Anda di halaman 1dari 2

Hasil Wawancara  

:
1. Sudah berapa lama ibu berjualan minuman thai tea ini?
Jawaban:
Sudah berjualan selama 5 tahun.
 
2. Kira-kira berapa  omset yang didapatkan dalam jangka waktu 1 bulan?
Jawaban: 
Setelah diterpa pandemi covid 19, pendapatan yang didapatkan
menurun yaitu sebesar Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 untuk laba
bersih yang diterima, dan untuk laba kotor perbulan yang dihasilkan
dapat mencapai sekitar Rp 6.000.000.
 
3. Apakah selama berjualan, ibu selalu rutin untuk melakukan pencatatan
atas omet yang didapatkan?
Jawaban:
iya, selalu melakukan pencatatan.
 
4. Apakah ibu memiliki NPWP?
Jawab:
Tidak ada
 
5. Apakah selama ini ibu selalu/pernah membayar pajak penghasilan atas
hasil dari omset yang didapatkan?
Jawaban: 
tidak, karena tidak ikut umkm (usaha sendiri), jadi tidak mendapatkan
dana bantuan usaha dari pemerintah (menggunakan dana
sendiri). Jadi pengusaha merasa bahwa atas usaha yang dimiliki tidak
termasuk ke dalam umkm.
 
6. Apakah ibu tau kewajiban lain yang harus dibayarkan selain membayar
PPh (misalnya PPn)?
Jawab:
tidak tau, dulu pernah ke kantor pajak untuk menanyakan perihal
kewajiban dalam membayar pajak untuk usaha kecil seperti ini, dan
dikatakan bahwa tidak perlu dikarenkan omset yang didapat kecil.
 
7. Melihat banyaknya usaha-usaha disekitar kerto sentono ini, apakah pernah
ada dilakukan sosialisasi terkait pajak umkm oleh DJP atau pemerintah
sekitar?
Jawab: 
petugas yang datang hanya melakukan pencatatan/pendataan saja,
tidak pernah melakukan sosialisasi terkait adanya kewajiban maupun
hak mengenai pajak umkm. 
 
8. Menurut ibu sendiri sebagai pedagang kecil, apakah UMKM (pengusaha
kecil) tetap harus dikenai pajak?
Jawab:
tidak, karena penghasilan tidak tetap, hasil yang didaptkan juga tidak
terbilang besar karna kadanglibur yang mana kalua libur/tidak
berjualan maka otomatis tidak dapat penghasilan, jadi sepertinya tidak
perlu dikenai pajak. 
 
 
Analisis
 
 
Kesimpulan
Jadi, berdasarkan atas hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
Bu Susi selaku pemilik usaha thai tea, Ibu Susi selalu melakukan
pencatatan atas omset yang didapatkan dari usaha miliknya. Akan tetapi
Ibu Susi sendiri belum memiliki NPWP dikarenakan tidak adanya
pembayaran pajak yang dilakukan , dimana hal ini terjadi
dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai apakah Ibu Susi ini
termasuk ke pengusaha UMKM atau tidak, Beliau hanya menganggap
bahwa atas usaha yang ia miliki tidak termasuk UMKM dikarenakan
penghasilan yang didapatkan sedikit dan tidak menentu. Hal ini juga terjadi
dikarenkan kurangnya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh DJP
maupun pemerintah sekitar mengenai kriteria usaha yang termasuk UMKM
dan adanya fasilitas PPh final terbaru terhadap UMKM. Berdasarkan
pernyataan Bu Susi, kami juga mengetahui bahwa tidak pernah ada
dilakukan kegiatan sosialisasi oleh DJP maupun pemerintah sekitar
mengenai hak dan kewajiban pajak dalam ranah pengusaha/pedagang,
menurut pernyataan Bu Susi juga ,DJP atau pemerintah sekitar hanya
sesekali melakukan pencatatan/pendataan terhadapnya.
 
Saran
Saran yang dapat kami berikan, untuk dapat dijadikan sebagai
pertimbangan bagi pihak terkait (DJP/pemerintah sekitar) agar dapat lebih
memperbanyak sosialisasi kepada para pengusaha kecil mengenai
kewajiban dan hak yang dimiliki dalam lingkup pajak UMKM, agar para
pengusaha UMKM ini dapat lebih teredukasi mengenai perpajakan,
mengingat banyaknya UMKM di sekitar daerah kerto sentono ini, maka
akan sangat disayangkan apabila hal ini tidak dilakukan oleh
DJP/pemerintah sekitar.

Anda mungkin juga menyukai