pengandaian.
(S-P-Pel.-Ket.)
c. Jika makna sebuah kalimat majemuk menyatakan sesuatu yang belum terjadi ,
kalimat tersebut berarti menyatakan pengandaian.
d. Kunjungsi yang digunakan untuk membentuk kalimat majemuk yang ber- makna
pengandaian adalah jika ,apabila, kalau, andaikata, seandainya,
bilamana.
Contoh :
Kami akan berterima kasih jika Bapak berkenan berkunjung ke rumah kami. (
kal. Majemuk menyatakan pengandaian )
Contoh :
Pekerjaan ini terpaksa saya tinggalkan karena ada pekerjaan lain yang
sesuai dengan kemampuan.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Kata Bapak dan ibu dulu hanya untuk menyemut orang tua dari anak-anaknya,
sekarang digunakan untuk menyebut ssiapa saja yang pantas dipanggil
dengan kat-kata itu.
b. Menyempit, yaitu perubahan makna pada sebuah kata yang dulu cakupannya luas,
sekarang menjadi sempit.
Contoh:
c. Sinestesia, yaitu perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indra
yang berbeda.
Contoh :
d. Ameliorasi, yaitu arti sebuah kata yang baru terasa lebih pantas atau enak di
dengar dari pada arti kata sebelumnya.
Contoh :
Kata suami terasa lebih pantas atau lebih baik dari pada kata laki
Contoh :
f. Peyorasi, yaitu arti sebuah kata yang baru terasa lebih rendah dari pada arti kata
sebelumnya
Contoh :
Kata simpanan memiliki bisa arti simpanan wanita, misalnya pada kalimat
lelaki itu memiliki simpanan selain istrinya yang sah.
3. Kalimat Inversi
Contoh:
Contoh:
Contoh:
a. Akhiran –wan-man
Contoh:
b. Akhiran-wati
Contoh:
c. Akhiran-isasi
Fungsi akhiran-isasi adalah membentuk kata benda.
d. Akhiran-is
Secara biologis, organ manusia terdiri atas urat syarat yang rumit.
e. Akhiran –isme
Fungsi
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Cntoh:
Peiwa kebakaran itu diawali dengan suara ledakan dari rumah korban.
Contoh:
A. Rujukan Kata
Rujukan kata ialah kata yang merujuk dalam kata lain yang saling berkaitan. Rujukan kata
berkaitan dengan kata ganti (kata ganti orang, kepunyaan, dan penunjuk).
Kata rujukan digolongkan atas :
Frasa nominal
adalah frasa dengan unsur pembentukan intinya kata benda. Fungsinya bisa menggantikan
kata benda.
Contoh : lemari baju, buku tulis.
Frasa verbal
adalah frasa dengan unsur pembentukan berinti kata kerja. Fungsinya bisa menggantikan
kata kerja dalam kalimat.
Contoh : sedang belajar, baru menyadari, tidak mandi, akan datang, belum mucul,.
Frasa adjektiva
adalah frasa dengan unsur pembentukan berinti kata sifat.
Contoh : cukum pintar, putih mencolok, gagah rupawan, hitam manis.
Frasa proposional
adalah frasa dengan unsur pembentukann menggunakan kata depan.
Contoh : di rumah, dari Bandung, ke pantai
C. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan ialah kata dasar yang memperoleh awalan (prefiks), akhiran (sufiks), dan
juga sisipan (infiks)
Contoh :
Fungsi konjungsi :
Sebagai penghubung satu kata dengan kata lain dalam satu kalimat.
Sebagai penghubung satu kalimat dengan kalimat lain.
a. Konjungsi Intrakalimat
yaitu kata yang menghubungkan dari satuan-satuan kata dengan kata, frasa dengan frasa,
dan klausa dengan klausa.
Konjungsi Koordinatif
Konjungsi yang menghubungkan diantara dua klausa ataupun lebih tetapi mempunyai
sintaksis yang sama, seperti : dan, tetapi, atau, sedangkan, lalu, melainkan, kemudian,
padahal.
Konjungsi Subordinatif
Konjungsi yang menghubungkan diantara dua klausa ataupun lebih, tetapi mempunyai
sintaksis yang tidak sama, seperti : ketika, jika, andai, seandainya, seolah-olah, sebab,
agar, walaupun, sampai-sampai, bahwa.
b. Konjungsi Antarkalimat
yaitu konjungsi yang dipakai untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain.
Kalimat ini selalu dimulai kalimat baru dan juga huruf pertamanya ditulis kapital. Konjungsi
ini dibagi menjadi :
Konjungsi pertentangan : namun, kecuali itu, Akan tetapi,
Konjungsi akibat : oleh sebab itu, Oleh karena itu,
Konjungsi kelanjutan waktu: setelah itu, Kemudian, lalu,
Konjungsi konsekuensi : Dengan demikian
Konjungsi pra-waktu : Sebelum itu
Konjungsi keadaan : sesungguhnya, bahwasanya, Sebenarnya,
Konjungsi kebalikan : Sebaliknya
Konjungsi menguatkan : Malahan, bahkan
Konjungsi kesediaan : walaupun demikian, Biarpun begitu,
Aktif Aktip
Engga
Tidak
Ngomong
Bicara
Ijin
Izin
F. Kata Leksikal
Makna Leksikal ialah makna yang berhubungan dengan kata, leksem, ataupun kosakata.
G. Kalimat Tunggal
Ialah kalimat yang hanya terdiri atas satu unsur Subjek serta Predikat saja. Namun, bisa
diikuti dengan objek serta keterangan. Berdasarkan jenis predikatnya, dibagi dua:
Kalimat Verbal
Kalimat tunggal verbal ialah kalimat dengan predikat berupa kata kerja.
Contoh :
Budi tidur di kelas
SPK
Kalimat Adjektival
Kalimat ini mempunyai predikat yang berupa kata sifat
Dia pintar
SP
H. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih yang digabungkan ke
dalam satu kalimat dengan menggunakan konjungsi atau kata penghubung.
Rician klausa :
Ayah membaca dan ibu menonton TV
Klausa 1 Klausa 2
Rincian klausa :
Para petani pergi ketika matahari mulai terbit
induk kalimat anak kalimat
Sekian pembahasan mengenai unsur kebahasan. Di dalam membuat kalimat, maka kita
harus memperhatikan lebih dulu unsur-unsur dari kebahasaannya. Selamat belajar.
Baca juga:
Pidato : Definisi, Aspek Aspek, Tujuan, Jenis Jenis, Ciri Ciri, Metode dan
Persiapannya Terlengkap
Bahaya Tersembunyi Pada Daya Tahan Tubuh Saat Merokok
TATA TULIS
A. Penulisan Huruf
A. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Misalnya:
C. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
D. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
E. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
G. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa.
Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf
pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama
kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
keinggris-inggrisan
H. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Saka
bulan November
hari Jumat
hari Natal
perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.
Misalnya:
I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Salah Benar
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur
nama diri.
Misalnya:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
soto madura
J. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga
pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
K. Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan/ lembaga.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
L. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecualikata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada
posisi awal.
Misalnya:
M. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti Bapak, Ibu,
Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
N. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:
Dr. : doktor
Jend. : jendral
Sdr. : saudara
Misalnya:
2. Huruf Miring
A. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam karangan.
Misalnya:
majalah Prisma
tabloid Nova
Misalnya:
C. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
B. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Misalnya:
1. Kata Turunan
Misalnya:
berbagai ketetapan sentuhan
B. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
C. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan
ditandatangani
melipatgandakan
1. Bentuk Ulang
Misalnya:
1. Gabungan Kata
A. Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima
kasih, mata kuliah.
B. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
Misalnya:
C. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga
tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya:
D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata
itu
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau,ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Misalnya:
Benar
si kecil
u si pemalu
1. Partikel
A. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Misalnya:
Catatan:
Misalnya:
C. Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
A. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
B. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
1. Subdit ….
2. Subdit ….
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu
merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
C. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu
dan jangka waktu.
Misalnya:
D. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
E. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Misalnya:
G. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala
ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Misalnya:
A. Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
B. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
C. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu
mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
D. Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.
Misalnya:
E. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang
lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
F. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Misalnya:
Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan
Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11,
Jakarta Utara 10640
Bangkok, Thailand
Misalnya:
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm.
27.
H. Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
I. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan
namanya kepada panitia.
J. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-
sungguh.
K. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Misalnya:
A. Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
B. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri;
saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.
C. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak
cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang
tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri
atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.