Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAT

BIMBINGAN TEKNIS PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA


KLINIK ORTHOPHYSIO KENDARI
OLEH:

Prof. Dr. H. Arifuddin, SE, M.Si, Ak, CA,ACPA, CTA 196804261995121001


Prof. Dr. H. Andi Basru Wawo, SE, M.Si, Ak, CA 195703121987031002
Dr. Erwin Hadisantoso, SE, M.Si, Ak, CA, ACPA 197907302005011002
Andi Muhammad Fuad Ramadhan, S.E., M.Acc., Ak 199104092022031010
Si Made Ngurah Purnaman, S.Ak, M.Ak 199405262022031011
Syaiah, SE,.M.Si NUP. 9990136795
Try Andhini Larasati Ekar Arum B1C1 21 316
Nurul Ulya B1C1 21 286
Wulan Sari B1C1 21 325

DANA MANDIRI
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023

i
RINGKASAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa Bimbingan Teknis Tentang Pajak
Penghasilan Badan Bagi Klinik Orthophysio Kendari. Pengabdian ini dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengelola
Klinik Orthophysio Kendari, khususnya pegawai yang menangani penyusunan laporan
keuangan dan laporan perpajakan, mengenai Pajak Penghasilan Badan. Sasaran strategis
kegiatan ini adalah pengelola Klinik Orthophysio Kendari, khususnya pegawai yang
bertugas menyusun laporan perpajakan serta pegawai yang memotong atau memungut
PPh Badan. Kegiatan penyuluhan menggunakan pendekatan persuasif edukatif, yaitu
memberikan penjelasan teoritis disertai contoh aplikasi pada badan usaha yang sejenis,
kemudian diskusi dan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman terkait Pemungutan
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan).

iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga usulan pengabdian kepada masyarakat dengan judul Bimbingan Teknis
Pajak Penghasilan Badan Pada Klinik Orthophysio Kendari, dapat diselesaikan tepat
waktu. Disadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam usulan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini. Karenanya, kritik dan saran kami butuhkan untuk
penyempurnaannya.

Kendari, Juli 2023

Tim Penyuluh

iv
DAFTAR ISI

PROPOSAL ........................................................... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN ............................................................................................................. ii

RINGKASAN......................................................................................................... iii

PRAKATA ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Analisis Situasi .......................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah. .................................................................................. 4

C. Tujuan Kegiatan ........................................................................................ 4

D. Manfaat Kegiatan ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

A. Pajak Penghasilan Badan .......................................................................... 6

B. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Badan ................................................... 6

C. Subjek Pajak Penghasilan Badan dan Objek PPh Badan .......................... 9

D. Tarif PPh Badan ...................................................................................... 11

BAB III MATERI DAN METODE ...................................................................... 13

A. Kerangka Pemecah Masalah ................................................................... 13

B. Realisasi Pemecah Masalah..................................................................... 13

C. Khalayak Sasaran .................................................................................... 13

D. Metode Yang Digunakan......................................................................... 14

E. Rencana Anggaran Biaya ........................................................................ 14

F. Jadwal Pelaksanaan ................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2007 Pasal 1, pajak merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal senada juga dijelaskan oleh
Rochmat Sumitro dalam Suandy (2011: 2), bahwa pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran
rutin.
Wajib Pajak, menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007 Pasal 1,
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Setiap Wajib
Pajak akan menerima Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
Sekarang ini Indonesia sedang menggalakkan pajak, sebagai sumber
penerimaan terbesar. Semua Wajib Pajak yang memiliki NPWP harus
menghitung sendiri besarnya pajak terhutang. Hal ini dikarenakan Indonesia
menganut sistem pemungutan pajak: self-assessment system. Dalam sistem ini,
Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-
undang perpajakan yang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi serta
menyadari akan arti pentingnya membayar pajak (Resmi, 2014: 11). Apabila
Wajib Pajak salah dalam menghitung pajak dan menyebabkan kerugian bagi
negara, maka Wajib Pajak yang bersangkutan akan dikenakan sanksi
administrasi dan atau sanksi pidana (Resmi, 2014: 66-72). Oleh karena itu,
kemampuan Wajib Pajak dalam menghitung pajak yang harus disetorkan
kepada negara, guna membiayai pengeluaran negara, sangatlah penting.

1
Dalam perpajakan, terdapat banyak Pajak penghasilan, seperti: Pajak
Penghasilan pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 24, pasal 25 dan
sebagainya. Oleh karena setiap Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
umumnya memiliki pekerjaan dan memperoleh penghasilan, maka dalam
kegiatan pengabdian kepada masyarakat, difokuskan pada Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi Badan yang mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan yaitu PMK No. 101/PMK.010/2016 dan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak No. PER-16/PJ/2016.
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang dikenakan
terhadap penghasilan yang diperoleh oleh badan usaha atau entitas hukum
tertentu. PPh Badan merupakan salah satu jenis pajak yang diterapkan di banyak
negara, termasuk Indonesia. Badan usaha yang dapat dikenai PPh Badan antara
lain perusahaan, perseroan terbatas, koperasi, dan bentuk badan usaha lainnya.
Pajak ini dikenakan pada penghasilan yang diperoleh badan usaha dari kegiatan
usaha atau kegiatan lain yang menghasilkan pendapatan, seperti bunga bank,
dividen, dan keuntungan dari penjualan aset. PPh Badan di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang
kemudian mengalami perubahan melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016
tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Pembayaran PPh Badan juga memudahkan perusahaan atau instansi tempat
karyawan bekerja dalam hal pembayaran pajak. Perusahaan atau instansi tersebut
dapat dengan mudah mencatat pembayaran pajak yang telah dibayarkan oleh
karyawan dan mengajukan laporan pajak dengan lebih mudah. Hal ini akan
membantu dalam meningkatkan efisiensi pembayaran pajak dan memudahkan
perusahaan atau instansi dalam hal administrasi pajak.
Secara keseluruhan, PPh Badan memiliki peran yang penting dalam
penerimaan negara dan pemerataan pajak di negara ini. Pembayaran pajak ini juga
memudahkan karyawan dan perusahaan dalam hal pembayaran pajak sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pembayaran pajak dan memudahkan dalam hal
administrasi pajak.

2
PPh Badan juga merupakan salah satu bentuk transparansi dalam
pengelolaan keuangan negara. Dengan adanya pemotongan pajak pada saat
penerimaan gaji, maka akan tercatat dengan jelas jumlah pajak yang dibayar oleh
setiap karyawan. Hal ini akan memudahkan dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian pengelolaan keuangan negara.
Selain itu, PPh Badan juga memiliki peran dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya penerimaan negara yang baik dari
pembayaran pajak, maka pemerintah dapat mengalokasikan dana untuk berbagai
program pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat. Seperti pembangunan
infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Hal ini akan membantu dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang PPh Badan merupakan salah satu
kendala dalam pemungutan pajak ini. Banyak karyawan yang kurang memahami
tentang PPh Badan dan cara pembayarannya, hal ini dapat menyebabkan
perusahaan kurang tertarik untuk membayar pajak secara tepat waktu dan sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Pemerintah harus lebih gencar dalam
melakukan sosialisasi dan edukasi tentang PPh Badan kepada masyarakat,
khususnya karyawan, agar mereka memahami tentang pajak yang harus dibayar
dan cara pembayarannya serta meningkatkan kesadaran akan kewajiban
membayar pajak.
Kesulitan dalam mencatat dan mengajukan laporan pajak juga merupakan
kendala dalam pemungutan PPh Badan. Perusahaan atau instansi yang harus
mencatat pembayaran pajak dari karyawan dan mengajukan laporan pajak dapat
mengalami kesulitan dalam hal administrasi. Hal ini dapat menyebabkan
keterlambatan dalam pembayaran pajak dan kesulitan dalam pengendalian
pengelolaan keuangan negara. Pemerintah perlu memberikan dukungan dan
fasilitas yang memadai bagi perusahaan atau instansi dalam hal administrasi pajak
agar dapat mencatat dan mengajukan laporan pajak dengan lebih mudah dan
efisien.
Kurangnya sanksi bagi perusahaan atau instansi yang tidak membayar pajak
merupakan kendala lain dalam pemungutan PPh Badan. Beberapa perusahaan atau

3
instansi yang tidak membayar pajak atau tidak memotong pajak dari gaji
karyawan secara tepat waktu, kurang adanya sanksi yang berat dari pemerintah.
Hal ini dapat menyebabkan perusahaan atau instansi yang tidak membayar pajak
secara tepat waktu dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Kendala-kendala dalam pemungutan PPh Badan yang telah disebutkan
sebelumnya juga dapat terjadi pada Klinik Orthophysio Kendari. Seperti
kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang PPh Badan, kesulitan dalam mencatat
dan mengajukan laporan pajak, serta kurangnya sanksi bagi perusahaan atau
instansi yang tidak membayar pajak. Hal ini dapat menyebabkan klinik Ortho
kesulitan dalam pembayaran pajak secara tepat waktu dan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku. Oleh karena itu, dalam objek penelitian "Klinik
Orthophysio Kendari" perlu dilakukan analisis terhadap kendala-kendala yang
dihadapi dalam pembayaran PPh Badan dan dicari solusi yang tepat untuk
mengatasinya.

B. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu "Bagaimana kendala yang dihadapi dalam
pembayaran PPh Badan oleh Klinik Orthophysio Kendari dan solusi untuk
mengatasinya?"

C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan Bimbingan Teknis ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi
yang tepat bagi Klinik Orthophysio Kendari dalam hal pembayaran PPh Badan.
Hal ini akan dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh dan memberikan
rekomendasi yang tepat bagi klinik Ortho dalam hal pembayaran PPh Badan

D. Manfaat Kegiatan
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
1. Sebagai salah satu perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi
2. Agar pegawai mengetahui proses pemotongan PPh Badan.

4
3. Meningkatkan kompetensi dan keterampilan sumber daya manusia
masyarakat di bidang perpajakan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak Penghasilan Badan
Sesuai Pasal 1 UU PPh No. 7 Tahun 1983, pengertian Pajak Penghasilan
adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun
pajak. Dengan demikian, pengertian Pajak Penghasilan Badan adalah pajak
penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak Badan. Sementara itu, PPh Badan ini terbagi menjadi dua
berdasarkan sifatnya, yakni:
a) Pajak Penghasilan atau PPh Final adalah pajak penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WP Badan
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2018 tentang
Pajak Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
yang Memiliki Peredaran Bruto tertentu.
b) Pajak Penghasilan atau PPh Tidak Final adalah pajak penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh WP Badan berdasarkan
Pasal 17 dan Pasal 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan.

B. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Badan


Bicara jenis Pajak Penghasilan yang dikenakan atas pendapatan suatu badan
atau perusahaan sendiri antara satu dengan lainnya berbeda-beda, tergantung
bidang dan kebijakan usahanya. Selain tarif, WP Badan juga perlu mengetahui
cara menghitung jumlah Penghasilan Kena Pajak yang dimilikinya. Sehingga akan
diketahui besar PPh Badan yang harus dibayarkan ke kas negara. Secara umum,
ada dua jenis pajak yang menjadi kewajiban WP Badan, yakni Pajak Penghasilan
(PPh) Badan dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM).
Hak dan kewajiban wajib pajak badan sebagai berikut:
a) Hak mengajukan restitusi kelebihan pembayaran pajak
b) Hak mendapat perlindungan kerahasiaan data

6
c) Hak memperoleh pengembalian pendahuluan kebijakan pembayaran pajak
d) Hak mendapatkan fasilitas pajak Ditanggung Pemerintah (DTP)
e) Hak peroleh insentif perpajakan
f) Kewajiban mendaftarkan diri sebagai wajib pajak sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan
g) Wajib membayar kewajiban pajaknya
h) Kewajiban melaporkan pajaknya
i) Kewajiban berlaku kooperatif apabila dilakukan pemeriksaan pajak

Jenis-jenis Pajak Penghasilan Badan


Pajak Penghasilan Pasal 21
PPh Pasal 21 mengatur tentang pemotongan dari hasil pekerjaan jasa atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak atau karyawan Anda, dan harus dibayarkan setiap bulannya.
Perusahaan melakukan pemotongan langsung atas penghasilan para karyawan
untuk selanjutnya disetorkan ke kas negara melalui bank persepsi.

Pajak Penghasilan Pasal 22


Apa itu PPh 22? PPh 22 adalah pajak penghasilan yang mengatur atas
pemungutan pajak dari Wajib Pajak yang dibebankan pada badan usaha tertentu
karena melakukan aktivitas perdagangan terkait dengan ekspor, impor, maupun
re-impor. Untuk lebih spesifik aturan PPh Impor, hal ini diatur dalam pasal 22
ayat 1.

Pajak Penghasilan Pasal 23


PPh Pasal 23 adalah pajak yang mengatur atas pemotongan pajak yang
dilakukan oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak ketika terjadi transaksi yang
merujuk pada:
a) Transaksi dividen atau pembagian keuntungan saham
b) Royalti, bunga, hadiah dan penghargaan
c) sewa, dan penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan aset selain
tanah dan transfer bangunan atau jasa.

7
Pajak Penghasilan Pasal 25
PPh Pasal 25 badan adalah pajak yang mengatur atas angsuran pajak yang
berasal dari jumlah pajak penghasilan terutang menurut SPT PPh dikurangi PPh
yang telah dipungut serta PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan
boleh dikreditkan. Tarif PPh 25 kemudian terbagi menjadi tiga klasifikasi
berdasarkan tingkat brutonya.

Pajak Penghasilan Pasal 26


PPh Pasal 26 mengatur pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
bersumber dari Indonesia dan diterima Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk
Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

Pajak Penghasilan Pasal 29


PPh Badan Pasal 29 mengatur atas jumlah pajak terutang suatu perusahaan
dalam satu tahun pajak lebih besar dari jumlah kredit pajak yang telah dipotong
oleh pihak lain, serta telah disetorkan. Maka nilai lebih pajak terutang tersebut
harus dibayarkan sebelum SPT PPh Badan dilaporkan.

Pajak Penghasilan Pasal 15


PPh Pasal 15 mengatur atas laporan pajak yang berhubungan dengan
Norma Perhitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak tertentu, termasuk WP
Badan yang bergerak pada:
a) Sektor pelayaran atau penerbangan internasional
b) Perusahaan asuransi luar negeri
c) Pengeboran minyak, gas dan geothermal
d) Perusahaan dagang asing
e) Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangunan serah guna.

Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2)


PPh Pasal 4 ayat (2) berkaitan dengan pajak yang dipungut dari
penghasilan yang dipotong dari:
a) Bunga deposito dan tabungan lainnya
b) Bunga obligasi dan surat utang negara
c) Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi

8
d) Hadiah undian
e) Transaksi saham dan sekuritas lainnya
f) Serta transaksi lain sebagaimana diatur dalam peraturan yang ditetapkan.
Pajak penghasilan pasal 4 ayat 2, 15, 22, 23, dan 26 merupakan PPh
Unifikasi yang harus dikelola melalui aplikasi e-Bupot Unifikasi.

Pajak Pertambahan Nilai


PPN adalah merupakan pajak yang dibebankan untuk transaksi atas
Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP). Nilai PPN biasanya
ditambahkan pada harga pokok barang atau jasa yang diperjualbelikan tersebut.

Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)


PPnBM merupakan pajak yang dikenakan atas barang atau produk yang
dianggap bukan sebagai barang kebutuhan pokok. Barang tersebut biasanya
dikonsumsi oleh masyarakat kalangan tertentu yang pada umumnya merupakan
masyarakat berpenghasilan tinggi. Bagi Anda yang berkecimpung dalam bidang
ekspor-impor, baca juga Fungsi SSPCP dan Penggunaannya bagi Eksportir &
Importir.

C. Subjek Pajak Penghasilan Badan dan Objek PPh Badan


Sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU
PPh), penghasilan suatu badan atau perusahaan yang dimaksud adalah:
“Setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
oleh Wajib Pajak Badan, baik dari dalam maupun luar negeri, dengan keperluan
apapun termasuk misalnya menambah kekayaan, konsumsi, investasi, dan lain
sebagainya.”
Dasar pengenaan pajak penghasilan badan dikenakan pada subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh badan / perusahaan dan BUT dalam
tahun pajak. Bentuk usaha tetap atau BUT merupakan subjek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subjek pajak badan. Siapa saja yang
menjadi subjek Pajak Penghasilan Badan dan apa saja yang termasuk dalam objek
PPh Badan telah diatur dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan.

9
Subjek PPh Badan
Subjek pajak Badan atau subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha
yang diberikan kewajiban untuk membayar pajak, baik dalam periode bulan
maupun tahun dan disetor ke kas negara. Jenis subjek badan dibedakan menjadi 2
yakni:

Subjek Pajak Dalam Negeri


Subjek pajak dalam negeri adalah badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
a) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
b) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
c) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat (Pempus)
atau Pemerintah Daerah (Pemda)
d) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
e) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak

Subjek Pajak Luar Negeri


Sedangkan subjek pajak luar negeri adalah badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima / memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha / melakukan kegiatan
melalui BUT di Indonesia, juga termasuk subjek pajak luar negeri.

Mekanisme Penghitungan PPh Badan


Penghasilan Kena Pajak
Sebelum Anda melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha
atau PPh Badan, Sobat Klikpajak harus terlebih dulu mengetahui nominal
penghasilan kena pajak badan. Bagaimana caranya? Anda bisa mengurangi
penghasilan neto fiskal dengan kompensasi kerugian fiskal. Di mana penghasilan

10
neto fiskal merupakan penghasilan neto yang diterima oleh wajib pajak dalam
negeri, baik dari kegiatan usaha maupun bukan, setelah melewati penyesuaian
fiskal yang berdasarkan ketentuan perpajakan. Sedangkan kompensasi neto fiskal
adalah kerugian yang dialami badan. Apabila menggunakan pembukuan, kerugian
tersebut dapat dikompensasi selama lima tahun secara berturut-turut.

Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang


Untuk mendapatkan nominal ini, Anda dapat mengalikan Penghasilan
Kena Pajak dengan tarif pajak yang berlaku. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian
b UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif pajak yang dikenakan
kepada badan adalah 25%. Besar tarif ini berlaku sejak tahun pajak 2010. Tarif
lebih rendah dapat dikenakan kepada wajib pajak badan dalam negeri dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Berbentuk perseroan terbuka.
b) Memiliki sedikitnya 40% jumlah keseluruhan saham yang disetor dan
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
c) Tarif yang dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif normal.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka cara menghitung pajak penghasilan
badan adalah:
PT AAA memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak badan adalah senilai
Rp2.000.000.000, maka tarif PPh badan yang harus dibayarkan adalah 25% x
Rp2.000.000.000 = Rp500.000.000.
Perlu diketahui, penghasilan yang dipotong dengan Pajak Penghasilan
bersifat final, tidak termasuk dalam ketentuan ini. Tarif pajak final diatur dalam
aturan tersendiri berdasarkan Peraturan Pemerintah.

D. Tarif PPh Badan


Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tentang
Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang
Berbentuk Perseroan Terbatas, tarif PPh badan diturunkan. Beleid ini dikeluarkan
untuk melaksanakan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 2/2020 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1/2020

11
tentang: Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan Menjadi Undang-Undang. Melalui beleid baru ini, tarif Pajak
Penghasilan Badan turun secara bertahap yakni:
a) 22% berlaku pada 2020 dan 2021
b) 20% mulai berlaku pada 2022
Sedangkan khusus untuk WP Badan berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk),
akan mendapatkan tarif PPh Badan 2023 terbaru 3% lebih rendah dari penurunan
PPh Badan secara umum tersebut. Lebih rendah 3% untuk Perusahaan Terbuka
(Tbk) tersebut, maka tarif pajak penghasilan badan perseroan Tbk menjadi:
a) 19% pada 2020 dan 2022
b) 17% mulai pada 2023
Tapi penurunan tarif PPh Badan 2023 lebih rendah 3% bagi Perusahaan
Tbk ini ada syaratnya, yaitu:
a) Saham dikuasai setidaknya 300 pihak.
b) Setiap pihak di dalam Perseroan Terbuka (PT) hanya diizinkan menguasai
saham di bawah 5% dari keseluruhan saham yang diperdagangkan dan
disetor penuh.
c) Saham yang diperdagangkan dan disetor pada bursa efek wajib dipenuhi
dalam kurun waktu paling sedikit 183 hari kalender selama jangka waktu 1
tahun pajak.
d) Membuat laporan kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Seperti diketahui, ketentuan tarif pajak badan kembali direvisi kembali
melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (UU HPP). Melalui UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi
22% mulai Tahun Pajak 2022. Artinya, tarif PPh Badan terbaru ini lebih tinggi
2% dibanding tarif PPh Badan versi peraturan sebelumnya pada UU No. 2/2020
tersebut yang sebesar 20%. Jadi, pemerintah membatalkan penurunan tarif PPh
Badan dari rencana semula hanya sebesar 20% pada 2022. Atau dengan kata lain,

12
pengenaan PPh 22% yang sudah diberlakukan sejak 2020 dan 2021 itu
diperpanjang lagi mulai 2022.
BAB III
MATERI DAN METODE
A. Kerangka Pemecah Masalah
Konsep pemecahan masalah dari kegiatan ini adalah melaksanakan kegiatan
penyuluhan dengan pendekatan persuasif edukatif. Adapun langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam kegiatan ini meliputi:
1. Memberikan penjelasan tentang manfaat dan kegunaan dari kegiatan
pengabdian masyarakat ini
2. Memberikan informasi dan penjelasan mengenai pemungutan dan
pelaporan serta perhitungan PPh Badan
3. Mendemonstrasikan contoh pemungutan dan pelaporan serta
perhitungan PPh Badan.
B. Realisasi Pemecah Masalah
Sebagaimana telah diuraikan pada Kerangka Pemecahan Masalah, maka
penggunaan beberapa metode tersebut dilakukan secara sistematis, yakni:
1. Metode Ceramah/penyuluhan, digunakan oleh Tim untuk memberikan
penjelasan tentang tujuan, manfaat dan kegunaan dari kegiatan
pengabdian masyarakat serta memberikan pemahaman mengenai
pemungutan dan pelaporan serta perhitungan PPh Badan
2. Metode Diskusi, digunakan untuk melakukan tanya jawab dengan
pengelola dan para pegawai Klinik Orthophysio Kendari.
C. Khalayak Sasaran
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini diselenggarakan dalam bentuk
bimbingan tekknis. Para peserta bimbingan teknis meliputi pengelola dan para
pegawai Klinik Orthophysio Kendari, khususnya pegawai yang bertugas
menangani pemungutan dan pelaporan serta perhitungan PPh Badan.

13
D. Metode Yang Digunakan
Beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini meliputi
(1) Metode Ceramah dan (2) Metode Diskusi (Tanya Jawab).

E. Rencana Anggaran Biaya


Biaya yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini sebesar Rp
4.000.000,00 (satu juta rupah) bersumber dari dana mandiri dengan Rincian
anggaran biaya disajikan pada tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3. Rencana Anggaran Biaya
1. Pembuatan Proposal Rp 250.000
2. Persiapan pengabdian Rp 250.000
3. Bahan dan peralatan Rp 500.000
4. Transport dan lain-lain Rp 1.000.000
5. Penyusunan laporan Rp 2.000.000
Total Rp 4.000.000

F. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ditampilkan
pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan
Minggu Ke-
No Kegiatan
1 2 3 4
1. Persiapan
2. Rapat Pelaksanaan Teknis
3. Pelaksanaan Kegiatan
4. Penyusunan Laporan

14
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN DAN LUARAN YANG DICAPAI
A. Sosialisasi Program Pengabdian Kepada Masyarakat
Sosialisasi kegiatan dilakukan dalam rangka memberikan informasi serta
pengalaman seputar maksud dan tujuan program pengabdian kepada masyarakat.
Sosialisasi bertujuan menggugah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program pengabdian sehingga tujuan program pengabdian dapat tercapai.
Sosialisasi dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat pada Pegawai dan
pengelola Klinik Orthophysio Kendari dilakukan dalam dua tahapan yaitu :
a. Sosialisasi langsung kepada seluruh Pegawai dan pengelola Klinik
Orthophysio Kendari yang bertujuan memberikan pemahaman awal
mengenai pengelolaan, perhitungan, pemungutan dan pelaporan Pajak
Penghasilan Badan (PPh Badan) pada Klinik Orthophysio Kendari.
b. Pendampingan langsung kepada pegawai dan pengelola Klinik
Orthophysio Kendari dalam pengelolaan, perhitungan, pemungutan dan
pelaporan Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan).
Hasil sosialisasi ini berhasil memperoleh simpati masyarakat yang ditandai
dukungan dalam pelaksanaan program dan kesediaan untuk mengikuti program-
program dan materi yang ditawarkan dan diberikan dalam sosialisasi tersebut.
Selain itu hasil kegiatan ini memperkuat dugaan permasalahan yang dialami oleh
pegawai klinik antaranya :
a. Pegawai klinik belum memahami pengelolaan, perhitungan, pemungutan
dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan).
b. Belum maksimalnya pemanfaatan teknologi komputer untuk menangani
pemungutan dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan).
c. Kurangnya kemampuan pegawai klinik dalam pemungutan dan pelaporan
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan).

B. Hasil kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan topik Bimbingan
Teknis Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan). Pada Klinik Orthophysio Kendari,

15
sambutan yang diberikan sangat baik serta respon mereka positif terhadap
pengetahuan dan materi pengelolaan, perhitungan, pemungutan dan pelaporan
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan). Hal ini disebabkan karena pelaporan pajak
penghasilan Badan (PPh Badan) menjadi salah satu aspek penting bagi ketentuan
perpajakan yang diwajibkan oleh badan usaha seperti halnya klinik. Dimana
tujuan dari pengelolaan, perhitungan, pemungutan dan pelaporan Pajak
Penghasilan Badan (PPh Badan) yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemungutan dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan).
Sementara hal yang menjadi masalah adalah adanya keterbatasan pengetahuan
pegawai klini dalam bidang akuntansi khususnya dalam perpajakan terkait
perhitungan, pemungutan dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan).
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode persentase dan
diskusi. Kegiatan diawali degan tim memberikan penjelasan dan pemahaman
tentang konsep dasar akuntansi dan konsep dasar pajak penghasilan khususnya
pajak penghasilan Badan (PPh Badan). Selanjutnya, penjelasan mengenai
pengelolaan, perhitungan, pemungutan dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan
(PPh Badan). Untuk pengelolaan persediaan ini tim memberikan penjelasan
mengenai apa saja yang menjadi subjek dan objek yang melekat pada pajak
penghasilan Badan (PPh Badan), kemudian tim memberikan simulasi perhitungan
pajak penghasilan Badan (PPh Badan) diikuti dengan peserta. Kemudian setelah
pegawai telah mengetahui berapa Badan (PPh Badan) yang terutang selanjutnya
tim menjelaskan bagaimana cara pemungutan dan mekanisme pelaporannya
kepada pegawai Klinik Orthophysio Kendari.

C. Luaran yang dicapai


Dari Kegiatan Bimbingan Teknis Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)
Pada Klinik Orthophysio Kendari yang telah dilaksanakan maka diperoleh capaian
luaran kegiatan yaitu :
1. Meningkatnya pemahaman dari para pegawai apotek mengenai
pentingnya pengelolaan dan perhitungan pajak penghasilan yang tepat.

16
2. Mudahnya melakukan pengelolaan dan perhitungan pajak penghasilan
Badan (PPh Badan) dan pemungutan serta perlaporan yang lebih tepat
pada pajak penghasilan Badan (PPh Badan).
3. Terpublikasinya kegiatan ini.
D. Evaluasi akhir
Evaluasi akhir mengenai hasil pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk
wawancara terhadap pegawai Klinik Orthophysio Kendari. Tujuan evaluasi ini
adalah memperoleh gambaran tentang manfaat yang dirasakan oleh pegawai
Klinik Orthophysio Kendari. Dari hasil wawancara diperoleh hal sebagai berikut :
1. Faktor penunjang
Kegiatan ini dapat berlangsung sesuai dengan harapan yang ingin dicapai
berkat dukungan berbagai pihak yaitu para pimpinan dan pegawai Klinik
Orthophysio Kendari.
2. Faktor penghambat
Meskipun kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan dikatakan berhasil,
namun masih terdapat kendala/hambatan dalam peklaksanaan kegiatan ini.
Hambatan tersebut diantaranya adalah fasilitas yang masih kurang memadai dan
keterbatasan peserta dalam penguasaan pelaporan pajak penghasilan Badan (PPh
Badan).

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian yang telah dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yaitu pemberian materi, dan diskusi maka
diperoleh adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman pegawai Klinik
Orthophysio Kendari mengenai pengelolaan, perhitungan, pemungutan dan
pelaporan pajak penghasilan Badan (PPh Badan).

B. Saran
Adapun saran yang diajukan dalam pengabdian ini adalah Pegawai Klinik
Orthophysio Kendari diharapkan terus mengembangkan kapasitas Sumber Daya
Manusia di bidang perpajakan, khususnya dalam pengelolaan, perhitungan,
pemungutan dan pelaporan terkait pajak penghasilan Badan (PPh Badan).

18
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, R. T. (2020). PELATIHAN TENTANG CARA MENGHITUNG PPH
ORANG PRIBADI KEPADA SISWA-SISWI SMA HARAPAN JAYA .
Lintar - Untar, 1-8.
Kementrian Sekretariat Negara RI. (2008). Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Indonesia.
Kementrian Sekretariat Negara RI. (2021). Undang-undang (UU) tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Indonesia.
Nessia Fitri, E., Linawati, & Anthoni, L. (2021). Pelatihan perhitungan pph Badan
untuk pegawai dan bukan pegawai. Implementasi : Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 53-63.
Peraturan Menteri Keuangan. (2010). NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG
TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN BAGI
PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI, DAN
PENSIUNANNYA ATAS PENGHASILAN YANG MENJADI BEBAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA ATAU ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BE. Indonesia.
Resmi, S. (2020). Perpajakan: Teori dan Kasus. Buku 1. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Empat.
Wikan Budi Utami, B. (2021). PENYULUHAN TENTANG PPH BADAN
PADA PT. BUDI KARYA MAJU . Jurnal Budimas , 34-39.

19
LAMPIRAN

20
Surat Keterangan
Nomor: OMI/V/02/2023

Yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : dr. Muhammad Rustam HN, M,Kes, Sp.OT
Jabatan : Pimpinan Klinik Orthophysio Kendari

Menerangkan Bahwa
Nama : 1. Prof. Dr. H. Arifuddin, SE, M.Si, Ak, CA,ACPA, CTA
2. Prof. Dr. H. Andi Basru Wawo, SE, M.Si, Ak, CA
3. Dr. Erwin Hadisantoso, SE, M.Si, Ak, CA, ACPA
4. Andi Muhammad Fuad Ramadhan, S.E., M.Acc., Ak
5. Si Made Ngurah Purnaman, S.Ak, M.Ak
6. Syaiah, SE,.M.Si
7. Try Andhini Larasati Ekar Arum (Mahasiswa)
8. Nurul Ulya (Mahasiswa)
9. Wulan Sari (Mahasiswa)

Yang bersangkutan telah melakukan penyuluhan pada Klinik Orthophysio Kendari, dengan
judul Bimbingan Teknis Pajak Penghasilan Badan pada Klinik Orthophysio Kendari.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Kendari, Juli 2023

(dr. Muhammad Rustam HN, M,Kes, Sp.OT)


DAFTAR HADIR

21
23
24

Anda mungkin juga menyukai