H A K A SA SI E K ON O M I (PRO PE RT Y R IG H T S)
yaitu hak dalam membeli memiliki serta menjual dan dalam memanfaatkan sesuatu.
Tujuan HAM adalah melindungi hak manusia untuk hidup dengan harga diri,
yang meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak keamanan.
Hidup dengan harga diri berarti bahwa manusia harus memiliki sesuatu
seperti tempat yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup. Artinya,
untuk mencapai tujuan HAM ini manusia harus dapat berpartisipasi dalam
masyarakat, menerima pendidikan, bekerja, mempraktikkan ajaran agamanya,
berbicara dalam bahasanya sendiri, dan hidup dengan damai.
UTILITARIANISME
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang
patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai
memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. “Utilitarianisme” berasal dari kata Latin
utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut
sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory).
TEORI TUJUAN PERBUATAN
Menurut kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya menghindari atau
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang dilakukan, baik bagi diri sendiri
ataupun orang lain. Adapun maksimalnya adalah dengan memperbesar kegunaan, manfaat, dan
keuntungan yang dihasilkan oleh perbuatan yang akan dilakukan. Dengan demikian, perbuatan
manusia baik secara etis dan membawa dampak sebaik-baiknya bagi diri sendiri dan orang lain.
DEONTOLOGIS
Etika deontologis atau deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai moralitas suatu
tindakan berdasarkan kepatuhan pada peraturan. Etika ini kadang-kadang disebut etika berbasis
"kewajiban" atau "obligasi" karena peraturan memberikan kewajiban kepada seseorang.
Imanuel Kant (1724-1804) memberikan artikulasi yang paling jelas mengenai teori ini (Broooks &
Dunn, 2012: 144). Bagi Kant, tugas (duty) merupakan satu-satunya standar modal bagi seseorang
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
PERBEDAAN DEONTOLOGIS
& UTILITARIANISME
Teori Deontologisme mencakup kewajiban untuk mematuhi hak-hak moral seseorang selain hak
legalnya. Berbeda dengan utilitarianisme yang memandang perbuatan etis dari sudut pandang
tujuan yang dinyatakan dalam bentuk manfaat bagi orang banyak, deontologisme
memandangnya dari cara atau pendekatan dalam melakukan perbuatan tersebut.
HAK DAN KEADILAN
Penjabaran deontologisme dikemukakan oleh David Hume (1711-1776) Hume mendasarkan teorinya
pada anggapan bahwa setiap orang mempunyai hak (claims) terhadap sumber daya yang terbatas atau
scarces resources. Keadilan Distributif, berkaitan dengan pembagian atau alokasi sumber daya,
manfaat, atau beban.
ada 3 kriteria untuk menetukan distribusi yang adil. Ketiga kriteria tersebut, yaitu kebutuhan (need),
kesamaan perhitungan (aritmetic quality), dan kepantasan (merit). Prinsip perbedaan mrngatur tentang
keharusan adanya kesamaan (equality) dalam penetapan hak dasar dan tugas.
TEORI VIRTUISME / KEUTAMAAN
Dalam teori ini, keutamaan didefinisikan sebagai disposisi watak yang diperoleh seseorang dan
memungkinkannya untuk bertingkah laku baik secara moral.
Karakter moral yang dimaksud berupa bijaksana, adil, rendah hati, suka bekerja keras, hati-hati,
bertanggung jawab, itikad baik, dan lain-lain.
Teori ini merupakan teori etika yang paling mudah untuk diterapkan dalam praktik bisnis, yaitu dalam
proses pengidentifikasian dan perancangan budaya perusahaan (corporate culture) yang kemudian
dijabarkan lebih lanjut oleh perusahaan tersebut.
GREED & FEAR
Greed atau serakah merupakan dorongan untuk memperoleh lebih dari apa yang menjadi haknya.
Sering dikaitkan dengan harta, tahta, dan wanita. Fear atau ketakutan merupakan penyebab dari
munculnya greed. Seperti ketakutan akan mengalami kerugian atau bangkrut.
LABA ABNORMAL
• Terjadi ketika perusahaan memperoleh laba yang lebih tinggi daripada laba normal. Hal ini terjadi
ketika total pendapatan melebihi total biaya ekonomi (biaya implisit plus biaya eksplisit)
• Bukan patokan yang dapat digunakan untuk memberikan stigma serakah terhadap perusahaan
MORAL HAZARD
Moral hazard merupakan keadaan ketika seseorang melakukan tindakan yang risikonya ditanggung
oleh pihak lain, bukan oleh pelaku tindakan tersebut.
Contoh: Krisis moneter 1998 yang disebabkan oleh moral hazard yaitu oknum pejabat bank yang
bermain valuta asing, membeli dolar atau mata uang asing dengan rupiah yang dimiliki perusahaannya.
Pelaku akan mengambil keuntungan untuk pribadi, namun ketika rugi (valas terapresiasi dan nilai
rupiah jatuh sehingga hutang bank atas valas membengkak), maka bank atau negaralah yang
mengganti. Risiko perbuatan mereka bukan mereka sendiri yang menanggung, malainkan pemerintah.
KECURANGAN ATAU FRAUD
Praktik curang atau fraud adalah tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa,
sehingga menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau pihak lain.
Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa setiap keputusan diambil bedasarkan asas
rasionalitas.
Menurut shefrin (2002: 4-5) menyebutkan ada dua hal pokok yang mengakibatkan
timbulnya bias atau penyelewangan dalam pengambilan keputusan, yaitu:
• Pengambilan Keputusan heuristik
• Pengambilan Keputusan Ketergantungan Pola pikir
PENGENDALIAN DIRI
Perilaku tidak etis Eksternal
Rasionalitas
Pengendalian agama
Pendidikan keluarga
Pendidikan budaya
Pendidikan lingkungan sosial Nilai/norma Hukum Sosial Sanksi Sosial
REGULASI
Pencegah untuk tidak melakukan sesuatu
Kasus Fraud pada tahun 2016, PT Hanson Internasional terbukti melakukan fraud yaitu
manipulasi penyajian laporan keuangan tahunan pada tahun buku 2016. Manipulasi ini berkaitan
dengan penyajian akuntansi kavling siap bangun dengan nilai gross Rp 732 Miliar sehingga
membuat penghasilan PT Hanson Internasional meningkat tajam. Oleh karena manipulasi yang
dilakukan ini menyebabkan PT Hanson melanggar standar akuntansi keuangan no.44 tentang
akuntansi aktivitas real estate (PSAK 44). Selain itu, kesalahan ini juga meningkatkan LKT 2016
mengalami overstated dengan nilai material sejumlah Rp 613 miliar. KAP yang terkait juga
terbukti melakukan pelanggaran.
Penyelesaian kasus oleh otoritas yang berwenang. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
menjatuhkan sanksi kepada PT Hanson International Tbk (MYRX), Benny Tjokrosaputro,
Adnan Tabrani, dan akuntan Sherly Jokom. Otoritas Jasa Keuangan mengenakan sanksi
administrasi dengan nilai total RP. 5,6 miliar merupakan emiten yang bergerak di bidang
property akibat kesalahan penyajian laporan keuangan. Deputi Komisioner Pengawas
Pasar Modal I OJK Djustini Septiana mengatakan, Benny Tjokrosaputro selaku direktur
utama Hanson International terbukti melakukan pelanggaran Pasal 107 Undang-Undang
Pasar Modal (UUPM) dan bertanggung jawab atas kesalahan penyajian Laporan
Keuangan Tahunan (LKT) Hanson International per 31 Desember 2016.
OJK juga menjatuhkan sanksi kepada perseroan atas dua pelanggaran yang dinilai berlawanan dengan UU
Pasar Modal. Selanjutnya, OJK juga menjatuhkan sanksi kepada Sherly Jokom selaku rekan Kantor Akuntan
Publik Purwantono, Sungkoro dan Surja karena tidak cermat dalam menggunakan kemahiran
profesionalisme terkait pelaksanaan prosedur audit. Sementara itu, dari hasil temuan tersebut, OJK
memutuskan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 500 juta kepada Hanson International.
Kemudian, secara individu kepada Benny, OJK menjatuhkan denda sebesar Rp 5 miliar. Selain Benny,
Direktur Hanson International Adnan Tabrani juga didenda sebesar Rp 100 juta karena bertanggung jawab
atas LKT tahun 2016.
THANK YOU!