Anda di halaman 1dari 31

BAB III

Ragam Bahasa Indonesia


Pengertian Ragam bahasa
Ragam bahasa adalah varian dari bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan varian dialek sesuai
dengan pengguna. Variasi mungkin termasuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai sosiolinguistik
lain, termasuk variasi bahasa standar itu sendiri.
Variasi dalam tingkat leksikon, seperti slang dan dialek, sering dianggap terkait dengan gaya atau
tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai variasi atau
keragaman saja.
Fungsi Ragam Bahasa
Fungsi bahasa Indonesia dalam kapasitasnya sebagai bahasa nasional:
1. Simbol kebanggaan nasional
2. Simbol identitas nasional
3. Berarti menyatukan berbagai kelompok etnis
4. Pemersatu alat perhubungan antara budaya dan antar-regional
Fungsi sebagai bahasa negara:
1. bahasa resmi negara
2. bahasa pengantar dalam pendidikan
3. berarti komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan pembangunan nasional
dan pelaksanaan
4. budaya dan pengembangan alat-alat ilmu pengetahuan dan teknologi

Macam Ragam Bahasa


Berbagai macam bahasa sastra adalah bahasa yang menggunakan banyak kalimat yang tidak efektif.
Jelas penggambaran melalui konotasi serangkaian kata tersebut sering digunakan dalam berbagai
bahasa sastra.
Berbagai macam bahasa ilmiah adalah bahasa berdasarkan pengelompokan berdasarkan jenis
penggunaan di bidang kegiatan sesuai dengan berbagai properti keilmuannya. Bahasa ilmiah dapat
juga diartikan sebagai alat verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar.

Jenis Ragam Bahasa


Berdasarkan subjek, termasuk berbagai bahasa dibedakan oleh:
1. Berbagai bahasa undang-undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Berbagai bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut apakah pembicara akrab:
 Bahasa resmi dari berbagai
 Ragam bahasa akrab
 Berbagai bahasa agak formal
 Ragam bahasa santai
 dan lain-lain

BAB IV
Hakikat Kata

Kata
Kata adalah unit bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata terdiri
dari beberapa huruf dalam sebuah bahasa tertentu. Secara bahasa, “kata” berasal dari bahasa
sanskerta, yaitu “Katha” yang artinya konversasi, bahasa, cerita, atau dongeng. Kata juga dapat
didefinisikan sebagai elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang dapat diucapkan atau dituliskan dan
merupakan sebuah realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran yang digunakan dalam berbahasa.
Kumpulan dari beberapa kata dapat membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
Contoh kata:
 Baik
 Membaik
Frasa
Frasa adalah gabungan atau kesatuan kata yang terbentuk dari dua kelompok kata atau lebih
yang memiliki satu makna gramatikal (makna yang berubah-ubah menyesuaikan dengan konteks).
Singkatnya frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih namun tidak dapat membentuk kalimat
sempurna karena tidak memiliki predikat.

Kata Benda
Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, benda, konsep, atau
pengertian. Kata benda memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Umumnya menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Contoh: mereka menghadiai kami buku pelajaran

- Dapat didahului kata ingkar bukan dan tidak dengan kata tidak
Contoh: bukan nasi yang makan, melainkan jagung.

- Dapat diikuti kata sifat, baik secara langsung maupun dengan perantaraan kata yang.
Contoh: baju baru, pekerjaan yang mudah, ibu yang baik

Kata benda terbagi ke dalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut:


a. Bentuk dasar dan bentuk turunan
- Bentuk dasar, contoh: gambar, meja,tahun, hari.
- Bentuk turunan, contoh: pembeli, kemenangan, ayunan.

b. Konkret-abstrak
- Di tinjau dari wujudnya,kata benda terbagi atas:
- Kata benda konkret, contoh: meja, lampu
- Kata benda abstrak, contoh: permainan, keindahan

Kata Kerja
Kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan,
tindakan, proses, atau keadaan. Kata kerja memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Umumnya menempati fungsi predikat dalam kalimat.
Contoh: Kucing mengeong.
S P

Ibu membuatkan ayah kue ulang tahun.


S P O Pel.

- Mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan.


Contoh: memberi, mengajarkan, berair.

- Tidak dapat didahului kata paling.


Contoh: paling tidur, paling mandi, paling makan (?)

- Dapat didahului oleh kata keterangan akan, sedang, dan sudah.


Contoh: akan bekerja, sedang mandi, sudah pergi.

- Dapat didahului kata ingkar tidak.


Contoh: tidak belajar, tidak bekerja sama, tidak menolong.

- Dapat dipakai dalam kalimat perintah, khususnya yang bermakna perbuatan.


Contoh: Ambilkan buku itu!
Pelajari materi ini sampai jelas!

Kata kerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yakni sebagai berikut:
a. Bentuk dasar dan bentuk turunan
Ditinjau dari bentuknya, kata kerja dibedakan menjadi:
- Kata kerja bentuk dasar, contoh: makan, duduk, tidur.
- Kata kerja bentuk turunan, contoh: mengajari, malam-malam, rendah hati.

b. Transitif-intrasitif
Ditinjau dari hubungannya dengan unsur lain dalam kalimat, kata kerja dibedakan atas:
- Kata kerja transitif, yakni kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap,
Contoh: Kucing itu menangkap anak burung merpati.

- Kata kerja intrasitif, yakni kata kerja yang tidak memerlukan objek atau pelengkap,
Contoh: Ibu sedang memasak didapur.

c. Aktif-pasif
Dilihat dari makna yang dikandungnya, kata kerja dibedakan atas:
- Kata kerja aktif, contoh: membaca, memakan, menjual.
- Kata kerja pasif, contoh: diminum, dinaikkan, terdengar.

Kata Sifat
Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Berikut ini ciri-ciri kata sifat.
- Dapat berhubungan dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak.
Contoh:
tidak sakit, lebih sabar, sangat bagus, agak panas

- Dapat mendapingi kata benda.


Contoh:
sepatu baru, lukisan indah, mobil kuno, rumah tua

- Dapat diulang dengan imbuhan se-nya


Contoh:
setinggi-tingginya, sebaik-baiknya, sekurang-kurangnya, sebodoh-bodohnya, seburuk-
buruknya

- Dapat diawali imbuhan ter- yang bermakna paling.


Contoh:
terbaik, tertinggi, tersayang, tercantik, termurah

Berdasarkan bentuknya, kata sifat dapat dibedakan atas:


1) Kata sifat dasar
a) Kata sifat dasar yang dapat diikuti kata sangat dan lebih.
Contoh:
adil, ajaib, ampuh, canggung, cukup, bahaya, gemuk, geram, jahat, kagum, lapar, lucu,
pelit

b) Kata sifat dasar yang tidak dapat diikuti kata sangat dan lebih.


Contoh:
Buntu, langsung, musnah, tentu, gaib, cacat

2) Kata sifat turunan


a) Kata sifat turunan berafiks.
Contoh:
termiskin, tertegun, terkesan, tercenung

b) Kata sifat bereduplikasi.


Contoh:
cantik-cantik, marah-marah, tua-tua, berat-berat

c) Kata sifat ke-R-an atau ke-an.
Contoh:
kemerah-merahan, kemalu-maluan, kegerahan, keramaian
d) Kata sifat berafiks i- (atau alomorfnya).
Contoh:
alami, alamiah, duniawi, gerejani, hewani, ilmiah, jasmani, insani, rohaniah, manusiawi

e) Kata sifat yang berasal dari berbagai kelas kata, melalui proses berikut.
- Deverbalisasi
Contoh:
melengking, memalukan, membenci, mencekam, menjengkelkan, menyenangkan,
merangsang, terburu-buru, terganggu, terharu, terhormat, terpaksa, tertutup,
tersinggung

- Denominalisasi
Contoh:
berbusa, berbisa, berbahaya, berhati-hati, bersahabat, bermanfaat, budiman,
dernawan, kesatria, lebar, luas, malam, membudaya, menggunung, meradang,
menyimpang, pagi, panjang, pemalas, pemarah, penyayang, rahasia, serasi, siang,
sukses, tinggi

- Deadverbialisasi
Contoh:
berkurang, bertambah, menyengat, melebih, bersungguh-sungguh, mungkin

- Denumeralisasi
Contoh:
mendua, menyeluruh

- Deinterjeksi
Contoh:
aduhai, sip, wah

1. Kata sifat majemuk


- Subordinatif
Contoh:
besar mulut, buta huruf, buta warna, busuk hati, kepala dingin, keras kepala, panjang
tangan, rendah hati

- Koordinatif
Contoh:
aman sentosa, besar kecil, gagah berani, lemah gemulai, letih lesu, porak poranda,
sopan santun, suka duka, tua muda, riang gembira

Kata Bilangan
Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
wujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep.

Berdasarkan bentuknya, kata bilangan terbagi ke dalam dua jenis, yakni:


- Bilangan pokok, contoh: nol, tujuh, sepuluh.
- Bilangan tingkat, contoh: kedua, ketiga, keempat.
Berdasarkan tentu atau tidaknya, kata bilangan diklasifikasikan menjadi:
- Bilangan tentu, contoh: satu, tiga, delapan, sepersepuluh.
- Bilangan tak tentu, contoh: beberapa, banyak, sedikit.

Kata Depan
Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa preposisional.
Kata depan berdasarkan bentuknya dalah sebagai berikut.
- Kata depan berbentuk kata
Contoh;
di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, tentang, karena

- Kata depan berbentuk gabungan kata


Contoh:
berbeda dengan, bertolak dari, mengingat akan, oleh karena, sampai dengan, selain daripada,
sesuai dengan

Berikut ini jenis kata depan berdasarkan fungsinya.


- Menandai hubungan peruntukan
Contoh: untuk, guna bagi, buat
- Menandai hubungan tempat berada
Contoh: di
- Menandai hubungan perkecualian
Contoh: selain itu, selain dari, di samping itu
- Menandai hubungan kesertaan
Contoh: bersama, beserta
- Menadai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau milik
Contoh: dari
- Menandai hubungan ikwal atau pristiwa
Contoh: tentang
- Menandai hubungan tempat atau waktu
Contoh: pada
- Menandai hubungan  kesertaan atau cara
Contoh: dengan
- Menandai hubungan arah menuju suatu tempat
Contoh: ke, menuju, kepada, terhadap
- Menandai hubungan pelaku
Contoh: oleh
- Menandai hubungan waktu
Contoh: sejak, sepanjang, menjelang, selama
- Menandai hubungan pemiripan
Contoh: bagaikan, bagai, seperti, laksana
- Menandai hubungan perbandingan
Contoh; daripada
- Menanadai hubungan penyebaban
Contoh: oleh karena, oleh sebab, karena, sebab
- Menandai hubungan batas waktu
Contoh: sekeliling, sekitar

Kata Penghubung

Kata penghubung (konjungsi) adalah kata yang menghubungkan dua kata dalam kalimat atau
kata yang menghubungkan dua kalimat menjadi kalimat yang utuh. Jenis-jenis kata penghubung di
antaranya sebagai berikut.
- Kata hubung yang menyatakan gabungan. Contoh: dan, serta, lagipula.
- Kata hubung yang menyatakan pemilihan. Contoh: atau, baik... maupun..
- Kata hubung yang menyatakan pengandaian. Contoh: andaikata, seandainya, andaikan.
- Kata hubung yang menyatakan sebab akibat. Contoh: karena, oleh karena itu, sebab,
sehingga, maka.
- Kata hubung yang menyatakan perlawanan. Contoh: meskipun, walaupun, namun
- Kata hubung yang menyatakan tujuan. Contoh: agar, supaya, sehingga, biar.
- Kata hubung yang menyatakan syarat. Contoh: asalkan, kecuali, asal

Afiksasi
Afiksasi atau imbuhan adalah morfem terikat yg digunakan dalam bentuk dasar untuk
membentuk kata.hasil dari perimbuhan tersebut disebut kata berimbuhan.
Adapun fungsi afiksasi yaitu sebagai berikut.
- membentuk kata benda
- membentuk kata kerja
- membentuk kata sifat
- membentuk kata bilangan
- membentuk kata keterangan

Jenis-Jenis Imbuhan
Berdasarkan posisinya imbuhan dibagi menjadi 4 yaitu:
a. awalan (prefiks)
Contohnya : men , ber , di , ter , pen , per , dan ke. penjelasannya sebagi berikut: (men)
imbuhan ini berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif pada kata dasarnya, imbuhan me bisa
berubah ubah menjadi beberapa bentuk sesuai dengan kata dasar yang diikutinya.
contohnya :
men + dorong = mendorong

(ber) imbuhan ini bisa berubah menjadi dua bentuk yaitu bel dan be, jika imbuhan ber - bertemu
dengan kata dasar yang diawali dengan konsonan maka ber- menjadi be.
contonya : ber + kerja = bekerja

(di) imbuhan -di tidak memiliki perubahan bentuk dan berfungsi untuk membentuk makna pasif
pada kata dasarnya.
contohnya : di + buang= dibuang

(ter) imbuhan -ter juga tidak memiliki perubahan khusus , namun memiliki beberapa fungsi
diantaranya :
 sebagai penunjuk makna ketidak sengajaan.
contohnya : ter + jatuh = terjatuh
 sebagai pembentuk kata sifat.
contohnya : ter + baik = terbaik
 sebagai pembentuk kata pasif. contohnya : ter + injak = terinjak

(pe) imbuhan ini memiliki beberapa macam bentuk perubahan diantaranya -peng, -penye, dan
per. imbuhan ini juga memiliki beberapa fungsi diantaranya :
 sebagai petunjuk pelaku : pekerja, pelajar, dan pembohong
 sebagai pembentuk kata perintah : perlambat, percepat, dan percantik
 sebagai penunjuk sifat : pemalu, pemaaf, dan pelupa
 sebagai penunjuk alat : penghapus dan penggaris

(ke) imbuhan ini tidak memiliki bentuk perubahan dan berfungsi sebagai petunjuk urutan.
contohnya : ke-dua , ke -tiga, dan seterusnya

Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang disisipkan di tengah-tengah kata dasar . contohnya : (el,
em, dan er). Misalnya er + getar = gemetar
Akhiran (sufiks)
Imbuhan ini di letakan pada bagian awal dan akhir kata dasar , ada beberapa jenis
imbuhan ini diantaranya :
 kan- i, berfungsi sebagai pembentuk makna perintah .contohnya : ambilkan dan
hindari.
 an-, berfungsi sebagai petunjuk bagian contohnya : (satuan dan kiloan )
berfungsi sebagai penunjuk alat contohnya : ( timbangan atau angkutan)
berfungsi sebagai penunjuk tempat contohnya : ( lautan atau daratan)
 kah -, berfungsi untuk menegaskan kata dasarnya contohnya : (benarkah, mudahkah,
iyakah)

Awalan dan Akhiran (Konfiks)


Imbuhan ini diletakan pada bagian awal dan akhir kata dasar. fungsi imbuhan sebagai
berikut:
 me - kan sebagai pembentuk makna aktif .contohnya : me -bangga-kan =
membanggakan
 pe -a sebagai pembentuk makna kata benda. contohnya : pe-baca-nya =pembacanya
 se-nya sebagai kata pengulang, contohnya: sebaik-baiknya

Simufliks
Simufliks dalam bahasa indonesia adalah penambahan n-g diawal kata. misalnya dari
kata kopi menjadi ngopi yang berfungsi sebagi pembentuk kata kerja dalam ragam cakapan.

BAB V
Pemilihan Kata atau Diksi

Pengertian Diksi

Diksi merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam dunia sastra. Istilah diksi merujuk
kepada berbagai macam makna kata atau pun kalimat yang ada di dalam karya sastra. Penggunaan
diksi biasanya dilakukan untuk membuat karya sastra menjadi lebih menarik, lebih mudah difahami,
dan juga lebih sesuai dengan apa yang ingin digambarkan oleh si pengarang karya sastra. Secara
singkat, diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri.
pengertian diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti apa yang diharapkan).
Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih faham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis atau pun terucap).
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar
atau pun pembacanya.
Sinonim

Sinonim merupakan kata yang mempunyai bentuk yang berbeda, misalnya tulisan ataupun pelafalan,
tetapi kata-kata itu mempunyai arti yang mirip atau sama. Diksi merupakan salah satu istilah yang
digunakan dalam dunia sastra. Istilah diksi merujuk kepada berbagai macam makna kata atau pun
kalimat yang ada di dalam karya sastra.Sinonim biasa dinamakan juga dengan persamaan kata atau
padanan kata.
Berikut ini adalah beberapa kata yang memiliki sinonim atau persamaan, antara lain:
 Mudah = Gampang
 Memohon = Meminta
 Sulit = Sukar
 Pendek = Rendah
 Lunak = Lembek
 Pelit = Kikir

Contoh Kalimat Sinonim


 Adonan ini sangat Lunak = Adonan ini sangat lembek
Lunak dan lembek adalah sinomin atau persamaan kata
 Aldo merupakan murid yang pandai
 Aldo merupakan murid yang cerdas
 Aldo merupakan murid yang pinta
Pandai, cerdas, pintar merupakan sinonim atau persamaan kata
 Dia melihat konser Band Ungu di lapangan kemarin sore
 Dia menonton konser Band Ungu di lapangan kemarin sore
Melihat dan menonton adalah suatu sinonim atau persamaan kata
 Kemarin aku memohon dibelikan handphone
 Kemarin aku meminta dibelikan handphone
Memohon dan meminta adalah suatu sinonim atau persamaan kata
Antonim

Antonim merupakan kata yang mempunyai arti saling berlawanan satu sama lain. Antonim biasa
dinamakan juga dengan lawan kata.

Adapun contoh dari kata antonim adalah:

 Asli >< palsu


 Cacat >< normal
 Cepat >< lambat
 Sedih >< Senang
 Banyak >< Sedikit
 Menangis ><Tertawa
 Baru >< Lama
 Tua >< Muda
 Wanita >< Pria
Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat antonim, yaitu:
 Ruangan ini sangat panas
 Ruangan ini sangat dingin
Kata panas dan dingin adalah antonim atau lawan kata
 Ruangan ini sangat luas
 Ruangan ini sangat sempit
Luas dan sempit adalah antonim atau lawan kata
 Doni terlihat lebih gemuk
 Doni terlihat lebih kurus
Gemuk dan kurus adalah suatu antonim atau lawan kata
 Kemarin anton menang dalam lomba marathon
 Kemarin anton kalah dalam lomba marathon
Kata menang dan kalah adalah suatu antonim
Kata Denotatif dan Konotatif
Kata denotasi merupakan makna yang sesuai dengan makna yang sebenarnya (denotatif)
atau sesuai makna kamus (harfiah), biasanya disebut makna konseptual yakni makna yang sesuai
dengan hasil obserasi menurut penglihatan, perabaan, p e n c i u m a n , p e n d e n g a r a n ,
p e r a s a a n a t a u p e n g a l a m a n y a n g b e r k a i t a n d e n g a n informasi faktual dan obektif.
Makna denotasi seringkali diumpai dalam penulisan karya ilmiah agar apa yang disampaikan
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagipembaca dan dapat dengan mudah menangkap gagasan
yang disampaikan penulis.
Kata konotasi merupakan makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat ata uyang
mengandung makna yang bukan sebenarnya (konotatif) dengan mengandun gnilai-nilai emosi tertentu.
Makna konotasi sering kali membingungkan para pembaca dalam menemukan makna dari suatu
tulisan sehingga sangat jarang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Sebaliknya,
makna konotasi sangat sering diumpai dalam karya sastra, misalnya puisi, cerpen, dan
lain sebagainya. Makna konotasidalam karya sastra membuat alur lebih hidup dan
meningkatkan rasa ingin tahu pembaca

Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat konotatif yaitu:


Contoh kalimat konotatif
1. Anisa menjadi buah bibir semenjak sukses mendirikan tokoh kue (buah bibir :
pembicaraan orang lain)
2. Deni tidak terima kalo ia dijadikan kambing hitam atas masalah itu. (kambing hitam :
orang yang dipersalahkan)
3. Caca naik pitam mendengar kata-kata yang diucapkan adiknya. (naik pitam : marah)
4. Johan banting tulang untuk membantu kedua orang tuanya. (banting tulang : bekerja
keras)
5. Seorang kuli tinta sedang melakukan peliputan berita. (kuli tinta : wartawan)

Contoh kalimat denotatif


1. Diana menanam bunga dihalaman depan rumahnya.
2. Rizki mengerjakan pekerjaan rumahnya dalam waktu setengah jam.
3. Ibu sedang memasak sarapan pagi.
4. Sudah beberapa hari maya tidak masuk sekolah karena sakit.
5. Reno dan rendi pergi berlibur dibali.

Kata Abstrak dan Konkret

Kata Abstrak
Kata abstrak ialah kata - kata yang memiliki rujukan berupa konsep atau pengertian sesuai dengan
namanya. Kata abstrak lebih memerlukan pendalaman ,pemahaman, karna sifatnya yang tidak nyata.
Kata - kata abstrak dalam bahasa indonesia pada umumnya kata kata bentukan dengan konfiks pe - an
dan ke – an. Kata yang acuannya terus mudah diserap oleh panca indra disebut kata konkrit. Contoh:
lemari, kursi, mobil, tampan. Apabila acuannya sebuah kata tak mudah diserap pancaindra, kata itu
disebut kata abstrak. Contoh: kebijakan, usulan, khayalan, cita-cita.

Kata abstrak dipakai untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak sanggup membedakan
dengan cara halus gagasan yang bersifat teknis serta khusus. Bakal namun, apabila kata abstrak
terlalu diobral alias dihambur-hamburkan dalam sebuahkarangan, karangan itu bisa menjadi samar
serta tak cermat.
Kata abstrak memiliki referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit memiliki referensi objek yang
bisa diamati. Penggunaan dalam penulisan bergantung pada tipe serta tujuan penulisan. Karangan
berupa deskripsi fakta memakai kata-kata konkrit, semacam: hama tanaman penggerak, penyakit
radang paru-paru, Virus HIV. Namun karangan berupa klasifikasi alias generalisasi sebuah konsep
memakai kata abstrak, semacam: pendidikan usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup
Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang memakai kata abstrak
dilanjutkan dengan detil yang memakai kata konkrit.

Contoh:
1. Pegawai Negri RI memperoleh kenaikan sepuluh persen (kata konkrit)
2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang terhadap orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud alias
tak berbentuk)
3. kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tak terlalu tampak.

Contoh Kata Abstrak:


 perdamaian 
 kesenian
 penyeswaian
 kecerdasan
 Kekayaan
 Kerajinan
 Kemakmuran
 Demokrasi

Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat di serap oleh panca indra
di rasa, di raba, di dengar, dan di cium.
Contoh Kata Konkret :
 Orang
 Pohon
 Meja
 Sandang
 Pangan
 Rumah
 Bekerja
 Membaca
 Berunding
 Uang
 Rumah Sawah

Hipernim dan Hiponim, Homonim, Homograf dan Homofon

Hipernim merupakan kata yang telah mencakup makna kata lain. Contohnya ada pada kata sempurna
yang telah mencakup kata baik, bagus, dan beberapa kata lainnya. Hiponim merupakan kata yang
maknanya telah tercakup di dalam kata lainnya. Contohnya kata Salmon yang telah termasuk ke dalam
makna kata ikan.

Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum
dari penyebutan kata-kata lainnya. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim
(memiliki makna yang khusus). Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim
merupakan anggota dari kata hipernim.
Contoh:
Hipernim = Sepatu
Hiponim=High Heels, Wedges, Stilleto, Sneakers, Boot, Skate

Hipernim = Mobil
Hiponim = Sedan, Chooper, SUV, Jeep, Minibus, Bus

Homonim
Homonim secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma yang berarti nama, dan
homo artinya sama. Secara harfiah homonim dapat diartikan sebagai relasi makna yang memiliki
hubungan sama tulisan, sama nama, sama pengucapan, namun berbeda artinya. Secara sederhana,
homonim merupakan hubungan dua kata atau lebih yang bentuk dan pelafalannya sama, tetapi
memiliki makna yang berbeda.
Contoh :
a. Bisa ular itu sangat mematikan.
b. Kamu pasti bisa datang.
Kata bisa memiliki tulisan sama, pelafalan sama, tetapi makna yang berbeda. Pada kalimat a, bisa
memiliki arti racun sedangkan kalimat b  berarti dapat.
Homofon
Homofon merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama atau pengucapan sama, namun bentuk dan
maknanya berbeda. Contoh: bang dengan bank, sangsi dengan sanksi, massa dengan masa. Jika
diucapkan kata-kata tersebut memiliki bunyi yang sama, tetapi jelas bahwa makna dan tulisan kata
tersebut berbeda. Untuk lebih jelasnya, perhatikan bagan berikut.

Bang Bank
Panggilan untuk anak laki-laki atau orang laki- Lembaga keuangan yang usaha
laki yang lebih tua dari penyapa. pokoknya memberikan kredit dan
jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang.
Contoh: Bang Josep memiliki kucing putih. Contoh : Cita-citaku bekerja di Bank.
Sangsi sanksi
Ragu-ragu/ bimbang Tindakan hukuman dan sebagainya
Contoh: Aku masih sangsi dengan kemampuan Contoh : Dia mendapatkan sanksi
menariku. karena bolos pelajaran.
Homograf
Homograf adalah kata-kata yang memiliki bentuk atau tulisan yang sama, pengucapan atau pelafalan
dan makna yang berbeda.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
Ibu sangat tahu bahwa anak perempuannya tidak menyukai olahan tahu.
Tulisan sama yaitu tahu, namun jika dilafalkan memiliki bunyi yang berbeda, dan tentu maknanya juga
berbeda. Tahu pada awal kalimat memiliki makna mengerti, sedangkan tahu di akhir kalimat adalah
makanan yang terbuat dari kedelai. Untuk lebih jelasnya, berikut ini contoh-contoh kata homograf yang
lainnya.
Kasus terjadinya homograf dikarenakan dalam bahasa Indonesia tidak ada pembedaan lambang
tulisan untuk menunjukan pelafalan yang berbeda.
Contoh:
Mental Mental
E dibaca seperti pada kata permen e diucapkan seperti pada kata terang
Berarti: bersangkutan dengan batin dan watak Berarti: terpelanting/terpental atau
manusia yang bukan bersifat badan atau terlempar kembali (berbalik arah)
tenaga
Contoh : Seorang yang ingin sukses harus Contoh: Bola itu mental sangat jauh.
memiliki mental kuat.
Teras Teras
e diucapkan seperti pada kata keras e diucapkan seperti pada kata enak
Berarti : inti Berarti: bagian ruman
Contoh : Ayah Joko menjadi pegawai teras di Contoh : Bapak minum kopi di teras.
perusahaan sepatu.

Homonim

Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Contoh :
• Hak
Dia harus menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu sebelum menuntut hak nya (Hak di sini
bermakna sesuatu yang wajib diterima)
Hak sepatunya patah ketika ia berjalan (Hak di sini bermakna telapak sepatu pd bagian tumit yg relatif
tinggi) Homofon adalah suatu kata yang sama lafalnya dengan kata lain tetapi beda ejaan dan
maknanya. Contoh:

Sanksi & Sangsi


Siapapun yang melanggar peraturan pasti akan mendapat sanksi
(hukuman/denda)
Polisi masih sangsi atas keterangan dari pelaku
(ragu-ragu)
Homograf adalah suatu kata yang tulisannya sama dengan kata lain tetapi beda lafal dan maknanya.
Contoh:
• Teras
Rumahnya sejuk dan teras rumahnya pun luas (teras di sini bermakna halaman depan rumah)
Ibunya adalah seorang pejabat teras (teras di sini bermakna pejabat tinggi)

BAB VI
Hakikat Kalimat
Kalimat
Kalimat adalah suatu kesatuan kata, frasa, maupun klausa yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna khusus di dalamnya. Kalimat sendiri mempunyai sejumlah unsur, di mana unsur-
unsur kalimat dalam bahasa Indonesia tersebut terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Selain unsur, kalimat pun mempunyai sejumlah pola kalimat dasar beserta contohnya, di
mana pola tersebut terdiri atas S-P, S-P-O, S-P-O-K, dan lain sebagainya.
Kalimat juga mempunyai sejumlah ciri khusus, di mana ciri-ciri kalimat dalam bahasa Indonesia
yang dimaksud adalah:
 Merupakan sebuah kesatuan bahasa yang terbentuk oleh fonem, morfem, kata, frasa, dan juga
klausa.
 Dapat berdiri sendiri.
 Mempunyai pola intonasi akhir.
 Adanya penggunaan huruf kapital dan penggunaan tanda baca.
 Pola dasarnya beragam, bisa S-P, S-P-O-K, maupun pola-pola lainnya.

Klausa
Klausa merupakan suatu gabungan dua kata atau lebih yang mempunyai predikat dan berpotensi
menjadi suatu kalimat. Klausa sendiri terkadang sering disamakan dengan frasa. Padahal, antara frasa
dan klausa mempunyai sejumlah perbedaan, di mana salah satunya adalah unsur predikat yang mana
klausa memiliki unsur tersebut, sedangkan frasa tidak mempunyainya.
Seperti halnya kalimat, klausa dalam bahasa Indonesia pun juga mempunyai sejumlah ciri,
yaitu:
 Mempunyai satu predikat.
 Tidak mempunyai pola intonasi akhir.
 Diawali huruf kapital, namun tidak mempunyai tanda baca di dalamnya.
 Bila diberi tanda baca dan pola intonasi akhir, maka klausa tersebut akan berubah menjadi
suatu kalimat.
 Mempunyai pola S-P di dalamnya.
Perbedaan Kalimat dan Klausa
Dari pemaparan di atas, kita bisa menemukan letak perbedaan diantara dua satuan bahasa
tersebut. Adapun letak perbedaan tersebut adalah:
 Kalimat merupakan suatu kesatuan bahasa yang dibentuk oleh beberapa satuan bahasa,
termasuk klausa. Sementara itu, klausa merupakan salah satu satuan bahasa yang
membentuk adanya suatu kalimat.
 Kalimat mempunyai pola intonasi akhir dan tanda baca di dalamnya. Sementara itu, klausa
tidak mempunyai kedua unsur tersebut di dalamnya. Kalaupun klausa ditambahkan dengan
dua unsur tersebut, maka klausa tersebut sudah tidak menjadi klausa lagi, melainkan sudah
menjadi jenis-jenis kalimat.
 Baik kalimat maupun klausa, sama-sama mempunyai pola yang khusus di dalamnya. Kalimat
mempunyai pola yang variatif, di mana kalimat bisa ditulis dengan pola S-P, S-P-O, S-P-K, S-
P-Pel, dan pola-pola kalimat dasar lainnya. Sementara itu, klausa hanya mempunyai satu pola
yang sangat sederhana dalam penulisannya, di mana klausa hanya mengandung pola S-P di
dalamnya.
Secara garis besar, kita bisa simpulkan bahwa perbedaan kalimat dan klausa dalam bahasa
Indonesia terdiri atas tiga faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain bentuk dari kedua unsur
tersebut, ada tidaknya kandungan pola intonasi akhir dan tanda baca di dalamnya, dan yang terakhir
adalah pola-pola khusus yang digunakan dalam penulisannya.

Unsur-Unsur Kalimat
Subjek / Subyek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat, di samping unsur predikat.
Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat
inversi. Subjek umumnya berwujud nomina. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini :
a) Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
b) Dia datang dari Bogor.
c) Agnes Monica adalah seorang penyanyi terkenal.
d) Pak Aldy pergi ke Malaysia.

Dari contoh kalimat di atas, peserta audisi itu, dia, Agnes Monica dan Pak Aldy adalah contoh
dari subjek. Selain itu ada pula subjek yang tidak berupa nomina. Perhatikan contoh di bawah ini :
a) Berwudlu harus dilakukan sebelum sholat.
b) Lima adalah sebuah angka.
c) Sakit bisa dialami semua orang.
Ciri-ciri subjek :
– Jawaban atas pertanyaan ‘apa’ atau ‘siapa’.
– Disertai kata ‘itu’.
– Didahului kata ‘bahwa’.
– Mempunyai keterangan pewatas ‘yang’ (penghubung dengan menggunakan kata ‘yang’).
– Tidak didahului preposisi seperti ‘dari’, ‘dalam’, ‘di’, ‘ke’, ‘kepada’, ‘pada’.
– Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek yang merupakan inti
dari kalimat. Unsur pengisi predikat suatu kalimat dapat berupa Kata, misalnya verba, adjektiva, atau
nominal, numeral dan preposisional. Selain itu dapat pula berupa Frasa, misalnya frasa verbal, frasa
adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan). Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Qiqi belajar di kamar.
b. Ibu memasak tumis kangkung.
c. Aldy sedang membaca Koran.
Dari contoh di atas, kata belajar, memasak dan membaca merupakan contoh dari predikat.

Ciri-ciri predikat :
– Jawaban atas pertanyaan ‘Mengapa’ atau ‘Bagaimana’.
– Dapat berupa kata ‘Adalah’ atau ‘Ialah’.
– Dapat diingkarkan yang diwujudkan oleh kata ‘Tidak’.
– Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas seperti ‘telah’, ‘sudah’, ‘sedang’, ‘belum’, ‘akan’,
‘ingin’, ‘hendak’, ‘mau’, dll.

Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat
yang berkatagori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama,
subjek, predikat, dan objek. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya
dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan
kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina. Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Adik bermain layangan .
b. Aldy membeli sebuah buku.
c. kelinci itu memakan wortel.
layangan, sebuah buku, dan wortel pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek.
Ciri-ciri objek ini sebagai berikut:
– Langsung di belakang predikat.
– Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
– Tidak didahului preposisi.
– Didahului kata ‘bahwa’.

Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan pada ke dua unsur kalimat ini adalah :
bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat, menempati posisi di belakang
predikat dan tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak
menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Contoh kalimat pelengkap :
Indonesia berdasarkan Pancasila.
b. Aldy ingin selalu berbuat kebaikan.
c. Kaki Aji tersandung batu.
d. Mahkota itu bertahtakan berlian.
Berikut ciri-ciri pelengkap:
– Di Belakang Predikat

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap
masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Anggi mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya kacamata baru.
Unsur kalimat buku baru dan kacamata baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului
predikat.
– Tidak Didahului Preposisi

Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan
tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa
ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan untuk.
Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena,
meskipun,supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan:
– Bukan Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
– Tidak Terikat Posisi (memiliki kebebasan tempat di awal/ di akhir , atau di antara subjek dan
predikat).
– Jenis Keterangan.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata
adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan
malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti
kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat,
sewaktu, dan ketika.
contoh : Minggu depan akan dilaksanakan ujian tengah semester.

2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti
di, pada, dan dalam.
contoh : Super Junior akan konser di Indonesia.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang
berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
contoh : Ibu memotong bawang dengan menggunakan pisau.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa
ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
contoh : Ibu menyuruhku cepat pulang karena cuaca sudah mendung.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai
oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Contoh : Sebelum berangkat ke sekolah, Ricky menyisir rambutnya agar terlihat rapi

6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Margareta, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari
keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan
keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh : Rizaldi, mahasiswa tingkat tiga, mendapat beasiswa.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,
keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak
dapat ditiadakan.
Contoh : Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.

Kalimat Tungal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat atau satu klausa.
1. Unsur – unsur Kalimat Tunggal
Inti suatu kalimat dibentuk subjek, predikat, objek dan pelengkap.
2. Jenis – jenis Kalimat Tunggal
a. Kalimat Nominal
Kalimat tunggal nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh:
Ayahnya guru di SMA.
S p K
Kakaknya pemain bola.
S P

Kalimat Verbal
Kalimat tunggal verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh:
Budi tidur di kelas.
S P K
Shinta menangis semalaman
S P K

Kalimat Adjektival
Kalimat ini memiliki Predikat yang berupa kata sifat.

Contoh:
Ayahnya baik
S P

Rumahnya sangat besar


S P

Kalimat Numeral
Kalimat tunggal numeral memiliki predikat berupa kata bilangan.
Contoh:
Yang datang 10 orang
S P
Bukunya hanya 2 buah
S P

Kalimat Preposisional
Kalimat ini predikatnya berupa kata depan atau preposisioanal.
Contoh:
Ibunya dari Jawa Barat
S P
Budi di dalam kamarnya
S P

Perluasan Kalimat Tunggal


Perluasan kalimat tunggal bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Menambahkan unsur baru seperti keterangan atau pelengkap.
Contoh:
Pemburu membakar hutan kemarin malam
S P O K
Kalimat tersebut mengalami perluasan dengan ditambahkan keterangan waktu kemarin
malam.
2. Memperluas unsur-unsur yang ada seperti subjek dan predikat.
Contoh:
Paman yang tinggal di Bandung akan datang
S P
Kalimat tersebut mengalami perluasan pada unsur subjek.

Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki 2 klausa atau lebih yang digabungkan kedalam
satu kalimat dengan menggunakan Konjungsi atau kata penghubung. Kalimat majemuk digolongkan
menjadi 3 jenis kalimat yaitu kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran.

a. Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang memiliki 2 klausa yang sejajar atau sederajat.
Kalimat ini biasanya dihubungkan dengan konjungsi berupa dan, lalu, kemudian, tetapi, atau, bahkan.
Ayah membaca Koran dan ibu menonton televisi.
Klausa1= Ayah membaca ; Klausa 2= Ibu menonton televisi
Contoh:
Budi pergi ke sekolah sedangkan Andi tinggal di rumah.
Budi anak yang pintar, tetapi kakaknya lebih pintar.
Angga tidak lulus ujian, karena dia tidak belajar.
Budi anak yang pintar, bahkan gurunya pun mengakuinya.
Setelah membersihkan pekarangan rumah, kemudian dia membakar sampah.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk ini memiliki 2 klausa yang hubungannya tidak sejajar. Di dalam kaliamat ini
terdapat klausa yang berkedudukan sebagai induk kalimat dan anak kalimat. konjungsi penghubung
kalimat ini adalah jika, ketika, walaupun, bahwa, bagaikan, sebab, sehingga dan dengan.
Para petani pergi ke sawah sebelum matahari terbit
Induk kalimat= Para petani pergi ke sawah ; anak kalimat= matahari terbit
Contoh:
Aku sudah tertidur, ketika ayahku pulang.
Jika aku menjadi juara kelas, Ayah akan memberiku hadiah.
Walupun dia sangat kaya, hidupnya sederhana.
Wanita yang memakai baju merah itu temanku waktu waktu kecil.
Tingkah lakunya menunjukan bahwa dia anak yang nakal.

c. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang menghubungkan kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Biasanya kalimat majemuk campuran memiliki klausa lebih dari 2.
Contoh 1:
Pekerjaan itu telah selesai ketika ayahku datang dan ibu sudah menyiapkan makan malam.
Induk kalimat= Pekerjaan itu telah selesai.
Anak kalimat= Ayah datang.
Anak kalimat= Ibu sudah menyiapkan makan malam.
Contoh 2:
Indonesia negara maritim, tetapi Indonesia menghadapi kendala serius dalam hal tekhnologi
sehingga pemanfaatannya tidak optimal.
Semua temanku telah pulang, ketika aku datang padahal hari masih cerah.
Pamanku memberitahukan bahwa dia akan dataang dan aku sangat senang.
Ketika aku perampokan itu terjadi, aku sedang tertidur sedangkan ayahku tidak ada di rumah.
Penggabungan kalimat
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggabungan kalimat
1. Menentukan gagasan yang dikandung oleh kalimat – kalimat yang akan digabungkan itu apakah
kedudukannya setara atau bertingkat.
2. Menggunakan kata penghubung yang tepat

Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah sebuah kalimat yang subjek (S) berperan sebagai pelaku yang secara aktif
melakukan suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat (P) kepada objek (O) atau kalimat yang
Subjeknya (S) berperan sebagai pelaku/yang melakukaan tindak atau perbuatan dan P (predikat)
menyatakan kelakuan atau perbuatan Subjek tadi dan Objek (O) sebagai pederita dari Subjek.
Kalau kita gambarkan dalam bentuk kalimat Tanya adalah sebagai berikut :
Subjek (S) = Siapa?
Predikat (P) = Mengapa?
Objek (O) = Apa?

contoh:
Bupati membuka pameran = (S)Bupati (P)membuka (O)pameran
Dodi menyirami bunga.
Ayah membeilkanku sepatu.
Fatan memakai pensilya Dina.

Ciri-ciri kalimat aktif:


1.    Pada kalimat aktif subjek melakukan suatu tindakan yang langsung mengenai
objeknya.
2.    Predikat kalimat aktif selalu diawali dengan imbuhan Me- atau Ber-
3.    Ada kalimat aktif yang memerlukan objek
4.    Ada kalimat aktif yang tidak memerlukan objek. Setelah mendapat predikat subjek ditambah
pelengkap atau keterangan.
5.    Kalimat Aktif memiliki pola S-P-O-K atau S-P-K
Jenis-jenis kalimat aktif:
a. Kalimat aktif Transitive
Kalimat aktif intransitive adalah kalimat aktif yang memerlukan sebuah objek yang mendapatkan
tindakan dari subjeknya. Predikatnya berupa kata kerja yang berawalan me- dan segala alomorfnya
dan gabungan perfiks me-i, me-kan, memper-i, dan memper-kan.
Contoh 1 :
Ibu memasak sayuran di dapur
S              P              O           K
“Sayuran” merupakan objek yang dikenai tindakan oleh subjek ibu.

Contoh 2 :
Ayah memberi aku uang saku
Ayah (Subjek) + Memberi (Predikat) + Aku (Objek) + uang saku (Keterangan)

Contoh yang lain


-       Waktu akan membawa keberuntungan, jika bisa menggunakannya.
-        Kami ingin melihat setinggi apa anda bisa meloncat dikemudian hari?
-        Aku tak pernah memiliki kebijakan.
-         Ayah membaca koran.
-          Pahlawan telah mempertaruhkan jiwa raganya demi negara.
-          Ia memperbaharui surat izin usahanya.

b. Kalimat aktif Intransitive


Kalimat ini objeknya tidak dimunculkan sebagai penerima perbuatan subjek. Namun biasanya kalimat
ini diikuti oleh pelengkap dan keterngan.  Kalimat ini biasanya memiliki Pola S-P atau S-P-K. Predikat
kalimat intransitif berupa kata berawalan ber- dan ada beberapa yang berawalan me-.
Contoh 1 :
Iwan sedang menulis di dalam kamar.
= Iwan (Subjek) Menulis (Predikat) di dalam kamar (Keterangan)
Contoh 2 :
Nenek sedang menjahit dengan sangat hati-hati.
= Nenek (Subjek) Menjahit (Predikat) hati-hati (Keterangan)
Contoh 3 :
Meli belajar dengan giat.
= Meli (Subjek) Belajar (Predikat) dengan giat (Keterangan)

Contoh yang lain :


-          Mobil besar itu menepi.
-          Arsyi sedang membaca buku di perpustakaan.
-          Nela sedang mengukir kayu dengan telaten.
-          Adik belajar dengan tekun.
-          Hidup adalah impian

c. Kalimat aktif ekatransitive


Kalimat ini memerlukan objek namun tidak memiliki pelengkap. Dengan kata lain, Kalimat ini
hanya memiliki 3 unsur yaitu Subjek, Predikat dan Objek. 
Contoh: 
Andi membaca sebuah majalah
Ayah memperbaiki motor
Ibu menanak nasi. 

d. Kalimat aktif dwitransitif


Kalimat ini memiliki satu predikat  dan mengharuskan kehadiran objek dan pelengkap. kalimat aktif
dwitransitif mempunyai empat unsur Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Pelengkap (Pel). Jika
salah satu dari ke empat unsur ini tidak terenuhi, maka kalimat menjadi rancu atau kehilangan makna. 
Contoh:
Ayah mengirimi uang kepada nenek setiap bulan.
Budi selalau mengunjungi ibunya yang ada di luar negeri. 
Kakakku menguras bak air seminggu sekali.
(Ali, Lukman 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa).

Pengertian Kalimat Pasif


Kalimat pasif adalah salah satu jenis kalimat yang berdasarkan pada subjek kalimat tersebut. Dalam
kalimat pasif, subjek berperan sebagai korban yang dikenai suatu tindakan. Predikat pada kalimat ini
biasanya bermibuhan di- ataupun ter-. Kalimat ini juga merupakan perubahan dari kalimat aktif,
khususnya contoh  kalimat aktif transitif.

Ciri-Ciri Kalimat Pasif

Kalimat ini mempunyai sejumlah ciri, yaitu:

 Subjek berperan sebagai penderita atau dikenai suatu perbuatan.


 Predikatnya berimbuhan di-, ter- ke-an, dan ter-an.
 Predikatnya bisa berupa jenis-jenis kata ganti orang yang diikuti kata kerja tak berimbuhan.
 Objek pada kalimat pasif adalah subjek pada kalimat aktif.
 Biasanya terdapat kata oleh atau dengan di dalamnya. Meski begitu, dua kata tersebut dapat
dihilangkan dan makna kalimatnya tidak akan berubah.

Jenis-Jenis Kalimat Pasif

Selain ciri, jenis kalimat ini mempunyai sejumlah jenis dan contohnya, yaitu:
Jenis Kalimat Pasif Berdasarkan Objeknya:

a. Kalimat Pasif Transitif

Merupakan kalimat yang predikatnya mempunyai objek. Adapun pola dasar kalimat ini adalah O-P-S
atau O-P-S-K. Contoh:

 Ikan dimakan kucing. (O= ikan, P= dimakan, S= kucing)


 Genting rumah diperbaiki Ayah agar tidak bocor lagi saat hujan nanti. (O= genting rumah, P=
diperbaiki, S= Ayah, K= agar tidak bocor lagi saat hujan nanti)

b. Kalimat Pasif Intransitif

Merupakan kalimat yang predikatnya tidak berobjek. Adapun pola dasar kalimat ini adalah S-P atau S-
P-K. contoh:

 Buah apel dijual di toko buah. (S= buah apel, P= dijual, K= di toko buah)
 Andi terjath. (S= Andi, P= terjatuh)

Jenis Kalimat Pasif Berdasarkan Predikatnya:

a. Kalimat Pasif Tindakan

Merupakan kalimat pasif yang predikatnya merupakan suatu tindakan atau perbuatan. Adapun predikat
ini biasanya berupa jenis-jenis kata kerja berimbuhan di-, ter, ke-, atau kata ganti. Contoh:

 Tikus itu ditangkap seekor kucing.


 Ban motorku tertusuk paku yang ditebarkan oleh pemilik tambal ban yang tidak bertanggung
jawab.
 Saudara kami bawa ke kantor polisi.

b. Kalimat Pasif Keadaan

Merupakan jenis kalimat pasif yang merupakan keadaan yang menerangkan kondisi subjek. Adapun
predikat pada kalimat pasif ini biasanya adalah contoh kata dasar berimbuhan ke-an. Contoh:

 Kami ketakutan saat hendak melintasi jalan raya itu.


 Rumahnya kemalingan tadi malam.

Selain empat jenis di atas, masih ada beberapa jenis kalimat pasif lain yang patut untuk diketahui,
yaitu:

a. Kalimat pasif biasa: merupakan hasil transformasi dari kalimat aktif transitif. Predikat pada
kalimat ini biasanya berimbuhan di-, ter-, dan ke-an. Contoh: Nasi ditanak Ibu.
b. Kalimpat pasif zero: merupakan kalimat yang predikatnya tidak berimbuhan awalan, namun
berimbuhan akhiran. Adapun imbuhan akhiran yang adalah akhiran -kan. Objek pada kalimat
ini adalah objek pelaku yang didampingi predikat berimbuhan akhir -kan. Contoh: Aku
serahkan amanah ini kepadamu. (Objek Pelaku= aku) . (Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia)

Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat
sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah
ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau
pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Karakteristik Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak tujuh syarat berikut,
yaitu adanya:

Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata
depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a.    Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b.    Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a.    Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b.   Saat itu bagi saya kurang jelas.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a.   Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.   Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi
kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan
penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a.   Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.  Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a.      Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b.      Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a.      Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b.      Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh:
a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari
bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara
menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah
menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar. Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar .
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap
kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat
dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi. Kalimat
(b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu
rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan ten tang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri. Kalimat ini
salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat
itu dapat diubah menjadi Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab
b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-
kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya
kalimat itu berbentuk
a.     Surat itu sudah saya baca.
b.     Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c.     Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a.     Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b.     Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a.      Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b.      Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk
akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
(Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.)

Ciri-ciri Kalimat Tidak Efektif:


a. Kalimat tidak efektif terdapat dua kunjungsi pada suatu kalimat yang memiliki dua klausa.
b. Kalimat tidak efektif terdapat kunjungsi setelah tanda koma.
c. Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang diawali dengan kunjungsi.
d. Kalimat yang diawali dengan preposisi kemudian diikuti oleh predikat yang berimbuhan me.
e. Kalimat tidak efektif tidak sesuai EYD
f. Kalimat tidak efektif bahasanya terkadang tidak logis.
(Samsuri. 1987. Analisis bahasa. Jakarta : Erlangga)

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:


a. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
b. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan
yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan
bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau,
tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di
dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan
satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak
boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.(Tarigan, Henry Guntur.1989.
Pengajaran Tata Bahasa Tagmimik. Bandung:Angkasa)

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan
sangat lain, bila dikatakan:
a. Buat Papa menulis surat saya.
b. Surat saya menulis buat Papa.
c. Menuis saya surat buat Papa.
d. Papa saya buat menulis surat.
e. Saya Papa buat menulis surat.
f. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu
terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang
satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian
bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi,
maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
Cara membedakan kalimat efektif dan tidak efektif tentu tidak sulit, cukup melihat dari kedua ciri-ciri
yang ada pada masing-masing kalimat. Karena ciri-ciri tersebut sudah cukup bisa menjadi pembeda.
Selain itu, perhatikan baku dan tidaknya kalimat, jika efektif maka akan baku, tetapi jika tidak efektif
tidak baku, justru cenderung tidak mengikuti aturan EYD.
(Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistic. Jakarta : Gramedia
1987. Sintaksis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.)
Contoh kalimat tidah Efektif :
KALIMAT EFEKTIF KALIMAT TIDAK EFEKTIF
Seluruh mahasiswa dikenakan Baik mahasiswa lama atau
peraturan yang sama mahasiswa baru dikenakan
peraturan yang sama
Banyak anak bermain bola Banyak anak-anak bermain bola
Kedua anak itu saling berpegangan Kedua anak itu saling berpegang-
tangan pegangan tangan
Para tamu di harap tenang Kepada para tamu di harap tenang
Aris membeli pulsa untuk kakaknya Aris membelikan pulsa kakaknya
Dalam seminar itu dibicarakan Dalam seminar itu membicarakan
pentingnya generasi bermoralitas tingg tentang pentingnya generasi
bermoralitas tinggi
Masjid itu sedang dibangun oleh warga. Masjid itu sedang dibuat oleh warga.
Sampah itu sudah dibuang oleh saya Sudah saya buang sampah itu.
Saya tidak mengetahui Saya tidak mengetahui di mana dia
persembunyiannya bersembunyi

BAB VII
Hakikat Paragraf

Pengertian Paragraf
Sebuah paragraf adalah adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf
ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang
dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh
pilcrow. Paragraf yaitu sekumpulan kalimat yang saling berjaitan antar kalimat satu dengan yang
lainnya. Paragraf dapat disebut juga sebagai karangan singkat, hal ini karena dalam bentuk
tersebut penulis dapat menuangkan ide-ide sehingga membentuk suatu topic pembicaraan.
Menurut penganalisaan beberapa sumber yang memberikan keterangan tentang paragraf, maka
dapat disimpulkan bahwa paragraph adalah kesatuan kalimat yang mengandung gagasan yang
tersusun secara sistematis untuk menyampaikan makna kalimat. Gagasan yang dimiliki suatu
paragraf hanya memiliki satu pikiran utama atau ide pokok. Pikiran utama yang terdapat dalam
paragraf dapat diletakkan diawal atau diakhir kalimat. Dapat menggunakan pola deduktif, (umum-
khusus) dan pola induktif (khusus-umum).
Karateristik paragraf yang baik
Kalimat pertama bertakuk (block style) ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan
biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah,
skripsi, desertasi, dll. Karangan berbentuk lurus dan tidak bertakuk ditandai dengan jarak spasi
merenggang, satu spasi lebih banyak daripada antar baris lainnya.
Ciri-ciri paragraf
- Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topic
- Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat
pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama
yang ada dalam kalimat topic
- Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam kalimat
penjelas. Kalimat ini berisi detail - detail kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat -
kalimat topik. Paragraf hanya besiri satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap
kalimat penjelas berisi detail yang sangat spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas
lainnya.

Syarat paragraf yang baik


Paragraf yang baik adalah paragraf yang memperhatikan unsure kehidupan, kesatuan, dan
kelengkapan paragraf.
- Kepaduan paragraf
Dalam paragraf dikenal istilah koherensi atau kehidupan. Setiap paragraf seharusnya berisikan
kumpulan kalimat yang saling berhubungan satu sama lain secara padu, tidak terdiri sendiri
dan terlepas satu sama lain.
- Kesatuan paragraf
Setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan yang diwujudkan dalam kalimat utama. Jika
dalam paragraf terdapat lebih dari satu gagasan utama, maka pembahasan dalam gagasan
utama pada paragraf tidaklah berfokus pada apa yang ingin disampakan. Maka kumpulan
kalimat tersebut bukanlah sebuah paragraf yang baik.
- Kelengkapan paragraf
Sebuah paragraf dapat dikatakan paragraf yang baik jika terdapat kalimat-kalimat penjelas
secara lengkap didalamnya.
Kalimat Utama dan Penjelas dalam Paragraf
Kalimat utama atau disebut juga dengan kalimat topik adalah kalimat yang mengandung
gagasan utama mengenai suatu topik yang sedang dibahas di dalam sebuah paragraf. Kalimat
utama menjadi acuan untuk mengembangkan suatu paragraf.
Ciri-ciri kalimat utama:
a. Kalimat utama mengandung suatu permasalahan yang bisa dikembangkan secara terperinci.
b. Kalimat utama merupakan suatu kalimat yang utuh atau bisa berdiri sendiri tanpa adanya
penghubung baik penghubung antar kalimat maupun penghubung intra kalimat.
c. Biasanya kalimat utama terletak di awal paragraf. Namun pada kalimat induktif kalimat utama
terletak di akhir suatu paragraf dan biasanya menggunakan kata-kata berupa: “Sebagai
kesimpulan, Jadi…, Dengan demikian…”
d. Mempunyai arti yang jelas walaupun tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang isinya merupakan penjelasan, uraian, atau berupa
rincian-rincian detail tentang kalimat utama suatu paragraf. Ciri-ciri kalimat penjelas:
a. Berupa pendukung suatu kalimat utama yang menyajikan deskripsi, contoh, perbandingan, alasan
dan penjelasan mengenai topic yang dibahas.
b. Merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
c. Kalimat penjelas memerlukan kata-kata penghubung seperti “Bahkan, contohnya, terlebih lagi,
misalnya, contohnya dan lain-lain”. kalimat-kalimat penjelas membutuhkan kata penghubung agar
suatu paragraf menjadi Koherence atau berkesinambungan antar kalimat.
Contoh:
- Paragraf 1
Demam berdarah merupakan ancaman bagi manusia di seluruh belahan dunia.
Banyak kasus demam berdarah yang terjadi di seluruh dunia. Jumlah kasus demam
berdarah yang paling tinggi di tempati oleh Asia terutama di Asia timur dan selatan. Hal ini
disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi sehingga memungkinkan nyamuk
dengue berkembang. Sedangkan Australia dan Amerika menempati peringkat ke 2 dan
ke 3 dalam kasus demam berdarah. Jumlah kasus demam berdarah di benua ini lebih
kecil karena letak geografis dan iklimnya yang membuat nyamuk dengue susah untuk
berkembang.
Pada paragraf di atas semua kalimat membicarakan tentang demam berdarah.
Berdasarkan ciri-ciri yang telah kita pelajari sebelumnya. kita bisa melihat kalimat pertama
merupakan sebuah kalimat yang utuh. sedangkan kalimat-kalimat setelahnya bersifat
mendukung dengan memberikan contoh, alasan, dan bukti yang merupakan ciri dari
kalimat penjelas.
Jadi bisa di pastikan bahwa kalimat utama pada paragraf di atas ada pada kalimat
pertama sehingga paragraf ini disebut paragraf deduktif.
Kalimat utama: Demam berdarah merupakan ancaman bagi manusia di seluruh belahan
dunia.
Kalimat Penjelas: Ada di kalimat ke 2 hingga ke 6.
- Paragraf 2
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi tingginya kolesterol di dalam tubuh. Sebagai
pemicunya adalah banyaknya lemak yang kita konsumsi salah satunya adalah dari
minyak goreng. Kolestrol yang menumpuk ini akam meyumbat alairan darah kita
sehingga akan menggangu kerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Sehingga akan menyebabkan penyumbatan darah. Dengan demikian, kolesterol
merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
Paragraf di atas membicarakan tentang Bahaya kolesterol bagi tubuh. kalimat
pertama, hingga kalimat keempat merupakan kalimat penjelas. Pada kalimat pertama
penulis mengajukan sebuah fakta dan di djelaskan oleh kalimat-kalimat selanjutnya.
kemudian di bagian akhir penjelasan-penjelasan tersebut dirangkum dalam satu kaliamt
di kalimat terakhir dicirikan dengan adanya kata “Dengan demikian”
Berdasarkan penjelasan dan contoh di atas, kalimat utama dari paragraf tersebut terletak
di akhir paragraf sehingga paragraf ini disebut dengan paragraf Indukif.
Kalimat utama: Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit
jantung koroner.
Kalimat penjelas: ada pada kalimat 1 hingga kalimat 4.
Paragraf Deduktif
Jenis ini memiliki gagasan atau pikiran utama di bagian awal rangkaian kalimat. Biasanya, pada
paragraf deduktif, gagasan utamanya berada di kalimat pertama. Sementara itu, kalimat-kalimat
lainnya berisi penjelasan yang mendukung gagasan utama yang telah dipaparkan di awal. ,
contohnya sebagai berikut :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu
harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya untuk membuka usaha baru.
Merk smartphone sekarang banyak sekali pilihannya seiring bertambahnya perusahaan
teknologi yang berdiri. Ada beberapa merk smartphone yang terkenal di antara kita contohnya
Samsung, Apple, Xiaomi dan Oppo. Meskipun begitu janganlah menghamburkan uang untuk
membeli smartphone yang tidak kita butuhkan, belilah sesuai dengan kebutuhan.
Paragraf Induktif
Berkebalikan dengan yang sebelumnya, gagasan utama pada jenis paragraf induktif baru bisa
ditemukan di bagian akhir dari rangkaian kalimat dan lebih sering berada di kalimat terakhir.
Gagasan utama di akhir ini bersifat menyimpulkan inti dari kalimat-kalimat penjelas yang berada
di kalimat sebelumnya. Contoh dari kalimat induktif adalah:
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa
bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar. Informasi tersendat-
sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dan efisien.
Perkembangan game pada zaman ini sangatlah pesat, kita mengenal game PS4 seperti GTA,
PES, FIFA dan game yang bisa dimainkan di smartphone. Bermain permainan semacam itu
memang sangat mengasyikkan, grafiknya yang sudah mendekati nyata terlebih bisa bermain
secara online bersama dengan yang lainnya.
Waktu demi waktu tak terasa kita tenggelam dalam permainan tersebut. Berbeda waktu kita
SD, mungkin kita hanya mengenal PS 1 dan grafiknya biasa-biasa saja atau permainan di Hp
yang Cuma berukuran paling besar 1 MB.
Paragraf Narasi (Paragraf yang Menceritakan)
Isi dari jenis paragraf ini bersifat menceritakan suatu hal secara kronologis. Untuk yang bersifat
naratif, tiap kalimatnya disusun secara runtut sehingga memudahkan pembaca
membayangkan kejadian atau peristiwa yang tengah diceritakan. Karena sifatnya yang
“bercerita”, pembaca akan menemukan sudut pandang dalam kalimat-kalimat di paragraf
tersebut. Jenis ini biasanya dijumpai pada cerpen, novel, ataupun prosa bebas lainnya. Berikut
ini contoh paragraf narasi:
Jam istirahat Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah.
Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitkan dan kembali
menulis. Asyik sekali seakan di ruang perpustakaan hanya ada dia.
Pak Haji adalah orang yang paling dihormati di kampungku dan dia adalah ayahku. Setiap pagi
kami selalu melakukan olahraga jogging. Ketika lewat pasar, kami disapa oleh para penjual
dan pembeli. Dan terakhir melewati pemukiman warga kami disapa bahkan dikasih minum.
Meskipun begitu, Pak Haji tidak pernah sombong.
Paragraf Deskripsi (Paragraf yang Menggambarkan)
Jenis paragraf yang satu ini bertujuan membuat pembaca dapat merasakan ataupun
membayangkan hal yang dideskripsikan secara jelas dan nyata, seolah-olah pembaca dapat
melihat, mendengar, ataupun mencecap objek yang dijelaskan tersebut. Karena itulah, isinya
merupakan gambaran lengkap dari sebuah objek yang disusun dalam kalimat-kalimat,
contohnya seperti:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit
wajahnya yang kuning tampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang
tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.
Kucing yang berada di pojok warung itu memiliki warna bulu hitam dengan variasi abu-abu.
Tubuhnya kotor dan kurus, matanya berbinar seakan sedang mencari makanan yang jatuh dari
pelanggan. Bahkan, tampaknya tubuhnya pun sangat lemas.
Paragraf Argumentasi (Paragraf yang Berisi Pendapat)
Jenis paragraf yang bertujuan memberikan pandangan kepada para pembacanya ini tidak
hanya menyajikan fakta ataupun isu permasalahan dalam isinya, namun juga memberikan
pendapat-pendapat dari sang penulis. Jadi, data maupun fakta hanyalah pelengkap dari opini
sang penulis. Pada jenis paragraf argumentasi, akan dijumpai kesimpulan dari rentetan
pendapat penulis di dalam rangkaian kalimat tersebut. Kesimpulan tersebut cenderung
diletakkan di akhir paragraf. contoh dari paragraf argumentasi :
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan
demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992)
bahwa anak-anak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari
nafkah oleh orang tuanya.
Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di
perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada
orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga.
Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan
anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat dimana-mana.
Bermain game merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat bagi kita. Dengan bermain
game, segala stress dan galau kita akan terobati. Banyak game yang bisa kita mainkan,
terutama hadirnya smartphone memudahkan kita untuk memilih permainan. Terlepas
banyaknya yang kontra dari game, ternyata game memiliki banyak sekali manfaat untuk kita.
Paragraf Eksposisi (Paragraf yang Menjelaskan)
Paragraf eksposisi adalah jenis paragraf yang isinya berupa penjelasan untuk memaparkan
fakta-fakta yang ada. Karena fakta yang menjadi dasarnya, tulisan-tulisan eksposisi cenderung
bersifat ilmiah. Tujuannya adalah memberikan informasi yang detail kepada pembaca. Ciri-
cirinya adalah memiliki fakta yang jelas dari berita ataupun penelitian dan tidak mencampurkan
pendapat penulis di dalamnya. Model seperti ini cenderung dijumpai pada artikel-artikel berita.
Contoh dari paragraf eksposisi adalah sebagai berikut:
Ciplukan adalah tumbuhan semak yang biasa tumbuh di tanah-tanah kosong dan tidak terlalu
becek dan hanya bisa ditemukan saat musim penghujan. Tumbuhan ini biasanya mempunyai
tinggi antara 30 hingga 50 cm, batangnya berwarna hijau kekuningan, buahnya berbentuk
bulat dan berwarna kuning.
Selain mempunyai rasa yang manis, ternyata buah ciplukan menyimpan beberapa khasiat
penting untuk menyembuhkan beberapa penyakit.
Handphone sudah berkelana kemana-mana. Mulai dari anak usia 7 tahun atau bahkan lebih
kecil lagi hingga ke orang dewasa. Bahkan, handphone sudah menjadi pegangan di setiap
harinya. Handphone sangat mempermudah kita ketika dalam kesulitan entah dalam translate
paragraf atau cara memasak kita dapat akses di gadget dengan mudahnya.
Paragraf Persuasi
Hampir sama dengan paragraf argumentasi, paragraf persuasi biasanya menampilkan
pendapat-pendapat dari sang penulis terhadap suatu berita atau isu tertentu. Perbedaannya,
kalimat-kalimat yang isinya bertujuan memengaruhi pembaca ini cenderung mengandung kata-
kata ajakan atau imbauan, seperti ayo dan mari. Kata dan gaya bahasa yang digunakan pun
dipilih yang semenarik mungkin untuk semakin meyakinkan pembaca atas ajakan tersebut.
Contoh paragraf persuasi:
Mari kita kembali jaga lingkungan kita dari berkembang biaknya nyamuk demam berdarah.
Dengan selalu menjaga lingkungan tetap bersih dan melakukan 3P yaitu, pembuangan,
pengurasan dan penyemprotan, kita akan senantiasa terjaga dari penyakit tersebut.
Susu sangat baik untuk kesehatan kita. Susu mengandung banyak kalsium yang sangat
berguna untuk pertumbuhan tulang kita. Selain itu, susu juga memiliki banyak protein yang bisa
membantu meningkatkan kecerdasan otak kita. Oleh karena itu, marilah kita perbanyak minum
susu.
Pola Pengembangan Paragraf
1. Klimaks-Antiklimaks
a. Klimaks adalah perincian gagasan cerita dari bawah menuju gagasan cerita yang paling
puncak. Bisa juga diartikan sebagai bagian dalam cerita yang mendeskripsikan peristiwa
sampai pada konflik yang paling tinggi.
Contoh :
Setelah cobaan bertubi-tubi menimpa Arifin dalam pencarian Istrinya, akhirnya ia mengetahui
istrinya berada di kamp. Tahanan politik di pulau Buru. Tak terhitung tetesan air mata dan
darah yang mengucur. Pengorbanannya terbayar sudah. Ia bisa bertemu dengan Nurbaya,
istri tercintanya. Ia pun segera berlari tanpa alas kaki menuju kamp. Tahanan itu. Begitu
kagetnya ketika arifin mendapati istrinya tergeletak lemas dengan bekas tikaman pisau di
dada kirinya. Ia tak kuasa menahan tangis dan menjerit sejadi-jadinya.
b. Antiklimaks adalah variasi gagasan yang dimulai dari gagasan cerita yang paling tinggi
kemudian diikuti dengan gagasan yang lebih rendah secara perlahan-lahan. Bisa juga
diartikan sebagai penurunan masalah dalam cerita dari konflik tertinggi kemudian berangsur-
angsur menuju ke konflik terendah.
Contoh :
“Kini ia menjadi salah satu mafia kelas kakap di daerahnya. Ia sudah memiliki daerah
kekuasaannya sendiri. Tak ada yang bakal menyangka kalau penjahat itu dulunya adalah
seorang anak yang pintar dan sholeh. Entah apa yang membuatnya begini. Satu hal yang
pasti adalah, anak itu telah mengalami tahun-tahun yang buruk sehingga membuatnya
menjadi seperti ini.”
2. Sudut Pandang
Pola sudut pandang ialah pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada persepsi
berkaitan dengan posisi atau tempat penulis pada sebuah teks.
Contoh :
“Aku dilahirkan di kota tapis berseri ini. Ketika aku berumur dua tahun, ayah dan ibuku
membawaku ke sebuah kerajaan tambak udang di kabupaten tulang Bawang. Disinilah aku
pertama kalinya merasakan kehidupan sejauh yang kuingat. Karena aku tak ingat bagaimana
aku dilahirkan dan bagaimana orang tuaku membawaku ke sini.”
3. Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan adalah upaya mengamati persamaan yang dimiliki oleh dua benda atau lebih,
sedangkan pertentangan lebih banyak menonjolkan perbedaan yang ada pada dua benda
atau lebih.
Contoh :
Pemerintah telah menyediakan gas epigi 3kg dan 12 kg. Sama halnya dengan minyak
tanah, gas elpigi juga dapat digunakan untuk kegunaan rumah tangga dengan harga yang
murah. Pemerintah memandang perlu untuk mengonversikan keterbutuhan minyak tanah
ke gas elpigi karena produksi minyak tanah saat ini sangat mahal. Disamping itu,
penggunaan gas elpigi dianggap lebih praktis dan ekonomis.
4. Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang
memiliki kesamaan atau kemiripan.
Contoh :
Dalam hal belajar manusia perlu mencontoh ilmu padi. Semakin berisi maka ia akan
semakin merunduk. Begitulah seharusnya, semakin kita berilmu hendaknya diikuti dengan
kerendahan hati. Tidak sepatutnya manusia sombong atas kepintaran yang dimilikinya. Ilmu
yang sebenarnya pada hakikatnya ialah ilmu yang dapat berguna bagi banyak orang.
Kecerdasan yang sebenarnya adalah ketika kecerdasan itu dapat memberikan manfaat
bagi orang lain.
6. Pola Klausalitas
Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai rincian
pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut biasanya juga terbalik. Akibat
dapat berperan sebagai gagasan utama, sedangkan sebab menjadi rincian
pengembangannya.
a. Pola Sebab–Akibat
Contoh :
Batu akik saat ini sedang menjadi primadona. Bukan hanya dikalangan bapak-bapak saja,
bahkan ibu-ibu dan anak-anak pun juga menyukai batu permata ini. Tak heran harga batu
akik untuk jenis tertentu sangat mahal dan pedagang batu akik mendapatkan untung yang
tinggi.
b. Akibat-Sebab
Contoh :
Banyak pedagang batu akik yang meraup keuntungan yang luar biasa. Hal ini dikarenakan
kepopuleran batu akik setahun terakhir ini. Batu akik saat ini sedang menjadi primadona.
Bukan hanya dikalangan orang tua saja, bahkan ibu-ibu dan anak-anak pun juga menyukai
batu permata ini.
7. Generalisasi
Generalisasi adalah menarik kesimpulan dengan cara penalaran secara umum berdasarkan
referensi data, atau peristiwa khusus secara representatif.
a. Umum-Khusus
Contoh :
Dalam melakukan sesuatu hal butuh perencanaan yang matang. Seperti menulis agenda
pada buku catatan kecil. Selanjutnya membuat daftar agenda dari yang paling mendesak
untuk dilakukan. Berikutnya memulai dari yang paling mudah ke agenda yang tersulit.
Konsisiten terhadap agenda yang dibuat. Insya Allah agenda yang sudah terencana dapat
dilakukan dengan baik.
b. Khusus-Umum
Contoh : Ikan cupang terkenal dengan kegesitannya dalam bertarung dan bentuknya yang
mungil dan indah. Ikan Lauhan terkenal dengan motif menyerupai huruf mandari di
tubuhnya. Ikan mas koki identik dengan corak keemasannya yang indah. Memelihara ikan
hias sungguh merupakan keasyikan tersendiri bagi para pencintanya.
8. Klasifikasi
Klasifikasi adalah usaha mengelompokkan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan
ke dalam satu kategori. Dengan demikian hubungan di antara berbagai hal itu menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Contoh :
Fi’il (kata kerja) dalam bahasa arab terbagi menjadi tiga. Yakni fi’il madhi (lampau), fi’il
mudharek (sekarang dan yang akan datang), dan fi’il amar (kata kerja perintah). Masing-
masing kata kerja dari ketiganya memiliki bentuk dasar yang sama dan akan berubah
mengikuti kaidah yang berlaku dalam bahasa Arab.
9. Definisi Luas
Paragraf ini menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan
kontroversi yang membutuhkan penjelasan.
Contoh:
Sejatinya sebuah pergerakan mahasiswa terlahir dengan adanya sebuah cita-cita yang
luhur, visi- misi yang jelas, serta kemauan kuat membangun bangsa ini dari keterpurukan.
Namun, yang terjadi saat ini sangat jauh berbeda dari tujuan berdirinya sebuah pergerakan
tersebut. Pola pengkaderan yang salah atau melencengnya ideologi pergerakan membuat
arah dan tujuan berubah, langkah menjadi tidak pasti, tidak tegas dan cenderung
mementingkan kepentingan kelompok. Kampus dijadikan sebuah ladang garapan banyak
pihak yang mengaku peduli akan cita-cita revolusioner, peduli akan nasib bangsa,
pendidikan, dan lain-lain. Namun pada kenyataanya, pergerakan mahasiswa saat ini lebih
cenderung memikirkan bagaimana visi kelompok terwujud lebih cepat. Bahkan beberapa
pergerakan saat ini dijadikan sebuah sarana pengkaderan dan perpanjangan partai politik
yang mengatasnamakan gerakan peduli rakyat, demokrasi, anti korupsi dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai