Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ike Nurul Aini

NIM : 044847777

TUGAS 3
STUDI KASUS PERPAJAKAN
Soal

Seorang pemeriksa pajak tiba di PT. Mandiri Harmoni dan menunjukkan surat tugas
pemeriksaan berdasarkan temuan data transaksi keuangan dari mitra bisnis PT. Mandiri
Harmoni dan juga permohonan restitusi yang diajukan oleh PT. Mandiri Harmoni. Dalam
proses pemeriksaan, ditemukan dokumen yang tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan
yang mengindikasikan penjualan dengan jumlah yang sangat besar. Temuan ini tidak terduga
sebelumnya. Berdasarkan fakta yang ditemukan, pemeriksa pajak memperoleh keyakinan
kuat bahwa PT. Mandiri Harmoni Mengetahui tentang transaksi tersebut. Atas tindakan
pemeriksa pajak, manajemen PT. Mandiri Harmoni sangat tidak setuju dan meragukan
pendekatan serta langkah yang diambil oleh pemeriksa pajak, menganggapnya sebagai
upaya mencari-cari kesalahan dan berkecenderungan memeras.

Perintah tugas 3

"Dalam rangka mengatasi situasi ini, analisislah langkah-langkah sistematis yang perlu
diambil, termasuk identifikasi berbagai masalah yang muncul, penjelasan rinci mengenai
setiap masalah, alternatif solusi yang dapat diambil, dan berikan pembenaran untuk setiap
alternatif tersebut!"

Jawab :

Identifikasi Masalah

1. Dokumen yang tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan.


Dokumen yang tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan mengindikasikan
penjualan dengan jumlah yang sangat besar sehingga ada kecurigaan bahwa
kemungkinan terjadi pelanggaran dalam pencatatan transaksi perusahaan.
2. Pemeriksa pajak memperoleh keyakinan kuat bahwa PT. Mandiri
Harmoni mengetahui tentang transaksi tersebut.
Keyakinan pemeriksa bahwa tindakan tersebut sengaja dilakukan oleh PT Mandiri
Harmoni sehingga menimbulkan kecurigaan terhadap potensi penghindaran pajak.

Deskripsi Masalah

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 Tahun 2015 tentang


Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Pasal 1 angka 2, dijelaskan bahwa :
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan
/ atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan / atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa:

……

(1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2, dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut :

c. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, selain
yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud pada huruf a;

……

Dan Pasal 11 menyebutkan bahwa:

Dalam melakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib :

…..

c. memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak kepada Wajib Pajak
apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan.

…..

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemeriksa pajak melakukan


pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atas permohonan
restitusi yang diajukan oleh PT Mandiri Harmoni. Dalam melakukan pemeriksaan, sudah
benar pemeriksa pajak menunjukkan surat tugas kepada Wajib Pajak.

Dalam kasus ini, prosedur pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Perolehan data dari mitra bisnis PT Mandiri Harmoni harus diperoleh secara legal
sesuai prosedur peminjaman dokumen.

Alternatif Solusi

A. Penyelesaian dari Sudut Pandang Pemeriksa

1. Pemeriksaan Bukper

Atas temuan data transaksi keuangan tersebut, pemeriksa pajak melakukan proses
pemeriksaan bukti permulaan (bukper).

Bukper adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti keterangan, tulisan, atau benda yang
dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak
pidana di bidang perpajakan yang dapat merugikan negara.

Pemeriksaan bukper diatur dalam Pasal 43A Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, yaitu :

Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan berwenang
melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan.

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan bukper secara terbuka yang
dilakukan terkait dengan permohonan restitusi PT Mandiri Harmoni atau tindak lanjut dari
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan lapangan. Prosedur pemeriksaan bukper secara ringkas
sebagai berikut :

• Pemeriksaan bukper secara terbuka dilakukan dengan pemberitahuan secara tertulis


perihal pemeriksaan bukper kepada wajib pajak.
• Pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka dilaksanakan dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian surat pemberitahuan
Pemeriksaan bukti permulaan.
• Pemeriksa menyampaikan Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan wajib
pajak yang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka berdasarkan
bahan bukti yang diperoleh.

2. Peminjaman Dokumen

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 177/PMK.03/2022


tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan Pasal
8 ayat (3), yaitu:

Dalam melaksanakan Pemeriksaan Bukti Permulaan, Pemeriksa Bukti Permulaan


berwenang:

a. meminjam dan memeriksa buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek
yang terutang pajak;
b. mengakses dan/atau mengunduh data, informasi, dan bukti yang dikelola secara
elektronik;
c. memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan tertentu, barang bergerak dan/atau
tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain,
uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang
pajak;
d. melakukan Penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau
barang tidak bergerak;
e. meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan melalui Direktur Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat
(1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
f. meminta keterangan kepada pihak yang berkaitan, dan dituangkan dalam berita acara
permintaan keterangan; dan
g. melakukan tindakan lain yang diperlukan dalam rangka Pemeriksaan Bukti
Permulaan.

Berdasarkan uraian di atas, pemeriksa pajak dalam melakukan pemeriksaan bukper dapat
meminjam dokumen dari wajib pajak ataupun meminta keterangan dan/atau bukti dari pihak
ketiga. Dalam hal ini, pemeriksa pajak meminjam dokumen sesuai dengan prosedur
peminjaman dokumen dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pemeriksaan.

Prosedur peminjaman dokumen tersebut dapat saya jelaskan secara ringkas sebagai berikut
:

• Buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang diperlukan dan diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan
pemeriksaan di tempat wajib pajak, dipinjam pada saat itu juga dan pemeriksa pajak
membuat bukti peminjaman dan pengembalian buku, catatan, dan dokumen.

• Penyerahan buku, catatan, dan/atau dokumen termasuk data elektronik serta


keterangan lain yang belum ditemukan atau diberikan oleh wajib pajak, pemeriksa
pajak membuat surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen yang
dilampiri dengan daftar buku, catatan, dan/atau dokumen yang wajib dipinjamkan.

• Jika belum dipenuhi dan jangka waktu 1 bulan sejak surat peminjaman, pemeriksa
pajak dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak 2 kali (setelah 2
minggu dan 3 minggu sejak tanggal penyampaian surat permintaan).

• Jika seluruh buku, catatan, dan/atau dokumen, data elektronik dan keterangan lain
telah dipinjamkan, pemeriksa pajak harus membuat berita acara sebagai bukti
pemenuhan seluruh peminjaman buku, catatan, dan dokumen.

B. Penyelesaian dari Sudut Pandang Wajib Pajak

PT Mandiri Harmoni dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan investigasi untuk mengumpulkan bukti dan informasi lebih lengkap terkait
transaksi yang menjadi temuan pemeriksa pajak serta pihak - pihak yang terlibat agar
perusahaan bisa menentukan Tindakan apa yang perlu dilakukan berdasarkan fakta
yang ada
2. Melaksanakan audit internal untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pencatatan
dan pengendalian internal perusahaan sehingga kejadian tersebut tidak terulang
kembali
3. Melibatkan tim hukum perusahaan untuk mendapatkan rekomendasi
pendampingan hukum
4. Mengajukan permohonan klarifikasi kepada pemeriksa pajak untuk memperoleh
penjelasan lebih lanjut tentang temuan tersebut dan menjalin komunikasi yang baik
dengan pemeriksa pajak untuk menemukan titik temu permasalahan serta langkah -
langkah apa yang yang harus ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
5. Apabila dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, PT Mandiri Harmoni perlu melakukan
langkah - langkah secara kooperatif agar akar permasalahan cepat ditemukan dan
proses hukum berjalan dengan lancar. Berdasarkan Pasal 8 ayat (5) PMK
184/PMK.03/2015 tentang Perubahan atas PMK 17/PMK.03/2013, langkah-langkah
kooperatif tersebut merupakan kewajiban PT Mandiri Harmoni yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan, yaitu sebagai berikut :
a. memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki dan/atau
memeriksa tempat atau ruangan tertentu, barang bergerak, dan/atau barang
tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan
bahan bukti;
b. memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk mengakses dan/atau
mengunduh data elektronik;
c. memperlihatkan dan/atau meminjamkan bahan bukti kepada pemeriksa;
d. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis kepada pemeriksa; dan
e. memberikan bantuan kepada pemeriksa guna kelancaran pemeriksaan bukti
permulaan.

Demikian tanggapan yang saya sampaikan. Mohon bantuan koreksi informasi dan penjelasan
untuk perbaikan ke depan. Terima kasih.

Sumber :

− Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan


Perpajakan

− Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 tentang Perubahan atas


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan

− Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.03/2022 tentang Tata Cara


Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan

− Handayani, Ruruh. 2023. Pahami Prosedur Peminjaman Dokumen


dalam Pemeriksaan Pajak. Diakses pada tanggal 24
November 2023 melalui https://www.pajak.com/pajak/pahami-prosedur-
peminjaman-dokumen-dalam-pemeriksaan- pajak/

− Redaksi DDTCNews. 2019. Apa Itu Pemeriksaan Bukti Permulaan?. Diakses pada
tanggal
− 24 November 2023 melalui https://news.ddtc.co.id/apa-itu-pemeriksaan-bukti-
permulaan-
− 16849

Anda mungkin juga menyukai