BAB IV
Hakikat Kata
Kata
Kata adalah unit bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata terdiri
dari beberapa huruf dalam sebuah bahasa tertentu. Secara bahasa, “kata” berasal dari bahasa
sanskerta, yaitu “Katha” yang artinya konversasi, bahasa, cerita, atau dongeng. Kata juga dapat
didefinisikan sebagai elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang dapat diucapkan atau dituliskan dan
merupakan sebuah realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran yang digunakan dalam berbahasa.
Kumpulan dari beberapa kata dapat membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
Contoh kata:
Baik
Membaik
Frasa
Frasa adalah gabungan atau kesatuan kata yang terbentuk dari dua kelompok kata atau lebih
yang memiliki satu makna gramatikal (makna yang berubah-ubah menyesuaikan dengan konteks).
Singkatnya frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih namun tidak dapat membentuk kalimat
sempurna karena tidak memiliki predikat.
Kata Benda
Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, benda, konsep, atau
pengertian. Kata benda memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Umumnya menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Contoh: mereka menghadiai kami buku pelajaran
- Dapat didahului kata ingkar bukan dan tidak dengan kata tidak
Contoh: bukan nasi yang makan, melainkan jagung.
- Dapat diikuti kata sifat, baik secara langsung maupun dengan perantaraan kata yang.
Contoh: baju baru, pekerjaan yang mudah, ibu yang baik
b. Konkret-abstrak
- Di tinjau dari wujudnya,kata benda terbagi atas:
- Kata benda konkret, contoh: meja, lampu
- Kata benda abstrak, contoh: permainan, keindahan
Kata Kerja
Kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan,
tindakan, proses, atau keadaan. Kata kerja memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Umumnya menempati fungsi predikat dalam kalimat.
Contoh: Kucing mengeong.
S P
Kata kerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yakni sebagai berikut:
a. Bentuk dasar dan bentuk turunan
Ditinjau dari bentuknya, kata kerja dibedakan menjadi:
- Kata kerja bentuk dasar, contoh: makan, duduk, tidur.
- Kata kerja bentuk turunan, contoh: mengajari, malam-malam, rendah hati.
b. Transitif-intrasitif
Ditinjau dari hubungannya dengan unsur lain dalam kalimat, kata kerja dibedakan atas:
- Kata kerja transitif, yakni kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap,
Contoh: Kucing itu menangkap anak burung merpati.
- Kata kerja intrasitif, yakni kata kerja yang tidak memerlukan objek atau pelengkap,
Contoh: Ibu sedang memasak didapur.
c. Aktif-pasif
Dilihat dari makna yang dikandungnya, kata kerja dibedakan atas:
- Kata kerja aktif, contoh: membaca, memakan, menjual.
- Kata kerja pasif, contoh: diminum, dinaikkan, terdengar.
Kata Sifat
Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Berikut ini ciri-ciri kata sifat.
- Dapat berhubungan dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak.
Contoh:
tidak sakit, lebih sabar, sangat bagus, agak panas
c) Kata sifat ke-R-an atau ke-an.
Contoh:
kemerah-merahan, kemalu-maluan, kegerahan, keramaian
d) Kata sifat berafiks i- (atau alomorfnya).
Contoh:
alami, alamiah, duniawi, gerejani, hewani, ilmiah, jasmani, insani, rohaniah, manusiawi
e) Kata sifat yang berasal dari berbagai kelas kata, melalui proses berikut.
- Deverbalisasi
Contoh:
melengking, memalukan, membenci, mencekam, menjengkelkan, menyenangkan,
merangsang, terburu-buru, terganggu, terharu, terhormat, terpaksa, tertutup,
tersinggung
- Denominalisasi
Contoh:
berbusa, berbisa, berbahaya, berhati-hati, bersahabat, bermanfaat, budiman,
dernawan, kesatria, lebar, luas, malam, membudaya, menggunung, meradang,
menyimpang, pagi, panjang, pemalas, pemarah, penyayang, rahasia, serasi, siang,
sukses, tinggi
- Deadverbialisasi
Contoh:
berkurang, bertambah, menyengat, melebih, bersungguh-sungguh, mungkin
- Denumeralisasi
Contoh:
mendua, menyeluruh
- Deinterjeksi
Contoh:
aduhai, sip, wah
- Koordinatif
Contoh:
aman sentosa, besar kecil, gagah berani, lemah gemulai, letih lesu, porak poranda,
sopan santun, suka duka, tua muda, riang gembira
Kata Bilangan
Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
wujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep.
Kata Depan
Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa preposisional.
Kata depan berdasarkan bentuknya dalah sebagai berikut.
- Kata depan berbentuk kata
Contoh;
di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, tentang, karena
Kata Penghubung
Kata penghubung (konjungsi) adalah kata yang menghubungkan dua kata dalam kalimat atau
kata yang menghubungkan dua kalimat menjadi kalimat yang utuh. Jenis-jenis kata penghubung di
antaranya sebagai berikut.
- Kata hubung yang menyatakan gabungan. Contoh: dan, serta, lagipula.
- Kata hubung yang menyatakan pemilihan. Contoh: atau, baik... maupun..
- Kata hubung yang menyatakan pengandaian. Contoh: andaikata, seandainya, andaikan.
- Kata hubung yang menyatakan sebab akibat. Contoh: karena, oleh karena itu, sebab,
sehingga, maka.
- Kata hubung yang menyatakan perlawanan. Contoh: meskipun, walaupun, namun
- Kata hubung yang menyatakan tujuan. Contoh: agar, supaya, sehingga, biar.
- Kata hubung yang menyatakan syarat. Contoh: asalkan, kecuali, asal
Afiksasi
Afiksasi atau imbuhan adalah morfem terikat yg digunakan dalam bentuk dasar untuk
membentuk kata.hasil dari perimbuhan tersebut disebut kata berimbuhan.
Adapun fungsi afiksasi yaitu sebagai berikut.
- membentuk kata benda
- membentuk kata kerja
- membentuk kata sifat
- membentuk kata bilangan
- membentuk kata keterangan
Jenis-Jenis Imbuhan
Berdasarkan posisinya imbuhan dibagi menjadi 4 yaitu:
a. awalan (prefiks)
Contohnya : men , ber , di , ter , pen , per , dan ke. penjelasannya sebagi berikut: (men)
imbuhan ini berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif pada kata dasarnya, imbuhan me bisa
berubah ubah menjadi beberapa bentuk sesuai dengan kata dasar yang diikutinya.
contohnya :
men + dorong = mendorong
(ber) imbuhan ini bisa berubah menjadi dua bentuk yaitu bel dan be, jika imbuhan ber - bertemu
dengan kata dasar yang diawali dengan konsonan maka ber- menjadi be.
contonya : ber + kerja = bekerja
(di) imbuhan -di tidak memiliki perubahan bentuk dan berfungsi untuk membentuk makna pasif
pada kata dasarnya.
contohnya : di + buang= dibuang
(ter) imbuhan -ter juga tidak memiliki perubahan khusus , namun memiliki beberapa fungsi
diantaranya :
sebagai penunjuk makna ketidak sengajaan.
contohnya : ter + jatuh = terjatuh
sebagai pembentuk kata sifat.
contohnya : ter + baik = terbaik
sebagai pembentuk kata pasif. contohnya : ter + injak = terinjak
(pe) imbuhan ini memiliki beberapa macam bentuk perubahan diantaranya -peng, -penye, dan
per. imbuhan ini juga memiliki beberapa fungsi diantaranya :
sebagai petunjuk pelaku : pekerja, pelajar, dan pembohong
sebagai pembentuk kata perintah : perlambat, percepat, dan percantik
sebagai penunjuk sifat : pemalu, pemaaf, dan pelupa
sebagai penunjuk alat : penghapus dan penggaris
(ke) imbuhan ini tidak memiliki bentuk perubahan dan berfungsi sebagai petunjuk urutan.
contohnya : ke-dua , ke -tiga, dan seterusnya
Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang disisipkan di tengah-tengah kata dasar . contohnya : (el,
em, dan er). Misalnya er + getar = gemetar
Akhiran (sufiks)
Imbuhan ini di letakan pada bagian awal dan akhir kata dasar , ada beberapa jenis
imbuhan ini diantaranya :
kan- i, berfungsi sebagai pembentuk makna perintah .contohnya : ambilkan dan
hindari.
an-, berfungsi sebagai petunjuk bagian contohnya : (satuan dan kiloan )
berfungsi sebagai penunjuk alat contohnya : ( timbangan atau angkutan)
berfungsi sebagai penunjuk tempat contohnya : ( lautan atau daratan)
kah -, berfungsi untuk menegaskan kata dasarnya contohnya : (benarkah, mudahkah,
iyakah)
Simufliks
Simufliks dalam bahasa indonesia adalah penambahan n-g diawal kata. misalnya dari
kata kopi menjadi ngopi yang berfungsi sebagi pembentuk kata kerja dalam ragam cakapan.
BAB V
Pemilihan Kata atau Diksi
Pengertian Diksi
Diksi merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam dunia sastra. Istilah diksi merujuk
kepada berbagai macam makna kata atau pun kalimat yang ada di dalam karya sastra. Penggunaan
diksi biasanya dilakukan untuk membuat karya sastra menjadi lebih menarik, lebih mudah difahami,
dan juga lebih sesuai dengan apa yang ingin digambarkan oleh si pengarang karya sastra. Secara
singkat, diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri.
pengertian diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti apa yang diharapkan).
Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih faham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis atau pun terucap).
Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar
atau pun pembacanya.
Sinonim
Sinonim merupakan kata yang mempunyai bentuk yang berbeda, misalnya tulisan ataupun pelafalan,
tetapi kata-kata itu mempunyai arti yang mirip atau sama. Diksi merupakan salah satu istilah yang
digunakan dalam dunia sastra. Istilah diksi merujuk kepada berbagai macam makna kata atau pun
kalimat yang ada di dalam karya sastra.Sinonim biasa dinamakan juga dengan persamaan kata atau
padanan kata.
Berikut ini adalah beberapa kata yang memiliki sinonim atau persamaan, antara lain:
Mudah = Gampang
Memohon = Meminta
Sulit = Sukar
Pendek = Rendah
Lunak = Lembek
Pelit = Kikir
Antonim merupakan kata yang mempunyai arti saling berlawanan satu sama lain. Antonim biasa
dinamakan juga dengan lawan kata.
Kata Abstrak
Kata abstrak ialah kata - kata yang memiliki rujukan berupa konsep atau pengertian sesuai dengan
namanya. Kata abstrak lebih memerlukan pendalaman ,pemahaman, karna sifatnya yang tidak nyata.
Kata - kata abstrak dalam bahasa indonesia pada umumnya kata kata bentukan dengan konfiks pe - an
dan ke – an. Kata yang acuannya terus mudah diserap oleh panca indra disebut kata konkrit. Contoh:
lemari, kursi, mobil, tampan. Apabila acuannya sebuah kata tak mudah diserap pancaindra, kata itu
disebut kata abstrak. Contoh: kebijakan, usulan, khayalan, cita-cita.
Kata abstrak dipakai untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak sanggup membedakan
dengan cara halus gagasan yang bersifat teknis serta khusus. Bakal namun, apabila kata abstrak
terlalu diobral alias dihambur-hamburkan dalam sebuahkarangan, karangan itu bisa menjadi samar
serta tak cermat.
Kata abstrak memiliki referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit memiliki referensi objek yang
bisa diamati. Penggunaan dalam penulisan bergantung pada tipe serta tujuan penulisan. Karangan
berupa deskripsi fakta memakai kata-kata konkrit, semacam: hama tanaman penggerak, penyakit
radang paru-paru, Virus HIV. Namun karangan berupa klasifikasi alias generalisasi sebuah konsep
memakai kata abstrak, semacam: pendidikan usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup
Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang memakai kata abstrak
dilanjutkan dengan detil yang memakai kata konkrit.
Contoh:
1. Pegawai Negri RI memperoleh kenaikan sepuluh persen (kata konkrit)
2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang terhadap orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud alias
tak berbentuk)
3. kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tak terlalu tampak.
Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat di serap oleh panca indra
di rasa, di raba, di dengar, dan di cium.
Contoh Kata Konkret :
Orang
Pohon
Meja
Sandang
Pangan
Rumah
Bekerja
Membaca
Berunding
Uang
Rumah Sawah
Hipernim merupakan kata yang telah mencakup makna kata lain. Contohnya ada pada kata sempurna
yang telah mencakup kata baik, bagus, dan beberapa kata lainnya. Hiponim merupakan kata yang
maknanya telah tercakup di dalam kata lainnya. Contohnya kata Salmon yang telah termasuk ke dalam
makna kata ikan.
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum
dari penyebutan kata-kata lainnya. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim
(memiliki makna yang khusus). Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim
merupakan anggota dari kata hipernim.
Contoh:
Hipernim = Sepatu
Hiponim=High Heels, Wedges, Stilleto, Sneakers, Boot, Skate
Hipernim = Mobil
Hiponim = Sedan, Chooper, SUV, Jeep, Minibus, Bus
Homonim
Homonim secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma yang berarti nama, dan
homo artinya sama. Secara harfiah homonim dapat diartikan sebagai relasi makna yang memiliki
hubungan sama tulisan, sama nama, sama pengucapan, namun berbeda artinya. Secara sederhana,
homonim merupakan hubungan dua kata atau lebih yang bentuk dan pelafalannya sama, tetapi
memiliki makna yang berbeda.
Contoh :
a. Bisa ular itu sangat mematikan.
b. Kamu pasti bisa datang.
Kata bisa memiliki tulisan sama, pelafalan sama, tetapi makna yang berbeda. Pada kalimat a, bisa
memiliki arti racun sedangkan kalimat b berarti dapat.
Homofon
Homofon merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama atau pengucapan sama, namun bentuk dan
maknanya berbeda. Contoh: bang dengan bank, sangsi dengan sanksi, massa dengan masa. Jika
diucapkan kata-kata tersebut memiliki bunyi yang sama, tetapi jelas bahwa makna dan tulisan kata
tersebut berbeda. Untuk lebih jelasnya, perhatikan bagan berikut.
Bang Bank
Panggilan untuk anak laki-laki atau orang laki- Lembaga keuangan yang usaha
laki yang lebih tua dari penyapa. pokoknya memberikan kredit dan
jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang.
Contoh: Bang Josep memiliki kucing putih. Contoh : Cita-citaku bekerja di Bank.
Sangsi sanksi
Ragu-ragu/ bimbang Tindakan hukuman dan sebagainya
Contoh: Aku masih sangsi dengan kemampuan Contoh : Dia mendapatkan sanksi
menariku. karena bolos pelajaran.
Homograf
Homograf adalah kata-kata yang memiliki bentuk atau tulisan yang sama, pengucapan atau pelafalan
dan makna yang berbeda.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
Ibu sangat tahu bahwa anak perempuannya tidak menyukai olahan tahu.
Tulisan sama yaitu tahu, namun jika dilafalkan memiliki bunyi yang berbeda, dan tentu maknanya juga
berbeda. Tahu pada awal kalimat memiliki makna mengerti, sedangkan tahu di akhir kalimat adalah
makanan yang terbuat dari kedelai. Untuk lebih jelasnya, berikut ini contoh-contoh kata homograf yang
lainnya.
Kasus terjadinya homograf dikarenakan dalam bahasa Indonesia tidak ada pembedaan lambang
tulisan untuk menunjukan pelafalan yang berbeda.
Contoh:
Mental Mental
E dibaca seperti pada kata permen e diucapkan seperti pada kata terang
Berarti: bersangkutan dengan batin dan watak Berarti: terpelanting/terpental atau
manusia yang bukan bersifat badan atau terlempar kembali (berbalik arah)
tenaga
Contoh : Seorang yang ingin sukses harus Contoh: Bola itu mental sangat jauh.
memiliki mental kuat.
Teras Teras
e diucapkan seperti pada kata keras e diucapkan seperti pada kata enak
Berarti : inti Berarti: bagian ruman
Contoh : Ayah Joko menjadi pegawai teras di Contoh : Bapak minum kopi di teras.
perusahaan sepatu.
Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Contoh :
• Hak
Dia harus menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu sebelum menuntut hak nya (Hak di sini
bermakna sesuatu yang wajib diterima)
Hak sepatunya patah ketika ia berjalan (Hak di sini bermakna telapak sepatu pd bagian tumit yg relatif
tinggi) Homofon adalah suatu kata yang sama lafalnya dengan kata lain tetapi beda ejaan dan
maknanya. Contoh:
BAB VI
Hakikat Kalimat
Kalimat
Kalimat adalah suatu kesatuan kata, frasa, maupun klausa yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna khusus di dalamnya. Kalimat sendiri mempunyai sejumlah unsur, di mana unsur-
unsur kalimat dalam bahasa Indonesia tersebut terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Selain unsur, kalimat pun mempunyai sejumlah pola kalimat dasar beserta contohnya, di
mana pola tersebut terdiri atas S-P, S-P-O, S-P-O-K, dan lain sebagainya.
Kalimat juga mempunyai sejumlah ciri khusus, di mana ciri-ciri kalimat dalam bahasa Indonesia
yang dimaksud adalah:
Merupakan sebuah kesatuan bahasa yang terbentuk oleh fonem, morfem, kata, frasa, dan juga
klausa.
Dapat berdiri sendiri.
Mempunyai pola intonasi akhir.
Adanya penggunaan huruf kapital dan penggunaan tanda baca.
Pola dasarnya beragam, bisa S-P, S-P-O-K, maupun pola-pola lainnya.
Klausa
Klausa merupakan suatu gabungan dua kata atau lebih yang mempunyai predikat dan berpotensi
menjadi suatu kalimat. Klausa sendiri terkadang sering disamakan dengan frasa. Padahal, antara frasa
dan klausa mempunyai sejumlah perbedaan, di mana salah satunya adalah unsur predikat yang mana
klausa memiliki unsur tersebut, sedangkan frasa tidak mempunyainya.
Seperti halnya kalimat, klausa dalam bahasa Indonesia pun juga mempunyai sejumlah ciri,
yaitu:
Mempunyai satu predikat.
Tidak mempunyai pola intonasi akhir.
Diawali huruf kapital, namun tidak mempunyai tanda baca di dalamnya.
Bila diberi tanda baca dan pola intonasi akhir, maka klausa tersebut akan berubah menjadi
suatu kalimat.
Mempunyai pola S-P di dalamnya.
Perbedaan Kalimat dan Klausa
Dari pemaparan di atas, kita bisa menemukan letak perbedaan diantara dua satuan bahasa
tersebut. Adapun letak perbedaan tersebut adalah:
Kalimat merupakan suatu kesatuan bahasa yang dibentuk oleh beberapa satuan bahasa,
termasuk klausa. Sementara itu, klausa merupakan salah satu satuan bahasa yang
membentuk adanya suatu kalimat.
Kalimat mempunyai pola intonasi akhir dan tanda baca di dalamnya. Sementara itu, klausa
tidak mempunyai kedua unsur tersebut di dalamnya. Kalaupun klausa ditambahkan dengan
dua unsur tersebut, maka klausa tersebut sudah tidak menjadi klausa lagi, melainkan sudah
menjadi jenis-jenis kalimat.
Baik kalimat maupun klausa, sama-sama mempunyai pola yang khusus di dalamnya. Kalimat
mempunyai pola yang variatif, di mana kalimat bisa ditulis dengan pola S-P, S-P-O, S-P-K, S-
P-Pel, dan pola-pola kalimat dasar lainnya. Sementara itu, klausa hanya mempunyai satu pola
yang sangat sederhana dalam penulisannya, di mana klausa hanya mengandung pola S-P di
dalamnya.
Secara garis besar, kita bisa simpulkan bahwa perbedaan kalimat dan klausa dalam bahasa
Indonesia terdiri atas tiga faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain bentuk dari kedua unsur
tersebut, ada tidaknya kandungan pola intonasi akhir dan tanda baca di dalamnya, dan yang terakhir
adalah pola-pola khusus yang digunakan dalam penulisannya.
Unsur-Unsur Kalimat
Subjek / Subyek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat, di samping unsur predikat.
Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat
inversi. Subjek umumnya berwujud nomina. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini :
a) Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
b) Dia datang dari Bogor.
c) Agnes Monica adalah seorang penyanyi terkenal.
d) Pak Aldy pergi ke Malaysia.
Dari contoh kalimat di atas, peserta audisi itu, dia, Agnes Monica dan Pak Aldy adalah contoh
dari subjek. Selain itu ada pula subjek yang tidak berupa nomina. Perhatikan contoh di bawah ini :
a) Berwudlu harus dilakukan sebelum sholat.
b) Lima adalah sebuah angka.
c) Sakit bisa dialami semua orang.
Ciri-ciri subjek :
– Jawaban atas pertanyaan ‘apa’ atau ‘siapa’.
– Disertai kata ‘itu’.
– Didahului kata ‘bahwa’.
– Mempunyai keterangan pewatas ‘yang’ (penghubung dengan menggunakan kata ‘yang’).
– Tidak didahului preposisi seperti ‘dari’, ‘dalam’, ‘di’, ‘ke’, ‘kepada’, ‘pada’.
– Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek yang merupakan inti
dari kalimat. Unsur pengisi predikat suatu kalimat dapat berupa Kata, misalnya verba, adjektiva, atau
nominal, numeral dan preposisional. Selain itu dapat pula berupa Frasa, misalnya frasa verbal, frasa
adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan). Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Qiqi belajar di kamar.
b. Ibu memasak tumis kangkung.
c. Aldy sedang membaca Koran.
Dari contoh di atas, kata belajar, memasak dan membaca merupakan contoh dari predikat.
Ciri-ciri predikat :
– Jawaban atas pertanyaan ‘Mengapa’ atau ‘Bagaimana’.
– Dapat berupa kata ‘Adalah’ atau ‘Ialah’.
– Dapat diingkarkan yang diwujudkan oleh kata ‘Tidak’.
– Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas seperti ‘telah’, ‘sudah’, ‘sedang’, ‘belum’, ‘akan’,
‘ingin’, ‘hendak’, ‘mau’, dll.
Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat
yang berkatagori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama,
subjek, predikat, dan objek. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya
dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan
kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina. Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Adik bermain layangan .
b. Aldy membeli sebuah buku.
c. kelinci itu memakan wortel.
layangan, sebuah buku, dan wortel pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek.
Ciri-ciri objek ini sebagai berikut:
– Langsung di belakang predikat.
– Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
– Tidak didahului preposisi.
– Didahului kata ‘bahwa’.
Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan pada ke dua unsur kalimat ini adalah :
bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat, menempati posisi di belakang
predikat dan tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak
menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Contoh kalimat pelengkap :
Indonesia berdasarkan Pancasila.
b. Aldy ingin selalu berbuat kebaikan.
c. Kaki Aji tersandung batu.
d. Mahkota itu bertahtakan berlian.
Berikut ciri-ciri pelengkap:
– Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap
masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Anggi mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya kacamata baru.
Unsur kalimat buku baru dan kacamata baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului
predikat.
– Tidak Didahului Preposisi
Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan
tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa
ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan untuk.
Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena,
meskipun,supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan:
– Bukan Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
– Tidak Terikat Posisi (memiliki kebebasan tempat di awal/ di akhir , atau di antara subjek dan
predikat).
– Jenis Keterangan.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata
adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan
malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti
kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat,
sewaktu, dan ketika.
contoh : Minggu depan akan dilaksanakan ujian tengah semester.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti
di, pada, dan dalam.
contoh : Super Junior akan konser di Indonesia.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang
berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
contoh : Ibu memotong bawang dengan menggunakan pisau.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa
ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
contoh : Ibu menyuruhku cepat pulang karena cuaca sudah mendung.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai
oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Contoh : Sebelum berangkat ke sekolah, Ricky menyisir rambutnya agar terlihat rapi
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Margareta, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari
keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan
keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh : Rizaldi, mahasiswa tingkat tiga, mendapat beasiswa.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,
keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak
dapat ditiadakan.
Contoh : Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Kalimat Tungal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat atau satu klausa.
1. Unsur – unsur Kalimat Tunggal
Inti suatu kalimat dibentuk subjek, predikat, objek dan pelengkap.
2. Jenis – jenis Kalimat Tunggal
a. Kalimat Nominal
Kalimat tunggal nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh:
Ayahnya guru di SMA.
S p K
Kakaknya pemain bola.
S P
Kalimat Verbal
Kalimat tunggal verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh:
Budi tidur di kelas.
S P K
Shinta menangis semalaman
S P K
Kalimat Adjektival
Kalimat ini memiliki Predikat yang berupa kata sifat.
Contoh:
Ayahnya baik
S P
Kalimat Numeral
Kalimat tunggal numeral memiliki predikat berupa kata bilangan.
Contoh:
Yang datang 10 orang
S P
Bukunya hanya 2 buah
S P
Kalimat Preposisional
Kalimat ini predikatnya berupa kata depan atau preposisioanal.
Contoh:
Ibunya dari Jawa Barat
S P
Budi di dalam kamarnya
S P
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki 2 klausa atau lebih yang digabungkan kedalam
satu kalimat dengan menggunakan Konjungsi atau kata penghubung. Kalimat majemuk digolongkan
menjadi 3 jenis kalimat yaitu kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran.
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah sebuah kalimat yang subjek (S) berperan sebagai pelaku yang secara aktif
melakukan suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat (P) kepada objek (O) atau kalimat yang
Subjeknya (S) berperan sebagai pelaku/yang melakukaan tindak atau perbuatan dan P (predikat)
menyatakan kelakuan atau perbuatan Subjek tadi dan Objek (O) sebagai pederita dari Subjek.
Kalau kita gambarkan dalam bentuk kalimat Tanya adalah sebagai berikut :
Subjek (S) = Siapa?
Predikat (P) = Mengapa?
Objek (O) = Apa?
contoh:
Bupati membuka pameran = (S)Bupati (P)membuka (O)pameran
Dodi menyirami bunga.
Ayah membeilkanku sepatu.
Fatan memakai pensilya Dina.
Contoh 2 :
Ayah memberi aku uang saku
Ayah (Subjek) + Memberi (Predikat) + Aku (Objek) + uang saku (Keterangan)
Selain ciri, jenis kalimat ini mempunyai sejumlah jenis dan contohnya, yaitu:
Jenis Kalimat Pasif Berdasarkan Objeknya:
Merupakan kalimat yang predikatnya mempunyai objek. Adapun pola dasar kalimat ini adalah O-P-S
atau O-P-S-K. Contoh:
Merupakan kalimat yang predikatnya tidak berobjek. Adapun pola dasar kalimat ini adalah S-P atau S-
P-K. contoh:
Buah apel dijual di toko buah. (S= buah apel, P= dijual, K= di toko buah)
Andi terjath. (S= Andi, P= terjatuh)
Merupakan kalimat pasif yang predikatnya merupakan suatu tindakan atau perbuatan. Adapun predikat
ini biasanya berupa jenis-jenis kata kerja berimbuhan di-, ter, ke-, atau kata ganti. Contoh:
Merupakan jenis kalimat pasif yang merupakan keadaan yang menerangkan kondisi subjek. Adapun
predikat pada kalimat pasif ini biasanya adalah contoh kata dasar berimbuhan ke-an. Contoh:
Selain empat jenis di atas, masih ada beberapa jenis kalimat pasif lain yang patut untuk diketahui,
yaitu:
a. Kalimat pasif biasa: merupakan hasil transformasi dari kalimat aktif transitif. Predikat pada
kalimat ini biasanya berimbuhan di-, ter-, dan ke-an. Contoh: Nasi ditanak Ibu.
b. Kalimpat pasif zero: merupakan kalimat yang predikatnya tidak berimbuhan awalan, namun
berimbuhan akhiran. Adapun imbuhan akhiran yang adalah akhiran -kan. Objek pada kalimat
ini adalah objek pelaku yang didampingi predikat berimbuhan akhir -kan. Contoh: Aku
serahkan amanah ini kepadamu. (Objek Pelaku= aku) . (Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia)
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat
sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah
ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau
pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Karakteristik Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak tujuh syarat berikut,
yaitu adanya:
Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata
depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi
kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan
penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari
bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara
menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah
menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar. Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar .
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap
kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat
dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi. Kalimat
(b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu
rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan ten tang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri. Kalimat ini
salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat
itu dapat diubah menjadi Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-
kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya
kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk
akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
(Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.)
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan
bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau,
tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di
dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan
satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak
boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.(Tarigan, Henry Guntur.1989.
Pengajaran Tata Bahasa Tagmimik. Bandung:Angkasa)
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan
sangat lain, bila dikatakan:
a. Buat Papa menulis surat saya.
b. Surat saya menulis buat Papa.
c. Menuis saya surat buat Papa.
d. Papa saya buat menulis surat.
e. Saya Papa buat menulis surat.
f. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu
terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang
satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian
bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi,
maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
Cara membedakan kalimat efektif dan tidak efektif tentu tidak sulit, cukup melihat dari kedua ciri-ciri
yang ada pada masing-masing kalimat. Karena ciri-ciri tersebut sudah cukup bisa menjadi pembeda.
Selain itu, perhatikan baku dan tidaknya kalimat, jika efektif maka akan baku, tetapi jika tidak efektif
tidak baku, justru cenderung tidak mengikuti aturan EYD.
(Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistic. Jakarta : Gramedia
1987. Sintaksis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.)
Contoh kalimat tidah Efektif :
KALIMAT EFEKTIF KALIMAT TIDAK EFEKTIF
Seluruh mahasiswa dikenakan Baik mahasiswa lama atau
peraturan yang sama mahasiswa baru dikenakan
peraturan yang sama
Banyak anak bermain bola Banyak anak-anak bermain bola
Kedua anak itu saling berpegangan Kedua anak itu saling berpegang-
tangan pegangan tangan
Para tamu di harap tenang Kepada para tamu di harap tenang
Aris membeli pulsa untuk kakaknya Aris membelikan pulsa kakaknya
Dalam seminar itu dibicarakan Dalam seminar itu membicarakan
pentingnya generasi bermoralitas tingg tentang pentingnya generasi
bermoralitas tinggi
Masjid itu sedang dibangun oleh warga. Masjid itu sedang dibuat oleh warga.
Sampah itu sudah dibuang oleh saya Sudah saya buang sampah itu.
Saya tidak mengetahui Saya tidak mengetahui di mana dia
persembunyiannya bersembunyi
BAB VII
Hakikat Paragraf
Pengertian Paragraf
Sebuah paragraf adalah adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf
ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang
dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh
pilcrow. Paragraf yaitu sekumpulan kalimat yang saling berjaitan antar kalimat satu dengan yang
lainnya. Paragraf dapat disebut juga sebagai karangan singkat, hal ini karena dalam bentuk
tersebut penulis dapat menuangkan ide-ide sehingga membentuk suatu topic pembicaraan.
Menurut penganalisaan beberapa sumber yang memberikan keterangan tentang paragraf, maka
dapat disimpulkan bahwa paragraph adalah kesatuan kalimat yang mengandung gagasan yang
tersusun secara sistematis untuk menyampaikan makna kalimat. Gagasan yang dimiliki suatu
paragraf hanya memiliki satu pikiran utama atau ide pokok. Pikiran utama yang terdapat dalam
paragraf dapat diletakkan diawal atau diakhir kalimat. Dapat menggunakan pola deduktif, (umum-
khusus) dan pola induktif (khusus-umum).
Karateristik paragraf yang baik
Kalimat pertama bertakuk (block style) ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan
biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah,
skripsi, desertasi, dll. Karangan berbentuk lurus dan tidak bertakuk ditandai dengan jarak spasi
merenggang, satu spasi lebih banyak daripada antar baris lainnya.
Ciri-ciri paragraf
- Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topic
- Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat
pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama
yang ada dalam kalimat topic
- Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam kalimat
penjelas. Kalimat ini berisi detail - detail kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat -
kalimat topik. Paragraf hanya besiri satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap
kalimat penjelas berisi detail yang sangat spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas
lainnya.