Apabila harga mata uang domestik (harga yen) ditetapkan oleh
pemerintah pada tingkat yang lebih rendah dari yang ditentukan oleh pasar bebas,
maka mata uang domestik—yaitu yen dinamakan: mata uang yang dinilai terlalu
rendah (undervalue currency). Sedangkan apabila harga mata uang domestik
ditetapkan pemerintah pada kurs yang lebih tinggi dari yang ditentukan oleh pasar
bebas, maka mata uang tersebut dinamakan: mata uang yang dinilai terlalu tinggi
(overvalued currency). Dalam Gambar 12, kurs II, yang menunjukkan bahwa
setiap dolar adalah sama nilainya dengan 100 yen, adalah kurs yen dolar, di mana
mata uang yen dinilai terlalu tinggi.
3. Perubahan-Perubahan Kurs Kurs yang ditentukan oleh pasar bebas dapat
mengalami dua bentuk perubahan. Dalam Gambar 12 ditunjukkan dua bentuk
perubahan yang mungkin berlaku, yaitu: perubahan permintaan dan perubahan
penawaran. a. Efek Kenaikan Permintaan Dalam gambar (a) ditunjukkan
perubahan yang diakibatkan oleh perubahan permintaan mata uang US dolar, dan
gambar (b) menunjukkan perubahan yang diakibarkan oleh perubahan penawaran
dolar. Dalam gambar (a) dimisalkan bahswa pada mulanya permintaan atas dolar
adalah DD dan penawaran atas dolar adalah SS. Maka kurs pertukaran salah satu
dolar sama
dengan 150 yen, dan kuantitas dolar yang diperjualbelikan adalah Q1. Sebagai
akibat dari suatu kenaikan dalam permintaan atas dolar, kurva permintaan dolar
bergerak dari DD ke D1D1. Kurva permintaan yang baru ini menaikkan harga
dolar dari 150 yen setiap unit menjadi 200 yen setiap unti, dan menambahkan
kuantitas valuta dolar yang diperjualbelikan dalam pasaran valuta asing dari Q1
unit menjadi Q2 unit. Menambahan kuantitas valuta asing dolar yang
diperjualbelikan dalam pasaran valuta asing dari Q 1 menjadi Q² unit.
b. Efek Perubahan Penawaran Dalam gambar (b) yang ditunjukan adalah
perubahan penawaran. Kurva SS dan DD menggambarkan penawaran permintaan
uang dolar yang pada mulanya wuju. Sesudahnya penawara bertambah dari SS
menjadi S 1 S1. Sebagai akibatnya (i) kurs pertukaran untuk setiap dolar trun dari
200 yen menjadi 150 yen, dan (ii) kuantitas mata uang dolar yang diperjualbelikan
bertambah dari QA dolar menjadi QB. Oleh karena kurs pertukaran ditentukan
oleh mekanisme pasar dimana kurs pertukaran berubah bebas atau kurs pertukaran
terapung. Sedangkan kurs pertukaran yang ditentukan pemerintah pemerintah
dinamakan kurs pertukaran tetap atau kurs pertukaran resmi.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI KURS


Perubahan dalam permintaan dan penawaran sesuatu valuta, yang selanjutnya
menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor. Yang
terpenting di antaranya adalah seperti yang diuraikan di bawah ini.
investasi yang tinggo akan menyebabkan modal ke luar negeri masuk ke negara
itu. Apabila lebih banyak modal mengalir kesuatu negara, permintaan ke atas mata
uangnya bertaambahh, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang
suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke lluar
negeri karena suku Bungan dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di
negara-negara lain. e. Pertumbuhan Ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh
sesuatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak
pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan
oleh perkembangan ekspor, maka permintaan ke atas mata uang negra itu
bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang
negara itu naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor
berkembang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang negara itu lebih cepat
bertambah dari permintaannya dan oleh kareannya nilai mata uang negara tersebut
akan merosot.

KURS PERTUKARAN DAN NERACA PEMBAYARAN


Sistem penentuan valuta asing menimbulkan efek yang sangat berbeda ke atas
neraca pembayaran. Sistem kurs pertukaran yang ditentukan oleh mekanisme pasar
berkecenderungan akan menyebabkan ketidakseimbangan yang terus-menerus
dalam neraca pembayaran, sedangkan kurs pertukaran ditetapkan oleh pemerintah
berkecenderungan menimbulkan neraxa pembayaran yang tidak seimbang. Uraian
dibawah ini menerangkan sebabnya kecenderungan seperti itu wujud.
1. Neraca Pembayaran Dalam Sistem Kurs Tukaran Berubah Bebas Bagaimana
sistem kurs berubah bebas berkecenderungan untuk menyeimbangkan neraca
pembayaran, dapat diterangkan dengan bantuan Gambar 12,4. Kurva DD
menggambarkan permintaan penduduk Indonesia ke atas mata uang baht Thailand,
kurva SS menggambarkan keinginan penduduk Thailand menawaran baht mereka
ke penduduk Indonesia. Berdasarkan kepada persilangan di antara kurva DD dan
SS maka dapat disimpulkan bahwa kurs pertukaran adalah 1 baht = 200 rupiah.
Pada kurs pertukaran ini (yang akan digunakan oleh penduduk Thailand untuk
mengimpor barang dari Indonesia), yaitu sebanyak Q 1 baht. Maka neraca
pembayaran adalah seimbang. Perubahan dalam citarasap penduduk Thailand
menyebabkan penawaran baht bertambah dari SS menjadi S 1 S1. Akan tetapi
permintaan Indonesia terhadap baht tetap
seperti ditunjukan oleh kurva DD. Maka harga baht merosot. Kurs pertukaran yang
sekarang adalah satu baht adalah sama dengan 100 rupiah. Bagaimana efek
perubahan di atas kepada neraca pembayaran? Gambar 12 menunjukan bahwa
perubahan citarasa penduduk Thailand dan perubahan kurs pertukaran
menyebabkan impor Thailand dari Indonesia bertambah dari Q 1 menjadi Q 2.
Pada waktu yang sama, nilai baht yang merosot menyebabkan barang Thailand
menjadi relatif lebih murah. Maka penduduk Indonesia menaikan impornya.
Sebagai akibatnya impor Thailand dari Indonesia yang semakin bertambah akan
diimbangi oleh pertambahan impor Indonesia dari Thailand. Pada akhirnya, neraca
pembayaran masih tetap seimbang.
2. Neraca Pembayaran Dalam Sistem Kurs Pertukaran Tetap Gambar 12 menunjukan
permintaan dan penawaran ke atas dolar US di antara Amerika Serikat dan
Indonesia. Kurva SS menggunakan jumlah valuta dolar yang ditawarkan oleh
penduduk Amerika Serikat kepada penduduk Indonesia. Sedangkan kurva DD
menggambarkan permintaan penduduk Indonesia ke atas dolar US. Maka apabila
kurs pertukaran ditentukan oleh pasar bebas, setiap unit dolar US adalah sama
dengan Rp10. Pada kurs pertukaran ini sebanyak QD dolat akan diperjualkan di
anatara penduduk Indonesia dan Amerika Serikat. Seperti yang telah diterangkan
neraca pembayaran yang seimbang karena permintaan ke atas dolar US adalah
sama dengan penawarannya. Andaikan di Indonesia kurs pertukaran tidak
diterapkan oleh pasar bebas, tetapi ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan
kepada beberapa pertimbangan, selanjutnya misalkan pemerintah Indonesia
menentukan bahwa kurs pertukatan di antara dolar US dan rupiah adalah: satu
dolar US sama dengan Rp12. Ditinjau dari segi pandangan Indonesia nilai tikaran
yang ditetapkan oleh
pengangguran dan masalah inflasi. Dalam oerekonomian terbuka, disamping
memperhatikan masalah tersebut harus pula diperhatikan efek dari kebijakan
pemerintah yang dirumuskan terhadap neraca pembayaran dan kestabilan kurs
pertukaran. Defisit dalam neraca pembayaran akan menimbulkan efek buruk
terhadap kestabilan kurs pertukaran. Pada akhirnya kedua masalah itu akan
menimbulkan efek buruk kepada masalah pengangguran dan kestabilan harga-
harga. Pada dasarnya masalah yang dihadapi oleh sesuatu perekonomian terbuka
akan berbentuk salah satu dari empat masalah berikut:
1. Perekonomian menghadapi masalah pengangguran, tetapi terdapat surplus dalam
neraca pembayaran.
2. Perekonomian menghadapi masalah inflasi tetapi terdapay surplus dalam neraca
pembayaran.
3. Perekonomian menghadapi masalah pengangguran dan di samping itu menghadapi
masalah deficit dalam neraca pembayaran.
4. Perekonomian menghadapi masalah inflasi dan di samping itu menghadapi
masalah deficit dalam neraca pembayaran Dalam kasus (i) dan (ii) neraca
pembayaran adalah dalam keadaan menguntungkan (mempunyai surplus), maka
yang perlu difikirkan hanyalah mengatasi masalah pegangguran (kasus i) atau
inflasi (kasus ii). Masalah yang harus dihadapi menjadi lebih rumit apabila bentuk
masalah yang dihadapi adalah seperti dalam (iii) dan (iv). Pengangguran atau
inflasi yang diikuti pula oleh masalah deficit dalam neraca pembayaran
memerlukan langkah-langkah yang secara serentak akan :
5. mengatasi masalah pengangguran dan deficit dalam neraca pembayaran, apabila
perekonomian itu menghadapi masalah seperti yang dinyatakan dalam (iii).
Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah seperti ini biasanya berbentuk
kebijakan memindahkan perbelanjaan.
6. mengatasi inflasi dan deficit dalam neraca pembayaran, apabila ekonomi itu
menghadapi masalah seperti yang dinyatakan dalam (iv). Kebijakan pemeritah
yang dijalankan akan meliputi langkah-langkah yang digolongkan kepada
kebijakan mengurangkan perbelanjaan.
1. Kebijakan Memindahkan Perbelanjaan Yang dimaksudkan dengan “kebijakan
memindahkan perbelanjaan” adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi
masalah deficit dalam neraca pembayaran yang akan mengakibtkan pertambahan
ekspor dan pengurangan
impor. Kebijakan memindahkan perbelanjaan dijalankan apabila defisit neraca
pembayaran wujud ketika perekonomian juga mengjadapi masalah pengangguran.
Kebijakan memindahkan perbelanjaan dapat dijalankan untuk mengatasi kedua
masalah di atas. Langkah-langkah yang akan mengurangi impor dan mendorong
konsumsi barang dalam negeri adalah seperti yang dinyatakan dibawah ini : a.
Melakukan pembatasan impor Ini dapat dilakukan dengan menaikan pajak impor
(tariff). Di samping itu dapat pula dijalankan dengan menggunakan kuota dan
melakukan kampanye untuk membeli barang dalam negeri. b. Menekan
(mengurangi penggunaan valuta asing) Pemerintah (melalui bank sentral) mencatu
penggunaan mata uang asing. Masyarakat dan para pengusaha haruslah
menerangkan tujuan mereka membeli valuta asing. Pemerintah lebih
mengutamakan pengguna valuta asing untuk mengimpor barang keperluan pokok
dan bahan mentah sector industri dan tidak mendorong usaha mengimpor barang-
barang mewah. c. Menurunkan nilai mata uang (devaluasi). langkah ini
menyebabkan barang impor menjadi lebih mahal, dan akan mengurangi impor.
Sebaliknya barang ekspor menjadi murah dipasaran luar negeri dan akan
menambah ekspor. Langkah-langkah yang akan menambah ekspor sehingga
menambah penerimaan valuta asing adalah : a. Memberikan insentif fiskal dan
moneter untuk menambahkan kegiatan dalam produksi barang ekspor. Insentif-
insentif ini antara lain adalah membina Kawasan perusahaan dan Kawasan bebas
pajak (free trade zone), memberikan kemudahan pinjaman, atau memberikan
subsidi ekspor. b. Mewujudkan kestabilan upah dan harga. Pertambahan ekspor
sangat tergantung kepada kemampuan ekspor negara untuk bersaing diluar negeri.
Salah satu faktor yang menentukan kapasitas bersaing adalah biaya produksi yang
rendah. Untuk memastikan agar biaya produksi tetap rendah, upah dan harga-harga
barang dalam negeri perlu distabilkan. c. Menurunkan nilai valuta. Seperti telah
diterangkan diatas menurunkan nilai valuta bukan saja akan dapat mengurangkan
impor tetapi juga akan menambahkan ekspor. 2. Kebijakan Pengurangan
Perbelanjaan
memperoleh satu dolar Amerika Serikat. Efek-efek yang mungkin ditimbulkan
oleh devaluasi adalah : a. Ekspor akan bertambah, karena dipasaran luar negeri
ekspor negara menjadi lebih murah. b. Impor berkurang, karena barang luar negeri
menjadi lebih mahal. c. Kenaikan ekspor dan pengurangan impor akan
memperbaiki neraca pembayaran. d. Pendapatan nasional akan bertambah oleh
karena (a) ekspor naik, (b) pengurangan impor menaikkan permintaan produksi
domestik, dan (c) kenaikkan yang diakibatkan oleh (a) dan (b) akan mendorong
investasi. e. Mungkin inflansi berlaku, yaitu apabila kenaikkan harga barang-
barang impor akan mendorong kepada wujudnya kenaikkan harga-harga barang
produksi dalam negeri. Inflansi juga dapat berlaku apabila devaluasi dilakukan
ketika perekonomian mengalami kemakmuran yang tinggi. Ini disebabkan karena
kenaikan ekspor dan perkembangan kegiatan ekonomi yang lain yang diakibatkan
oleh devaluasi akan menaikkan upah buruh dan harga-harga (oleh karena
permintaan yang berlebihan). f. Diluar negeri mungkin negara-negara lain
melakukan langkah balasan dengan menggunakan halangan perdagangan impor
(yang dikenakan ke atas ekspor negara yang mendevaluasikan valutanya) atau
dengan melakukan devaluasi. Syarat-syarat yang digunakan untuk menyuseskan
devaluasi adalah : a. Ekspor negara itu elastis. Hanya dalam keadaan ini hasil
penjualan ekspor bertambah. Apabila perminataan luar negeri ke atas barang
ekspor negara yang mendevaluasikan valutanya tidak elastis, devaluasi akan
mengurangi hasil ekspor. b. Permintaan impor negara itu adalah elastis. Apabila
permintaan impor elastis, devaluasi mengurangi jumlah impor dengan tingkat yang
lebih tinggi dari penurunan nilai mata uang. Maka pengeluaran ke atas barang
impor akan menjadi lebih kecil dari sebelum devaluasi. c. Di dalam negeri tidak
berlaku inflasi. Apabila devaluasi mengakibatkan inflasi di dalam negeri, barang
ekspor dan barang buatan dalam negeri akan mengalami kenaikan harga. Apabila
tingkat kenaikan harga lebih besar dari devaluasi, pada akhirnya harga ekspor
menjadi lebih mahal dan barang impor
lebih murah dari sebelum devaluasi. Pada akhirnya negara itu tidak memperoleh
sembarang keuntungan dari devaluasi. d. Negara lain tidak melakukan reaksi
balasan dan melakukan devaluasi pula. Apabila negara-negara lain melakukan
Tindakan-tindakan yang sama devaluasi tidak akan memberikan sebarang efek
kepada neraca pembayaran dan perekonomian negara. Langkah-langkah seperti itu
akan dijalankan apabila negara lain tersebut merupakan patner dagang yang sangat
penting.

Anda mungkin juga menyukai