Membahas Tentang :
1) Kata
2) Frasa
3) Klausa
4) Imbuhan
1. Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam
berbahasa.
Jenis-Jenis Kata
Berdasarkan ciri dan karakteristiknya kata dikelompokan menjadi kata kerja, kata
benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata
ulang, kata sambung dan kata seru.
1
Contoh:
Kris sedang menonton televise.
S P O
Rumah Pak Dan akan dijual.
S P
Maryo sudah makan tadi pagi.
S P ket.
Kata kerja dapat dikelompokan menjadi beberapa macam, yakni sebagai berikut.
1. Ditinjau dari bentunknya, kata kerja dibedakan menjadi:
a. Kata kerja dasar bebas adalah kata kerja berupa morfem dasar bebas.
Contoh: makan, mandi, tidur, duduk, pulang, pergi
b. Kata kerja turunan adalah kata kerja yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau
pemajemukan. Contoh : kehilangan, berpelukan, menari, tolong-menolong, makan-
makan, seyum-senyum, cuci mata, campur tangan, makan hati
2. Ditinjau dari hubungan dengan unsur lain dalam kalimat, kata kerja dibedakan
menjadi.
a. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek.
Berdasarkan jumlah objek yang mendampinginya, kata kerja transitif terbagi menjadi:
1) Kata kerja ekatransitif, adalah kata kerja yang di ikuti oleh satu objek.
Contoh:
2
Saya menulis surat.
S O P
Ibu sedang menjadi baju.
S P O
b. Kata kerja aragraphe adalah kata kerja yang tidak memiliki objek.
Jenis kata kerja intrasitif ini dikelompokan dalam tiga jenis berikut.
1) Kata kerja intrasitif tak berpelengkap. Kata kerja jenis ini tidak membutuhkan
pelengkap.
Contoh:
Echa berdiri di atas panggung.
S P ket.
Contoh:
3
Kata kerja aragraphe tak berpelengkap adalah membaik, pergi, terkejut, kedinginan,
memburuk, menghijau, tibul, duduk, datan, dan sebagainya.
2)Kata kerja aragraphe yang berpelengkap wajib, kehadiran pelengkap aragra
3) ta kerja ini bersifat mutlak. Bila tidak ada pelengkap, kalimat itu tidak berterima.
Contoh:
Anak itu kedapatan merokok.
S P pel.
Nasi telah menjadi bubur.
S P pel.
Contoh kata kerja aragraphe yang berpelengkap wajib adalah beratapkan, berdasarkan,
berpendapat (bahwa), kehilangan, kejatuhan, merupakan, bersendikan, berpesan
(bahwa), menyerupai.
4) Kata kerja intransitive berpelengkap manasuka. Kehadiran pelengkap pada kata kerja
jenis ini boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:
Pendapatnya sangat berharga.
S P
3. Ditinjauh dari hubungan kata kerja dengan kata benda dalam kalimat, kata kerja
dibedakan
atas:
a. Kata kerja aktif, biasanya berawalan me-, ber-, atau tanpa awalan.
Contoh:menyanyi, menulis, mencintai, berdua, berkata, makan, pergi, tidur, datang
b.Kata kerja pasif, biasanya berawalan di- atau ter-.
Contoh:ditinju, dimakan, dilamar, ditembak, terlena, tertawa, tersiksa, terbawa, terkenal
c. Kata kerja anti-aktif (aragrap) adalah kata kerja pasif yang tidak dapat diubah menjadi
kata kerja aktif. Subjek pada kata kerja ini merupakan penanggap (pihak yang merasakan,
menderita, atau mengalami).
Contoh: tembus, terantuk, kecopetan, kena pukul, kena marah
d. Kata kerja anti-pasif adalah kata kerja aktif yang tidak dapat diubah menjadi kata kerja
pasif.
Contoh: haus akan, benci terhadap, bertanam
4
4. Ditinjau dari hubungan antara kata benda yang mendapinginya, kata kerja dibedakan atas:
a. Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan yang dilakukan
oleh dua pihak secara berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.
Contoh: berkelahi, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafkan, saling memberi, saling
membenci, baku hantam, baku tembak, tolong-menolong, cubit-cubitan
b. Kata kerja non resiprokal adalah kata kerja yang tidak menyatakan perbuatan yang
dilakukan oleh dua pihak dan saling berbalasan.
Contoh: menulis, menari, menyayi, memburu
Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Berikut ini ciri-ciri kata sifat.
Dapat berhubungan dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak.
Contoh:tidak sakit, lebih sabar, sangat bagus, agak panas
Dapat mendapingi kata benda.
Contoh:sepatu baru, lukisan indah, mobil kuno, rumah tua
Dapat diulang dengan imbuhan se-nya
Contoh:setinggi-tingginya, sebaik-baiknya, sekurang-kurangnya, sebodoh-bodohnya,
Dapat diawali imbuhan ter- yang bermakna paling.
Contoh:terbaik, tertinggi, tersayang, tercantik, termurah
5
Contoh : Buntu, langsung, musnah, tentu, gaib, cacat
6
Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau
pengertian. Contohnya murid, burung, kursi, dan kemiskinan, adalah nomina. Ciri-ciri kata
benda adalah sebagai berikut.
Dalam kalimat yang predikatnya berupa kata kerja, kata benda, cendrung menduduki
fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Contoh:
Persiden SBY mengunjungi Universitas Sanata Dharma.
s/kb p/kk o/kb
Negara Indonesia berlandaskan Pancasila.
s/kb p/kk pel/kb
7
Contoh: petinggi, keseriusan, kematangan, perusakan
3) Denumeralisasi
Contoh:keseluruhan, kesatuan, persatuan
4) Deadverbialisasi
Contoh:kekurangan, kelebihan, keterlaluan
d. Kata benda yang mengalami proses pemajemukan
Contoh: ganti rugi, tata tertip, uang muka, tata kota, kontraindiksasi, semifinal,
pascapanen, mahaguru, anak cucu, lalu lintas, sepak bola, pedagang eceran, unjuk rasa,
orang terpelajar
Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda (orang,
binatang, atau barang) dan konsep. Kata bilangan dapat dikelompokan menjadi berikut.
1. Kata bilangan takrif adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah. Kat binlangan takrif
terbagi atas:
a. Kata bilangan utama (aragrap), terbagi atas:
1) Kata bilangan penuh adalah kata bilangan utama yang menyatakan jumlah
tertentu dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain.
Contoh: satu, tiga, sepuluh, seratus, lima puluh ribu, juta, triliun, tiga miliar
kata bilangan utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang,
ukuran, panjang, berat, isi, dan sebagainya.
2) Kata bilangan pecahan, yaitu kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan
penyebut yang dibutuhi partikel per-.
Contoh:
3/4 = tiga perempat
2/3 = dua perempat
4/5 = empat perlima
1/2 = satu perdua, setengah, atau separuh
3) Kata bilangan gugus (sekelompok bilangan)
8
Contoh:
lusin = 12
gros = 144 atau 12 lusin
kodi = 20
abad =100 tahun
windu = 8 tahun
millennium = 1000 tahun
b. Kata bilangan tingkat adalah kata bilangan takrif yang melambangkan urutan dalam
jumlah dan berstruktur ke+Num.
Contoh: kesatu, ketiga, kesepuluh, keduapuluh lima, keseratus
2. Kata bilangan tak takrif dalah kata bilangan yang menyatakan jumlah tak tentu.
Contoh: suatu, beberapa, berbagai, tiap-tiap, segenap, sekalian, semua, sebagian,
seluruh,
Kata ganti adalah kata yang berfungsi untuk menggantikan orang, benda, atau sesuatu
yang dibedakan. Kata ganti dibedakan atas:
1. Kata ganti orang
a. Kata ganti orang pertama, terbagi atas:
1) Kata ganti orang pertama tunggal
Contoh:aku, saya, daku, ku, -ku
2) Kata ganti orang pertama jamak
Contoh: kami, kita
b. Kata ganti orang kedua, terbagi atas:
1) Kata ganti orang kedua tunggal
Contoh:kamu, anda, engkau, kau, dikau, -mu
2) Kata ganti orang kedua jamak
Contoh:kalian, kamu sekalian
c. Kata ganti orang ketiga, terbagi atas:
1) Kata ganti orang ketiga tunggal
Contoh: dia, beliau, ia, -nya
2) Kata ganti orang ketiga jamak
Contoh: mereka, -nya
9
2. Kata ganti penunjuk
a. Kata ganti penunjak umum
Contoh: ini, itu
b. Kata ganti penunjuk tempat
Contoh:sini, situ, sana, di sini, di sana, dari situ, ke sini, dari sana, ke sini, yakni, yaitu
c. Kata ganti penunjuk ikwal
Contoh:begini, begitu
d. Kata ganti penanya
1) Kata ganti penanya benda atau orang
Contoh:apa, siapa, mana, yang mana
2) Kata ganti penanya waktu
Contoh:kapan, bilamana, apabila
3) Kata ganti penanya tempat
Contoh:di mana, ke mana, dari mana
4) Kata ganti penanya keadaan
Contoh:mengapa, bagaimana
5) Kata ganti penanya jumlah
Contoh:berapa
3. Kata ganti yang tidak menunjukan pada orang atau benda tertentu.
Contoh:Sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa-apa, anu, masing-masing,
sendiri
Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Kata
keterangan dapat dibedakan atas:
1. Kata keterangan bentuk dasar
Contoh: alangkah, amat, barangkali, belum, boleh, bukan, aragr, hanya, kerap, masih,
memang, mungkin, niscaya, sangat, saling, selalu, senantiasa, sudah, sungguh, telah, tidak
2. Kata keterangan turunan, terbagi atas:
a. Kata keterangan berimbuhan
Contoh: terlalu, terlampau, sekali, sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya, secepatnya,
agaknya, biasanya, rasanya
b. Kata keterangan bereduplikasi
10
Contoh: akhir-akhir, malam-malam, mula-mula, pagi-pagi, tengah-tengah, pelan-pelan,
diam-diam, habis-habisan, kecil-kecilan, mati-matian
c Kata keterangan gabungan
Contoh: belum boleh, tidak mungkin, belum tentu, masih, belum lagi, tidak boleh tidak,
tidak mungkin lagi, selambat-lambatnya, lagi pula, hanya saja, aragr selalu
Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai orang atau benda
secara khusus. Kata tunjuk dapat dibedakan atas:
1. Kata tunjuk dasar
11
Contoh: itu,ini
2. Kata tunjuk turunan
Contoh:
berikut, begini, sekian, sedemikian, sebegitu
3. Kata tunjuk gabungan
Contoh:
di sana, di situ, di sin
3. kah,digunakan untuk:
a. Mengukuhkan bagian kalimat yang diikuti oleh –kah.
Contoh: Dapatkah kau mengerti perasaanku?
b. Menanyakan pilihan di antara bagian-bagian kalimat yang didahului oleh –kah.
Contoh:Nasi aragr atau soto ayamkah kegemaranmu?
c. Melengkapi kata Tanya.
Contoh: Siapakah penyanyi favoritmu?
12
a. Menanyakan seseorang, benda, atau suatu hal.
Contoh:Perusahan mana yang dapat menerimaku?
b. Menanyakan pilihan.
Contoh:Mana yang menurutmu yang paling bagus, memakai kebaya atau tunik?
11. berapa, digunakan untuk menanyakan bilangan yang mewakili jumlah, ukuran, vv \
takaran, nilai, harga, satuan waktu.
Contoh: Berapa ekor ayam peliharaanmu Berapa harga rumah itu?
13. masa, masakan, digunakan untuk menyatakan ketidakpercayaan dan bersifat retoris.
Contoh:Masakan kamu tidak mengerti maksudku?
13
I. Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata yang digunakan untuk membatasi kata benda.
Kata sandang dapat dikelompokan menjadi berikut.
1. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar.
Contoh:Si monyet, sang dewi, para guru, Si boncel, sang pendekar
2. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar (nomina
deverbal).
Contoh;si terdakwa, si tertuduh, si pengamen, si perampok
14
c.umat, digunakan khusus untuk kelompok yang memiliki latar belakang agama yang
sama
atau memiliki konoyasi keagamaan
contoh:umat Islam, umat Budha, umat beragama, umat manusia
Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa
preposisional.
Kata depan berdasarkan bentuknya dalah sebagai berikut.
1. Kata depan berbentuk kata
Contoh;di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, tentang, karena
2. Kata depan berbentuk gabungan kata
Contoh: berbeda dengan, bertolak dari, mengingat akan, oleh karena, sampai dengan,
selain daripada, sesuai dengan
15
11. Menandai hubungan waktu
Contoh: sejak, sepanjang, menjelang, selama
12. Menandai hubungan pemiripan
Contoh: bagaikan, bagai, seperti, laksana
13. Menandai hubungan perbandingan
Contoh; daripada
14.Menandai hubungan penyebaban
Contoh: oleh karena, oleh sebab, karena, sebab
15. Menandai hubungan batas waktu
Contoh: sekeliling, sekitar
Kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia.
Secara garis besar, kata seru mengacu pada sikap berikut.
1. Bernada positif
Contoh: aduhai, amboi, asyik,
2.Bernada aragrap
Contoh: cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan
3.Bernada keheranan
Contoh: Ai, lo, astagfirullah
4.Bernada netral atau campuran
Contoh: Ayo, nah, hai, ah, halo, eh, he
Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau
aragraph. Kata penghubung dibagi ke dalam lima kelompok.
1 Kata penghubung koordinatif
Kata penghubung koordinatif adalah kata penghubung yang menggabungkan dua klausa
yang memiliki kedudukan setara. Kata penghubung koordinatif digunakan untuk menandai:
a. hubungan penambahan
Contoh: dan
b.hubungan pemilihan
Contoh: atau
c. hubungan perlawanan
contoh: tetapi
16
Penggabungan ketiga jenis kata penghubung di atas menghasilkan kalimat majemuk
setara.
17
Contoh:
biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun
demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu,
sebaliknya, sesungguhnya, bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh
karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan. Kata ulang terbagi ke dalam
empat jenis, yakni sebagai berikut.
1. Kata ulang dasar (dwilingga) disebut pula perulangan utuh.
Contoh: mobil-mobil, gedung-gedung, hitam-hitam
2. Kata ulang berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai proses pengimbuhan.
Contoh: padi-padian, mobil-mobilan, sebaik-baiknya, kedua-duanya, kekanak-kanakan
3. Kata ulang berubah bunyi (salin suara) adalah bentuk perulangan yang disertai dengan
perubahan bunyi.
18
Contoh: sayur-mayur, lauk-pauk, mondar-mandir, teka-teki, warna-warni
4. Kata ulang sebagian (dwipurwa) adalah bentuk perulangan yang terjadi hanya terjadi
pada sebagian bentuk dasar.
Contoh: pepohonan, tali-temali, dedaunan, tetamu, melihat-lihat, bermain-main, tolak-
menolak
5.Kata ulang semu adalah kata ulang yang bentuknya menyerupai imbuhan, tetapi bukan
kata ulang.
Contoh: Laba-laba, kunang-kunang, ubur-ubur
2. FRASE
frase merupakan suatu bentuk baik berkenaan dengan pola-pola maupun struktur yang
terjadi karena adanya gabungan kata dengan kata atau dapat pula frase dengan frase yang
memberikan makna yang dapat berupa satuan gramatikal dari gabungan kata-kata
tersebut. dan frase.
19
Contoh :
1) Frasa atributif, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan pola DM atau MD.
contoh :
2) Frasa apositif, yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat
menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan). contoh :
ayah ibu
susah senang
4) Frasa eksosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata
tugas. contoh :
dari Bandung
kepada teman
20
Menurut pembagian berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa
dibedakan menjadi enam kategori, yakni frasa nomina, frasa verba, frasa ajektifa, frasa
numeralia, frasa preposisi, dan frasa konjungsi.
1. Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata nomina. Frasa nomina
dibedakan kembali menjadi beberapa kategori sebagai berikut,
1. Nomina sebenarnya.
2. Pronominal
.3. Nama
21
Dia rajin (verba) – >rajin itu menguntungkan.
Anak kucing kami tiga ekor (numeralia) -> Tiga itu cuma sedikit dibandingkan yang
diterima sebenarnya.
Dia berlari (verba) -> Berlari itu bentuk olahraga yang murah dan mudah.
Dia baik (adjektiva) -> Anak baik itu bernama Ananda.
Harga rumah kami tiga juta rupiah (numeralia) -> Tiga juta itu hilang dirampok.
2. Frasa Verba
Frasa verba adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata verba dan ditandai dengan
adanya afiks verba. Frasa verba dapat ditambahkan imbuhan kata ‘sedang’ untuk verba aktif
dan kata ‘sudah’ untuk verba yang menyatakan keadaan. Frasa verba tidak dapat diberikan
imbuhan kata ‘sangat’ dan biasanya menduduki fungsi sebagai predikat dalam suatu
kalimat.
Contoh :
Berlari kencang.
Memacu motornya kencang.
Sedang menjemur.
Menghitung penghasilan bulan ini.
3. Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata adjektiva. Unsur dalam
frasa adjektiva dapat diberikan imbuhan ter- (untuk mewakili kata paling). Biasanya
menduduki fungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat.
Contoh :
Frasa numeralia merupakan frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata numeralia atau
kata kata yang menyatakan suatu bilangan atau jumlah tertentu. Frasa numeralia dapat
diberi kata bantu bilangan seperti ekor, buah, satuan mata uang, dan lain sebagainya.
22
Contoh :
Frasa preposisi adalah frasa yang ditandai dengan adanya preposisi atau kata depan
sebagai penunjuk/indikator dan diikuti kata atau kelompok kata, yang bukan klausa, yang
berdiri sebagai petanda.
Contoh:
Di teras.
Di depan rumah.
Dari sekolah.
Untuk saya.
Kepada hadirin yang terhormat.
6. Frasa Konjungsi
Frasa konjungsi adalah frasa yang ditandai dengan adanya konjungsi atau kata
penghubung. Frasa konjungsi disebut juga sebagai frasa verbal atau keterangan.
Contoh:
Terus diam.
Ketika belajar.
Masa lampau.
Kemarin malam.
Akhir minggu.
Frasa dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kedudukannya, yakni frasa setara serta
frasa setara bertingkat.
1. Frasa Setara
Frasa setara merupakan frasa yang memiliki hubungan antar unsur setara. Contoh :
Keluar masuk.
23
Depan belakang.
Hitam putih.
Muda mudi.
Tua muda.
2. Frasa Setara Bertingkat
Frasa setara bertingkat merupakan frasa yang kedudukan antar unsurnya tidak setara atau
bertingkat. Contoh :
Uang tunai.
Cara baru.
Pedang tajam.
Bangku emas.
Mengayuh sepeda.
Frasa dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan makna yang terkandung di dalamnya atau
yang dimiliki unsur unsurnya, yakni frasa biasa, frasa idiomatic, serta frasa ambigu.
1. Frasa Biasa
Frasa biasa adalah frasa yang hasil dari pembentukannya berupa makna denotasi atau
makna sebenarnya. Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa biasa)
2. Frasa Idiomatik
Frasa idiomatik merupakan kebalikan dari frasa biasa, yaitu frasa yang hasil
pembentukannya berupa makna konotasi atau makna yang bukan sebenarnya. Contoh :
24
Erdi membawa buah tangan dari Surabaya. (arti: oleh oleh)
3. Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang memiliki makna lebih dari satu atau makna ganda
tergantung pada penggunaannya dalam kalimat. Contoh :
Buah tangan. (arti: ‘buah yang dipegang tangan’ atau ‘oleh oleh’)
Panjang tangan. (arti: ‘panjang dari sebuah tangan’ atau ‘suka mencuri’)
Kambing hitam. (arti: ‘kambing yang berwarna hitam’ atau ‘orang yang disalahkan’)
Sapi perah. (arti: ‘jenis sapi yang diternak untuk diambil susunya’ atau ‘orang yang
dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan tertentu)
Keras kepala. (arti: ‘kepala yang keras’ atau ‘orang yang tidak mau mendengarkan
nasehat orang lain’)
Haram. (arti: ‘sesuatu yang tidak halal (makanan)’ atau ‘suatu perbuatan yang
dilarang oleh agama’)
3. klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat,
berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas subjek dan predikat, dan
berpotensi untuk menjadi kalimat Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat
karena meskipun bukan kalimat,
Klausa berdasarkan unsur internalnya terdapat dua macam, yakni klausa lengkap dan
klausa tak lengkap.
Klausa lengkap adalah klausa yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S dan P.
Berdasarkan struktur internalnya, klausa lengkap dapat dibedakan lagi menjadi dua macam,
yakni klausa susun biasa dan klausa susun balik.
Klausa susun biasa yakni klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P. Contoh :
tulisan Hendi sangat berbobot
Klausa di atas disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya yaitu tulisan Hendi berada
di depan P, sangat berbobot.
25
klausa susun balik atau klausa inversi yakni klausa lengkap yang S-nya terletak
dibelakang P. Contoh :
sangat kurus badan orang itu
Klausa di atas badan orang itu menduduki fungsi S, sangat kurus menduduki fungsi P.
Klausa tak lenngkap atau dalam istilahklausa buntung merupakan klausa yang unsure
internalnya tidak lengkap karena di dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat
unsur P, baik disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Contoh :
Klausa di atas bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya ditambah S,
misalnya ditambah frasa suami saya sehingga menjadi Suami saya terpaksa berhenti
bekerja di bank itu.
Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik
menegatifkan P. Kata-kata negatif itu adalah tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan
jangan.Contoh :
Klausa negatif adalah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara negatif
menegatifkan P. Seperti telah disebutkan di atas. Kata-kata negatif itu adalah tidak, tak,
tiada, bukan, belum, dan jangan.
Contoh :
Berdasarkan artinya kata negatif ialah kata yang mengingkarkan kata lain, dan secara
26
gramatik kata negatif itu ditentukan oleh adanya kata penghubung melainkan yang
menuntutadanya kata negatif pada klausa yang mendahuluinya.
Kata negatif tidak, yang kadang-kadang dipendekkan menjadi tak, digunakan untuk
menegatifkan P yang terdiri dari kata atau frase golongan V dan FD. Contoh : dia
tidak berangkat ke sekolah
Kata negatif tiada mula-mula berarti ‘tidak ada’. Contoh : ibu tirinya tiada henti
memarahinya
Kata negatif bukan digunakan untuk menegatifkan P yang terdiri dari kata atau frase
golongan N. Contoh : orang itu bukan pegawai kantor ini
Kata negatif belum digunakan untuk menegatifkan P yang terdiri dari kata atau frase
golongan V, FD, dan Bil. Bedanya dengan kata negatif tidak, bahwa dengan kata
negatif belum suatu perbuatan atau peristiwa akan dilakukan atau terjadi. Contoh :
ayah belum mandi
Kata negatif jangan dipakai untuk menegatifkan P yang terdiri dari kata atau frase
golongan V dan FD. Bedanya dengan kata tidak, kata negatif ini digunakan untuk
melarang. Contoh : jangan bermain terus
Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungi P ada empat macam,
diantaranya klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan
Klausa nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan N.
Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai berikut
:
2. Pada tatara frase tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata
bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau
pada sebagai aksisnya.
Klausa verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan V. Contoh :
27
ia bekerja di Puskesmas
Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan
pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup,
menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, kurus, dan sebagainya.
Kata verbal berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat .... sebagai
keterangan cara. Kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
(1) kata kerja, ialah kata verbal yang dapat diikuti frase dengan sangat... sebagai keterangan
cara.
(2) kata sifat. Kata verbal berdasarkan kemungkinannya diikuti O. Kata kerja dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kata kerja transitif dan kata kerja intransitif. Kata
kerja transitif adalah kata kerja yang dapat diikuti O dan dapat diubah menjadi bentuk pasif.
Sedangkan kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tida dapat diikuti O dan tidak dapat
diubah menjadi bentuk pasif.
Klausa ini P-nya dari kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat, atau terdiri dari
frase golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat. Contoh : rumahnya indah sekali
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif,
atau terdiri dari frase verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif. Contoh :
anaknya bermain di taman belang rumah
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk kata kerja transitif, atau terdiri dari
frase verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif. Contoh : Lilo sedang membaca
komik Naruto
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif, atau
terdiri dari frase verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif. Contoh :
kedatangannya disambut oleh anak-anaknya
28
5. Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu
kata kerja yang menyatakan ‘perbuatan’ yang mengenai ‘pelaku’ perbuatan itu sendiri.
Contoh : ia tak dapat menahan diri
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal,
yaitu kata kerja yang menyatakan ‘kesalingan’. Contoh : mereka saling berpelukan
Klausa bialangan atau numerial adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase
golongan Bil. Contoh : roda sepeda itu tiga
Klausa depan atau preposisional adalah klausa yang P-nya terdiri dari frase depan, yaitu
frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda. Contoh : hadiah itu dari perusahaan
a) Klausa Mandiri
Klausa mandiri atau klausa bebas merupakan klausa yang kehadirannya dapat berdiri
sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya : merokok dapat
menyebabkan kanker
b) Klausa Tergabung
Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya untuk menjadi
sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural, klausa
tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa subordinatif. Misalnya : merokok
dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan
janin
Klausa Koordinatif
Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara. Dalam
kalimat plural atau majemuk setara, semua klausanya berupa klausa koordinatif.
29
Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif karena secara gramatik dihubungka
secara koordinatif oleh penghubung-penghubung koordinatif dan, atau, tetapi, lagi
pula, lalu, namun, sebaliknya, malahan, dan lain-lain.
contoh-contoh :
o Saya menulis artikel itu, menyunting, dan mengirimkannya ke media massa
Klausa Subordinatif
Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi, dalam kalimat
plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang biasa dikenal dengan klausa induk,
klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa bawahan atau klausa sematan atau
klausa subordinatif. Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan
klausa terkandung.
Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam kalimat plural.
Klausa berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu klausa-klausa berbatasan:
1. Final,
Contoh : Denis rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati.
2. Kausal,
3. Kondisional,
4. Konsekutif,
Contoh : Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum mampu membeli mobil.
5. Konsesif,
Contoh : Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang banyak prestasi.
6. Temporal,
Contoh : Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim
memperkuat Benfica.
Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi subordinatif seperti
agar, karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang berturut-turut dinamakan
30
sebagai klausa berbatasan.
Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klausa yang
menyatakan proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa
dan proses pada kalimat-kalimat berikut.
Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari
pekerjannya sudah terduga sebelumnya.
Klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang dilakukan, klausa
perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan yang mungkin dilakukan.
1. Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat, menyaksikan,
mengetahui, berhasil, berhenti, dan mulai. Contoh :
31
gagal, dan lupa. Misalnya:
4. Imbuhan
afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada
bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru
dengan arti yang berbeda.
Jenis-jenis imbuhan
AWALAN
Imbuhan yang diletakkan pada awal kata dasar disebut dengan awalan (prefiks). Ada
beberapa imbuhan awalan, di antaranya adalah:
1. me-
Imbuhan me- berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif pada kata dasarnya. Imbuhan me-
bisa berubah – ubah menjadi beberapa bentuk sesuai dengan kata dasar yang diikutinya.
Contoh:
2. ber-
32
Imbuhan ber- juga bisa berubah menjadi dua bentuk yaitu bel- dan be-. Apabila imbuhan
ber- bertemu dengan kata dasar yang diawali dengan konsonan, maka ber- menjadi be.
Contoh :
3. di-
Imbuhan di- tidak memiliki perubahan bentuk dan berfungsi untuk membentuk makna pasif
pada kata dasarnya.
Contoh:
4.ter-
Imbuhan ter- juga tidak memiliki perubahan khusus, tetapi memiliki beberapa fungsi di
antaranya adalah:
Contoh :
buang + ter- = terbuang ; Barangku terbuang ke kotak sampah ketika aku tidak ada di
rumah.
Contoh :
5. pe-
Imbuhan pe- memiliki beberapa macam bentuk perubahan, di antaranya adalah peng-,
penye-, dan per-. Imbuhan ini juga memiliki fungsi sebagai berikut:
33
pekerja, pelajar, pembohong, pemberi, pengurus, pembantu, dan lain – lain.
Sebagai pembentuk kata perintah : Perlambat, pertajam, perindah, percantik, dan lain – lain.
6. ke-
Imbuhan ke- tidak memiliki bentuk perubahan dan berfungsi sebagai penunjuk urutan.
Sisipan
Sisipan adalah imbuhan yang diletakkan di tengah – tengah kata dasar. Imbuhan ini
diantaranya adalah –el-, -em-, dan –er.
Contoh :
Getar + er = gemetar.
Tali – el = Temali.
AKHIRAN
Akhiran adalah imbuhan yang diletakkan pada bagian akhir kata dasar dan disebut juga
dengan suffiks. Ada beberapa jenis imbuhan ini, antara lain:
1. -kan/-i
Contoh : ambilkan, datangkan, bawakan, tuangkan, datangi, diami, dan lain – lain
2. -an
3. -pun
34
Imbuhan ini berfungsi untuk membentuk makna juga.
4.-kah
Imbuhan ini disebut dengan konfiks dan diletakkan pada bagian awal dan akhir kata dasar.
Fungsi imbuhan konfiks di antaranya adalah:
1. me-kan
2. pe-a
3. se-nya
Contoh: Sepandai – pandainya, sebaik – baiknya, semahal – mahalnya, dan lain – lain.
35