Anda di halaman 1dari 28

KEBAHASAAN

1. Gabungan kalimat tunggal atau kalimat majemuk yang menunjukan

pengandaian.

a. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola, yaitu :

 Subjek dan predikat (S-P)

 Subjek, predikat, dan objek (S-P-O)

 Subjek, predikat, objek, dan pelengkap (S-P-PEL.)

 Subjek, predikat dan objek, pelengkap, dan keterangan

(S-P-Pel.-Ket.)

b. Gabungan beberapa kalimat tunggal akan membentuk kalimat majemuk.

c. Jika makna sebuah kalimat majemuk menyatakan sesuatu yang belum terjadi ,
kalimat tersebut berarti menyatakan pengandaian.

d. Kunjungsi yang digunakan untuk membentuk kalimat majemuk yang ber- makna
pengandaian adalah jika ,apabila, kalau, andaikata, seandainya,

bilamana.

Contoh :

 Kami akan berterima kasih. ( kalimat tunggal )

 Bapak berkenan berkunjung ke rumah kami. ( kalimat tunggal )

 Kami akan berterima kasih jika Bapak berkenan berkunjung ke rumah kami. (
kal. Majemuk menyatakan pengandaian )

2. Kalimat majemuk yang menujukkan menujukkan hubungan sebab akibat

a. Menyatakan hubungan penyebab


 Kalimat majemuk yang menyatakan hubungan penyebab adalah kalimat
majemuk yang kluasa sematannya menyatakan sebab atau alasan seperti yang
disebutkan dalam kluasa utamanya.

 Konjusi yang digunakan dalam kalimat majemuk yang menyatakan penyebab


adalah sebab, karena, dan oleh karena.

Contoh :

Pekerjaan ini terpaksa saya tinggalkan karena ada pekerjaan lain yang
sesuai dengan kemampuan.

b. Menyatakan hubungan akibat

 Kalimat majemuk yang menyatakan hubungan akaibat adalah kalimat majemuk


yang kluasa semangatnya menyatakan akibat seperti yang disebutkan dalam
kluasa utamanya.

 Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk yang menyatakan akibat


adalah sehingga, sampai, dan maka.

Contoh:

Dia terlalu sering begadang sehingga kesehatannya agak terganggu.

1. Kalimat majemuk yang menujukan hubungan perbandingan

a. Kalimat majemuk yang menyatakan hubungan perbandingan adalah kalimat


majemuk yang kluasa sematanya menyatakan perbedaan atau kebalikan dari yang
disebutkan dalam kluasa yang utamanya.

b. Kongjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk yang menyatakan


perbandingan adalah tetapi, melainkan, dan padahal.

Contoh:

Kakkanya periang, tetapi adiknya pendiam.

2. Pergeseran makna kata


a. Meluas, yaitu perubahan makna pada sebuah kata yang dulu hanya untuk lingkup
terbatas, kini mencakup pemakain dalam arti luas.

Contoh:

 Kta berlayar dulu hanya mencakup pengertian kegiatan melakukan perjalanan


dengan perahu di laut yang menggunakan layer, tetapi sekarang digunakan
untuk menyatakan kegiatan mengarungi laut dengan berbagai macam kapal.

 Kata Bapak dan ibu dulu hanya untuk menyemut orang tua dari anak-anaknya,
sekarang digunakan untuk menyebut ssiapa saja yang pantas dipanggil
dengan kat-kata itu.

b. Menyempit, yaitu perubahan makna pada sebuah kata yang dulu cakupannya luas,
sekarang menjadi sempit.

Contoh:

 Kata sarjana dulu untuk menyebut golongan cendekiawan, sekarang hanya


digunakan untuk lulusan universitas.

 Orang itu memeng peminum.( khusus minum beralkohol)

c. Sinestesia, yaitu perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indra
yang berbeda.

Contoh :

 Hatiku menjadi panas ketika ia menghina adikku.

 Telinganya sakit ketika mendengar ucapan yang menghina orang tuanya.

d. Ameliorasi, yaitu arti sebuah kata yang baru terasa lebih pantas atau enak di
dengar dari pada arti kata sebelumnya.

Contoh :

 Kata suami terasa lebih pantas atau lebih baik dari pada kata laki

 Kata busana terasa lebih tinggi dari pada kata pakaian.


 Kata warakawuri terasa lebih sopan daripada kata janda pahlawan.

e. Asosiasi, yaitu pergeseran makna yang terjadi karena persamaan sifat.

Contoh :

 Hotel itu dihantam ombak tsunami bersama penghuninya

 Kawanan preman itu akhirnya digulung oleh pihak yang berwajib

f. Peyorasi, yaitu arti sebuah kata yang baru terasa lebih rendah dari pada arti kata
sebelumnya

Contoh :

 Kata hostes dulu bermakna nyonya rumah, sekarang mengandung makna


yang negative.

 Kata simpanan memiliki bisa arti simpanan wanita, misalnya pada kalimat
lelaki itu memiliki simpanan selain istrinya yang sah.

3. Kalimat Inversi

Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya terletak didepan subjek.

Contoh:

 Terkesima aku melihat keindahan alam di Gunung Renjani.

6. Gabungan imbuhan ter-/-kan

a. Fungsi gabungan imbuhan ter-/-kan adalah membentuk kata kerja pasif.

Contoh:

 Indah (kata sifat) menjadi terindah (kata kerja)

 Buku (kata benda) menjadi terbukukan (kata kerja)

c. Makna gabungan imbuhan ter-/-kan adalah menyatakan sudah di….


Contoh:

 Hal itu terpikirkan juga olehku.

 Surat Bapak telah tersampaikan dua minggu yang lalu.

7. Gabungan imbuhan ter-/-i

a. Fungsi gabungan imbuhan ter-/-I adalah membentuk kata kerja

b. Makna gabungan imbuhan ter-/-I adalah menyatakan dapat di…

Contoh:

 Kepandaian anak itu tersaingi teman sekelasnya.

 Pagar tembok terlampaui dengan sekali lompatan.

8. Sufiks atau Akhiran

a. Akhiran –wan-man

Makna akhiran –wan-man adalah menyatakan orang yang mempunyai…

Contoh:

 Banyak sukarelawan berusaha mencari kapal yang hilang itu.

 Afandi adalah seorang seniman sejati.

b. Akhiran-wati

Makna akhiran-wati adalah menyatakan perempuan yang menjadi…

Contoh:

 Jumilah adalah karyawati di sebuah perusahaan konfeksi.

 Para peragawati itu tampak anggun dengan busana yang dikenakan .

c. Akhiran-isasi
 Fungsi akhiran-isasi adalah membentuk kata benda.

 Makna akhiran-isasi adalah menyatakan proses atau menjadikan sesuatu.

 Akhiran-isasi berasal dari akhiran-isatie(Belanda) atau –ization(Inggris).

 Akhiran –isatie dan –ization diserap bersama dengan kata dasarnya,


misalnya organisatie(Belanda) dan organization(Inggris)

Contoh dalam bahasa Indonesia:

 Di kabupaten Gunung Kidul dicanangkan gerakan turinisasi.

 Program swastanisasi kini telah menujukan geliatnya di berbagai bidang.

d. Akhiran-is

 Fungsi akhiran –is adalah membentuk kata benda

 Makna akhiran –is adalah menyatakan proses atau menjadikan sesuatu.

 Akhiran –is berasal dari akhiran –isch(Belanda) atau –ist(Inggris).

 Akhiran –isch dan –ist diserap bersama dengan kata dasarnya.

Contoh dalam bahasa Indonesia:

 Paham komonis dilarang di Negara Indonesia

 Secara biologis, organ manusia terdiri atas urat syarat yang rumit.

e. Akhiran –isme

 Fungsi akhiran –isme adalah adalah membentuk kata benda.

 Akhiran –isme berasal dari sufiks- ism.

 Akhiran –isme diserap bersamaan dengan kata dasarnya.

Contoh dalam bahasa Indonesia:


 Faham individualisme menganggap bahwa manusia secara pribadi
memerlukan perhatian.

 Kapitalisme tidak sesuai dengan kepribadian rakyat Indonesia.

9. Kata depan dengan

Fungsi

Kata depan dengan dipakai untuk:

menandai makna ‘alat’

Contoh:

Pak Tani memanen padinya dengan ani-ani

b. menandai makna ‘peserta’

Contoh:

Habibi pergi ke perpustakaan dengan saudara sepupunya.

b. menandai makna ‘cara’

Contoh:

Dengan sigap Ayah menolong anak yang hamper jatuh itu.

c. menandai makna ‘pelaku’

Cntoh:

Peiwa kebakaran itu diawali dengan suara ledakan dari rumah korban.

d. Menandai makna ‘penderita’

Contoh:

Kalian jangan percaya dengan orang itu.


Unsur kebahasaan – merupakan suatu unsur yang menjelaskan sebuah kata atau
penggunaan yang benar. Unsur kebahasaan juga diartikan sebagai unsur-unsur yang
membangun bahasa atau kalimat. Contoh unsur kebahasaan antara lain: rujukan kata, kata
berimbuhan, konjungsi, kelompok kata (frasa), kata ganti (pronomina), pengulangan
(repetisi), dan juga kata penghubung (transisi). Berikut simaklah uraian lengkap dari unsur
kebahasaan.

A. Rujukan Kata
Rujukan kata ialah kata yang merujuk dalam kata lain yang saling berkaitan. Rujukan kata
berkaitan dengan kata ganti (kata ganti orang, kepunyaan, dan penunjuk).
Kata rujukan digolongkan atas :

1. Rujukan benda/ hal : ini, itu, tersebut


Contoh : Kota Bandung amat bersih. Kota ini banyak didatangi turis.
Penjelasan : Kata “ini” merujuk dalam “Kota Bandung”.
2. Rujukan tempat : di situ, di sana, di sini,
Contoh : Ibu sedang belanja di Pasar Panorama. Disana, ibu membeli sayur.
Penjelasan : Kata “disana” merujuk pada “Pasar Panorama”.
3. Rujukan kepada orang : dia, ia, mereka, beliau
Contoh : Sule ialah idola saya. Dia seorang pelawak yang sangat berbakat.
Penjelasan : Kata “dia” merujuk pada “Sule”.

B. Kelompok Kata (Frasa)


Frasa ialah gabungan dua kata ataupun lebih yang sifatnya non-predikatif dan hanya jadi
satu makna gramatikal. Berikut pembagiannya:

Frasa nominal
adalah frasa dengan unsur pembentukan intinya kata benda. Fungsinya bisa menggantikan
kata benda.
Contoh : lemari baju, buku tulis.

Frasa verbal
adalah frasa dengan unsur pembentukan berinti kata kerja. Fungsinya bisa menggantikan
kata kerja dalam kalimat.
Contoh : sedang belajar, baru menyadari, tidak mandi, akan datang, belum mucul,.

Frasa adjektiva
adalah frasa dengan unsur pembentukan berinti kata sifat.
Contoh : cukum pintar, putih mencolok, gagah rupawan, hitam manis.

Frasa proposional
adalah frasa dengan unsur pembentukann menggunakan kata depan.
Contoh : di rumah, dari Bandung, ke pantai

C. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan ialah kata dasar yang memperoleh awalan (prefiks), akhiran (sufiks), dan
juga sisipan (infiks)
Contoh :

 Prefiks : me+baca = membaca


 Sufiks : lingkung+an= lingkungan
 Infiks : me+kata+kan= mengatakan

D. Kata Hubung (Konjungsi)


Konjungsi ialah kata yang fungsinya untuk menghubungkan dua klausa ataupun lebih.
Konjungsi dikenal juga dengan istilah kata hubung, kata sambung, dan kata penghubung.

Fungsi konjungsi :
 Sebagai penghubung satu kata dengan kata lain dalam satu kalimat.
 Sebagai penghubung satu kalimat dengan kalimat lain.

Berdasarkan fungsinya, konjungsi dibagi 2 :

a. Konjungsi Intrakalimat
yaitu kata yang menghubungkan dari satuan-satuan kata dengan kata, frasa dengan frasa,
dan klausa dengan klausa.

Konjungsi Koordinatif

Konjungsi yang menghubungkan diantara dua klausa ataupun lebih tetapi mempunyai
sintaksis yang sama, seperti : dan, tetapi, atau, sedangkan, lalu, melainkan, kemudian,
padahal.

Konjungsi Subordinatif

Konjungsi yang menghubungkan diantara dua klausa ataupun lebih, tetapi mempunyai
sintaksis yang tidak sama, seperti : ketika, jika, andai, seandainya, seolah-olah, sebab,
agar, walaupun, sampai-sampai, bahwa.

b. Konjungsi Antarkalimat
yaitu konjungsi yang dipakai untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain.
Kalimat ini selalu dimulai kalimat baru dan juga huruf pertamanya ditulis kapital. Konjungsi
ini dibagi menjadi :
 Konjungsi pertentangan : namun, kecuali itu, Akan tetapi,
 Konjungsi akibat : oleh sebab itu, Oleh karena itu,
 Konjungsi kelanjutan waktu: setelah itu, Kemudian, lalu,
 Konjungsi konsekuensi : Dengan demikian
 Konjungsi pra-waktu : Sebelum itu
 Konjungsi keadaan : sesungguhnya, bahwasanya, Sebenarnya,
 Konjungsi kebalikan : Sebaliknya
 Konjungsi menguatkan : Malahan, bahkan
 Konjungsi kesediaan : walaupun demikian, Biarpun begitu,

E. Kata Baku dan Tidak Baku


Perbedaannya ada pada pencantuman di KBBI. Kata baku jelas sudah tercantum di KBBI
dan dengan sah difungsikan dalam komunikasi, yang mempunyai arti jelas, dan bisa
diterjamahkan secara internasional sementara kata tidak baku hanya berlaku untuk
komunikasi sederhana di lingkungan saja.

Kata Baku Kata Tidak Baku

Aktif Aktip

Engga
Tidak
Ngomong
Bicara
Ijin
Izin

F. Kata Leksikal
Makna Leksikal ialah makna yang berhubungan dengan kata, leksem, ataupun kosakata.

Nomina (Kata Benda)


Mengacu pada benda nyata maupun abstrak. Contohnya; gambar, meja, rumah, pisau.

Adjektiva (Kata Sifat)


Mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu. Contoh: senang, sedih, tampan, dll.

Adverbia (Kata Keterangan)


Melengkapi atau memberikan informasi berbentuk keterangan tempay, waktu, suasana, dll.
Contohnya di-, dari-, ke-, sini, dll.

G. Kalimat Tunggal
Ialah kalimat yang hanya terdiri atas satu unsur Subjek serta Predikat saja. Namun, bisa
diikuti dengan objek serta keterangan. Berdasarkan jenis predikatnya, dibagi dua:

Kalimat Verbal
Kalimat tunggal verbal ialah kalimat dengan predikat berupa kata kerja.
Contoh :
Budi tidur di kelas
SPK

Kalimat Adjektival
Kalimat ini mempunyai predikat yang berupa kata sifat
Dia pintar
SP

H. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih yang digabungkan ke
dalam satu kalimat dengan menggunakan konjungsi atau kata penghubung.

1. Kalimat Majemuk Setara


Adalah kalimat yang mempunyai dua klausa sejajar atau sederajat. Biasanya dihubungkan
dengan konjungsi kemudian, tetapi, seperti dan, lalu, dll.

Rician klausa :
Ayah membaca dan ibu menonton TV
Klausa 1 Klausa 2

Contoh dari kalimat majemuk setara:


 Budi pergi ke sekolah sementara Andi tinggal di rumah.
 Budi anak yang pintar, namun kakaknya lebih pintar.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat


Adalah kalimat yang mempunyai dua klausa yang hubungannya tak sejajar. Di dalam
kalimat ini ada klausa yang kedudukannya sebagai induk kalimat serta anak kalimat.
Konjungsi penghubung yang dipakai antara lain jika, ketika, bagaikan, sebab, walaupun,
bahwa, sehingga, dan dengan.

Rincian klausa :
Para petani pergi ketika matahari mulai terbit
induk kalimat anak kalimat

Contoh dari kalimat majemuk bertingkat:


 Aku sudah tertidur saat ayahku pulang.
 Jika aku jadi juara kelas, Ayah akan memberikanku hadiah.

Sekian pembahasan mengenai unsur kebahasan. Di dalam membuat kalimat, maka kita
harus memperhatikan lebih dulu unsur-unsur dari kebahasaannya. Selamat belajar.

Baca juga:

 Pidato : Definisi, Aspek Aspek, Tujuan, Jenis Jenis, Ciri Ciri, Metode dan
Persiapannya Terlengkap
 Bahaya Tersembunyi Pada Daya Tahan Tubuh Saat Merokok

TATA TULIS

A. Penulisan Huruf

1. Huruf kapital atau huruf besar

A. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.

Siapa yang datang tadi malam?

Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!

B. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”

Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”

C. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.


Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

D. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.

E. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat.

Misalnya:

Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.

Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.

Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.

F. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:

Albar Maulana

Kemal Hayati

Muhammad Rahyan

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

mesin diesel

10 watt
2 ampere

5 volt

G. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa.
Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf
pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama
kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.

Penulisan yang salah:

Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….

…. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….

…. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….

Penulisan yang benar:

Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….

…. tempat bermukim suku Melayu sejak ….

…. memakai bahasa Spanyol sebagai ….

Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

keinggris-inggrisan

menjawakan bahasa Indonesia

H. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.

Misalnya:

tahun Saka

bulan November

hari Jumat

hari Natal

perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.

Misalnya:

Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.

I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.

Misalnya:

Salah Benar

teluk Jakarta Teluk Jakarta

gunung Semeru Gunung Semeru

danau Toba Danau Toba

selat Sunda Selat Sunda

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur
nama diri.

Misalnya:

Jangan membuang sampah ke sungai.

Mereka mendaki gunung yang tinggi.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
nama jenis.

Misalnya:

garam inggris

gula jawa

soto madura

J. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:

Departemen Pendidikan Nasional RI

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Undang-Undang Dasar 1945

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga
pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Perhatikan penulisan berikut.

Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.

Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.

K. Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan/ lembaga.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

L. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecualikata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada
posisi awal.

Misalnya:

Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.

Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.

M. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti Bapak, Ibu,
Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya:

”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.


Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.

Surat Saudara sudah saya terima.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang dipakai dalam penyapaan.

Misalnya:

Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

N. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.

Misalnya:

Dr. : doktor

M.M. : magister manajemen

Jend. : jendral

Sdr. : saudara

O. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya:

Apakah kegemaran Anda?

Usulan Anda telah kami terima.

2. Huruf Miring

A. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam karangan.

Misalnya:

majalah Prisma

tabloid Nova

Surat kabar Kompas


B. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

Huruf pertama kata Allah ialah a

Dia bukan menipu, melainkan ditipu

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

C. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.

Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.

Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)

B. Penulisan Kata

1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Kantor pos sangat ramai.

Buku itu sudah saya baca.

Adik naik sepeda baru

(ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)

1. Kata Turunan

A. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:
berbagai ketetapan sentuhan

gemetar mempertanyakan terhapus

B. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:

diberi tahu, beri tahukan

bertanda tangan, tanda tangani

berlipat ganda, lipat gandakan

C. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:

memberitahukan

ditandatangani

melipatgandakan

1. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,

mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.

1. Gabungan Kata

A. Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya:

duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima
kasih, mata kuliah.
B. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.

Misalnya:

alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya


yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa
(alat penguasa)

C. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga
tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.

Misalnya:

acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,


darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif,
saputangan.

D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.

Misalnya:

adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,

mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme,


paripurna,

prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.

Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata
itu

ditulisakan tanda hubung (-).

Misalnya: non-Asia, neo-Nazi

1. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau,ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.

aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil

engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil


Misalnya:

Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?

Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.

Bolehkah kuambil jeruk ini satu?

Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.

1. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.

Misalnya:

Tinggalah bersama saya di sini.

Di mana orang tuamu?

Saya sudah makan di rumah teman.

Ibuku sedang ke luar kota.

Ia pantas tampil ke depan.

Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.

Bram berasal dari keluarga terpelajar.

Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.

Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.

Kami percaya kepada Ada.

Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.

1. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:
Benar

si kecil

u si pemalu

tator sang diktator

ncil sang kancil

1. Partikel

A. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah peraturan ini sampai tuntas.

Siapakah tokoh yang menemukan radium?

B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.

Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.

Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.

Catatan:

Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun,


biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.

Misalnya:

Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.

Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.

Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.

Walaupun hari hujan, ia datang juga.

C. Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:

Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).

Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).

C. Pemakaian Tanda baca

1. Tanda titik (.)

A. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

Ayahku tinggal di Aceh.

Anak kecil itu menangis.

Mereka sedang minum kopi.

Adik bungsunya bekerja di Samarinda.

B. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.

Misalnya:

III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jendral PMD

B. Direktorat Jendral Agraria

1. Subdit ….

2. Subdit ….

I. Isi Karangan 1. Isi Karangan

A. Uraian Umum 1.1 Uraian Umum

B. Ilustrasi 1.2 Ilustrasi

1. Gambar 1.2.1 Gambar

2. Tabel 1.2.2 Tabel

3. Grafik 1.2.3 Grafik


Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu
merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.

C. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu
dan jangka waktu.

Misalnya:

pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)

12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)

D. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.

Misalnya:

Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

Nomor gironya 5645678.

E. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan


Press, 1974.

F. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:

Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.

Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.

G. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala
ilustrasi, atau tabel.

Misalnya:

Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)

Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)


H. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama
dan alamat penerima surat.

Misalnya:

Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)

Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)

Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)

Palembang 12241 (tanpa titik)

Sumatera Selatan (tanpa titik)

Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)

Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)

Semarang 17350 (tanpa titik)

1. Tanda koma (,)

A. Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya:

Reny membeli permen, roti, dan air mineral.

Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.

Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.

B. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Misalnya:

Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

Didik bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.

C. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

Anak Kalimat Induk Kalimat


Kalau hujan tidak reda saya tidak akan pergi

Karena sakit, kakek tidak bisa hadir

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu
mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:

Induk Kalimat Anak Kalimat

Saya tidak akan pergi kalau hujan tidak reda.

Kakek tidak bisa hadir karena sakit.

D. Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.

Misalnya:

Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.

Jadi, masalahnya tidak semudah itu.

E. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang
lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

O, begitu?

Wah, bagus, ya?

Aduh, sakitnya bukan main.

F. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.

”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.


Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan
Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11,
Jakarta Utara 10640

Jakarta, 11 November 2004

Bangkok, Thailand

G. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Misalnya:

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm.
27.

H. Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

A. Yasser Samad, S.S.

Zukri Karyadi, M.A.

I. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Misalnya:

Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.

Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.

Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.

Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan
namanya kepada panitia.

J. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.

Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-
sungguh.

Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.

K. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.

Misalnya:

”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.

”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.

1. Tanda Titik Koma (;)

A. Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:

Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.

B. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri;
saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.

C. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak
cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.

Misalnya:

Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang
tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri
atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.

Anda mungkin juga menyukai