Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PEMERIKSAAN AUDIT 3”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Auditing
Dosen Pengampu: Samsul Rosadi, S. Pd., M. Si.

Disusun Oleh:
1. Rizki Nur Rohman (195221160)
2. Anita Puji Lestari (195221174)
3. Novia Anggraini (195221188)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
serta pertolongan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak
lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada orang tua kami yang senantiasa selalu
mendoakan dan mendukung kegiatan dan segala tugas-tugas kuliah kami.
Terimakasih kepada Bapak Dosen Samsul Rosadi, S. Pd., M. Si. yang telah
memberikan arahan dan juga waktu untuk kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan Nabi besar kita
Nabi Muhammad SAW yang selalu kita rindukan dan harapkan syafa’atnya di yaumul
kiyamah . Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas auditing dari Bapak Dosen Samsul
Rosadi, S. Pd., M. Si. yang berjudul “Pemeriksaan Audit 3” dan juga untuk memperdalam
ilmu pengetahuan kami dan juga teman-teman yang lain dalam Pengetahuan dan Pemahaman.
Dengan segala keterbatasan yang ada sebagai penulis kami sudah berusaha dengan
segala daya dan upaya untuk menyelesaikan makalah ini. kami menyadari bahwasannya
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan
saran yang membangun kepada pembaca agar kami dapat belajar dari kesalahan dan dapat
menyempurnakan makalah ini. Atas kritrik dan sarannya kami ucapkan banyak terimakasih.

Surakarta , 1 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
ii
JUDUL........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek.................................................................................2
1. Sifat dan contoh liabilitas jangka pendek....................................................................2
2. Tujuan pemeriksaan (audit objectives) liabilitas jangka pendek.................................4
3. Prosedur pemeriksaan liabilitas jangka pendek...........................................................5
B. Pemeriksaan Liabilitas Jangka Panjang................................................................................7
1. Sifat dan contoh liabilitas jangka panjang...................................................................7
2. Tujuan Pemeriksaan Liabilitas Jangka Panjang........................................................10
3. Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Panjang.....................................................11
C. Pemeriksaan Ekuitas.............................................................................................................14
1. Sifat dan Contoh Ekuitas...........................................................................................14
2. Tujuan pemeriksaan ekuitas......................................................................................17
3. Audit prosedur yang disarankan................................................................................17
BAB III PENUTUP................................................................................................................21
A. Kesimpulan............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya yang dilakukan oleh pihak
independen dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan yang diperiksa (Agoes, 2014). Dalam laporan keuangan perusahaan ini
mencakup elemen liabilitas jangka pendek, liabilitas jangka panjang, dan ekuitas.
Pemahaman mengenai prosedur pemeriksaan elemen-elemen dalam laporan
keuangan juga diperlukan, sebab prosedurnya berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Oleh sebab itu, penyusun tertarik untuk membahas dan meneliti lebih lanjut
mengenai prosedur pemeriksaan kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang
lainnya, surat berharga dan investasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur dari pemeriksaan liabilitas jangka pendek?
2. Bagaimana prosedur dari pemeriksaan liabilitas jangka panjang?
3. Bagaimana prosedur dari pemeriksaan ekuitas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan liabilitas jangka pendek.
2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan liabilitas jangka panjang.
3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan ekuitas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek

1. Sifat dan contoh liabilitas jangka pendek


 Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:172)
Liabilitas (obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas,
penyerahan asset lain, pemberian jasa, penggantian liabilitas tersebut dengan
liabilitas lain, atau konversi liabilitas menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat
dihapuskan dengan caralain, seperti kreditur membebaskan atau membatalkan
haknya.
 Menurut PSAK (IAI, 2015:9,11)
Liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masalalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar
dari sumberdaya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomis.
Pembelian barang atau penggunaan jasa menimbulkan utang usaha dan
penerimaan pinjaman bank menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali
pinjaman tersebut. Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan
perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa
depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban
yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagai contoh
dengan:
a. Pembayaran kas;
b. Penyerahan asset lain;
c. Pemberian jasa;
d. Pergantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
e. konversi kewajiban menjadi ekuitas.
 PengakuanLiabilitas(PSAK 2015:16)
Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis akan
2
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban saat ini dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
 MenurutPenulis
Liabilitas jangka pendek adalah liabilitas perusahaan kepada pihak ketiga,
yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan
satu tahun, atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, biasanya
dengan menggunakan asset lancer (currentassets) perusahaan.
 Beberapa contoh liabilitas jangka pendek adalah sebagai berikut:
a. UtangUsaha (Accounts Payable)
Utang usaha yaitu kewajiban kepada pihak ketiga yang berasal dari
pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu
kurang atau sama dengan satu tahun.
b. Pinjaman dari Bank (Short Term Loan)
Yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu
perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja
(working capital loan) ataupun kredit rekening koran (overdraft facility).
Kredit modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan
rutinnya seperti membeli bahan baku, barang dagang dan lain-lain.
Bunga kredit modal kerja dihitung dari jumlah kredit yang diberikan
bank (plafon kredit). Kredit rekening koran juga diperlukan untuk
membiayai kegiatan rutin perusahaan, tetepi bunganya dihitung dari saldo
kredit yang digunakan bukan dari plafon kredit.
c. Bagian dari kewajiban jangka panjang tempo dalam waktu kurang atau
sama dengan satu tahun (Current Portion of Long Term Loan)
Per tanggal neraca, bagian dari hutang jangka panjang yang jatoh
tempo satu tahun yang akan datang harus direklasifikasikan dari hutang
jangka panjang ke hutang jangka pendek.
d. Hutang Pajak (Taxes Payable)
Yaitu kewajiaban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode
berikutnya, misalnya pph 21 (pajak penghasilan atas gaji, upah,
honorarium), pph 25 (pajak penghasilan badan), ppn (pajak pertambahan
nilai), dan lain – lain
e. Biaya yang masih harus dibayar (accrued expenses)

3
Yaitu biaya yang sudah terjadi dan menjadi bebab periode yang
diperikasa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode berikutnya. Misalnya
biaya gaji, biaya listrik, telepon, air, dan lain-lain.
f. Voucher Payable
g. Hutang Deviden
h. Pendapan yang diterima dimuka
i. Uang Muka Penjualan
j. Hutang Pemegang Sahajtohm
k. Hutang Leasing yang jatoh tempo satu tahun yang akan dating
l. Hutang Bunga
m. Hutang Perusahaan Afiliasi (Hutang dalam rangka hubungan khusus)
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memeriksa liabilitas jangka
pendek, adalah sebagai berikut:
a. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari
yang sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk
melaporkan laba lebih besar dari jumlah yang sebenarnya. Untuk itu
auditor harus melakukan prosedur yang disebut searching of unrecorded
liabilities, dengan cara memeriksa pembayaran sesudah tanggal laporan
posisi keuangan.
b. Perbedaan accounts payable dan accrued expenses. Accounts
payablememiliki angka lebih pasti, karena perusahaan mencatat

2. Tujuan pemeriksaan (audit objectives) liabilitas jangka pendek.


 Untuk meyakini bahwa terdapat internal control yang baik atas liabilitas
jangka pendek .
 Untuk meyakini bahwa liabilitas jangka pendek tercantum dilaporan posisi
keuangan (neraca) didukung oleh bukti yang lengkap dan berasal dari
transaksi yang benar-benar terjadi.
 Untuk meyakini bahwa semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah
tercatat per tanggal neraca.
 Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak).
 Untuk meyakini bahwa kewajiban sewa, jika ada, sudah tercatat sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang sewa).

4
 Untuk meyakini bahwa utang dalam mata uang asing per tanggal nerca, sudah
dikonveksikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI dan
Selisih kurs dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
 Untuk menyakinkan bahwa biaya bunga dan bunga yang terutang dari
liabilitas jangka pendek telah dicatat per tanggal neraca.
 Untuk menyakinkan bahwa bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada
tanggal neracabetul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban
perusahaan.
 Untuk menyakinkan bahwa semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah
diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi bank default (right and
obligation).
 Untuk penyajian current liabilities dalam neraca dan catatan laporan keuangan
telah sesuai dengan SAK.

3. Prosedur pemeriksaan liabilitas jangka pendek.


 Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.
 Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, baik utang usaha maupun
kewajiban lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta
cocokkan saldonya dengan saldo utang di buku besar.
 Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo
menurut subsidiary ledger utang usaha. Secara test basis, periksa bukti
pendukung dari saldo utang kepada beberapa supplier, perhatikan apakah
angkanya cocok dengan purchase requisition, purchase order, reseving report
dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematis dari dokumen-
dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
 Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account
tersebut dengan saldo subsidiary ledger utang.
 Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik
yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun
sebelumnya.
 Periksa pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment) untuk
mengetahui apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorder liabilities)

5
per tanggal neraca dan untuk menyakinkan diri mengenai kewajaran saldo
utang per tanggal neraca.
 Seandainya ada utang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja,
kredit investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank,
periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian kredit
tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank
tersebut.
 Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari
perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan
datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa
apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
 Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai
dengan standar akuntansi sewa, dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat sebagai utang jangka pendek.
 Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara
akurat dan tiap jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum
pada laporan rugi laba. Perhatikan juga aspek pajaknya.
 Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri apakah ini
merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang
yang dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar harus
direklasifikasikan sebagai piutang.
 Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa bukti
pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan diperiode
berikutnya misalnya dengan megirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.
 Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah bagian yang
jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai
utang jangka pendek.
 Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo
tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs
yang terjadi dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
 Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut sudah dilunasi
pada periode berikutnya. Seharusnya hutang PPh 21 dan PPN per 31

6
Desember dilunasi dibulan Januari tahun berikutnya. Sedangakan untuk PPh
Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan memasukan SPT PPh
Badan, perusahaan telah membayar PPh 29.
 Periksa dasar perhitungan accrued expense yang dibuat oleh perusahaan,
apakah reasonable dan konsisten dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain
itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
 Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang
dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua
kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat
per tanggal neraca.
 Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
 Periksa apakah penyajian utang jangka pendek di neraca dan catatan atas
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).

B. Pemeriksaan Liabilitas Jangka Panjang

1. Sifat dan contoh liabilitas jangka panjang


 Menurut PSAK (IAI, 2009 : 1.8)
Liabilitas berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai
liabilitas jangka panjang walaupun liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal laporan posisi keuangan, apabila :
a. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua
belas bulan.
b. Perusahaan bermaksud membiayai kembali liabilitasnya dengan
pendanaan jangka panjang, dan ;
c. Maksud tersebut pada huruf (b) didukung dengan perjanjian pembiayaan
kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi disepakati
sebelum laporan keuangan disetujui.
 Menurut Penulis
Liabilitas jangka panjang adalah liabilitas perusahaan kepada pihak
ketiga yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun.
Beberapa contoh liabilitas jangka panjang:
a. Kredit Investasi (Long Term Loan)
Kredit Investasi yaitu pinjaman dari bank atau lembaga keuangan
bukan bank, yang digunakan untuk pembelian aset tetap, kecuali tanah,
7
misalnya gedung dan mesin. off-shore loan ialah pinjaman yang diperoleh
dari bank atau lembaga keungan di luar negeri. Tingkat bunga off-shore
loan biasanya lebih rendah dari tingkat bunga pinjaman dalam negeri yaitu
satu atau dua persen di atas LIBOR (London Inter Bank Offered Rate) atau
SIBOR (Singapore Inter Bank Offered Rate). Hal ini disebabkan karena
bunga di pasar internasional lebih rendah dari indonesia, selain itu ada
resiko kenaikan kurs dolar terhadap rupiah. Untuk memperkecil risiko
tersebut, biasanya perusahaan melakukan SWAP dengan bank devisa
dengan membayar premi tertentu. Tingkat bunga kredit investasi biasanya
lebih rendah dari tingkat bunga kredit modal kerja (working capital loan).
Penyebabnya antara lain sebagai berikut :
 Jumlah kredit investasi biasanya jauh lebih besar dari jumlah kredit
modal kerja.
 Kredit investasi biasanya digunakan untuk pembelian aset tetap, pada
waktu perusahaan baru akan beroperasi atau untuk perluasan
(ekspansi) usaha, sehingga diperlukan beberapa tahun untuk dapat
menghasilkan pendapatan (revenue).
 Jangka waktu pengembalian kredit investasi biasanya lebih dari satu
tahun, sehingga bagi bank sebagai kreditur berarti dananya sudah pasti
akan memberikan hasil, dalam bentuk pendapatan bunga, dalam waktu
yang panjang (lebih dari satu tahun).
 Untuk meringankan beban perusahaan sebagai debitur, biasanya bank
memberikan grace period, yaitu tenggang waktu di mana perusahaan
belum perlu membayar cicilan pinjaman, kadang- kadang belum perlu
membayar bunga.
b. Utang Obligasi (Bond Payable)
Utang Obligasi yaitu pinjaman jangka panjang yang diperoleh suatu
perusahaan dengan menjual obligasi, di dalam negeri maupun di luar
negeri. Berikut jenis-jenis obligasi :
 Registered Bonds (Obligasi yang mencantumkan nama pemilik
disertifikat obligasinya, sehingga jika dipindahtangankan harus di-
endorse di bagian belakangnya).

8
 Coupon Bonds atau Bearer Bonds (Obligasi atas unjuk yang tidak
mencantumkan nama pemilik di sertifikat obligasinya, sehingga tidak
perlu di-endorse pada saat dipindahtangankan).
 Term Bonds (Obligasi yang seluruhnya jatuh tempo pada suatu tanggal
tertentu.
 Serial Bonds (Obligasi yang tanggal jatuh temponya bertahap pada
beberapa tanggal tertentu).
 Convertible Bonds (Obligasi yang bisa ditukar dengan surat berharga).
 Callable Bonds (Obligasi yang memberikan hak kepada perusahaan
yang mengeluarkan obligasi tersebut, untuk melunasi obligasi tersebut
sebelum tanggal jatuh temponya).
 Secured Bonds (Obligasi yang dijamin dengan harta perusahaan).
c. Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes) yang jatuh temponya lebih dari
satu tahun.
Yakni suatu pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk
membayar sejumlah tertentu, pada tanggal tertentu, dengan
memperhitungkan tingkat bunga tertentu.
d. Utang kepada pemegang saham atau perusahaan induk (Holding
Company) atau Perusahaan Afiliasi (Affiliated Company).
Biasanya diberikan untuk membantu perusahaan anak atau
perusahaan afiliasi yang baru mulai beroperasi dan membutuhkan
pinjaman (pinjaman tersebut bisa dikenakan bunga , bisa juga tidak).
e. Utang Subordinasi (Subordinatde Loan)
Yakni utang dari pemegang saham atau perusahaan induk, yang
mempunyai beberapa sifat:
 tanpa bunga
 baru dibayar kembali pada saat perusahaan telah mempunyai
kemampuan untuk membayar kembali utangnya.
 mempunyai kemungkinan untuk dialihkan sebagai setoran modal
f. Bridging Loan
Yaitu pinjaman sementara yang akan dikembalikan jika kredit
investasi yang dibutuhkan perusahaan sudah diperoleh. Tingkat bunga

9
biasanya lebih tinggi dari tingkat bunga pasar dan bisa berupa short term
loan atau long term loan.
g. Utang Leasing (Utang dalam Rangka Sewa Guna)
Adalah utang yang diperoleh dari perusahaan leasing untuk pembelian
aset tetap (dalam bentuk capital lease atau sales and lease back) dan
biasanya dicicil dalam jangka panjang.

2. Tujuan Pemeriksaan Liabilitas Jangka Panjang


 Menentukan Internal Control atas hutang jangka panjang apakah sudah cukup
baik. Ciri internal control yang baik antara lain :
 Perolehan hutang jangka panjang harus mendapat persetujuan dari pejabat
perusahaan yang berwenang (Direksi, Dewan Komisaris, RUPS), biasanya
dalam bentuk notulen rapat.
 Hutang jangka panjang yang harus dibayar kembali dalam mata uang asing
dicover dengan SWAP untuk mencegah kerugian yang timbul jika terjadi
devaluasi.
 Perusahaan yang menjual obligasi sebaiknya menggunakan Independent
Trustee (biro administrasi efek) agar dapat mengadministrasikan obligasi
yang beredar, mengurus
 pembayaran bunga obligasi, dan mengurus pelunasan obligasi yang jatuh
tempo.
 Menentukan apakah hutang jangka panjang sudah dicatat seluruhnya per
tanggal neraca dan diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
 Menentukan hutang jangka panjang yang tercantum di neraca apakah
merupakan kewajiban perusahaan.
 Menentukan hutang jangka panjang yang berasal dari legal claim atau asset
yang dijaminkan apakah sudah diidentifikasi.
 Menentukan hutang jangka panjang dalam valuta asing per tanggal neraca
apakah sudah dikonversikan kedalam rupiah berdasarkan kurs tengah Bank
Indonesia per tanggal neraca dan selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan.
 Menentukan apakah biaya bunga dan bunga yang terhutang dari hutang jangka
panjang serta amortisasi dari premium/discount obligasi telah dicatat per
tanggal neraca.
10
 Menentukan apakah biaya bunga hutang jangka panjang yang tercatat pada
tanggal neraca betul-betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan
beban perusahaan.
 Menentukan apakah semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti
oleh perusahaan sehingga tidak terjadi “Bank Default”.
Bank default maksudnya adalah pelanggaran terhadap kriteriakriteria yang
tercantum dalam perjanjian kredit. Jika terjadi bank default, maka hal tersebut
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
 Menentukan apakah bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo
dalam satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai hutang
lancar.
 Menentukan apakah hutang jangka panjang berikut discount, premium dan
bunga yang timbul sudah dicatat dan diklasifikasikan dalam laporan keuangan
sesuai dengan SAK.

3. Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Panjang


 Pelajari dan evaluasi internal control atas hutang jangka panjang. Dalam hal
ini biasa digunakan internal control questionnaires atau penjelasan narative,
tidak perlu flow chart.
 Periksa ringkasan perubahan hutang jangka panjang berikut discount,
premium dan bunga selama periode yang diperiksa. Ringkasan tersebut harus
menunjukkan perubahan selama setahun (periode yang diperiksa), baik untuk
hutang maupun bunganya. Perlu juga diminta perubahan discount dan
premium dari obligasi selama periode yang diperiksa.
 Kirimkan konfirmasi kepada bank untuk menanyakan saldo per tanggal
neraca, tingkat bunga, jangka waktu pinjaman dan jaminan kredit. Surat
konfirmasi bisa dibuat khusus untuk konfirmasi hutang jangka panjang atau
tergabung dalam konfirmasi bank yang standar.
 Mintalah copy perjanjian kredit untuk permanent file dan perhatikan apakah
data yang tersebut sesuai dengan data yang tercantum dalam kertas kerja
pemeriksaan hutang jangka panjang.Buat excerpt (ringkasan) dari perjanjian
kredit untuk permanent file untuk lebih memudahkan.
 Periksa apakah hutang jangka panjang yang diperoleh sudah disetujui
direksi/dewan komisaris/pemegang saham.
11
 Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi
discount/premium dari obligasi. Tieup jumlah beban bunga dan amortisasi
dicount/premium obligasi dengan jumlah yang tercantum pada laporan rugi
laba.
 Periksa apakah ada hutang jangka panjang atau wesel bayar yang direnewed
(diperpanjang) setelah tanggal neraca, untuk mengetahui apakah hutang
tersebut harus tetap disajikan sebagai hutang jangka panjang atau hutang
lancar.
 Jika ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan diperiksa apakah ada pembebanan bunga
atas pinjaman tersebut.
 Jika ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya dan penyajiannya di
neraca sudah sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK no 30).
PSAK No 30 mengatur perlakuan akuntansi oleh penyewa guna usaha (lessee)
sebagai berikut :
 Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap
dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari
seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang
harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha.
Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha
dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna
usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan
terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha.
 Aktiva yang disewa guna usaha harus diamortisasi dalam jumlah yang
wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
 Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan
jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha
penyewa guna usaha.
 Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaaan kembali (sales and
leaseback) maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua
transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna
usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus
diakui dan dicatatsebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan.

12
Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus
dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa
guna usaha apabila leaseback merupakan capital lease atau secara
proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operating
lease.
Selain itu PSAK No 30 juga mengatur mengenai pelaporan dan
pengungkapan transaksi sewa guna usaha dalam bentuk capital lease oleh
penyewa guna usaha sebagai berikut :
 Aktiva yang di sewa guna usaha dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap
dalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang
bersangkutan harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.
 Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalan catatan atas laporan
keuangan mengenai halhal sebagai berikut :
 Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dibayar paling tidak
untuk dua tahun berikutnya.
 Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam
tahun berjalan.
 Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
 Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi sales and leaseback.
 Ikatanikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna
usaha (major covenants).
 Periksa apakah ada bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun yang akan datang, sehingga harus direklasifikasi sebagai hutang
jangka pendek.

C. Pemeriksaan Ekuitas

1. Sifat dan Contoh Ekuitas


Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik
perusahaan. Sedangkan dari segi pemilik perusahaan, modal adalah bagian hak
pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).
Dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal pemilik tunggal;
laba yang diperoleh dalam suatu periode dan tambahan setoran modal akan

13
menambah saldo modal, kerugian yang diderita dalam satu periode dan
pengambilan prive akan mengurangi saldo modal.
Dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lbih dari satu partner.
Modal masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagiaan laba
atau tambahan setoran modal dan akan berkurang dengan adanya pembagian
kerugian atau pengambilan prive.
Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah
simpanan pokok anggota yang tak dapt dipindahtangankan dan dapat diambil
kembali pada saat seorang anggota mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi
adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil
usaha termasuk cadangan.
 Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:103)
Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan
sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara
jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian
yang berlaku.
 Perseroan Terbatas (PT)
Modal perseroan terbatas terdiri atas saham. Tanggung jawab persero
terbatas pada jumlah modal saham yang disetor jika perseroan terbatas telah
disahkan menteri kehakiman dan HAM.
Jika pemegang instrument keuangan tidak mempunyai hak keuangan
masa depan pada penerbit instrument, namun berhak secara proporsional atas
deviden atau distribusi berlandaskan ekuitas, maka instrument tersebut
digolongkan sebagai ekuitas. Instrument keuangan yang tidak mengandung
pemaksaan kewajiban keuangan pada saat entitas dalam kondisi kurang
menggemberikan, digolongkan sebagai ekuitas.
 Akuntansi Ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT
Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan
modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan
dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
 Unsur penambahan modal disetor PT
Akun tambahan modal disetor terdiri atas berbagai macam unsur
penambahan modal, harga seperti agio saham, tambahan modal dari perolehan

14
kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari jumlah yang diterima
pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh
kembali dengan harga diatas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya,
tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan sebagainya. Akun
tambahan modal disetor tidak boleh atau dikreditkan dengan pos laba atau
rugi.
Dalam badan hukum yang berbentuk PT, permodalannya terdiri atas berikut:
1) Modal menurut akta pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman
a. Modal dasar
b. Modal ditempatkan
c. Modal disetor
2) Treasury Stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali
oleh perusahaan)
3) Premium (agio) atau discount (disagio) dari penjualan saham baik saham
biasa maupun saham preferen
4) Selisih kurs atas modal disetor
5) Selisih penilaian kembali aset tetap, untuk perusahaan yang melakukan
revaluasi aset tetap berdasarkan peraturan pemerintah
6) Retained earnings (saldo laba/sisal aba tahun lalu) atau deficit/accumulated
losses (sisa rugi tahun lalu)
Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai pemeriksaan ekuitas
adalah sebagi berikut:
1) Jika akta pendirian suatu PT blum mendapat pengesahan dari menteri
hokum dan HAM menurut UU PT yang baru (no. 1 tahun 1995, yang
mulai berlaku pada tanggal 7 Maret 1996), transaksi hukum perusahaan
(perjanjianperjanjian yang dibuat perusahaan) belum dianggap sah.
2) Modal disetor dan modal ditempatkan tidak dapat melebihi modal dasar.
Jika modal disetor melebihi modal dasar maka harus dilakukan perubahan
akta pendirian yang harus disahkan melebihi modal dasar maka harus
dilakukan perubahan akta pendirian yang harus disahkan oleh menteri
hukum dan HAM
3) Modal yang tercantum di neraca adalah modal yang disetor
4) Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah:

15
a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan
b. Untuk dibagikan sebagai saham bonus kepada para manajr dan
pegawai perusahaan.
5) Jika akumulasi suatu kerugiaan mencapi 50% dari modal disetor,
perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke pengadilan negeri untuk
diumumkan dalam berita Negara.
6) Menurut SAK aset tetap harus dicatat/disajikan dalam laporan posisi
keuangan yang berdasarkan harga perolehannya
7) Adjustment ke retained earnings (deficit) hanya diperbolehkan jika
menyangkut laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau
menyangkut pembayaran pajak yang berasal dari STP atau SKP walaupun
jumlahnya kecil.
8) Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan nilai
wajar aset bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang
disetuji dewan komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di bursa efek,
atau nilai yang disepakati oleh dewan komisaris dn penyetor bentuk
barang.
9) Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan permodalan biasanya tidak
banyak, kecuali jika:
a. Prusahaan banyak membuata koreksi retained earnings (deficit),
sehingga auditor harus memeriksa koreksi tersebut secara rinci
b. Perusahaan dalam proses go public

2. Tujuan pemeriksaan ekuitas


a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas permodalan,
termasuk internal control atas transaksi jual beli saham, pembayaran dividen
dan sertifikat saham.
b. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di laporan
posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan apa yang tercantum di akta
pendirian perusahaan.
c. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang
menyangkut ekuitas (misalkan KemHumKam, BKPM, BKPMD,
BAPEPAMLK, KPP dan SK Presiden RI) telah dimilik oleh perusahaan.

16
d. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah mendapat otorisasi
baik dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi,dewan komisaris), rapat
e. umum pemegang saham (RUPS) maupun dari instansi pemerintah.
f. Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada retained earnings atau
accumulated losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.
g. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan
neraca) sesuai dengan SAK dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.

3. Audit prosedur yang disarankan


a. Pelajari dan evaluasi internal control atas permodalan dan trnsaksi jual beli
saham, pembagian dan pembayaran dividen dan sertifikat saham.
b. Minta salinan (copy) dari akta pendirian, SK pengesahan menteri hokum dan
HAM, SK BKPM/BKPMD, SK Bapepam-LK, SK presiden, untuk disimpan
dalam permanent file.
c. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang
tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) dan penjelasan dalam catatan
atas laporan keuangan.
d. Untuk perusahaan yang mempunyai tambahan setoran modal dalam periode
yang diperiksa, periksalah bukti setoran dan bukti pembukuan lainnya serta
otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.
e. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan:
o Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan
discount dari penjualan saham
o Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan
preferred stock, dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya.
o Rincian pemegang saham
f. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained
earnings/deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah adjustment ke
retained earnings/deficit memeang reasonable dan jumlahnya cukup material.
g. Seandainya ada pembagian deviden, periksa apakah:
o Dividen dibagikan dalam bentuk cash dividend, stock dividend atau
property dividend
17
o Pencatatannya sudah benar (pada waktu deklarasi deviden maupun pada
saat pembayaran deviden) Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang (melalui notulen rapat direksi dan rapat umum pemegang
saham
o Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku
h. Periksa apakah akumulasi kerugiaan perusahaan (accumulated losses/deficit)
sudah mencapai 75% dari modal disetor kalau ini terjadi harus ada penjelasan
dalam catatan atasa laporan keuangan.
i. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau biro
administrasi efek (Stock Transfer Agent)
j. Seandainya ada treasury stock:
o Periksa bukti pembelian dan otorisasinya
o Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasury stock dijual
kembali)
o Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah
untuk memperbaiki harga pasar saham prusahaan atau untuk dibagikan
sebagai saham bonus)
o Perhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian deviden
k. Periksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan (neraca) dan
catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi
keuangan ETAP/PSAK/IFRS
l. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.
Penyajian ekuitas di laporan posisi keuangan dan pengungkapan di catatan atas
laporan keuangan
 Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:109)
Penyajian modal
Penyajian modal dalam neraca dilakukan sesuai dngan ketentuan pada
akta pendirian entitas dan pertaturan yan berlaku serta maenggambarkan
hubungan keuangan yang ada.
Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai
nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham yang dinyatakan
dalam neraca.

18
Bila terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dari suatu
golongan saham atas deviden dan pelunasan modal pada saat likuidasi
dicantumkan dalam laporan keuangan.
Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak
dividen kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah keseluruhan
dividen periode sebelumnya diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk penyajiannya
sesuai akta pendirian badan usaha tersebut, misalnya saham adalah penyertaan
modal dalam kepemilikan PT.
 Penyajian dan pengungkapan saldo laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodic setelah
memperhitungkan pembagian dividend an koreksi laba rugi periode lalu. Akun
ini dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba dianggap
bebeas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika diberikan indikasi
mengenai pembatasan saldo laba, misalnya dicadangkan untuk perluasan
pabrik atau untuk memenuhi ketentuan regulasi maupun ikatan tertentu. Saldo
laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai deviden karena pembatasan-
pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri yang menggambarkan
tujuan pencadangan termaksud; pembatasan-pembatasan yang diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikreditkan dengan pos-pos yang
seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi periode berjalan.
Pengungkapan saldo laba meliputi berikut ini:
a. Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba,
menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan
pemisah saldo laba, serta jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahan
atau pemisahan saldo laba juga diungkapkan.
b. Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di sekitar saldo laba,
diungkapkan. Misalnya selama perjanjian kredit berlangsung, entitas tidak
diizinkan membagi saldo tanpa seizing kreditur.

19
c. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak
d. Pengungkapan jumlah deviden dan deviden per lembar saham,
pengungkapan, keterbatasan saldo laba tersedia bagi deviden
e. Tunggakan deviden, jumlah maupun tunggakan per lembar saham
f. Pengungkapan deklarasi deviden setelag tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam liabilitas jangka pendek perusahaan mempunyai kecenderungan untuk
mencatat kewajibannya lebih rendah dari yang sebenarnya dengan tujuan untuk
melaporkan laba lebih bersih dari jumlah yang sebenarnya. Oleh karena itu liabilitas
jangka pendek yang tercantum dilaporan posisi keuangan (neraca) harus didukung
oleh bukti – bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang betul – betul terjadi.
Jika liablitas jangka pendek berupa utang deviden, maka harus didukung oleh notulen
rapat umum pemegang saham yang memberikan otorisasi untuk pembagian deviden.
Kewajiban Jangka Panjang adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga,
yang harus dilunasi dan jatuh temponya lebih dari satu tahun atau setelah tanggal
neraca. Keberadaan dan Keterjadian Auditor membuktikan apakah saldo hutang

20
jangka panjang mencerminkan kepentingan transaksi yang berkaitan dengan hutang
jangka panjang selam tahun yang diaudit.
Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik
perusahaan. Sedangkan dari segi pemilik perusahaan, modal adalah bagian dari hak
pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).
Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah simpanan
pokok anggota yang tidak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil kembali pada
saat seseorang anggota mengundurkan diri. Salah satu tujuan dari pemeriksaan ekuitas
adalah untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan SAK.adapun prosedur yang penting dalam
pemeriksaan ekuita adalah kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. (2017). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik Edisi
5 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat .

21

Anda mungkin juga menyukai