Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BAHASA INDONESIA

TATA EJAAN BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh:

Audrey Natanael (2052011079)

Aura Earlyani (2052011119)

Mella Sabrina Maharani (2012011275)

M. Akbar Shidieq (2012011099)

M. Daffa Anasta Nur (2012011275)

UNIVERSITAS LAMPUNG

JURUSAN HUKUM

2020/2021
Kata Pengantar

Kata Pengantar Puji syukur kita hantarkan kepada Allah SWT yang mana atas
berkat dan pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
serta salam senantiasa saya haturkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad
SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Makalah ini
kami buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai TATA EJAAN dengan harapan agar para mahasiswa bias lebih
memperdalam pengetahuan tentang TATA EJAAN. Makalah ini juga dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia tentang TATA EJAAN.
Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya
dan upaya guna menyelesaikan makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain


digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan
sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala
aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung
kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi
secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis,
masyarakat diharapkan agar dapat menyampaikan berita atau materi tersebut
dengan ejaan bahasa yang baik dan benar.

Kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan


ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran
yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga
diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami mudah. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian
Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan
secara baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk dalam penulisan kata ?


2. Bagaimana penulisan kata yang benar ?
3. Apa yang di maksud huruf kapital dan huruf miring ?
4. Bagaimana penggunaan tanda baca yang benar ?
C. Tujuan makalah

1. Mengetahui apa yang termasuk dalam penulisan kata


2. Mengetahui cara penulisan kata dengan benar
3. Mengetahui cara penggunaan tanda baca yang benar
4. Mengetahui perbedaan huruf capital dan huruf miring

BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENULISAN KATA

Secara ortografis ada empat macam kata yang harus diperhatikan penulisannya,
yaitu kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung atau gabungan
kata.

1. Penulisan Kata Dasar


Kata dasar, yaitu kata yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami
proses morofologi lainnya, ditulis sebagai satu kesatuan, terlepas dari
kesatuan lainnya.
Contoh: Kita semua anak Indonesia.

2. Penulisan Kata Berimbuhan


Kata berimbuhan yaitu kata yang dibentuk dari kata dasar atau benruk
dasar dengan imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis dengan
aturan sebagai berikut: Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis
serangkai dengan kata dasarnya sebagai satu kesatuan.
Contoh: membangun
Kalau bentuk dasarnya adalah gabungan kata, maka awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau
mendahuluinya.
Contoh: bertanggung jawab

3. Penulisan kata ulang


Kata ulang yaitu, kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Untuk
membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang adalah
bahwa kata ulang sebagai ciri utamanya adalah pasti memiliki kata dasar.
Kata ulang mempunyai banyak macam jenis nya. seperti yang ada dibawah
berikut ini :

I. Kata Ulang Berdasarkan Bentuk


a. Dwipurwa (Sebagian)
Dwipurwa ialah kata ulang sebagian. Kata – kata jenis ini
mengalami suatu perulangan pada sebagian katanya saja, misalnya
yaitu leluasa, sesaji, dedaunan, leluhur, pepohonan dan lain
sebagainya.
Contoh:
 Dedaunan itu gugur setiap musim semi.
 Mereka menaruh sesaji di depan patung untuk acara adat.
 Pepohonan diskitar bandar lampung tumbang akibat angin
topan.
b. Dwilingga
Dwilingga ialah kata ulang menyeluruh. Kata ulang jenis yang satu
ini ialah kata yang mengalami suatu pengulangan secara
keseluruhan. misalnya yaitu bapak – bapak, anak – anak, laki-laki,
buku – buku, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
 Semua anak-anak kelas 1 SD senang ketika berenang.
 Pasangan suami istri itu mempunyai anak laki-laki.
c. Kata ulang berubah bunyi
Jenis kata ulang yang satu ini mengalami suatu perulangan disertai
dengan suatu perubahan bunyi pada sebagian kata. Misalnya yaitu
teka – teki, mondar – mandir, gotong – royong, sayur – mayur, dan
lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
 Desa bangun rejo melakukan gotong – royong untuk
membersihkan desanya.
 Ibu ke pasar membeli sayur – mayor dan lauk – pauk.
d. Kata ulang berimbuhan
Jenis kata ulang yang satu ini terjadi akibat suatu penambahan
imbuhan pada sebagian kata. Misalnya pada Tarik – menarik, maaf
– memaafkan, pukul – memukul, putar – memutar, dan lain
sebagainya.
Contoh Kalimat :
 Antar sesama manusia wajib untuk saling tolong-menolong.
 Dihari yang suci ini kita wajib saling maaf-memaafkan.
e. Kata ulang semu
Jenis kata ulang yang satu ini ialah kata yang mengalami suatu
proses pengulangan seluruhnya tetapi tidak bisa dipisahkan,
misalnya pada kupu – kupu, laba – laba, umang – umang, dan lain
sebagainya.
Contoh Kalimat :
 Andi pura-pura pingsan ketika upacara bendera.
 Pada hari libur Ani berlibur ke taman kupu-kupu.
II. Kata Ulang Merubah Makna Kata.
a. Menyatakan kesamaan
Jenis kata ulang yang satu ini ialah Kata ulang yang mengalami
suatu pembentukan makna . misalnya : keibu – ibuan, kebiru –
biruan, kemerah – merahan, dan lain sebagainya.
Contoh :
 Ani mempunyai sifat yang ke ibu-ibuan.
 wajah Andi kebiru-biruan akibat terkena bola.
b. Menyatakan saling
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan
makna. Misalnya pukul – memukul, rangkul – merangkul, maaf –
memaafkan, tolong – menolong, tukar – menukar dan lain
sebagainya.
Contoh Kalimat :
 Saling maaf-memaafkan adalah perbuatan terpuji.
 Antar sesama manusia wajib saling tolong-menolong
c. Menyatakan jamak dan beragam.
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan
makna. Misalnya sayur – mayur, buah – buahan, – tumbuh –
tumbuhan, mobil – mobil, bapak – bapak, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
 Ibu membeli buah-buahan di supermarket.
 Ibu membeli sayur mayur dipasar tradisional.
d. Menyatakan intensitas
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan
makna misalnya : bolak – balik, mondar-mandir, jalan-jalan,
makan-makan, berjam-jam, bertahun – tahun dan lainsebagainya.
Contoh Kalimat:
 Andi berulang tahun pada hari ini dan membuat acara
makan-makan dirumahnya.
 Saya dan keluarga jalan-jalan ke pantai kuta.
e. Menyatakan bilangan
Kata ulang jenis yang satu ini mengalami suatu pembentukan
makna. Misalnya satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, empat-empat, dan
lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
 Dika membagikan sembako satu persatu kepada orang yang
membutuhkannya.
f. Menyatakan keadaan atau situasi
Jenis akata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan
makna. misalnya: mentah – mentah, hidup-hidup, merah-merah,
dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat :
 Singa itu memakan mangsa nya hidup-hidup.
 Buah mangga itu dipanen masih pada mentah-mentah.
g. Menyatakan suatu bentuk kegiatan
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan
makna. Misalnya : masak – memasak, jahit – menjahit, dan lain
sebagainya.
Contoh Kalimat:
 Ibu diundang untuk masak memasak di acara pernikahan
tetangga.

4. Penulisan Kata Gabung


Kata gabung atau gabungan kata adalah bentuk yang terdiri dari dua buah
kata atau lebih. Aturan penulisannya adalah sebagi berikut: Kata-kata yang
membentuk gabungan kata ditulis terpisah satu dengan lainnya.
Contoh: kantor pos, buku pelajaran bahasa Indonesia.
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai sebuah kata ditulis serangkai
menjadi satu.
Contoh: Hulubalang,apabila,barangkali.

Untuk mengetahui apakah gabungan kata itu sudah dianggap sebagai


sebuah kata atau belum harus dilihat dalam kamus. Kalau sebuah
gabungan kata sekaligus diberi awalah dan akhiran maka harus ditulis
serangkai sebagai sebuah kata.
Contoh: Melipatgandakan,perkeratapian.
Kalau salah satu unsur dari gabungan kata itu (biasanya unsur pertama)
tidak dapat berdiri sendiri serangkai sebagai sebuah kata. Contoh:
antarkota.

Tetapi bentuk-bentuk (kata) yang hanya muncul dalam pertuturan dengan


satu-satunya kata lain yang menjadi pasangannya, tetap ditulis terpisah
dari kata pasangannya itu. Misalnya kata-kata pora, renta, kerontong,
bugar, dan belia pada gabungan kata.
Contoh: pesta pora.

Untuk menghindarkan salah baca dan salah pengertian, maka di antara


unsur-unsur gabungan kata itu boleh diberi garis penghubung. Contoh:
buku sejarah-baru.

B. Pengertian Huruf Kapital dan Huruf Miring

I. Huruf Kapital (huruf besar)


Huruf Kapital (huruf besar) adalah huruf yang berukuran dan berbentuk
khusus (lebih besar daripada huruf biasa), biasanya huruf kapital
digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam sebuah kalimat,
huruf pertama nama diri dan sebagainya.
a. Huruf kapital digunakan di awal kalimat.
Contoh : Masyarakat kini mencari makanan yang serba praktis.
b. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama petikan langsung.
Contoh : “Selain rasanya enak, persiapannya juga cukup praktis,
chicken nugget bisa di beli supermarket, kita tinggal goreng saja”
ucap Ny. Lina Karlina.
c. Huruf kapital digunakan dalam ungkapan atau kata yang
berhubungan dengan kitab suci atau Tuhan.
Contoh : Tuhan Yang Maha Penyayang
II. Huruf Miring
Huruf Miring adalah huruf yang letaknya miring, tetapi tidak tangan
seperti pada kursif. (KBBI)
a. Huruf miring dalam cetakan dapat dipakai untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh : Buku Kiat Sukses Memasak dipinjam oleh Ima.
b. Huruf miring dalam cetakan dapat dipakai untuk menuliskan nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Contoh : Makanan sejenis ini disebut fastfood atau makanan siap
saji. Chicken Nugget adalah salah satu jenis makanan siap saji yang
banyak digemari anak-anak.

C. Pemakaian Tanda Baca

a. Tanda Titik (.)


 Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Misal: Ayahku tinggal di Solo.
 Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misal: III. Departemen Pendidikan Nasional
 Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit,
detik yang menunjukkan waktu.
Misal: Pukul 1.35.20 (Pukul satu lewat tiga puluh lima
menit dua puluh detik)
 Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diantara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misal: Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltevreden: Balai Poestaka.
 Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misal: Desa itu berpenduduk 24.200 orang
b. Tanda Koma (,)
 Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.
Misal: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan
kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
Misal: Saya akan membeli buku- buku puisi, tetapi kau
yang memilihnya.
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kaimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Misal: Kalau ada undangan, saya akan datang.
 Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
Misal: Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti
oh, ya, wah, aduh, dan kasihan.
Misal: Oh, begitu? , Wah, bukan main!
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat.
Misal: Kata ibu, “Saya gembira sekali.”
c. Tanda Titik Koma (;)
 Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk
setara.
Misalnya: Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku
buku yang baru dibeli ayahnya.
 Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan
perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata.
Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu
digunakan kata dan.
Misalnya: Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di
lembaga ini:
 berkewarganegaraan Indonesia;
 berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
 berbadan sehat;
 bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
 Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara
atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda
baca dan kata hubung.
Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan
kaos; pisang, apel, dan jeruk.
d. Tanda Titik Dua (:)
 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
 Misalnya: Jurnal Budaya, XXVII, No. 5/2019:6
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan ejaan yang baik
dan benar merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, tanpa adanya
pengejaan bahasa yang benar kita akan sulit berinteraksi dengan orang lain
karena tanpa adanya pengejaan yang benar kita akan sulit memahami apa
yang disampaikan orang lain dan begitu pula sebaliknya mereka akan sulit
untuk memahami kita karena pengejaan kita yan tidak baik dan benar.
Tidak hanya itu saja dalam penyampaian informasi seperti berita atau
pengumuman membutuhkan pengejaan yang baik dan benar agar tersampai
dengan baik dan enak di lihat karena pengejaannya yang baik.

B. Saran

Pada penyampaian hasil pencarian kami tentang tata ejaan mungkin penjelasan
diatas tidak menampilkan penjelasan – penjelasan secara mendalam. Selain itu
kami meminta kritik dan saran para pembaca agar kami dapat melengkapi dan
membetulkan kesalahan kami, mau dalam segi penulisan, segi penyampaian, serta
segi materi.

Daftar Pustaka

https://www.gurupendidikan.co.id/kata-ulang/
https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-miring/
https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-kapital/
http://basasin.blogspot.co.id/2009/05/penulisan-kata

Anda mungkin juga menyukai