OLEH
Si Made Ngurah P C4C019003
Rohidin C4C019001
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa tax planning akan membawa lebih banyak
keuntungan daripada memfokuskan diri pada spesialisasi pajak yang lain seperti tax
management. Dengan tax planning yang unggul perusahaan akan mendapatkan tax
savings jutaan rupiah, keuntungan akan jutaan rupiah ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai
macam expenditure yang lain yang akan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Pendapat lain menyatakan bahwa Tax Management lebih penting karena dengan
melakukan suatu management yang terkontrol atas tata laksana kewajiban perpajakan maka
akan menghindarkan risiko ketidakpatuhan perpajakan dan dengan demikian akan
meminimalisasi risiko hutang pajak yang tidak terduga. Dalam setiap ilmu, semua spesialisasi
adalah penting, dan masing-masing mempunyai keunggulan sendiri-sendiri. Untuk lebih
jelasnya berikut perbedaan masing-masing.
Gunadi, mengutip Simon James dan Christoper Nobes menyebutkan bahwa motivasi
dilakukannya tax management, diantaranya adalah: (i) tingginya tariff pajak; (ii)
kekuranggamblangan ketentuan, baik rumusan eksplisit ketentuan maupun semangat, maksud
dan tujuan implisitnya; (iii) terlalu kecilnya sanksi; (iv) kekurangwajaran atau
kekurangmerataan; dan (v) distorsi dalam system perpajakan.
Menurut Harry Graham Balter yang dikutip dalam Zain(2005) penyelundupan pajak
dan penghindaran adalah “Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang
dilakukan oleh wajib pajak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang
tidak berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sedangkan
penghindaran pajak merupakan usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyelundupan pajak adalah upaya wajib
pajak untuk meminimumkan beban pajak terutang yang dilakukan dengan cara melanggar
undang-undang perpajakan, terutama terjadi dengan penghilangan atau kurang melaporkan
objek pajak yang didukung dengan rekayasa legal, akuntansi dan administratif lainnya.
Sedangkan penghindaran pajak adalah upaya yang dilakukan untuk meminimumkan beban
pajaknya dengan cara memanfaatkan celah-celah (loops) pada peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku sehingga dapat dikatakan penghindaran pajak tidak melanggar
konteks hukum perpajakan yang berlaku.
Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Menahan diri, yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu yang bisa dikenai pajak
Pindah lokasi, adalah memindahan lokasi usaha atau domisili yang tarif pajaknya tinggi
ke lokasi yang tariff pajaknya rendah
Penghindaran pajak secara yuridis, yaitu melakukan perbuatan sedemikian rupa
sehingga perbuatan-perbatan yang dilakukan tersebut tidak terkena pajak. Biasanya
perbuatan tersebut memanfaatkan kekosongan atau ketidakjelasan dari undang-undang
yang dimaksud.
Suatu transaksi akan disebut sebagai penghindaran pajak yang diperbolehkan apabila
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Memiliki tujuan usaha yang baik
Bukan semata-mata untuk menghindari pajak
Sesuai dengan spirit intension of parliament
Tidak melakukan transaksi yang direkayasa.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningtyas, Noorina. 2013. Pengaruh Faktor Pendidikan, Faktor Pengalaman Kerja dan
Pelatihan Terhadap Pengetahuan Aparatur Pajak Tentang Tax Avoidance (Studi
Kasus atas Aparatur Pajak pada KPP Pratama Batu), Online,
http://digilibfeb.ub.ac.id/mlg_serial/e-jurnal/0910233104_pass.pdf), diakses pada 12
Maret 2016.
www.ortax.org