Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus ditandai dengan
anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare. (Kamus Besar Dorland Hartanto, 2002)
Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang memberikan gejala diare atau tanpa
disertai muntah (muntah berak). (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2)
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Cecilya L. Bets,
2002)
Gastroentritis adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga cair dan terjadi
berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari). (Nagiga dan Dr. Ni Wayan Arty, 2009)
Gastroenteritis adalah kaadan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
defekasi sering dengan feses cair atau feses tidak berbentuk. (Carpenito, 2007)
Diare yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/ tanpa darah dan/ atau lendir dalam
tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Mansjoer, 2000)
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya.
Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan
atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pda neonatus lebih dari 4 kali/ hari. (A.
Aziz Alimul Hidayat, 2008)
Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200ml/24 jam.Definisi lain memakai criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per
hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disretai lender dan darah. (Sudoyo,2007)

B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas,
dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis adalah dehidrasi yang
disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam
saluran pencernaan sehingga menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan
tidak dapat diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
Yang kedua karena gangguan keseimbangan asam-basa, hal ini terjadi karena :
1. kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
2. adanya ketosis kelaparan
3. terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
4. produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal
5. pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra seluler.
Hipoglikemia adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang disebabkan oleh kerusakan
sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa serum, insulin, dan hormon pertumbuhan. Gejalanya
antara lain : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang
sampailama.
Gangguan gizi disebabkan karena :
a. makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah
berat
b. walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu encer diberikan
terlalu lama
c. makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
hiperperistaltik
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidisis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan dalam otak.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan
minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam lambung yang akan dinetralisir oleh asam
lambung. Mikroorganisme akan mati atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos
sampai usus duabelas jari (duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri
memproduksi enzim mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi
enzim mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di dalam membrane bakteri
mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/ air terganggu terjadilah hipersekresi sehingga
terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat diserap oleh
lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses fermentasi, mikroflora usus
metabolisme berbagai macam substrat terutama komponen dari diet dengan hasi akhir asam
lemak dan gas sehingga tekanan osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan
cairan dari rongga usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon adrenalin meningkat dan
akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik sehingga terjadi hiperperistaltik yang akhirnya
timbul diare. (Ngastiyah, 2006 ; Mansjoer, 2000)

D . MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan meningkat
4. Nafsu makan menurun atau tidak ada
5. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu

Gejala lain :
1. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
2. Gejala dehidrasi
3. Berat badan menurun
4. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
5. Tonus dan turgor kulit berkurang
6. Selaput lendir dan bibir kering

Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :


1. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-
ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
2. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar
cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak berkurang, mulut kering.
3. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit, pernafasan kusmaul, ubun-
ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut ering dan sianosis. (Mansjoer,
2000)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan untuk menentukan
diagnosa yang pasti.
1) Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya
darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.
2) Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan bakteri.
b. Pemeriksaan darah
1) Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk membantu
menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.
2) Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.
3) Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
c. Pemeriksaan urine
Ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderia diare.
Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan ‘colon fibrescope’ maka akan mempermudah dalam
pembuatan diagnosa.
3. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan regional
enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan radiology.

F. KOMPLIKASI
1. Cardiac Dysritmia
2. Asidosis metabolic
3. Dehidrasi
4. Hipotensi
5. Kematian
6. Kontraksi ventrikel premature. (Sylvia A. Price, 2005).

G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Data Fokus (Doengoes, 2000)
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalam karena diare,
merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri),
kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K), TD : hipotensi, termasuk postural, kulit/
membran mukosa (turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
c. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/ tak ada harapan, stress
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
d. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bevariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair, episode diare berdarah
tak dapat diperkirakan, perdarahan per rectal, riwayat batu ginjal (dehidrasi).
Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang dapat dilihat,
oliguria
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet/ sensitif
(buah, sayur, susu, dll)
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk,
membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
f. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis kekurangan vitamin, bau
badan.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.\
h. Keamanan
Gejala : Lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak).
Tanda : Riwayat lupus eritematosus, anemia metabolik, vaskulitis, peningkatan suhu 39,6-40,
alergi terhadap makanan/ produk susu(mengeluarkan histamin kedalam usus dan mempunyai
efek inflamasi).
i. Seksualitas
Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
j. Interaksi social
Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi, ketidakmampuan aktif dalam
sosial.
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus, pertimbangan: DRG menunjukan rerata
lama dirawat : 7,1 hari, rencana pemulangan: bantuan dengan program diet, obat dan dukungan
psikologis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak cairan (diare
berat dan muntah).
c. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient.
e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis (proses inflamasi).
f. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit, akskoreasi fisura
oerirektal.
g. Koping indivudu tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang tidak diduga.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi atau tidak mengenal
sumber. (Brunner dan Suddarth, 2000)

3. Intervensi Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi defekasi,konsistensi kembali normal.
Intervensi Rasional

1. Kaji faktor penyebab diare 1. untuk mengetahui penyebab dari diare

2. Membantu membedakan penyakit


2. Observasi dan catat frekwensi devekasi, individu dan mengkaji beratnya.
karakteristi, jumlah dan factor pencetus

3. Tingkatkan tirah baring 3. Istirahat menurunkan mobilitas usus


juga laju metabolisme bila infeksi atau
perdarahan sebagai komplikasi

4. Identifikasi makanan dan cairan yang 4. Menghindarkan iritan, meningkatkan


menyebabkan diare istirahat usus.
5. Berikan larutan oralit atau LGG 5. Menggantikan elektrolit sementara

6. Kolaborasi pemberian obat antikolinergi 6. Menurunkan mortilitas / peristaltic GI


dan menurunkan sekresi digesti untuk
menghilangkan kram dan diare
7. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
7. untuk membunuh kuman dan mencegah
infeksi.

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak cairan (diare
berat dan muntah)
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.
Intervensi Rasional

1. Awasi masukan dan haluan, karakter 1. Memberikan informasi tentang Keseimbangan


dan jumlah feses cairan

2. Kaji tanda vital 2. Hipotensi (termasuk postoral), takikardia


demam dapat menunjukkan terhadap Efek /
kehilangan cairan

3. Observasi kulit kering berlebihan dan 3. Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau
membrane mukosa, penurunan dehidrasi.
turgor Kulit, pengisapan kapiler lambat.

4. Berikan cairan parenteral sesuai


indikasi 4. Mempertahankan istirahat usus akan
memerlukan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan /anemia
5. Berikan obat sesuai indikasi antidiare
5. Menurunkan kehilangan cairan dari usus

c. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi


Tujuan: tubuh pasien kembali normal dengan kriteria hasil :
- Tanda-tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab.
- Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan pasien yang dapat
membantu dalam diagnosis

2. Kolaborasi pemberian antipiretik 2. mengurangi demam dengan aksi centralnya


pada hipotalamus, meskipun demam mungkin
dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan
organisme, dan meningkatkan autodekstruksi
dari sel-sel yang terinfeksi

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran
Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan tiap hari 1. Memberikan informasi tentang kebutuhan


diet / keefektifan terapi
2. Dorong tirah baring dan/atau 2. Menurunkan kebutuhan metabolic untuk
pembatasan aktifitas selama fase sakit akut. mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi.
3. Anjurkan untuk menghindari makanan
yang merangsang 3. Menenangkan peristaltic dan meningkatkan
energi untuk makanan.

4. Dorong pasien untuk menyatakan


Permasalahaan mulai makan diet 4. Keragu-raguan untuk makan mungkin
dakibatkan oleh takut makanan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala.
5. Pertahankan puasa sesuai indikasi
5. Istirahat usus menurunkan peristaltic dan
diare dimana menyebabkan malabsorbsi/
kehilangan nutrient.
6. Berikan nutrisi parenteral total,
terapi IV sesuai indikasi. 6. Program ini mengistirahatkan saluran GI
sementara memberikan,

e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis (proses inflamasi)


Tujuan : Menurunkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat yang dapat
ditangani.
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk menyatakan 1. Membuat hubungan teraupetik,
perasaan, berikan umpan balik Membantu pasien / orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan
stress.

2. Akui bahwa ansietas dan masalah 2. Validasi bahwa perasaan normal dapat
mirip dengan yang diekspresikan orang membantu menurunkan stress
lain

3. Bantu klien belajar mekanisme koping 3. Belajar cara baru untuk mengatasi masalah
baru misalnya tekhnik mengatasi stress, dapat membantu dalam menurunkan stress dan
keterampilan organisasi ansietas.

4. Berikan lingkungan tenang dan


istirahat 4. Memindahkan klien dari stress luar,
meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan
ansietas.
5. Rujuk pada perawat spesialis psikiatri,
pelayanan social, penasehat agama. 5. Di butuhkan bantuan tambahan untuk
meningkatkan control dan mengatasi episode akut.

f. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit, anoreksia fisura
perirektal.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol

Intervensi Rasional
1. Dorong klien untuk melaporkan 1. Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari
nyeri pada meminta analgesic.

2. Kaji laporan kram abdomen atau 2. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat
nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas menunjukkan penyebaran penyakit/ terjadinya
(skala 0-10) selidiki dan laporkan komplikasi, misalnya ;vistula kemih, perforasi, toksik
perubahan karakteristik nyeri. megakolon.
3. Kaji ulang factor-faktor yang 3. dapat menunjukan dengan tepat pencetus factor-
meningkatkan atau menghilangkan factor pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran
nyeri. terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya
komplikasi.

4. Menurunkan tegangan abdomen dan


meningkatkan rasa control.
4. Ijinkan klien untuk memulai posisi
yang nyaman, misalnya ; lutut fleksi.
5. Dapat menunjukkan terjadinya obtruksi usus
5. Observasi / catat distensi karena inflamasi, edema, dan jaringan parut.
abdomen, peningkatan suhu,
penurunan tekanan darah. 6. Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan
perlu penanganan untuk memudahkan istirahat
6. Berikan obat sesuai indikasi adekuat dan penyembuhan.
Analgesik.

g. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang tidak diduga
Tujuan : Menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk membatasi / mencegah
Intervensi Rasional
1. Kaji pemahaman klien / orang terdekat 1. Perawat mampu untuk menerima lebih nyata
dan metode sebelumnya dalam menerima tentang masalah saat ini.
proses penyakit.

2. Berikan kesempatan pada klien untuk 2. Stressor penyakit mempengaruhi semua


mendiskusikan bagaimana penyakit telah arah hidup dank lien mengalami kesulitan
mempengaruhi hubungan. mengatasi perasaan lemah / nyeri.

3. Bantu klien mengidentifikasi 3. Penggunaan perilaku yang berhasil


keterampilan koping efektif secara individu. sebelumnya dapat membantu klien menerima
situasi / rencana saat ini untuk masa datang

4. Masukkan klien atau orang terdekat 4. Meningkatkan klontinuitas perawatan dan


dalam tim pertemuan untuk mengembangkan memampukan klien atau orang terdekat sebagai
program individu . bagian perendanaan dan meningkatkan kerja
sama dalam program terapi

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi atau tidak mengenal
sumber.
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit / pengobatan .
Intervensi Rasional

3. Beri penyuluhan dan penjelasan tentang 1. Membuat pengetahuan dasar dan


penyakit diare: pengertian, penyebab, cara memberikan kesadaran kebutuhan belajar
penularan, cara pencegahan, dan cara individu.
mengobati

4. Kaji ulang proses penyakit, penyebab / 2. Faktor pencetus/ pemberat individu


efek hubungan factor yang menimbulkan sehungga kebutuhan klien untuk waspada
gejala dan mengidentifikasi cara terhadap makanan, cairan dan factor pola hidup
menurunkan factor pendukung. dapan mencetus gejala.

5. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, 3. Meningkatkan pemahaman dan dapat


dosisi, dan kemungkinan efek samping. meningkatkan kerjasama dalam program
kesehatan.
6. Tekankan pentingnya kebersihan
perorangan dan lingkungan: cuci tangan, 4. Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko
kebersihan kuku, BAB/BAK di WC, iritasi kulit / kerusakan infeksi
pengelolaan sampah, dsb

DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Ma, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill Companies
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Masjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC
Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai