TENTANG KINEMATIKA
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen Tes Diagnostik Miskonsepsi
Empat Tahap Tentang Kinematika (TDMET-K) yang dapat mendeskripsikan profil miskonsepsi guru
fisika SMA dengan kriteria baik. Penelitian menggunakan metode penelitian & pengembangan dengan
guru fisika SMA di Surakarta sebagai subjek penelitian. Tahapan penelitian terdiri atas kajian literatur
untuk menyusun draf awal; uji validitas secara kualitatif oleh dua ahli; uji validitas isi secara kuantitatif
menggunakan formula Lawshe; uji coba lapangan awal (6 subjek); uji coba lapangan utama (30 subjek)
sebagai bahan untuk menguji reliabilitas menggunakan formula Alpha Cronbach. Hasil uji menjadi bahan
revisi sehingga dihasilkan TDMET-K final. Instrumen pengambilan data yang digunakan berupa angket.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil uji kuantitatif menunjukkan
bahwa baik item maupun instrumen memenuhi kriteria validitas isi yang baik dan reliabilitas instrumen
termasuk kategori tinggi. Penelitian ini telah berhasil mengembangkan instrumen TDMET-K sebanyak
30 butir yang dapat mendeskripsikan profil miskonsepsi guru fisika SMAdengan kriteria baik.
Abstract: This study aimed to develop a valid Four Tier Misconception Diagnostic Test about Kinematics
thatis intended to describe high school physics teacher’s misconception profile. This research and
development study involved high school physics teachers in Surakarta as the research subjects. The
research was conducted in the following stages: literature review to prepare initial draft; qualitative test
of validity by two experts; a quantitative test of the content validity using the Lawshe formula; an initial
field trial (6 subjects); and a main field trial (30 subjects) to explorethe reliability of the test using the
Cronbach Alpha formula. The result from the try out was subsequently revised to create the final product.
A questionnaire was used to collect the data. Both quantitative and qualitative descriptive analyses were
performed.The quantitative test results indicated that both the items and instruments meet the criteria of
good content validity and high reliability. This research has developed an instrument consisting of 30
items that can be used to describe high school physics teacher’s misconception.
237
238
jaran Fisika seperti yang telah diungkapkan di & McDermott, 2015). Setiap metode memiliki
atas. kekurangan dan kelebihannya, namun Reynolds
Rendahnya kemampuan sains tersebut di dalam Caleon& Subramaniam (2009) menyata-
atas dimungkinkan erat kaitannya dengan mis- kan bahwa tes pilihan ganda memiliki kelebihan
konsepsi yang dapat diakibatkan oleh lima hal serba guna, efisien, objektif, mudah digunakan,
yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan me- dan lebih sedikit terpengaruh oleh tendensi sese-
tode mengajar (Suparno, 2005). Dari sini dapat orang dalam menjawab pilihan ganda dengan
dilihat bahwa guru juga berperan dalam terjadi- cara tertentu. Pilihan ganda lebih mudah diguna-
nya miskonsepsi pada siswa bahkan tidak menu- kan daripada metode lainnya terutama jika ingin
tup kemungkinan guru itu sendiri yang menga- diujikan pada sebuah populasi. Di lain sisi juga
lami miskonsepsi. dijelaskan bahwa pilihan ganda memiliki satu
Van den Berg (1991,p. 10) menyatakan, kelemahan utama, yaitu tidak bisa membedakan
“Konsepsi yang berbeda atau bertentangan jawaban benar sebab alasan yang benar atau ala-
dengan konsepsi para ahli disebut sebagai mis- san yang salah (Caleon & Subramaniam, 2009).
konsepsi.” Senada dengan Van den Berg, disim- Alhasil tes pilihan multi tahap dikembangkan
pulkan oleh Hammer dalam Pesman (2010), dengan tujuan mengimbangi kekurangan dari
miskonsepsi adalah struktur kognitif yang se- tes pilihan ganda umumnya dalam mendiagnosis
cara kuat tertanam tetapi tidak konsisten dengan miskonsepsi siswa.
konsep saintifik. Namun, definisi menurut Ham- Secara umum, tes dua tahap adalah instru-
mer tersebut dapat diartikan bahwa bukan hanya men tes diagnosis seperti pilihan ganda umu-
tidak konsisten dengan konsep saintifik, sebuah nya sebagai tahap pertama, dan di tahap kedua
miskonsepsi pun secara kuat didukung oleh in- berisi prinsip-prinsip yang relevan yang mem-
dividu tersebut. benarkan respons pada tahap pertama (Caleon
Hal tersebut akan lebih sulit untuk dilurus- & Subramaniam, 2009). Kelemahan dari tes ini
kan jika terjadi pada guru yang tidak menyadari dijelaskan oleh Tamir bahwa pilihan jawaban
bahwa guru tersebut mengalami miskonsepsi. yang disediakan pada tes dua tahap memberikan
Untuk keperluan ini, dibutuhkan tes diagnostik petunjuk pada jawaban yang benar yang belum
miskonsepsi untuk guru. tentu dipikirkan oleh peserta tes ketika peserta
“Istilah diagnostik dapat diuraikan dari tersebut dites dengan jawaban terbuka ataupun
asal katanya yaitu diagnosis yang berarti mengi- wawancara (Gurel et al, 2015). Tes dua tahap
dentifikasi penyakit dari gejala-gejala yang di- belum bisa membedakan salah yang disebabkan
timbulkannya” (Depdiknas, 2007, p. 2). Marda- karena belum paham konsep atau mengalami
pi menerangkan bahwa hasil dari tes diagnostik miskonsepsi, dan tes tersebut belum bisa mem-
memberikan informasi tentang konsep-konsep bedakan jawaban benar yang disebabkan paham
yang belum dan telah dipahami, termasuk ke- konsep atau tebakan (Gurel et al, 2015). Penam-
salahan konsep, oleh karenanya tes diagnostik bahan tahap diharapkan dapat menjadi jalan ke-
mengandung materi yang dirasa sulit namun luar permasalahan ini.
tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah (2012, Tes tiga tahap sama seperti tes dua tahap
p.111). Mehrens & Lehmann (Suwarto, 2013, yang ditambahkan tahap ketiga berisi pertanyaan
p.114) menyatakan, “Tes diagnostik yang baik mengenai keyakinan peserta tes dengan jawaban
dapat memberikan gambaran akurat tentang mis- yang telah diberikan pada tahap pertama dan
konsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan infor- kedua. Turgut, Gurbuz, & Turgut(2011) mene-
masi kesalahan yang dibuatnya.” rangkan bahwa keadaan miskonsepsi pada tes
Tes diagnostik miskonsepsi sendiri dapat tiga tahap adalah ketika seorang peserta yakin
disajikan dalam berbagai metode. Sebuah pe- pada jawaban dan alasan yang salah di tahap
nelitian yang meneliti artikel ilmiah tentang tes pertama dan kedua. Namun, kelemahan tes tiga
diagnostik dengan tahun terbit antara 1980-2014 tahap terjadi sebab peserta ditanya mengenai
di Inggris mengungkapkan bahwa dari 273 ar- keyakinan pada tahap pertama dan kedua pada
tikel yang diteliti, 53% menggunakan metode saat yang bersamaan. Tidak jelas apakah peserta
wawancara, 34% tes jawaban terbuka, 32% pi- tes memiliki tingkat keyakinan yang berbeda
lihan ganda, 13% tes pilihan ganda bertahap, dan antara tahap pertama dan kedua (Caleon& Sub-
9% dengan metode lain-lain (Gurel, Eryilmaz, ramaniam, 2009). Dengan demikian dimung-
kinkan tes tiga tahap ini menaksir terlalu rendah ment (R&D) yang bertujuan untuk merumuskan,
proporsi belum paham konsep dan menaksir ter- memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan,
lalu tinggi skor peserta paham konsep (Gurel et menguji keefektifan produk, model, metode/
al, 2015). Oleh karena itu, dewasa ini tes empat strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih
tahap dikembangkan. Pada tes empat tahap ting- unggul, baru, efektif, efisien, produktif, dan ber-
kat keyakinan ditanya pada jawaban dan alasan makna (Putra, 2012: 67). Dalam hal ini, peneli-
secara terpisah. tian ini bertujuan untuk mengembangkan produk
Tes empat tahap merupakan salah satu berupa instrumen TesDiagnostik Miskonsepsi
jenis tes diagnostik pilihan ganda multi tahap. Empat Tahap pada materi Kinematika (TD-
Pada tahap pertama terdiri dari pertanyaan dan MET-K) yang memenuhi kriteria baik. Subjek
pilihan jawaban seperti pada tes pilihan ganda penelitian adalah guru SMA di Surakarta. Total
pada umumnya. Pada tahap kedua berisi tingkat subjek berjumlah 36 guru dengan rincian 6 guru
keyakinan mengenai jawaban di tahap pertama. pada uji coba lapangan awal (2 laki-laki dan 4
Pada tahap ketiga berisi prinsip-prinsip yang perempuan) dan 30 guru pada uji coba lapang-
relevan yang membenarkan respons pada tahap an utama (4 laki-laki dan 26 perempuan). Sub-
pertama, sedangkan pada tahap keempat berisi jek penelitian dipilih secara acak. Penelitian ini
tingkat keyakinan mengenai jawaban di tahap menggunakan metode Research and Develop-
ketiga. ment, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Kinematika merupakan materi yang feno- (1) penelitian pendahuluan dan perencanaan; (2)
menanya banyak dijumpai dalam kehidupan pengembangan produk; (3) uji coba lapangan
sehari-hari mengundang banyak miskonsepsi. awal; (4) revisi produk utama; (5) uji coba la-
Beberapa hasil penelitian miskonsepsi Kinema- pangan utama; dan (6) revisi produk operasio-
tika dijelaskan berikut. Hasil studi Trowbridge nal.
& McDermott (1980) mengatakan bahwa maha- Produk dari penelitian ini adalah instru-
siswa Fisika Pengantar University of Washing- men TDMET-K yang dapat digunakan untuk
ton yang dapat mendefinisikan kecepatan belum mendeskripsikan profil miskonsepsi guru Fisika
tentu dapat menentukan jika dan kapan dua ob- SMA pada materi Kinematika. Instrumen tes
jek memiliki kecepatan yang sama. Banyak ma- miskonsepsi yang dikembangkan termasuk tipe
hasiswa juga masih kesulitan dalam menggam- empat tahap. Pada tahap pertama adalah perta-
bar dan menginterpretasikan grafik (McDermott, nyaan pengetahuan tentang materi Kinematika,
Rosenquist, & van Zee, 1987). Temuan yang di- tahap kedua adalah pertanyaan tentang keya-
hasilkan dari penelitian Bunawan (2015, p. 266) kinan atau confidence rating atas jawaban pada
menyatakan, “Pengembangan tes diagnostik pi- tingkat pertama, tahap ketiga adalah penyajian
lihan ganda tiga tingkat terhadap mahasiswa alasan jawaban pada tahap pertama, dan tahap
calon guru fisika membuka fakta bahwa pengua- keempat adalah pertanyaan tentang keyakinan
saan kemampuan representasi grafik berdasar- (confidence rating) atas alasan jawaban pada
kan level grafik fungsi masih kurang memadai.” tingkat ketiga. Dalam hal ini terdiri dari 30 butir
Hasil studi-studi terdahulu demikian kemudian soal dengan alokasi waktu 90 menit.Setiap butir
menjadi dasar pengembangan tes diagnostik un- tes yang dikembangkan berawal dari forum Fo-
tuk guru ini. cus Group Discussion (FGD) yang mengkaji
Tujuan penelitian ini adalah mengem- literatur penelitian terdahulu tentang miskon-
bangkan instrumen Tes Diagnostik Miskonsepsi sepsi pada materi Kinematika.Adapun bagan alir
Empat Tahap Tentang Kinematika (TDMET-K) prosedur penelitiannya disajikan pada Gambar
yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan 1.
profil miskonsepsi guru Fisika SMA pada materi Berdasarkan bagan Gambar 1 selanjutnya
Kinematika. dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap awal
pengembangan adalah dilakukan kajian literatur
METODE yang selanjutnya dibahas lebih lanjut dalam FGD
Penelitian dilaksanakan pada bulan Feb- sehingga menghasilkan draf I TDMET-K. Draf
ruari sampai dengan November 2017. Metode I tersebut selanjutnya divalidasi secara kualitatif
penelitian yang digunakanan adalah penelitian oleh duadosen ahliyang meliputi aspek materi,
pengembangan atau Research and Develop- konstruksi dan bahasa (Depdiknas, 2008) seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.
abilitas instrumen tes. Teknik analisis data yang itu dua bola memiliki kecepatan yang sama. Hal
digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dan tersebut kurang tepat. Dua atau lebih benda yang
deskriptif kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi berada di posisi yang sama tidak selalu memi-
uji validitas isi dari 7 panelis (2 ahli dan 5 prak- liki kecepatan yang sama. Pada Gambar 2, bola
tisi) dan reliabilitas instrumen tes berdasarkan A mengalami gerak dengan kecepatan konstan,
data yang diperoleh dari hasil uji coba lapangan dan bola B mengalami gerak yang diperlambat,
utama. ketika berpapasan di posisi yang sama dapat
memiliki kecepatan yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada pengembangan instrumen tes di-
agnostik four-tier ini sebanyak tiga puluh butir
TDMET-K telah dikembangkan yang berfungsi
untuk mendeskripsikan profil miskonsepsi yang
dialami guru Fisika SMA pada materi Kinema-
tika. Pengembangan TDMET-K tersebut telah
melewati beberapa tahapan yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
(GLBB) diperlambat. Kedua bola memiliki ke- dan Gurel et al. (2015). Penelitian Gurel menjadi
cepatan yang sama ketika di antara rekam jejak dasar pengambilan keputusan pada tes empat
kedua dan ketiga. Hal ini ditandai dengan kedua tahap yang digunakan dalam penelitian ini. Kri-
bola memiliki jarak yang sama pada selang wak- teria pengambilan keputusan pada penelitian ini
tu rekam jejak kedua dan ketiga. diilustrasikan pada Tabel 2.
Contoh lain pembahasan yang terdapat di
halaman website tersebut adalah pembahasan Tabel 2. Kriteria Pengambilan Keputusan
mengenai Gambar 5. Pengunjung diminta un- pada TDMET-K (Gurel et al., 2015)
tuk menggambar sketsa grafik posisi terhadap
Tahap
waktu dari gerak bola yang meluncur pada suatu Keputusan
I II III IV
lintasan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
5a. Pengunjung website yang mengalami mis- B Y B Y Paham
B Y B TY Belum Paham
konsepsi kemungkinan besar akan menggam- B TY B Y Belum Paham
bar grafik dengan bentuk serupa lintasan yang B TY B TY Belum Paham
ditempuh dari bola tersebut. Hal ini tidak tepat. B Y S Y Miskonsepsi
Pada awal gerak, bola mengalami percepatan, B Y S TY Belum Paham
B TY S Y Belum Paham
sehingga kemiringan dari grafik adalah positif. B TY S TY Belum Paham
Sedangkan di akhir gerak, bola mengalami per- S Y B Y Belum Paham
lambatan seiring dengan lintasan yang menan- S Y B TY Belum Paham
jak, maka kemiringan dari akhir grafik adalah S TY B Y Belum Paham
negatif. Sketsa grafik yang tepat akan menyeru- S TY B TY Belum Paham
S Y S Y Miskonsepsi
pai sebuah parabola, seperti yang diilustasikan S Y S TY Belum Paham
pada Gambar 5b. S TY S Y Belum Paham
S TY S TY Belum Paham
B: Benar; S: Salah; Y: Yakin; TY: Tidak Yakin
diagnostik meliputi tiga bidang kriteria penela- 5) Soal yang antarpilihan panjangnya terlalu
ahan, yaitu materi, konstruksi, dan bahasa, se- timpang agar direvisi seperti pada nomor 14,
perti ditunjukkan pada Tabel 3. 15, 23, & 28.
Adapun ringkasan hasil validasi instru- Contoh soal yang direvisi dengan arahan
men tes diagnostik oleh Validator adalah sebagai dari validator pertama dapat dilihat di Tabel 5.
berikut: Pada tabel tersebut diperlihatkan butir nomor
Dari 30 soal yang divalidasi oleh validator 4 dan nomor 9 sebelum dan setelah divalidasi.
pertama, sebanyak 10 item soal diterima tanpa Pada nomor 4, Validator pertama menyarankan
revisi dan 20 item soal diterima dengan revisi agar diberi penjelasan yang menyatakan bahwa
dengan rincian pada Tabel 4. Soal paling banyak Hendra memiliki laju yang sama dengan mobil
mengalami revisi pada bagian keterangan yang biru. Jika besar kecepatan keduanya tidak sama,
kurang dicantumkan pada soal yang terdapat maka tidak akan terbentuk sudut 45° seperti yang
gambar di dalamnya. Serta terdapat pula soal diharapkan pada opsi (1). Alhasil ilustrasi Hen-
yang di dalamnya mengandung persepsi ganda. dra yang semula dilambangkan dengan orang
Catatan/saran yang diberikan oleh validator per- berjalan diganti dengan mobil oranye, dengan
tama antara lain: diberi kalimat penegas, “jika laju kedua mo-
1) Soal yang kalimatnya mengandung pernya- bil sama besar”. Dengan laju yang sama besar,
taan yang bermakna ganda maka kalimat maka jawaban yang benar untuk tahap pertama
tersebut diperbaiki dan redaksi kalimat terse- adalah pilihan (1).
but dibuat lebih jelas seperti pada nomor 3, Sedangkan pada nomor 9, ketika informa-
10, 11, 12, 13, & 26. si yang ada pada nomor 9 dimasukkan ke dalam
2) Soal yang penyajian gambarnya kurang jelas rumus GLBB, hasil yang didapat tidak sesuai
maka gambarnya dibuat lebih jelas lagi de- dengan pilihan yang ada. Setelah diusut, barulah
ngan menyertakan keterangan yang dibutuh- disadari bahwa anak tersebut tidak memiliki ja-
kan seperti pada nomor 5, 6, 7, 18, 20, 22, & rak awal dari titik acu yaitu bangku taman (s0 =
24. 0). Alhasil, didiskusikan kembali angka yang te-
3) Soal dengan angka perhitungan yang keliru pat yang sesuai dengan ilustrasi agar didapatkan
maka diperbaiki sesuai dengan perhitungan kombinasi yang tepat antara soal dan jawaban.
yang benar, seperti pada nomor 9. Dari 30 soal yang divalidasi oleh valida-
4) Soal-soal yang memerlukan keterangan, tor kedua, sebanyak 11 diterima tanpa revisi dan
maka perlu ditambahkan informasi pendu- 19 butir diterima dengan revisi. Sama halnya de-
kung seperti pada nomor 4 & 8.
Tabel 3. Distribusi Sub Konsep TDMET-K
No. Sub Konsep No. Soal
1 Perpindahan & Jarak 1, 2
2 Kecepatan 3, 4
3 Hubungan Posisi & Kelajuan 5, 6, 7
4 Kelajuan & Kecepatan Rata-Rata 8, 9
5 Perlajuan Rata-Rata & Percepatan 9, 10, 11, 12, 13, 25
6 Hubungan Kecepatan dan Percepatan 11, 12, 14, 15, 16
7 Grafik Posisi sebagai Fungsi Waktu 17, 18, 19, 20
8 Grafik Kecepatan sebagai Fungsi Waktu 21, 22, 23
9 Grafik Kelajuan sebagai Fungsi Waktu 24
10 GLB 18, 6
11 GLBB 5, 9, 16, 21, 25
12 Gerak Jatuh Bebas 21, 24, 26, 27, 28
13 Gerak Melingkar 11, 12, 29, 30
Bagaimanakah vektor kecepatan mobil yang dilihat oleh Jika laju kedua mobil sama besar, bagaimanakah vektor
Hendra? kecepatan mobil biru yang dilihat oleh Hendra?
Jawaban:
Jawaban:
(1) (2)
(1) (2)
9. Seorang anak yang mula-mula diam, bergerak mening- 9. Seorang anak yang mula-mula diam, bergerak mening-
galkan sebuah kursi taman. Dia bergerak lurus dipercepat galkan sebuah kursi taman. Dia bergerak lurus dipercepat
beraturan. Selama detik pertama, dia berjalan sepanjang beraturan. Selama detik pertama dia berjalan sepanjang m.
1 m. Selama detik kedua, dia berlari sepanjang 2 m. Dan Selama detik kedua dia berlari sepanjang 2 m. Dan selama
selama detik ketiga, dia berlari sepanjang 3 m. Berapakan detik ketiga dia berlari sepanjang m. Berapakah kelajuan
kelajuan rata-rata dan besarnya percepatan anak itu? rata-rata dan besarnya percepatan anak itu?
Jawaban: Jawaban:
(1) Kelajuan rata-rata = 2 m/s ; besarnya percepatan = 1m/ (1) Kelajuan rata-rata = 2 m/s ; besarnya percepatan = 1m/
s2 s2
(2) Kelajuan rata-rata = 1 m/s ; besarnya percepatan = 1m/ (2) Kelajuan rata-rata = 1 m/s ; besarnya percepatan = 1m/
s2 s2
diberi penekanan dengan dipertebal dan diberi kan instrumen tersebut ada sejumlah catatan dan
keterangan tambahan yang memperjelas petun- saran yang diberikan, salah satu contoh masukan
juk pengerjaan. Pada Tabel 6 ditunjukkan petun- adalah terdapat beberapa ketidaksesuaian tata
juk pengerjaan nomor 5 sampai dengan nomor 8 letak gambar dengan teks, seperti kata “gambar
sebelum dan sesudah direvisi. di atas” padahal gambar terletak di bawah teks
Berdasarkan hasil validasi oleh validator seperti pada nomor 24. Selain itu, masukan lain-
tersebut, dilakukan revisi terhadap instrumen nya juga diberikan pada nomor 19 seperti yang
TDMET-K dan dihasilkan draf II instrumen ditunjukkan pada Tabel 7.
TDMET-K. Selanjutnya draf instrumen tersebut
diuji validitas isinya oleh 7 orang panelis yang Tahap Revisi Produk Utama
terdiri atas 2 ahli dan 5 praktisi. Hasil uji dengan Revisi produk utama dilakukan berdasar-
formula Lawshe dengan Ms. Excel menunjuk- kan catatan/saran pada uji coba lapangan awal
kan bahwa validitas isi item sebanyak 30 butir untuk menyempurnakan struktur butir draf II
itemsemuanya memiliki nilai koefisien V di atas instrumen TDMET-K tersebut. Revisi dilaku-
0,75. Sedangkan validitas intrumen diperoleh kan sesuai yang disarankan oleh subjek uji coba
nilai koefisien V sebesar 0,88. Dengan demikian lapangan awal.
validitas item dan instrumen TDMET-K dikata- Sebelum direvisi, butir nomor 19 menim-
kan valid karena lebih besar dari 0,75. Dengan bulkan kebingungan pada guru yang mengerja-
demikian tidak ada butir draf II instrumen TD- kan uji coba lapangan awal. Opsi (2) yang berisi
MET-K yang ditolakdan dapat dilanjutkan ke “Selama 4 sekon sepeda menempuh jarak 10 m”
tahap selanjutnya, yaitu tahap uji coba lapangan mengindikasikan bahwa sepeda terus bergerak
awal kepada guru yang menjadi subjek peneli- selama interval waktu 4 sekon. Padahal sepeda
tian. Hasil analisis tersebut dinyatakan sebagai hanya bergerak selama 2 detik awal. Hal tersebut
draf III instrumen TDMET-K dirasa menjadikan opsi (2) tidak cocok dengan
alasan (C) yang merupakan kunci jawaban pa-
Tahap Uji Coba Lapangan Awal ham konsep untuk nomor 19.
Tahap uji coba lapangan awal dilakukan Alhasil, kalimat pada pilihan (2) direvisi
pada 6 guru Fisika SMA di Surakarta. Tahap uji menjadi: Selama 6 sekon sepeda menempuh ja-
coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ke- rak 10 m. Adanya revisi tersebut diubah menjadi
terbacaan dari draf III instrumen TDMET-K yang 6 dan bukan 2 sekon, sebab butir soal nomor 19
telah disusun. Secara menyeluruh hasil uji coba ini sengaja ingin mengetahui pemahaman peser-
lapangan awal ini dapat disimpulkan bahwa se- ta bahwa sepeda hanya bergerak di 2 detik perta-
luruh butir tes diagnostik sudah dapat dipahami. ma dan selebihnya berhenti. Dipilihnya 6 sekon
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keter- adalah sebab angka 6 telah tertera pada gambar,
bacaan draf III instrumen TDMET-K sudah baik. sedangkan informasi 4 sekon tidak tertera.
Meskipun demikian untuk lebih menyempurna-
Hasil dari revisi disebut sebagai draf IV Perlu tambahan keterangan pada redaksi
instrumen TDMET-K dan selanjutnya diuji kem- soal, seperti pada soal rekam jejak bola yang
bali pada tahap uji coba lapangan utama. menggelinding lebih baik diberikan keterangan
jarak (nomor 5, 6, dan 7).
Tahap Uji Coba Lapangan Utama Saran a dan b dijadikan bahan revisi.
Draf IV Instrumen TDMET-K kembali di- Adapun saran c tidak dilaksanakan karena grup
ujikan kepada guru yang berbeda dengan jumlah riset merasa jarak antarbola sudah cukup sig-
keseluruhan 30 guru Fisika SMA di Surakarta. nifikan, terutama dengan telah ditambahkannya
Uji coba yang dilakukan serupa dengan uji coba informasi “detik ke-“ pada gambar sesuai hasil
lapangan awal. validasi, seperti yang ditunjukkan pada Gam-
Selanjutnya dari hasil uji coba lapangan bar 7. Penambahan keterangan jarak ditakutkan
utama dihitung koefisien reliabilitasnya. Hasil akan membuat peserta tes TDMET-K kurang da-
perhitungan dengan formula Cronbach Alpha lam menganalisis permasalahan yang ada dalam
menggunakan Ms. Excel diperoleh besarnya ilustrasi yang diberikan.
koefisien reliabilitas instrumen tes adalah 0,70.
Nilai tersebut diinterpretasikan bahwa instrumen
TDMET-K memiliki koefisien reliabilitas tinggi
(Sudiyono, 2008).
Arslan, H. O., C. Cigdemoglu, and C. Moseley. Hale, P. L. 1996. Building Conceptions and Re-
2012. A Three-Tier Diagnostic Test to pairing Misconceptions In Student Un-
Assess Pre-ServiceTeachers’ Misconcep- derstanding of Kinematic Graphs – Using
tions about Global Warming, Greenhouse Student Discourse in Calculator Based
Effect, Ozone Layer Depletion, and Acid Laboratories. Unpublished PhD Thesis,
Rain.International Journal of Science Ed- Oregon State University, Oregon.
ucation.34 (11), 1667–1686. doi:10.1080/
09500693.2012.680618. Jubaedah, D.S, Ida K., Iyon S., Achmad S., Endi
S. 2017. Pengembangan Tes Diagnostik
Bunawan, W., Setiawan, A., Rusli, A., & Nahadi. Berformat Four-Tier Untuk Mengidenti-
2015. Penialaian Pemahaman Representasi fikasi Miskonsepsi Siswa Pada Topik Usa-
Grafik Materi Optika Geometri, Cakrawa- ha Dan Energi dalam Prosiding Seminar
la Pendidikan, 34(2), 257-267. doi: http:// Nasional Fisika (E-Journal) SNF2017.
dx.doi.org./10.21831/cp.v2i2.4830
Kanli, U. 2014. A Study on Identifying the Mis-
Caleon, I. S. & Subramaniam, R. 2009. Do Stu- conceptions of Pre-Service and N-Service
dents Know What They Know and What Teachers aboutBasic Astronomy Concepts.
They Don’t Know? Using a Four-Tier Di- Eurasia Journal of Mathematics, Science
agnostic Test to Asses the Nature of Stu- & Technology Education.10 (5), 471–479.
dents’ Alternative Conceptions, Research doi:10.12973/eurasia.2014.1120a.
in Science Education. 40, 313-337. doi:
10.1007/s11165-009-9122-4 Korur, F. 2015. Exploring Seventh-Grade Stu-
dents’ and Pre-Service Science Teachers’
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Tes Di- Misconceptionsin Astronomical Concepts.
agnostik. Jakarta: Balai Pustaka. Eurasia Journal of Mathematics, Science
& Technology Education.11 (5), 1041–
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pan- 1060. doi:10.12973/eurasia.2015.1373a.
duan Analisis Butir Soal. Dirjen Pen-
didikan Dasar dan Menengah, Direktorat Mardapi, Dj. 2012. Pengukuran, Penilaian, dan
Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Effendi, R. 2010, 11 - 12 Mei. Kemampuan
Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS Mardapi, Dj. 2017. Pengukuran, Penilaian, dan
(Trends of International on Mathematics Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Parama
and Science Study). Paper dipresentasi- Publishing.
kan pada Seminar Nasional Fisika, ITB,
Indonesia. McDermott, L. C., Rosenquist, M. L., & van
Zee, E. H. 1987. Student Difficulties in
Gurel, D. K. 2012. Development and application Connecting Graphs and Physics: Exam-
of a four-tier test to assess pre-service ples from Kinematics, American Journal
physics teachers’ misconceptions about of Physics, 55(6), 503-513. doi: http://
geometrical optics. Unpublished PhD dx.doi.org/10.1119/1.15104
Thesis, Middle East Technical University,
Ankara, Turkey. Odom, A.L., & Barrow, L.H. 2007. High
school biology students’ knowledge and
Gurel, D. K., Eryilmaz, A., & McDermott, L. C. certainty about diffusion and osmosis
2015. A Review and Comparison of Di- concepts,School Science and Mathemat-
agnostic Instrumens to Identify Students’ ics, 107, 94–101.doi: https:// doi.org/
Misconceptions in Science. Eurasia Jour- full/10.1111/j.1949-8594.2007.tb17775.x
nal of Mathematics, Science, & Technol-
ogy Education, 11(5), 989-1008. doi: Pesman, H. 2010. Development of a Three-Tier
10.12973/eurasia.2015.1369a Test to Assess Misconceptions About
Simple Electric Circuits, The Journal of Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik
Education Research. Vol. 103, 208-222, dalam Pembelajaran (Panduan Praktis
doi: 10.1080/00220670903383002 Bagi Pendidik dan Calon Pendidik). Yo-
gyakarta: Pustaka Pelajar.
Physics Department, Montana University, Mon-
tana. www.physics.montana.edu/physed/ Trowbridge, D. E. & McDermott, L. C. 1980.
misconceptions, diunduh pada 2012. Investigation of Student Understanding of
The Concept of Velocity in One Dimen-
Putra, N. 2012. Research & Development, Pene- sion, American Journal of Physics, 18(12),
litian dan Pengembangan: Suatu Pengan- 1020-1028. Doi: 10.1119/1.12298
tar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Trowbridge, D. E. & McDermott, L. C. 1981.
Sreenivasulu, B. & Subramaniam, R. 2013. Uni- Investigation of Student Understanding
versity students’ understanding of chemi- of The Concept of Acceleration in One
cal thermodynamics. International Jour- Dimension, American Journal of Physics,
nal of Science Education, 35(4), 601-635. 49(3), 242-253. doi: 10.1119/1.12525
doi: https://doi.org/10.1080/09500693.20
12.683460 Turgut, U., Gurbuz, F., & Turgut, G. 2011. An In-
vestigation 10th Grade Students’ Miscon-
Sudiyono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pen- ception About Electric Current, Procedia
didikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Social and Behavorial Sciences, 15, 1965-
1971. doi: 10.1016/j.sbspro.2011.04.036
Suharto. 2015. Materi Pelatihan Guru: Imple-
mentasi Kurikulum 2013 Tahun 2015. Van den Berg, E. 1991. Miskonsepsi Fisika dan
Diperoleh dari https://www.academia. Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen
edu/31323334/Modul_Pelatihan_K2013_ Satya Wacana.
SMA_Fisika.doc
Zulfiani, Junaengsih, N., Suwarna, I. P., & Mula-
Supahar, Rosana, D., Ramadani, M., & Dewi, ma, B. 2014. Proceeding of International
D. K. 2017.The Instrument for Assess- Conference on Research, Implementa-
ing the Performance of Science Process tion and Education of Mathematics and
Skills Based on Nature of Science (NOS). Sciences,pp. 135-146, UNY, Yogyakarta.
Cakrawala Pendidikan, 36(3), 435-445.
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/ar-
ticle/view/14731