Anda di halaman 1dari 35

Bahasa Indonesia

Membahas Tentang :
1) Kata
2) Frasa
3) Klausa
4) Imbuhan

1. Kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam
berbahasa.

Jenis-Jenis Kata
Berdasarkan ciri dan karakteristiknya kata dikelompokan menjadi kata kerja, kata
benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata
ulang, kata sambung dan kata seru.

A. Kata Kerja (Verba)


Kata kerja adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan,
proses, atau keadaan. Ciri-ciri kata kerja adalah sebagai berikut.
Umumnya menempati fungsi predikat dalam kalimat.
Contoh:
Grup band ungu membuat album baru.
S P O
Nando berbaju hitam.
S P pel.

Dapat didahului kata keterangan akan, sedang, dan sudah.

1
Contoh:
Kris sedang menonton televise.
S P O
Rumah Pak Dan akan dijual.
S P
Maryo sudah makan tadi pagi.
S P ket.

Dapat didahului kata ingkar tidak.


Contoh:
Indonesia tidak membuka hubungan aragraph dengan Israel.
S P O ket.
Pintu ini tidak dikunci sejak tadi malam.
S P ket.

Dapat dipakai dalam kalimat perintah, khususnya yang bermakna perbuatan.


Contoh:
Kirimkan surat ini sekarang juga!

Tidak dapat didahului kata paling.


Contoh:
paling datang (?)

Kata kerja dapat dikelompokan menjadi beberapa macam, yakni sebagai berikut.
1. Ditinjau dari bentunknya, kata kerja dibedakan menjadi:
a. Kata kerja dasar bebas adalah kata kerja berupa morfem dasar bebas.
Contoh: makan, mandi, tidur, duduk, pulang, pergi
b. Kata kerja turunan adalah kata kerja yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau
pemajemukan. Contoh : kehilangan, berpelukan, menari, tolong-menolong, makan-
makan, seyum-senyum, cuci mata, campur tangan, makan hati

2. Ditinjau dari hubungan dengan unsur lain dalam kalimat, kata kerja dibedakan
menjadi.
a. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek.
Berdasarkan jumlah objek yang mendampinginya, kata kerja transitif terbagi menjadi:
1) Kata kerja ekatransitif, adalah kata kerja yang di ikuti oleh satu objek.
Contoh:

2
Saya menulis surat.
S O P
Ibu sedang menjadi baju.
S P O

Contoh kata kerja ekatransitif adalah membawa, membuktikan, mengerjakan,


mengadili, merestui, membelanjakan, membeli, memperesar.
2) Kata kerja dwitansitif, adalah kata kerja yang mempunyai dua nomina, satu sebagai
objek dan satunya sebagai pelengkap.
Contoh:
Ayah membelikan kakak motor baru.
S P O pel.

Contoh kata kerja dwitransitif adalah menugasi, mengirimi, mengambilkan,


membawakan, menyebut, menuduh, memanggil, menyerahi.
3) Kata kerja semitransitif, adalah kata kerja yang objeknya boleh ada, boleh juga tidak
ada.
Contoh:
Paman sedang makan.
S P
Paman sedang makan rujak.
S P O
Contoh kata kerja semitransitif adalah makan, menulis, menyimak, menonton ,minum,
membaca.

b. Kata kerja aragraphe adalah kata kerja yang tidak memiliki objek.
Jenis kata kerja intrasitif ini dikelompokan dalam tiga jenis berikut.
1) Kata kerja intrasitif tak berpelengkap. Kata kerja jenis ini tidak membutuhkan
pelengkap.
Contoh:
Echa berdiri di atas panggung.
S P ket.

Makanan ini sudah mulai membusuk.


S P

Contoh:

3
Kata kerja aragraphe tak berpelengkap adalah membaik, pergi, terkejut, kedinginan,
memburuk, menghijau, tibul, duduk, datan, dan sebagainya.
2)Kata kerja aragraphe yang berpelengkap wajib, kehadiran pelengkap aragra
3) ta kerja ini bersifat mutlak. Bila tidak ada pelengkap, kalimat itu tidak berterima.
Contoh:
Anak itu kedapatan merokok.
S P pel.
Nasi telah menjadi bubur.
S P pel.

Contoh kata kerja aragraphe yang berpelengkap wajib adalah beratapkan, berdasarkan,
berpendapat (bahwa), kehilangan, kejatuhan, merupakan, bersendikan, berpesan
(bahwa), menyerupai.
4) Kata kerja intransitive berpelengkap manasuka. Kehadiran pelengkap pada kata kerja
jenis ini boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:
Pendapatnya sangat berharga.
S P

Contoh kata kerja aragraphe berpelengkap manasuka adalah beratap, berpakaian,


berinding, berpagar, ketahuan, kecopetan, berpola, naik, berbaju, berhenti, kehujanan,
berpintu, bercat.

3. Ditinjauh dari hubungan kata kerja dengan kata benda dalam kalimat, kata kerja
dibedakan
atas:
a. Kata kerja aktif, biasanya berawalan me-, ber-, atau tanpa awalan.
Contoh:menyanyi, menulis, mencintai, berdua, berkata, makan, pergi, tidur, datang
b.Kata kerja pasif, biasanya berawalan di- atau ter-.
Contoh:ditinju, dimakan, dilamar, ditembak, terlena, tertawa, tersiksa, terbawa, terkenal
c. Kata kerja anti-aktif (aragrap) adalah kata kerja pasif yang tidak dapat diubah menjadi
kata kerja aktif. Subjek pada kata kerja ini merupakan penanggap (pihak yang merasakan,
menderita, atau mengalami).
Contoh: tembus, terantuk, kecopetan, kena pukul, kena marah
d. Kata kerja anti-pasif adalah kata kerja aktif yang tidak dapat diubah menjadi kata kerja
pasif.
Contoh: haus akan, benci terhadap, bertanam

4
4. Ditinjau dari hubungan antara kata benda yang mendapinginya, kata kerja dibedakan atas:
a. Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan yang dilakukan
oleh dua pihak secara berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.
Contoh: berkelahi, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafkan, saling memberi, saling
membenci, baku hantam, baku tembak, tolong-menolong, cubit-cubitan
b. Kata kerja non resiprokal adalah kata kerja yang tidak menyatakan perbuatan yang
dilakukan oleh dua pihak dan saling berbalasan.
Contoh: menulis, menari, menyayi, memburu

5. Ditinjau dari sudut refrensi argumennya, kata kerja dibedakan atas:


a. Kata kerja refleksif adalah kata kerja yang kedua referenya sama.
Contoh: bercemin, bercukur, berdadan, berhias, berjemur, melarikan diri,
b. Kata kerja non-refleksif adalah kata kerja yang kedua argumennya menpunyai referen
yang berlainan.
Contoh: mengantuk, menangis, berlari, bekerja

B. Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Berikut ini ciri-ciri kata sifat.
Dapat berhubungan dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak.
Contoh:tidak sakit, lebih sabar, sangat bagus, agak panas
Dapat mendapingi kata benda.
Contoh:sepatu baru, lukisan indah, mobil kuno, rumah tua
Dapat diulang dengan imbuhan se-nya
Contoh:setinggi-tingginya, sebaik-baiknya, sekurang-kurangnya, sebodoh-bodohnya,
Dapat diawali imbuhan ter- yang bermakna paling.
Contoh:terbaik, tertinggi, tersayang, tercantik, termurah

Berdasarkan bentuknya, kata sifat dapat dibedakan atas:

1. Kata sifat dasar


a Kata sifat dasar yang dapat diikuti kata sangat dan lebih.
Contoh: adil, ajaib, ampuh, canggung, cukup, bahaya, gemuk, geram, jahat, kagum, lapar,
b.Kata sifat dasar yang tidak dapat diikuti kata sangat dan lebih.

5
Contoh : Buntu, langsung, musnah, tentu, gaib, cacat

2.Kata sifat turunan


a.Kata sifat turunan berafiks.
Contoh: termiskin, tertegun, terkesan, tercenung
b Kata sifat bereduplikasi.
Contoh: cantik-cantik, marah-marah, tua-tua, berat-berat
c Kata sifat ke-R-an atau ke-an.
Contoh:kemerah-merahan, kemalu-maluan, kegerahan, keramaian
d. Kata sifat berafiks i- (atau alomorfnya).
Contoh: alami, alamiah, duniawi, gerejani, hewani, ilmiah, jasmani, insani.
e. Kata sifat yang berasal dari berbagai kelas kata, melalui proses berikut.
1) Deverbalisasi
Contoh:melengking, memalukan, membenci, mencekam, menjengkelkan, menyenangkan,
merangsang, terburu-buru, terganggu, terharu, terhormat, terpaksa, tertutup, tersinggung
2) Denominalisasi
Contoh:berbusa, berbisa, berbahaya, berhati-hati, bersahabat, bermanfaat, budiman,
dernawan, kesatria, lebar, luas, malam, membudaya, menggunung, meradang,
menyimpang, pagi, panjang, pemalas, pemarah, penyayang, rahasia, serasi, siang,
sukses, tinggi
3) Deadverbialisasi
Contoh:berkurang, bertambah, menyengat, melebih, bersungguh-sungguh, mungkin
4) Denumeralisasi
Contoh: mendua, menyeluruh
5) Deinterjeksi
Contoh: aduhai, sip, wah

3.Kata sifat majemuk


a.Subordinatif
Contoh: besar mulut, buta huruf, buta warna, busuk hati, kepala dingin, keras kepala,
panjang tangan, rendah hati
b. Koordinatif
Contoh: aman sentosa, besar kecil, gagah berani, lemah gemulai, letih lesu, porak
poranda, sopan santun, suka duka, tua muda, riang gembira

C.Kata Benda (Nomina)

6
Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau
pengertian. Contohnya murid, burung, kursi, dan kemiskinan, adalah nomina. Ciri-ciri kata
benda adalah sebagai berikut.
Dalam kalimat yang predikatnya berupa kata kerja, kata benda, cendrung menduduki
fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Contoh:
Persiden SBY mengunjungi Universitas Sanata Dharma.
s/kb p/kk o/kb
Negara Indonesia berlandaskan Pancasila.
s/kb p/kk pel/kb

Kata benda tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.


Contoh:Pak Agung tidak guru matematika. (?)
Ini tidak kamus melainkan ensiklopedia. (?)
Kata benda dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Contoh:Pak Agung bukan guru matematika.
Ini bukan kamus melainkan ensiklopedia.
Kata benda umumnya dapat diikuti oleh kata sifat, baik secara langsung maupun
diantarai oleh kata yang.
Contoh:naskah kuno, mobil mewah, rumah angker, naskah yang kuno, mobil yang mewah,
rumah yang angker

Berdasarkan bentuknya, kata dasar dikelompokan menjadi beberapa jenis berikut.


1. Kata benda dasar adalah kata benda yang hanya terdiri atas satu morfem.
Contoh: gelas, air, meja, kardus, kami, kakak, November, motor, Koran, Palembang,
ember, rumah, gunung

2. Kata benda turunan, terbagi atas:


a. Kata benda berimbuhan
Contoh: kementrian, pelabuhan, perusahan, kemasan
b. Kata benda bereduplikasi
Contoh:rumah-rumah, dedaunan, bocah-bocah, pepohonan, buku-buku, mobil-mobilan,
surat-surat kabar, lauk-pauk, sayur-mayur, padi-padian
c. Kata benda yang berasal dari berbagai kelaskarena proses:
1) Deverbalisasi
Contoh: pengembangan, pendidikan, ketertarikan, keterbukaan
2) Deadjektivalisasi

7
Contoh: petinggi, keseriusan, kematangan, perusakan

3) Denumeralisasi
Contoh:keseluruhan, kesatuan, persatuan
4) Deadverbialisasi
Contoh:kekurangan, kelebihan, keterlaluan
d. Kata benda yang mengalami proses pemajemukan
Contoh: ganti rugi, tata tertip, uang muka, tata kota, kontraindiksasi, semifinal,
pascapanen, mahaguru, anak cucu, lalu lintas, sepak bola, pedagang eceran, unjuk rasa,
orang terpelajar

berdasarkan wujudnya, kata benda dibedakan atas:


1. Kata benda konret adalah kata benda yang dapat dilihat wujud fisiknya.
Contoh: Helena, Alvino, ayah, dompet, botol, kertas, roti, tas, lemari, televise
2. Kata benda abstrak adalah kata benda yang wujud fisiknya tidak dapat di lihat.
Contoh:kebenaran, kemajuan, perbukuan, persatuan

D. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda (orang,
binatang, atau barang) dan konsep. Kata bilangan dapat dikelompokan menjadi berikut.
1. Kata bilangan takrif adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah. Kat binlangan takrif
terbagi atas:
a. Kata bilangan utama (aragrap), terbagi atas:
1) Kata bilangan penuh adalah kata bilangan utama yang menyatakan jumlah
tertentu dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain.
Contoh: satu, tiga, sepuluh, seratus, lima puluh ribu, juta, triliun, tiga miliar
kata bilangan utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang,
ukuran, panjang, berat, isi, dan sebagainya.
2) Kata bilangan pecahan, yaitu kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan
penyebut yang dibutuhi partikel per-.
Contoh:
3/4 = tiga perempat
2/3 = dua perempat
4/5 = empat perlima
1/2 = satu perdua, setengah, atau separuh
3) Kata bilangan gugus (sekelompok bilangan)

8
Contoh:
lusin = 12
gros = 144 atau 12 lusin
kodi = 20
abad =100 tahun
windu = 8 tahun
millennium = 1000 tahun

b. Kata bilangan tingkat adalah kata bilangan takrif yang melambangkan urutan dalam
jumlah dan berstruktur ke+Num.
Contoh: kesatu, ketiga, kesepuluh, keduapuluh lima, keseratus

2. Kata bilangan tak takrif dalah kata bilangan yang menyatakan jumlah tak tentu.
Contoh: suatu, beberapa, berbagai, tiap-tiap, segenap, sekalian, semua, sebagian,
seluruh,

E. Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti adalah kata yang berfungsi untuk menggantikan orang, benda, atau sesuatu
yang dibedakan. Kata ganti dibedakan atas:
1. Kata ganti orang
a. Kata ganti orang pertama, terbagi atas:
1) Kata ganti orang pertama tunggal
Contoh:aku, saya, daku, ku, -ku
2) Kata ganti orang pertama jamak
Contoh: kami, kita
b. Kata ganti orang kedua, terbagi atas:
1) Kata ganti orang kedua tunggal
Contoh:kamu, anda, engkau, kau, dikau, -mu
2) Kata ganti orang kedua jamak
Contoh:kalian, kamu sekalian
c. Kata ganti orang ketiga, terbagi atas:
1) Kata ganti orang ketiga tunggal
Contoh: dia, beliau, ia, -nya
2) Kata ganti orang ketiga jamak
Contoh: mereka, -nya

9
2. Kata ganti penunjuk
a. Kata ganti penunjak umum
Contoh: ini, itu
b. Kata ganti penunjuk tempat
Contoh:sini, situ, sana, di sini, di sana, dari situ, ke sini, dari sana, ke sini, yakni, yaitu
c. Kata ganti penunjuk ikwal
Contoh:begini, begitu
d. Kata ganti penanya
1) Kata ganti penanya benda atau orang
Contoh:apa, siapa, mana, yang mana
2) Kata ganti penanya waktu
Contoh:kapan, bilamana, apabila
3) Kata ganti penanya tempat
Contoh:di mana, ke mana, dari mana
4) Kata ganti penanya keadaan
Contoh:mengapa, bagaimana
5) Kata ganti penanya jumlah
Contoh:berapa

3. Kata ganti yang tidak menunjukan pada orang atau benda tertentu.
Contoh:Sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa-apa, anu, masing-masing,
sendiri

F. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Kata
keterangan dapat dibedakan atas:
1. Kata keterangan bentuk dasar
Contoh: alangkah, amat, barangkali, belum, boleh, bukan, aragr, hanya, kerap, masih,
memang, mungkin, niscaya, sangat, saling, selalu, senantiasa, sudah, sungguh, telah, tidak
2. Kata keterangan turunan, terbagi atas:
a. Kata keterangan berimbuhan
Contoh: terlalu, terlampau, sekali, sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya, secepatnya,
agaknya, biasanya, rasanya
b. Kata keterangan bereduplikasi

10
Contoh: akhir-akhir, malam-malam, mula-mula, pagi-pagi, tengah-tengah, pelan-pelan,
diam-diam, habis-habisan, kecil-kecilan, mati-matian
c Kata keterangan gabungan
Contoh: belum boleh, tidak mungkin, belum tentu, masih, belum lagi, tidak boleh tidak,
tidak mungkin lagi, selambat-lambatnya, lagi pula, hanya saja, aragr selalu

Berdasarkan perilaku semantisnya, kata keterangan dibedakan atas:


1. Kata keterangan kualitatif adalah kata keterangan yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu.
Contoh: paling, sangat, lebih, kurang
2. Kata keterangan kuantitatif adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan
dengan jumlah.
Contoh: banyak, sedikit, kira-kira, cukup
3. Kata keterangan aragraph adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan
dengan pembatasan.
Contoh: hanya, saja, sekadar
4. Kata keterangan frekuentatif adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan
dengan tingkat kekerapan terjadinya suatu yang diterapkan kata keterangan itu.
Contoh: selalu, sering, jarang, kadang-kadang
5. Kata keterangan waktu adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
keterangan waktu terjadinya peristiwa.
Contoh: baru, segera, tadi, kemarin, lusa
6. Kata keterangan cara adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
cara suatu peristiwa berlangsung atau terjadi.
Contoh: diam-diam, secepatnya, pelan-pelan
7. Kata keterangan kontrasif adalah kata keterangan yang menggambarkan pertentngan
dengan makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya.
Contoh: bahkan, malahan, justru
8. Kata keterangan keniscayaan adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan
dengan kepastian terjadinya suatu peristiwa.
Contoh: pasti, tentu, niscaya

G. Kata Tunjuk (Demonstrative)

Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai orang atau benda
secara khusus. Kata tunjuk dapat dibedakan atas:
1. Kata tunjuk dasar

11
Contoh: itu,ini
2. Kata tunjuk turunan
Contoh:
berikut, begini, sekian, sedemikian, sebegitu
3. Kata tunjuk gabungan
Contoh:
di sana, di situ, di sin

H.Kata Tanya (Intirogativa)

Kata arag adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.


Berdasarkan jenis dan pemakaiannya, kata Tanya dibedakan atas:
1 apa, digunakan untuk:
a. Menanyakan kata benda bukan manusia.
Contoh:Apa manfaat berolaraga?
b. Menanyakan sesuatu yang jawabannya mungkin berlawanan.
Contoh:Apa nanti siang akan hujan? (jawabannya bisa “ya” atau “tidak”)
c. Mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.
Contoh: Apa tidak salah kamu memberi aku hadiah?
d. Digunakan dalam kalimat retoris (tidak memerlukan jawaban)
Contoh Apa ruginya kamu pelajari lagi pelajaran tadi siang?

2. bila, digunakan untuk menanyakan waktu.


Contoh:Bila kamu berkunjung ke rumahku?

3. kah,digunakan untuk:
a. Mengukuhkan bagian kalimat yang diikuti oleh –kah.
Contoh: Dapatkah kau mengerti perasaanku?
b. Menanyakan pilihan di antara bagian-bagian kalimat yang didahului oleh –kah.
Contoh:Nasi aragr atau soto ayamkah kegemaranmu?
c. Melengkapi kata Tanya.
Contoh: Siapakah penyanyi favoritmu?

4. kapan, digunakan untuk menanyakan waktu.


Contoh: Kapan buku ini harus dikembalikan?

5. mana, digunakan untuk:

12
a. Menanyakan seseorang, benda, atau suatu hal.
Contoh:Perusahan mana yang dapat menerimaku?
b. Menanyakan pilihan.
Contoh:Mana yang menurutmu yang paling bagus, memakai kebaya atau tunik?

6. bagaimana, digunaka untuk:


a. menanyakan cara perbuatan.
Contoh:Bagaimana cara membuat situs pribadi?
b. Menanyakan akibat suatu tindakan.
Contoh:Bagaimana dia tahu rahasia kita?
c. Meminta kesempatan dari lawan bicara.
Contoh:Bagaimana kalau kita ke kafe saja?
d. Menanyakan kualifikasi atau evaluasi atas suatu gagasan.
Contoh:Bagaimana pendapatmu?

7. bilamana, digunakan untuk menanyakan waktu.


Contoh: Bilamana perekonomian Indonesia sejajar dengan aragr maju?

8. di mana, digunakan untuk menerangkan tempat.


Contoh: Di mana rumahmu

9. mengapa, digunakan untuk menanyakan sebab, alasan, atau perbuatan.


Contoh: Mengapa kamu datang terlambat?

10. siapa, digunakan untuk menanyaka nama orang.


Contoh:Siapa pemenang Sobel Sastra 2008?

11. berapa, digunakan untuk menanyakan bilangan yang mewakili jumlah, ukuran, vv \
takaran, nilai, harga, satuan waktu.
Contoh: Berapa ekor ayam peliharaanmu Berapa harga rumah itu?

12. bukan, bukankah, digunakan untuk mengukuhkan proposisi dalam pernyataan.


Contoh;Kamu adiknya Evlyn, bukan?

13. masa, masakan, digunakan untuk menyatakan ketidakpercayaan dan bersifat retoris.
Contoh:Masakan kamu tidak mengerti maksudku?

13
I. Kata Sandang (Artikula)

Kata sandang adalah kata yang digunakan untuk membatasi kata benda.
Kata sandang dapat dikelompokan menjadi berikut.
1. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar.
Contoh:Si monyet, sang dewi, para guru, Si boncel, sang pendekar

2. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar (nomina
deverbal).
Contoh;si terdakwa, si tertuduh, si pengamen, si perampok

3. Kata sandang yang mendampingi kata ganti.


Contoh: si dia, sang aku

4. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif.


Contoh: kaum teraniaya, si tertuduh, si terdakwa, kaum terpinggirkan

Berikut ini jenis kata sandang dan fungsinya.


1. Kata sandang khusus kata benda tunggal.
a. si, digunakan untuk:
1) Bergabubung dengan kata benda tunngal
Contoh: si Feby, si Leky, gondrong, si kancil
2) Menyatakan ejekan, keakraban, atau personifikasi
Contoh:si gendut, si botak, si lucu
b. sang, digunakan untuk:
1) Meninggikan harkat kata yang didampinginya
Contoh:sang saka, sang Merah Putih
2) Menyatakan maksud mengejek atau menghormati
Contoh: msang penaklua, sang mertua, sang maestro
c.Sri, kata yang digunakan khusus bagi orang yang dihormati
Contoh: Sri Ratu, Sri Baginda, Sri Paus

2. Kata sandang khusus kelompok.


a. para, digunakan khusus untuk kelompok
contoh: para bangsawan, para siswa, para penonton
b. kaum, digunakan khusus untuk kelompok yang berideologi sama
contoh:mkaum pinggiran, kaum pria, kaum terpojokkan

14
c.umat, digunakan khusus untuk kelompok yang memiliki latar belakang agama yang
sama
atau memiliki konoyasi keagamaan
contoh:umat Islam, umat Budha, umat beragama, umat manusia

J. kata Depan (Preposis)

Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa
preposisional.
Kata depan berdasarkan bentuknya dalah sebagai berikut.
1. Kata depan berbentuk kata
Contoh;di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, tentang, karena
2. Kata depan berbentuk gabungan kata
Contoh: berbeda dengan, bertolak dari, mengingat akan, oleh karena, sampai dengan,
selain daripada, sesuai dengan

Berikut ini jenis kata depan berdasarkan fungsinya.


1. Menandai hubungan peruntukan
Contoh: untuk, guna bagi, buat
2.Menandai hubungan tempat berada
Contoh: di
3. Menandai hubungan perkecualian
Contoh: selain itu, selain dari, di samping itu
4. Menandai hubungan kesertaan
Contoh: bersama, beserta
5. Menadai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau milik
Contoh: dari
6.Menandai hubungan ikwal atau pristiwa
Contoh: tentang
7.Menandai hubungan tempat atau waktu
Contoh: pada
8.Menandai hubungan kesertaan atau cara
Contoh: dengan
9.Menandai hubungan arah menuju suatu tempat
Contoh: ke, menuju, kepada, terhadap
10.Menandai hubungan pelaku
Contoh: oleh

15
11. Menandai hubungan waktu
Contoh: sejak, sepanjang, menjelang, selama
12. Menandai hubungan pemiripan
Contoh: bagaikan, bagai, seperti, laksana
13. Menandai hubungan perbandingan
Contoh; daripada
14.Menandai hubungan penyebaban
Contoh: oleh karena, oleh sebab, karena, sebab
15. Menandai hubungan batas waktu
Contoh: sekeliling, sekitar

K. Kata Seru (Interjeksi)

Kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia.
Secara garis besar, kata seru mengacu pada sikap berikut.
1. Bernada positif
Contoh: aduhai, amboi, asyik,
2.Bernada aragrap
Contoh: cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan
3.Bernada keheranan
Contoh: Ai, lo, astagfirullah
4.Bernada netral atau campuran
Contoh: Ayo, nah, hai, ah, halo, eh, he

L. Kata Penghubung (Konjungsi)

Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau
aragraph. Kata penghubung dibagi ke dalam lima kelompok.
1 Kata penghubung koordinatif
Kata penghubung koordinatif adalah kata penghubung yang menggabungkan dua klausa
yang memiliki kedudukan setara. Kata penghubung koordinatif digunakan untuk menandai:
a. hubungan penambahan
Contoh: dan
b.hubungan pemilihan
Contoh: atau
c. hubungan perlawanan
contoh: tetapi

16
Penggabungan ketiga jenis kata penghubung di atas menghasilkan kalimat majemuk
setara.

2. Kata penghubung subordinatif


Kata penghubung subordinatif adalah kata penghubung yang menggabungkan dua klausa
atau lebih yang memiliki hubungan bertingkat. Kata penghubung subordinatif terdiri atas:
a. Hubungan waktu
Contoh: sesudah, setelah, sehabis, sejak, selesai, ketika, sementara, sambil, seraya,
selagi,
selama, sehingga, sampai
b.Hubungan syarat
Contoh: jika, jikalau, kalau, asal(kan), bila, manakala
c. Hubungan pengandaian
Contoh: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya
d Hubungan tujuan
Contoh: agar, biar, supaya
e.Hubungan konsesif
Contoh: biarpun, meskipun, sekalipun, walau(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
f. Hubungan pemiripan
Contoh: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, lakasana
g.Hubungan penyebaban
Contoh: Sebab, karena, oleh karena
h Hubungan pengakibatan
Contoh: se(hingga), sampa(-sampai), maka(nya)
i. Hubungan penjelasan
Contoh: bahwa
j. Hubungan cara
Contoh: dengan

3 Kata penghubung korelatif


Kata penghubung korelatif adalah kata penghubung yang menggabungkan dua kata,
klausa, atau frasa, dan hubungan kedua unsur itu memiliki derajat yang sama.
Contoh: tidak hanya…..tetapi juga, tidak hanya….., bahkan, bukanya…..melainkan…..
makin….., jangankan….., pun…..baik….., maupun….., demikian….., sehingga, apa(kah)…..
atau….., entah…..

4. Kata penghubung antarkalimat

17
Contoh:
biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun
demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu,
sebaliknya, sesungguhnya, bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh
karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu

5.Kata penghubung antarparagraf, terbagi atas:


a. Kata penghubung yang menyatakan tambahan pada sesuatu yang telah disebutkan
sebelumnya.
Contoh: di samping itu, demikian juga, tambahan lagi
b. Kata penghubung yang menyatakan pertentangan dengan suatu yang telah disebutkan
sebelumnya.
Contoh: bagaimanapun juga, sebaliknya, namun
c. Kata penghubung yang menyatakan perbandingan
Contoh: sebagaimana, sama halnya
d.Kata penghubung yang menyatakan akibat atau hasil
Contoh: oleh karena itu, jadi, akibatnya
e.Kata penghubung yang menyatakan tujuan
Contoh: untuk itulah, untuk maksud itu

f.Kata penghubung yang menyatakan intensifikasi


Contoh: ringkasnya, pada intinya
g . Kata penghubung yang menyatakan waktu
Contoh: kemudian, sementara itu
h.Kata penghubung yang menyatakan tempat
Contoh:di sinilah, berdampingan dengan

M. Kata Ulang (Reduplikasi)

Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan. Kata ulang terbagi ke dalam
empat jenis, yakni sebagai berikut.
1. Kata ulang dasar (dwilingga) disebut pula perulangan utuh.
Contoh: mobil-mobil, gedung-gedung, hitam-hitam
2. Kata ulang berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai proses pengimbuhan.
Contoh: padi-padian, mobil-mobilan, sebaik-baiknya, kedua-duanya, kekanak-kanakan
3. Kata ulang berubah bunyi (salin suara) adalah bentuk perulangan yang disertai dengan
perubahan bunyi.

18
Contoh: sayur-mayur, lauk-pauk, mondar-mandir, teka-teki, warna-warni

4. Kata ulang sebagian (dwipurwa) adalah bentuk perulangan yang terjadi hanya terjadi
pada sebagian bentuk dasar.
Contoh: pepohonan, tali-temali, dedaunan, tetamu, melihat-lihat, bermain-main, tolak-
menolak
5.Kata ulang semu adalah kata ulang yang bentuknya menyerupai imbuhan, tetapi bukan
kata ulang.
Contoh: Laba-laba, kunang-kunang, ubur-ubur

Kata ulang memiliki beberapa makna berikut.


1. Banyak tidak tertentu
Contoh: rumah-rumah, pejabat-pejabat, batu-batu
2. Banyak dan bermacam-macam
Contoh: buah-buahan, sayu-mayur, warna-warni, bumbu-bumbuhan
3. Menyerupai dan bermacam-macam
Contoh: mobil-mobilan, rumah-rumahan, motor-motoran, robot-robotan, langit-langit
4.Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar
Contoh; kebarat-baratan, keinggris-inggrisan, sakit-sakitan, tidur-tiduran, malas-malasan
5. Intensitas kualitatif
Contoh: pelan-pelan, sebaik-baiknya, seburuk-buruknya, kuat-kuat
6.Intensitas kuantitatif
Contoh: berlari-lari, mengangguk-angguk, bolak-balik, mondar-mandir, berputar-putar,
tertawa-tawa
7. Makna kolektif
Contoh: satu-satu, lima-lima, ketiga-tiganya
8. Kesalingan
Contoh: berpeluk-pelukan, bersalam-salaman, pukul-pukulan, tolong-menolong, pandang-
memandang

2. FRASE

frase merupakan suatu bentuk baik berkenaan dengan pola-pola maupun struktur yang
terjadi karena adanya gabungan kata dengan kata atau dapat pula frase dengan frase yang
memberikan makna yang dapat berupa satuan gramatikal dari gabungan kata-kata
tersebut. dan frase.

19
Contoh :

1) idak malas jauh sekali : betul-betul jauh atau sangat jauh


2) baju biru : baju yang berwarna biru

A. Pembagian Frasa Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya)

Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya, frasa dibedakan menjadi frasa


endosentris dan frasa eksosentris. Berikut penjelasannya.

a) Frasa endosentris, yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi diterangkan dan


menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh :

 kuda hitam (DM)


 anak ayam (DM)

Macam-macam frasa endosentris:

1) Frasa atributif, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan pola DM atau MD.
contoh :

 ibu kandung (DM)


 tiga ekor (MD)

2) Frasa apositif, yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat
menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan). contoh :

 Yanto, anak Pak Lurah lulus ujian SPMB.


D M
3) Frasa koordinatif, yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti
(setara). contoh :

 ayah ibu
 susah senang

4) Frasa eksosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata
tugas. contoh :

 dari Bandung
 kepada teman

B. Pembagian Frasa Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya

20
Menurut pembagian berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa
dibedakan menjadi enam kategori, yakni frasa nomina, frasa verba, frasa ajektifa, frasa
numeralia, frasa preposisi, dan frasa konjungsi.

1. Frasa Nomina

Frasa nomina adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata nomina. Frasa nomina
dibedakan kembali menjadi beberapa kategori sebagai berikut,

1. Nomina sebenarnya.

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)

 . Pasir pantai itu sangat putih.


 Gerobak itu berwana merah.
 Rumah ini milik keluarga Hasim.
 Jeruk itu manis sekali.
 Roda motornya kempes.

2. Pronominal

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)

 Dia itu seorang penulis.


 Mereka semua tergabung dalam grup musik yang sama.
 Kami ini perwakilan universitas.
 Dia itu memang manis.
 Kita itu saudara.

.3. Nama

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)

 Dian itu saudara sepupu saya.


 Ayah Ahmad seorang pelaut.
 Koki Andita sudah terkenal di mana mana.
 Rihanna itu memang terkenal baik dari dulu.
 Rumanah itu anak dari Pak RT.

4. Kata-kata selain nomina yang berubah strukturnya menjadi nomina

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)

21
 Dia rajin (verba) – >rajin itu menguntungkan.
 Anak kucing kami tiga ekor (numeralia) -> Tiga itu cuma sedikit dibandingkan yang
diterima sebenarnya.
 Dia berlari (verba) -> Berlari itu bentuk olahraga yang murah dan mudah.
 Dia baik (adjektiva) -> Anak baik itu bernama Ananda.
 Harga rumah kami tiga juta rupiah (numeralia) -> Tiga juta itu hilang dirampok.

2. Frasa Verba

Frasa verba adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata verba dan ditandai dengan
adanya afiks verba. Frasa verba dapat ditambahkan imbuhan kata ‘sedang’ untuk verba aktif
dan kata ‘sudah’ untuk verba yang menyatakan keadaan. Frasa verba tidak dapat diberikan
imbuhan kata ‘sangat’ dan biasanya menduduki fungsi sebagai predikat dalam suatu
kalimat.

Contoh :

 Berlari kencang.
 Memacu motornya kencang.
 Sedang menjemur.
 Menghitung penghasilan bulan ini.

3. Frasa Adjektiva

Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata adjektiva. Unsur dalam
frasa adjektiva dapat diberikan imbuhan ter- (untuk mewakili kata paling). Biasanya
menduduki fungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat.

Contoh :

 Rumahnya sangat besar.


 Alangkah senangnya kami.
 Dia itu sesukanya sendiri.
 Dia memang yang terbaik.
 Ananda sangat baik
4. Frasa Numeralia

Frasa numeralia merupakan frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata numeralia atau
kata kata yang menyatakan suatu bilangan atau jumlah tertentu. Frasa numeralia dapat
diberi kata bantu bilangan seperti ekor, buah, satuan mata uang, dan lain sebagainya.

22
Contoh :

 Dua puluh lima.


 Lima belas ribu.
 Dua ekor.
5. Frasa Preposisi

Frasa preposisi adalah frasa yang ditandai dengan adanya preposisi atau kata depan
sebagai penunjuk/indikator dan diikuti kata atau kelompok kata, yang bukan klausa, yang
berdiri sebagai petanda.

Contoh:

 Di teras.
 Di depan rumah.
 Dari sekolah.
 Untuk saya.
 Kepada hadirin yang terhormat.
6. Frasa Konjungsi

Frasa konjungsi adalah frasa yang ditandai dengan adanya konjungsi atau kata
penghubung. Frasa konjungsi disebut juga sebagai frasa verbal atau keterangan.

Contoh:

 Terus diam.
 Ketika belajar.
 Masa lampau.
 Kemarin malam.
 Akhir minggu.

C. Pembagian Frasa Berdasarkan Kedudukannya

Frasa dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kedudukannya, yakni frasa setara serta
frasa setara bertingkat.

1. Frasa Setara

Frasa setara merupakan frasa yang memiliki hubungan antar unsur setara. Contoh :

 Keluar masuk.

23
 Depan belakang.
 Hitam putih.
 Muda mudi.
 Tua muda.
2. Frasa Setara Bertingkat

Frasa setara bertingkat merupakan frasa yang kedudukan antar unsurnya tidak setara atau
bertingkat. Contoh :

 Uang tunai.
 Cara baru.
 Pedang tajam.
 Bangku emas.
 Mengayuh sepeda.

D. Pembagian Frasa Berdasarkan Makna yang Dikandungnya

Frasa dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan makna yang terkandung di dalamnya atau
yang dimiliki unsur unsurnya, yakni frasa biasa, frasa idiomatic, serta frasa ambigu.

1. Frasa Biasa

Frasa biasa adalah frasa yang hasil dari pembentukannya berupa makna denotasi atau
makna sebenarnya. Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa biasa)

 Ayah membeli sapi putih.


 Kursi favorit ibu berwarna biru.
 Ibu membeli asam jawa dan garam di warung.
 Arya selalu memantau perkembangan anak laki-lakinya.
 Mobil merah itu buatan Eropa.

2. Frasa Idiomatik

Frasa idiomatik merupakan kebalikan dari frasa biasa, yaitu frasa yang hasil
pembentukannya berupa makna konotasi atau makna yang bukan sebenarnya. Contoh :

 Saya baru kembali dari Pangkalpinang. (arti: nama tempat)


 Saya akan berangkat ke luar negeri besok siang. (arti: ke negara lain)
 Akhirnya Ayu menginjakkan kakinya di Negeri Paman Sam. (arti: julukan Amerika)
 Ia memiliki kaki tangan yang dapat diandalkan. (arti; orang kepercayaan)

24
 Erdi membawa buah tangan dari Surabaya. (arti: oleh oleh)
3. Frasa Ambigu

Frasa ambigu adalah frasa yang memiliki makna lebih dari satu atau makna ganda
tergantung pada penggunaannya dalam kalimat. Contoh :

 Buah tangan. (arti: ‘buah yang dipegang tangan’ atau ‘oleh oleh’)
 Panjang tangan. (arti: ‘panjang dari sebuah tangan’ atau ‘suka mencuri’)
 Kambing hitam. (arti: ‘kambing yang berwarna hitam’ atau ‘orang yang disalahkan’)
 Sapi perah. (arti: ‘jenis sapi yang diternak untuk diambil susunya’ atau ‘orang yang
dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan tertentu)
 Keras kepala. (arti: ‘kepala yang keras’ atau ‘orang yang tidak mau mendengarkan
nasehat orang lain’)
 Haram. (arti: ‘sesuatu yang tidak halal (makanan)’ atau ‘suatu perbuatan yang
dilarang oleh agama’)

3. klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat,
berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas subjek dan predikat, dan
berpotensi untuk menjadi kalimat Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat
karena meskipun bukan kalimat,

Jenis – Jenis Klausa :

1. Klausa berdasarkan unsur internalnya

Klausa berdasarkan unsur internalnya terdapat dua macam, yakni klausa lengkap dan
klausa tak lengkap.

a). Klausa Lengkap

Klausa lengkap adalah klausa yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S dan P.
Berdasarkan struktur internalnya, klausa lengkap dapat dibedakan lagi menjadi dua macam,
yakni klausa susun biasa dan klausa susun balik.

 Klausa susun biasa yakni klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P. Contoh :
tulisan Hendi sangat berbobot

Klausa di atas disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya yaitu tulisan Hendi berada
di depan P, sangat berbobot.

25
 klausa susun balik atau klausa inversi yakni klausa lengkap yang S-nya terletak
dibelakang P. Contoh :
sangat kurus badan orang itu

Klausa di atas badan orang itu menduduki fungsi S, sangat kurus menduduki fungsi P.

b). Klausa Tak Lengkap

Klausa tak lenngkap atau dalam istilahklausa buntung merupakan klausa yang unsure
internalnya tidak lengkap karena di dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat
unsur P, baik disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Contoh :

terpaksa berhenti bekerja di bank itu

Klausa di atas bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya ditambah S,
misalnya ditambah frasa suami saya sehingga menjadi Suami saya terpaksa berhenti
bekerja di bank itu.

2. Berdasarkan ada-tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.

Klausa berdasarkan ada-tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P


terdapat dua macam, diantaranya :

a). Klausa Positif

Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik
menegatifkan P. Kata-kata negatif itu adalah tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan
jangan.Contoh :

dia mendapatkan piala atas kemenangannya dalam lomba musikalisasi puisi

b). Klausa Negatif

Klausa negatif adalah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara negatif
menegatifkan P. Seperti telah disebutkan di atas. Kata-kata negatif itu adalah tidak, tak,
tiada, bukan, belum, dan jangan.

Contoh :

Ferdi tidak langsung pulang, melainkan bermain di rumah Jio

Berdasarkan artinya kata negatif ialah kata yang mengingkarkan kata lain, dan secara

26
gramatik kata negatif itu ditentukan oleh adanya kata penghubung melainkan yang
menuntutadanya kata negatif pada klausa yang mendahuluinya.

 Kata negatif tidak, yang kadang-kadang dipendekkan menjadi tak, digunakan untuk
menegatifkan P yang terdiri dari kata atau frase golongan V dan FD. Contoh : dia
tidak berangkat ke sekolah
 Kata negatif tiada mula-mula berarti ‘tidak ada’. Contoh : ibu tirinya tiada henti
memarahinya
 Kata negatif bukan digunakan untuk menegatifkan P yang terdiri dari kata atau frase
golongan N. Contoh : orang itu bukan pegawai kantor ini
 Kata negatif belum digunakan untuk menegatifkan P yang terdiri dari kata atau frase
golongan V, FD, dan Bil. Bedanya dengan kata negatif tidak, bahwa dengan kata
negatif belum suatu perbuatan atau peristiwa akan dilakukan atau terjadi. Contoh :
ayah belum mandi
 Kata negatif jangan dipakai untuk menegatifkan P yang terdiri dari kata atau frase
golongan V dan FD. Bedanya dengan kata tidak, kata negatif ini digunakan untuk
melarang. Contoh : jangan bermain terus

3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P.

Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungi P ada empat macam,
diantaranya klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan

a). Klausa Nominal

Klausa nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan N.

Contoh : ia mahasiswa UNIGAL

Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai berikut
:

1. Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.

2. Pada tatara frase tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata
bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau
pada sebagai aksisnya.

b). Klausa Verbal

Klausa verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan V. Contoh :

27
ia bekerja di Puskesmas

Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan
pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup,
menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, kurus, dan sebagainya.

Kata verbal berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat .... sebagai
keterangan cara. Kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu

(1) kata kerja, ialah kata verbal yang dapat diikuti frase dengan sangat... sebagai keterangan
cara.

(2) kata sifat. Kata verbal berdasarkan kemungkinannya diikuti O. Kata kerja dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kata kerja transitif dan kata kerja intransitif. Kata
kerja transitif adalah kata kerja yang dapat diikuti O dan dapat diubah menjadi bentuk pasif.
Sedangkan kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tida dapat diikuti O dan tidak dapat
diubah menjadi bentuk pasif.

Berdasarkan golongan-golongan kata verbal itu,klausa verbal dapat digolongkan


menjadi :

1. Klausa verbal ajektif

Klausa ini P-nya dari kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat, atau terdiri dari
frase golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat. Contoh : rumahnya indah sekali

2. Klausa verbal intransitif

Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif,
atau terdiri dari frase verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif. Contoh :
anaknya bermain di taman belang rumah

3. Klausa verbal aktif

Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk kata kerja transitif, atau terdiri dari
frase verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif. Contoh : Lilo sedang membaca
komik Naruto

4. Klausa verbal pasif

Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif, atau
terdiri dari frase verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif. Contoh :
kedatangannya disambut oleh anak-anaknya

28
5. Klausa verbal yang refleksif

Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu
kata kerja yang menyatakan ‘perbuatan’ yang mengenai ‘pelaku’ perbuatan itu sendiri.
Contoh : ia tak dapat menahan diri

6. Klausa verbal yang resiprokal

Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal,
yaitu kata kerja yang menyatakan ‘kesalingan’. Contoh : mereka saling berpelukan

c). Klausa Bilangan

Klausa bialangan atau numerial adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase
golongan Bil. Contoh : roda sepeda itu tiga

d). Klausa Depan

Klausa depan atau preposisional adalah klausa yang P-nya terdiri dari frase depan, yaitu
frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda. Contoh : hadiah itu dari perusahaan

4. Berdasarkan kemungkinan kemandiriannya untuk menjadi sebuah kalimat.

Klausa berdasarkan kemungkinan kemandiriannya untuk menjadi sebuah kalimat terbagi


menjadi beberapa macam yakni sebagai berikut :

a) Klausa Mandiri

Klausa mandiri atau klausa bebas merupakan klausa yang kehadirannya dapat berdiri
sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya : merokok dapat
menyebabkan kanker

b) Klausa Tergabung

Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya untuk menjadi
sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural, klausa
tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa subordinatif. Misalnya : merokok
dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan
janin

 Klausa Koordinatif
Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara. Dalam
kalimat plural atau majemuk setara, semua klausanya berupa klausa koordinatif.

29
Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif karena secara gramatik dihubungka
secara koordinatif oleh penghubung-penghubung koordinatif dan, atau, tetapi, lagi
pula, lalu, namun, sebaliknya, malahan, dan lain-lain.
contoh-contoh :
o Saya menulis artikel itu, menyunting, dan mengirimkannya ke media massa
 Klausa Subordinatif
Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi, dalam kalimat
plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang biasa dikenal dengan klausa induk,
klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa bawahan atau klausa sematan atau
klausa subordinatif. Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan
klausa terkandung.

Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam kalimat plural.
Klausa berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu klausa-klausa berbatasan:

1. Final,

Contoh : Denis rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati.

2. Kausal,

Contoh : Rombogan Suciwati merasa kecewa karena tidak diperkenankan menjenguk


Presiden Soeharto

3. Kondisional,

Contoh : Jika diundang, ia mau datang.

4. Konsekutif,

Contoh : Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum mampu membeli mobil.

5. Konsesif,

Contoh : Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang banyak prestasi.

6. Temporal,

Contoh : Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim
memperkuat Benfica.

Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi subordinatif seperti
agar, karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang berturut-turut dinamakan

30
sebagai klausa berbatasan.

 Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan yang kehadirannya bersifat wajib.


Berdasarkan fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa terkandung dapat
dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi dan klausa
pemerlengkap.
 Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa subordinatif yang kehadirannya
berfungsi mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang diikutinya.
Contohnya ialah beberapa
 klausa dari sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut:
 Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar.
 Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden Soeharto
yang sedang berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan.
 Klausa pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan merupakan klausa yang
berfungsi melengkapi (atau menerangkan spesifikasi hubungan yang terkandung
dalam) verba matriks.
Klausa pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional karena klausa tersebut biasanya
berpenanda kata bahwa yang menyatakan suatu proposisi.contoh :

 Dokter berkata, “ASI sangat baik untuk anak.”


Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak.

 Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klausa yang
menyatakan proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa
dan proses pada kalimat-kalimat berikut.
 Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari
pekerjannya sudah terduga sebelumnya.
Klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang dilakukan, klausa
perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan yang mungkin dilakukan.

1. Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat, menyaksikan,
mengetahui, berhasil, berhenti, dan mulai. Contoh :

 Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela


Zahra mendorong Ela
2. Klausa perbuatan yang tidak dilakukan dapat ditandai oleh verba mencegah, menolak,

31
gagal, dan lupa. Misalnya:

 Ayah mencegah kami membawa uang saku ke sekolah


Kami tidak membawa uang saku ke sekolah
3. Adapun klausa perbuatan yang mungkin dilakukan dapat ditandai oleh verba
bermaksud, berniat, bertekad, merencanakan, menganjurkan, dan menyarankan. Contoh :

 Farah bermaksud memohon izin untuk tidak datang ke kampus


Farah memohon izin; Farah tidak memohon izin

4. Imbuhan

afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada
bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru
dengan arti yang berbeda.

Jenis-jenis imbuhan

AWALAN

Imbuhan yang diletakkan pada awal kata dasar disebut dengan awalan (prefiks). Ada
beberapa imbuhan awalan, di antaranya adalah:

1. me-

Imbuhan me- berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif pada kata dasarnya. Imbuhan me-
bisa berubah – ubah menjadi beberapa bentuk sesuai dengan kata dasar yang diikutinya.

Contoh:

 Dobrak + men - = Mendobrak


Pencuri itu mendobrak pintu rumahku dan mencuri beberapa barang berharga.

 Ambil + meng- = Mengambil


Aku mengambil buku yang tertinggal di rumah.

 Sapa + meny- = menyapa


Setiap hari aku menyapa dirinya.

2. ber-

32
Imbuhan ber- juga bisa berubah menjadi dua bentuk yaitu bel- dan be-. Apabila imbuhan
ber- bertemu dengan kata dasar yang diawali dengan konsonan, maka ber- menjadi be.

Contoh :

Kerja + ber- = bekerja

Ajar + ber- = belajar.

3. di-

Imbuhan di- tidak memiliki perubahan bentuk dan berfungsi untuk membentuk makna pasif
pada kata dasarnya.

Contoh:

Buang + di- = dibuang

Sampah – sampah dibuang ke tempat sampah oleh ibu.

4.ter-

Imbuhan ter- juga tidak memiliki perubahan khusus, tetapi memiliki beberapa fungsi di
antaranya adalah:

Sebagai penunjuk makna ketidaksengajaan.

Contoh :

buang + ter- = terbuang ; Barangku terbuang ke kotak sampah ketika aku tidak ada di
rumah.

Sebagai pembentuk kata sifat

Contoh :

Baik + ter- = terbaik ; kelasku menjadi kelas yang terbaik di sekolah.

Sebagai pembentuk kata pasif

5. pe-

Imbuhan pe- memiliki beberapa macam bentuk perubahan, di antaranya adalah peng-,
penye-, dan per-. Imbuhan ini juga memiliki fungsi sebagai berikut:

Sebagai penunjuk pelaku :

33
pekerja, pelajar, pembohong, pemberi, pengurus, pembantu, dan lain – lain.

Aku adalah seorang pelajar di SMAN 1 Bagun Pagi.

Sebagai pembentuk kata perintah : Perlambat, pertajam, perindah, percantik, dan lain – lain.

Percantik lukisan itu!

6. ke-

Imbuhan ke- tidak memiliki bentuk perubahan dan berfungsi sebagai penunjuk urutan.

Contoh : Dua + ke = kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Sisipan

Sisipan adalah imbuhan yang diletakkan di tengah – tengah kata dasar. Imbuhan ini
diantaranya adalah –el-, -em-, dan –er.

Contoh :

Getar + er = gemetar.

Tali – el = Temali.

AKHIRAN

Akhiran adalah imbuhan yang diletakkan pada bagian akhir kata dasar dan disebut juga
dengan suffiks. Ada beberapa jenis imbuhan ini, antara lain:

1. -kan/-i

Imbuhan - imbuhan ini sebagai pembentuk makna perintah.

Contoh : ambilkan, datangkan, bawakan, tuangkan, datangi, diami, dan lain – lain

2. -an

Imbuhan –an berfungsi untuk:

Sebaagi penunjuk bagian: satuan, kiloan, dan lain – lain

Sebagai penunjuk alat: timbangan, angkutan

Sebagai penunjuk tempat: lapangan, lautan, daratan, dan lain – lain.

3. -pun

34
Imbuhan ini berfungsi untuk membentuk makna juga.

Contoh: akupun, Merekapun, kamipun, dan sebagainya.

4.-kah

Imbuhan ini berfungsi untuk menegaskan kata dasarnya.

Contoh: Mudahkah, benarkah, iyakah, dan lain – lain.

Awalan dan Akhiran

Imbuhan ini disebut dengan konfiks dan diletakkan pada bagian awal dan akhir kata dasar.
Fungsi imbuhan konfiks di antaranya adalah:

1. me-kan

Sebagai pembentuk makna aktif

Contoh : Membanggakan, membangunkan, mengantarkan, dan lain – lain.

2. pe-a

Sebagai pembentuk makna kata benda

Contoh: Pengampunan, pengasingan, pengaduan, dan lain – lain.

3. se-nya

Sebagai kata pengulangan

Contoh: Sepandai – pandainya, sebaik – baiknya, semahal – mahalnya, dan lain – lain.

35

Anda mungkin juga menyukai